PENGANTAR ADMIN

Istimewa

Yth. Warga setia blog SPTM

Assalamu Alaikum wr. Wb.

Salam sejahtera buat kita semua

Sungguh; lama nian kita tak bersua di blog ini. Kita benar-benar telah disibukkan untuk berlindung dan melakukan berbagai upaya perlindungan diri guna menghadapi serangan teror Covid-19 yang bisa menyerang kita sewaktu-waktu tanpa kita sadari menjangkiti kita. Kita tdk bisa lengah dari serangan virus yang mematikan ini!. Seluruh dunia dibuat bingung dan tak berdaya.

DR. Pandu, seorang ahli epidemiologi Universitas Indonesia mengatakan;

Ada benarnya jika pemerintah  mengatakan Covid-19 sudah terkendali. Tetapi sebagai seorang ahli saya berpendapat; memang betul Covid-19 sudah terkendali dan yang pegang kendali adalah Covid bukan kita. Kitalah semua ini yang justru dikendalikan. 

Target pemerintah kita sekarang berupaya untuk mencapai herd imunity, melalui vaksinasi. Meskipun kita ragu untuk mengikuti vaksinasi dengan alasan klasik “ belum teruji secara klinis “, tapi kita terpaksa harus ikut karena sertifikat vaksin dijadikan syarat oleh pemerintah utk mengurus berbagai keperluan administrasi surat-surat, juga sebagai syarat untuk melakukan perjalanan.

Walaupun tidak memiliki keterkaitan langsung, tetapi admin mengakui bahwa Covid-19 ini membuat blog SPTM yang kita cintai ikut stagnan dan terkesan sudah tidak terurus lagi. Kita semua harus mengakui bahwa psikologis kita ikut dimainkan oleh virus syaitan ini!.

Manusia diperhadapkan pada pilihan; siapakah yang engkau takuti. Virus kah? Atau Tuhanmu ?…

Kadang Admin berfikir dan berandai- andai. Sekiranya yang kita muliakan Guru kita Cakra Ningrat masih ada di blog ini dan masih memiliki waktu untuk mengarahkan dan membimbing kita tentu kita semua bisa bertanya dan memohon petunjuk kepada beliau. Tapi apa hendak dikata, kita tidak tahu apa mau beliau dan kita juga tidak tahu apa maksud semua ini.

Warga setia blog SPTM yang kami hormati.

Baru-baru ini Admin menerima beberapa tulisan secara beruntun. Admin menilai penulis artikel memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata yang dapat kita sejajarkan dengan Guru kita Cakra Ningrat. Sayangnya; Beliau hanya mencantumkan inisial namanya saja yaitu AH-B diahir tulisan.

Admin mengambil inisiatif untuk menempatkan artikel AH-B di Blog Genta Kebenaran, yang awalnya blog ini rencananya akan  didedikasikan utk Guru kita Cakra Ningrat.

Admin berharap agar semua warga setia blog SPTM dapat membuka blog Genta Kebenaran untuk membaca artikel-artikel yang ditulis oleh AH-B.

Sekian pemberitahuan Admin dan atas perhatiannya Admin ucapkan terimakasih.

Wassalam:

Muslimin (Admin)

PENCIPTAAN AWAL DAN RELEVANSINYA DENGAN SHALAT

Istimewa

Pada awal mulanya yang pertama-tama Ada adalah Tuhan. Dialah Allah. Dan Dia Sendiri.

Tidak dapat diketahui bagaimana Dia ada-Nya. Juga tidak dapat diketahui kenapa dan bagaimana, dimana dan dari mana Dia pada mula-Nya.

Dia adalah “awal” dr segala sesuatu. Dan Dia-lah Yang berkehendak untuk Menciptakan segala sesuatu!.

Setelah Dia Ada maka Dia memanifestasikan Diri-Nya dalam tiga unsur yaitu Air, Ilmu dan Gelap.

Air-Nya hijau melambangkan ketenangan dan kedamaian.

Ilmu Penciptaan-Nya berbentuk Heksagram dan Dia menempatkan ilmu-Nya itu di atas Air-Nya. Lalu Ilmu-Nya yang Dia namakan: KUN FA YA KUN Dia letakkan di atas Heksagram. KUN FA YA KUN artinya jadilah “maka” jadila ia ( sesuatu yang hendak IA Ciptakan).

Gelap-Nya itu adalah rahasia-Nya dan Gelap inilah yang menandakan waktu malam. Ini disebut Gelap Malam.

Keadaan pada penciptaan awal ini termaktub dalam surah Hud:7 sbb :

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (singgasana-Nya) di atas air.

Arasy (singgasana-Nya) di atas air yang dimaksud pada ayat diatas adalah heksagram-Nya yaitu sebagai tempat Ia meletakkan ilmu-Nya. Heksagram ini adalah manifestasi diri-Nya. Dan Air yang dimaksud pada ayat di atas  adalah Air yang juga merupakan  manifestasi diri-Nya.

Maka Dia pun berkehendak untuk menciptakan terang.

Untuk merealisasikan kehendak-Nya maka seketika itu juga Heksagram-Nya yang berada di atas Air-Nya berputar ke kiri. Putarannya Maha Kuat dan menimbulkan deru suara Pertama yang bunyi- Nya OHM…

Putaran Heksagram-Nya menyebab- kan timbulnya percikan Api. Api ini membesar dan terus membesar dan sangat besar, sangat panas namun menerangi. Dari Api ini terciptalah matahari, bulan dan bintang-bintang.

Maka terciptalah terang. Terang ini dinamakan siang.

Alquran memberi petunjuk pada kita sebagaimana termaktub dalam surah Al Araf ayat 54 sbb:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Ayat di atas memberi informasi kpada kita tentang penciptaan selama enam masa. Enam masa bukanlah bilangan hari atau bilangan waktu. Yang dimaksud enam masa adalah Heksagram-Nya yaitu dua segi tiga bersudut enam atau lazimnya disebut SEGI ENAM.

Ayat di atas juga memberi informasi pada kita kalau malam lebih dulu adanya dari siang sebab malam adalah manifestasi-Nya. “Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat”. Artinya malam diikuti siang lalu malam menutupi siang yang mengikutinya dengan cepat.

Matahari, bulan dan bintang-bintang diciptakan Tuhan melalui Api.

Ayat di atas juga mengingatkan kita; “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya ketika Dia berkehendak menciptakan tanah:

Maka seketika itu juga Api-Nya yang sangat besar dan sangat panas itu, yang tingginya setinggi matahari tiba- tiba menunduk dan bersujud pada Air-Nya lalu  membakar habis Air-Nya. Air-Nya itu dibakar habis oleh Api-Nya. Dengan terbakar habisnya air oleh api maka terciptalah tanah.

Dan dari tanah inilah Dia menciptakan Adam sebagai manusia pertama.

Dalam Alquran surah Ar-Ruum ayat 20 Allah berfirman:

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan- Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.

Dalam surah Fatir:12 firman-Nya sbb:

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang pun perempuan mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.

Berdasar uraian di atas dapatlah kita simpulkan :

1. Air, Heksagram (Ilmu Allah yang berbentuk segi enam atau segi tiga bersudut enam) dan Gelap malam adalah “manisfestasi Allah” sebagai SEBAB Penciptaan.

2. Api, matahari, bulan dan bintang- bintang adalah AKIBAT Penciptaan.

3. Api membakar Air sebagai SEBAB Penciptaan maka AKIBAT Penciptaan adalah tercipta tanah.

4. Tanah menjadi SEBAB Penciptaan maka AKIBAT Penciptaan adalah tercipta manusia.

Ayat-ayat alquran yang menceritakan tentang pergantian malam dan siang selalu mendahulukan penyebutan “malam” lebih dulu kemudian “siang”.

Kenapa?. Karena malam memang lebih dulu adanya dari siang. Malam adalah salah satu dr 3 manisfestasi Allah yang menjadi “sebab” penciptaan.

Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 67 sbb :

Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang-benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.

Ayat di atas memberi informasi pada kita bahwa malam diciptakan agar manusia beristirahat (tidur).

Dalam surah An Naba ayat 9-11 juga difirmankan:

dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.

dan Kami jadikan malam sebagai pakaian

dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.

Ayat di atas memberi informasi pada kita bahwa “Kami jadikan malam sebagai pakaian”. Yang dimaksud “pakaian” adalah “kesehatan”.

Jika orang tidak tidur pada malam hari tentunya akan sakit. Orang yang sakit dianggap tidak berpakaian. Karena tdk berpakaian, orang itu tentu tidak dapat mencari penghidupan di siang harinya.

Krn disiang hari manusia diharuskan mencari penghidupan atau mencari karunia Allah, maka Allah menghendaki manusia selalu ingat kepada-Nya sebagai Sang Pencipta, Yang Menciptakan alam semesta dan manusia.

Untuk mengingat Allah dapat kita laksanakan melalui ibadah yaitu dengan mendirikan shalat.

Allah menetapkan ibadah wajib ini waktunya hanya siang hari saat dimana manusia sudah bangun dari tidurnya atau istirahatnya untuk selanjutnya mereka akan mencari penghidupan.

Yang dimaksud “siang” hari menurut alquran adalah wkt yang berhubungan dengan seluruh perjalanan matahari dalam sehari terhitung dimulai dengan waktu terbitnya fajar shadiq sampai dengan waktu tenggelamnya matahari.

Dalam surah An Nisaa ayat 103 Allah berfirman :

……..Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Waktu-waktu shalat menurut firman Allah dalam Alquran adalah :

1. Dalam Alquran surah 17:78 sbb :

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”.

Matahari tergelincir waktunya pada jam 12 siang lewat, berarti shalat yang di- maksud adalah shalat zuhur.

Gelap malam terjadi apabila matahari telah tenggelam. Shalat yang dimaksud oleh ayat ini adalah shalat isha.

Sebagaimana telah kami uraikan di atas bahwa Gelap Malam merupakan  manifestasi Allah, maka hitungan waktu Galap Malam yang dimaksud adalah dimulai waktu shalat isha sampai sebelum terbitnya fajar shadiq.

Shalat isha memiliki wkt yang panjang dibanding shalat-shalat lainnya.

Fajar shadiq adalah sebuah cahaya yang terlihat pada waktu subuh sebagai batas antara ahir malam dan permulaan pagi.

“dan (dirikan pula shalat) subuh. sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

Kesaksian malaikat di saat shalat subuh mengandung pengertian bhw malaikat bertugas menjaga Gelap Malam sebagai manifestasi Allah dimulai dari masuknya Gelap malam hingga batas waktu munculnya fajar shadiq di waktu subuh.

2. Dalam surah Ar Rum 17-18 sbb :

Maka bertasbilah kepada Allah di waktu kamu berada dipetang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh.

dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur.

Ayat di atas tidak menyebut kata “shalat” tetapi kata “tasbih”. Kenapa?.

Ayat di atas juga menyebut waktu subuh dan waktu zuhur. Kenapa tidak disebut shalat subuh dan shalat zuhur?”. Tentunya ini satu pertanyaan menarik untuk kita kritisi!.

Bertasbih dalam pengertian bahasa adalah membaca “subhanallah”.

Sesungguhnya ucapan yang paling disukai adalah: “subhanallah wabihamdihi” (Maha Suci Allah dengan segala pujian pada diri-Nya ( Hadits Riwayat Muslim).

Rasulullah SAW juga pernah ditanya:

“perkataan apa yang paling utama?”.

Rasulullah SAW menjawab; ” Yang paling dipilih Allah untuk bagi para malaikat atau hamba-hambaNya yaitu: “subhanallah wabihamdihi      (Maha Suci Allah dengan segala puji pada diri-Nya). (HR. Muslim).

Ayat diatas tdk menggunakan kata shalat tetapi “bertasabih” diwaktu petang hari (ashar) dan di wkt zuhur:

ini disebabkan karena pada “siang hari” adalah waktu bagi manusia untuk mencari penghidupan.

Untuk mencari penghidupannya tentu manusia berjalan tidak sendiri tetapi ia berjalan bersama NAFSUnya. Nafsu manusia; bila tdk dikendalikan dan tdk disadari akan ditunggangi oleh syaitan dan syaitan bisa saja akan menjerumuskannya.

Sifat nafsu adalah selalu ingin dipuji. Disaat berada dalam suasana psikologis seperti ini yang kadang tidak kita sadari,  manusia diminta untuk BERTASBIH dengan harapan semoga saja dirinya bisa tersadarkan.

Hanya Allah yang berhak dipuji. Kita diminta bertasbih dengan membaca

“subhanallah wabihamdihii” (Maha Suci Allah dengan segala pujian pada diri-Nya).

3. Dalam surah Hud ayat 114, sbb :

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Ayat di atas tidak menggunakan kata shalat dan tidak juga dengan kata bertasbih. Kata yang digunakan ialah “dirikanlah sembahyang”. Kenapa?.

Sembahyang pada kedua tepi siang (pagi dan petang) adalah waktu zuhur dan ashar. Dan sembahyang pada bagian permulaan malam adalah maghrib.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa  shalat bertujuan untuk “mengingat” Allah. Ingatan terhadap Allah sangat kondisional waktunya.

Ingatan terhadap Allah,  tercemari di waktu zuhur, ashar dan magrib sebab  pada waktu-waktu tsb  adalah waktu yang kekuasaannya ada pada matahari.

Matahari adalah Api. Dan Api adalah manifestasi dari NAFSU yang ada di dalam diri manusia.

Karena itu ayat di atas menggunakan kata “sembahyang” untuk waktu zuhur, ashar dan maghrib. Sembah hyang artinya sembah kepada hyang yakin arwah leluhur manusia atau bisa juga sembah ke hyang (roh-roh) yang ada di alam semesta ini.

Di waktu zuhur, ashar dan maghrib adalah waktu-waktu dimana manusia sedang dikuasai oleh nafsu duniawinya.

Tidak mungkin manusia dapat “ingat” kepada Allah tanpa dicemari oleh nafsunya. Dan juga tidak mungkin manusia dapat “bertasbih” dengan baik dan sempurnah.

Sebagaimana telah kami tuliskan di atas bahwasanya Allah bermanifestasi pada penciptaan awal dalam 3 unsur yaitu Air, Ilmu Allah atau Heksagram- Nya yaitu dua segitiga bersudut enam atau segi enam, dan Gelap malam.

Air, Heksagram (segi enam) dan Gelap malam adalah “Sebab Utama” Penciptaan awal.

Shalat bertujuan untuk “mengingat” Allah bahwa Dia-lah Tuhan Yang Menciptakan alam semesta dan manusia melalui tiga manisfestasi diri-Nya yaitu :

1. AIR.

Sebelum mengerjakan shalat kita diwajibkan untuk berwudhu. Allah berfirman dlm surah Almaidah:6 sbb:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapuhlah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat- Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Ayat diatas memberi informasi pada kita bahwa Berwudhu menggunakan Air, agar kita selalu “mengingat” bhw Air adalah Sebab Utama Penciptaan.

Jika tidak ada Air bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih).

Bertayammum dengan tanah yang baik (bersih) bertujuan untuk “mengingatkan” bahwa Sebab Utama Penciptaan manusia yaitu Adam adalah dari tanah.

Wudhu dianggap batal apabila kita bersentuhan dengan perempuan. Hal ini tdk dimaksudkan sebagai anggapan kalau perempuan itu nafsu atau najiz.

Batalnya wudhu bila bersentuhan dengan perempuan untuk “mengingatkan” bhw perempuan tidak termasuk Sebab Utama Penciptaan. 

Tanah adalah Sebab Utama penciptaan Adam. Adam adalah Sebab Utama Penciptaan Hawa atau perempuan. Dalam hukum causal, laki-laki sebagai “sebab” dan perempuan merupakan “akibat”.

Karena didasari oleh hukum sebab- akibat pada Penciptaan Pertama itulah sehingga Allah melebihkan laki-laki dari wanita. Sebagaimana termaktub dalam firman-Nya dalam surah An- Nisa:34 sebagai berikut:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.

2. Ilmu Penciptaan Allah (Kun Fa Ya Kun). Ilmu ini diletakkan di atas Heksagram. Heksagram adalah dua segitiga bersudut enam atau yang lazim disebut dengan SEGI ENAM.

Tujuan mendirikan shalat adalah untuk “mengingat” Allah bahwa Allah menciptakan alam semesta dan manusia dengan perantaraan ilmu-Nya.

Bahwa ilmu Allah KUN FA YA KUN yang artinya “jadilah maka jadilah”. Ilmu Allah ini diletakkan di atas Heksagram yaitu dua segitiga bersudut enam atau lazim disebut segi enam.

SEGI ENAM berkaitan erat dengan Penciptaan langit dan bumi dan seluruh isinya selama ENAM masa.

Untuk “mengingatnya” maka umat islam diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu yaitu subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isha selama ENAM hari yang hitungannya dimulai hari sabtu, minggu, senin, selasa, rabu dan kamis. Dan pada hari ketujuh yaitu jum’at ummat islam diwajibkan meninggalkan jual-beli atau urusan yang bersifat duniawi guna melaksanakan shalat jumat sebagai pengganti shalat zuhur.

Allah berfirman dlm surah Al Jumu’ah ayat 9-10 sbb :

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Hari jumat adalah hari raya kecil ummat islam. Diharamkan ummat islam berpuasa kecuali telah berpuasa pada hari sebelumnya atau akan berpuasa pada hari setelahnya.

Nabi SAW bersabda; Hari Jumat adalah hari raya, maka janganlah kalian jadikan hari raya itu sebagai hari berpuasa kalian, kecuali jika kalian sudah berpuasa pada sebelumnya atau akan berpuasa lagi pada hari setelahnya. (HR. Hakim).

Sebagai hari raya kecil ummat islam, hari jumat merupakan hari ketujùh berdasarkan perhitungan enam masa. Hari ketujuh dianggap juga sebagai hari penghentian untuk kita mulai lagi menghitung enam hari berikutnya yaitu sabtu, minggu, senin, selasa, rabu dan kamis.

3. Gelap Malam

Gelap malam adalah salah satu dari tiga manifestasi Allah pada Penciptaan awal yang menjadi Sebab Utama Penciptaan.

Dirikanlah shalat untuk “mengingat” Allah pada waktu Gelap malam.

Terdapat dua shalat yang dilaksanakan

saat gelap malam yaitu shalat isha dan shalat tahajjud.

Shalat isha dilaksanakan setelah waktu telah memasuki gelap malam.

Shalat isha bisa dilaksanakan sampai batas waktu tengah malam

Shalat tahajjud dilaksanakan setelah memasuki waktu dua pertiga gelap malam.

Rasulullah bersabda: Waktu paling dekat antara Rabb dengan hamba-Nya adalah pada separuh malam terahir. Karenanya jika kamu dapat menjadi salah satu orang yang mengingat Allah, maka lakukanlah. (HR. Tharmizi dan Nasa’i).

Pada dua pertiga malam memang adalah waktu yang paling dekat antara Rabb dengan hamba-Nya sebab Gelap Malam adalah manifestasi Allah.

Allah berfirman dlm surah Al Isra ayat 79-81 sbb :

Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ketempat yang terpuji.

Dan katakalah: ” Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Shalat tahajjud dipandang hanya sebagai ibadah tambahan saja dan hukumnya adalah sunnat meski memberi manfaat yang sangat baik bagi yang mengerjakannya dalam hal “mengingat” Allah.

Allah berfirman dalam Alquran surah Al-Insan:26 sebagai berikut:

Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbilah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.

Shalat tahajjud dibolehkan bagi yang ingin mendirikannya bahkan sangat dianjurkan.

Ciri-ciri org yang sering shalat tahajjud termaktub dalam surah Al-Furqan ayat 63-64 sebagai berikut :

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.

Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.

Bagi orang-orang yang tidak terbiasa atau membiasakan diri mendirikan shalat tahajjud, tentu tidak menjadi masalah dan tidak membawa suatu akibat kegundahan sebab disaat yang bersamaan sesungguhnya kita juga sedang melaksanakan perintah Allah lainnya yaitu tidur dan beristirahat.

Dan kepada orang-orang yang terbiasa melakukan shalat tahajjud tidak boleh berbuat riya’ sebab orang yang tdk melaksanakan qiyamul lail juga sedang melaksanakan perintah Allah yaitu tidur dan beristirahat.

Gelap malam, sering juga dijadikan sebagai waktu yang tepat oleh orang-orang musyrik dalam menjalankan ibadah mereka atau berbagai macam ritual kemusyrikannya.

Terhadap mereka Allah berfirman dalam surah Az-Zumar ayat 9 sbb :

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) ahirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?. Katakanlah: “Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?. “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

Gelap malam adalah manifestasi Allah. Gelap hitamnya kiswah ka’bah adalah simbol untuk menggambarkan kebenaran manisfestasi-Nya ini.

Walaupun Gelap malam dijadikan suasana yang tepat bagi orang musyrik

dalam melaksanakan ritual atau ibadahnya dan juga mereka membacakan jampi-jampi sihirnya, Allah meminta kepada kita supaya bersabar, sebagaimana Allah berfirman dalam surah At Tur ayat 48 dan 49 sbb :

Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami dan bertasbilah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbilah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (diwaktu fajar).

Gerakan Shalat

Allah berfirman dalam surah An Nisa ayat 103 sebagai berikut:

Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Shalat wajib, rakaat dan waktunya :

Subuh 2 rakaat waktunya saat terbit fajar shadiq.

Zuhur 4 rakaat, saat matahari telah tergelincir ke arah barat.

Ashar 4 rakaat, saat panjang bayang- bayang lebih panjang dari benda yang dibayanginya.

Magrib 3 rakaat, saat matahari terbenam di ufuk barat.

Isha 4 rakaat, saat matahari telah tenggelam.

Dengan tenggelamnya matahari maka kita telah memasuki pergantian waktu pada Gelap Malam.

Rakaat adalah jumlah satuan didalam

shalat yang terdiri dari takbir, berdiri, rukuk, i’tidal, sujud, duduk, dan bangkit dan ditambah salam di ahir shalat.

Shalat secara istilah artinya doa.

Shalat secara ritual ibadah adalah gerakan yang diawali takbiratulihram dan diahiri salam.

Tujuan shalat adalah untuk “mengingat” Allah bahwasanya Dialah Yang Menciptakan alam semesta dan semua isinya termasuk manusia.

Dia memanifestasikan Diri-Nya pada Air, Ilmu-Nya (Heksagram) dan Gelap malam. Ketiga manifestasi-Nya inilah yang menjadi Sebab Utama dalam Penciptaan.

Heksagram berbentuk dua segitiga yang bersudut enam (segi enam). Heksagram ini Dia letakkan di atas Air-Nya. Ketika Dia berkehendak menciptakan terang, mk Heksagram

itu berputar ke kiri. Putarannya berputar melingkar. Ini dinamakan Cakram.

Untuk “mengingat” putaran cakram-Nya yang berputar ke kiri itu maka ummat islam diwajibkan tawaf di Ka’bah. Mereka berputar ke kiri sebanyak 7 putaran.

Putaran cakram di atas air menimbulkan percikan Api. Cakram terus memutar Api ini hingga tegak  meninggi. Lalu Dia berkehendak menciptakan tanah, maka Cakram merendahkan Api ini dan selanjutnya Cakram menyatukan Api dengan Air. Cakram terus memutar Api untuk membakar Air hingga Air pun habis tak bersisa. Dengan terbakar habisnya Air oleh Api maka terciptalah Tanah. Dari tanah inilah Tuhan menciptakan manusia pertama dan diberi nama Adam.

Untuk “mengingat” bagaimana Allah melakukan penciptaan-Nya, kita diwajibkan shalat lima waktu. Semua waktu shalat berhubungan dengan lintas perjalanan “matahari” dalam sehari. Mulai dari terbitnya fajar shadiq, tergelincirnya matahari condong ke barat, panjang bayang-bayang sudah melebih panjang benda yang dibayangi, terbenamnya matahari dan tenggelamnya matahari kedasar samudera.

Apakah ummat islam menyembah atau menghambakan diri pada matahari?. Tidak!.

Matahari adalah ciptaan. Matahari adalah Api. Api membakar Air. Maka terciptalah Tanah. Dan dari Tanah manusia diciptakan pertama kalinya.

Untuk “mengingat” Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta maka kita diwajibkan melaksanakan shalat dengan ketentuan-ketentuan sbb :

1. Sebelum shalat kita diwajibkan berwudhu dengan air. Tujuan wudhu untuk “mengingatkan” kita bahwa pada mulanya adalah Air.

2. Setelah berwudhu kita berdiri dan memulai shalat. Allah berfirman dlm surah An Nisa ayat 238

Peliharalah segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.

Bisakah manusia khusyu’ dalam shalatnya. Tidak bisa!. Mustahil mereka bisa khusyu’ sebab mereka tidak tahu kenapa mereka harus berdiri!.

Berdiri dalam shalat untuk “mengingat” bagaimana awalnya ketika Allah menciptakan matahari. Api itu berdiri tegak meninggi ke atas. Matahari itu diputar oleh Cakram sejak penciptaan awal hingga saat ini dan nanti.

Apakah manusia juga termasuk Api?. Iya, sebab tidak ada manusia yang tidak memiliki nafsu. Nafsu itu adalah Api.

3. Setelah berdiri kita melakukan gerakan rukuk. Allah berfirman dalam Alquran surah Al Baqarah ayat 43 sebagai berikut:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang- orang yang rukuk.

Tujuan rukuk di dalam shalat adalah untuk “mengingat” Allah bahwasanya

Dia dulunya menundukkan Api yang berdiri dan meninggi (matahari) ketika Dia berkehendak menyatukan

Api dengan Air maka menunduklah Api (rukuk) sebagai tanda patuhnya kpada Allah.

4. Setelah rukuk kita melakukan gerakan sujud. Allah berfirman dalam surah Al Hajj ayat 26 sebagi berikut:

Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan) : ” Janganlah kamu memperserikatkan sesuatun pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang rukuk dan sujud.

Gerakan sujud di dalam shalat adalah untuk “mengingat” Allah bahwasanya Dia dulunya memerintahkan Api untuk menyatu (sujud) pada Air. Dia berkehendak menciptakan tanah maka Api pun membakar Air hingga  Air itu habis tak bersisa.

5. Duduk diantara dua sujud adalah gerakan shalat untuk “mengingat” Allah bahwasanya setelah Api telah membakar Air hingga tak bersisa maka tanah pun telah tercipta.

6. Duduk pada tahiyat ahir dan salam.

Ini adalah gerakan shalat untuk “mengingat” Allah Yang Maha Pencipta bahwasanya setelah tanah tercipta (duduk diantara dua sujud) maka Dia pun menciptakan manusia pertama yaitu Adam.

Allah selalu ingin kt “mengingat-Nya” bahwa Dialah Sang Pencipta.

Duduk adalah sikap seorang hamba yang senantiasa merendahkan dirinya dihadapan Tuhannya. Sikap berendah diri dihadapan Tuhan dapat dilihat bagaimana sikap kita dalam belajar memahami ayat-ayat yang ada didlm kitab suci-Nya, dengan menggunakan akal fikiran kita sendiri.

Allah berfirman dlm surah Sad ayat 204 sebagai berikut:

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang- orang yang mempunyai pikiran.

Duduk dapat juga dimaknai sebagai pesan Tuhan agar kita selalu bersikap rendah hati, tidak sombong dan tidak takabbur dlm  berinteraksi terhadap sesama manusia.

Setiap shalat kita selalu memohon kepada Allah supaya diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Dimanakah jalan yang lurus itu ?

Allah berfirman dalam surah Ar Rum ayat 30 sebagai berikut :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah): (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Fithrah berasal dari akar kata f-t-r (bhs. Arab) yang berarti membuka atau menguak.

Fitrah sendiri mempunyai makna: asal kejadian, keadaan yang suci, dan kembali ke asal.

Dari segi bahasa, kata Fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan dan dari makna ini lahir makna-makna lain seperti “penciptaan” dan “kejadian”.

Dirikanlah shalat untuk “mengingat” Allah. Mengingat Allah bukan berarti kita “menyembah” Allah, tetapi kita mengingat fitrah Allah dengan segala penciptaan-Nya. Dia yang “menjadikan” alam semesta dan manusia menurut ftrah-Nya itu. Tidak ada perubahan pada Fitrah Allah.

“……….. 2.Ingatlah, menciptakan dan memerintah, hanya hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S. 7:54)

“Mencipta dan Memerintah” hanya  Allah saja yang memiliki hak itu!. Ingatlah.

Dan hak-Nya itulah yang disebut sebagai fitrah Allah.

Dengan mengetahui Fitrah Allah dlm penciptaan awal-Nya dan memahami bahwa gerakan shalat termasuk waktu- waktu shalat baik shalat wajib, maupun shalat tahajjud tentunya kita sudah dapat meyakini bahwa kita sudah berada dijalan yang lurus.

Tetaplah pada fitrah Allah… jangan lagi mau diperdaya oleh siapapun dan dengan latar belakang apapun mereka. Cukuplah Alquran ini sebagai pedoman kita.

Allah berfirman dalam surah Al-Isra ayat 9 sebagai berikut:

Sesungguhnya Al quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.

Jangan latah, jangan ikut-ikutan dan jangan menuruti pendapat, anggapan atau pandangan kebanyak orang. Allah mengingatkan kt sebagaimana

firman-Nya dalam surah Al An’am ayat 116 sebagai berikut :

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

Demikianlah, semoga apa yang kami sampaikan dpt membawa manfaat dan mencerahkan bagi siapapun yang membaca tulisan ini.

Ma’assalamah, AH-B

HAKIKAT TUHAN DAN EKSISTENSINYA (2)

Oleh: Cakra Ningrat

Doktrin Tritunggal Allah dan Prinsip Dua Kalimah Syahadat

Alquran menolak kebenaran doktrin Tritunggal, sebagaimana firman-Nya.

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.(QS 5:73).

Berdasarkan data sejarah, munculnya doktrin Tritunggal awalnya diinisiasi oleh Kaisar Roma, Konstantin sekitar abad ke-3 M. Pada masa itu Konstantin belum memeluk agama kristen, dia seorang pemuja Matahari Yang Tak Tertaklukkan. Meski begitu, Konstantin meyakini kemenangannya di berbagai pertempuran dan bertambah luasnya wilayah kerajaannya sebagai berkat dari karunia Allah yaitu Tuhan orang-orang kristen. Konstantin tidak tahu apa-apa tentang kekristenan, bahkan lebih tepat untuk disebut kebingungan, sebab di masa itu belum ada konsep yang jelas dan baku untuk dijadikan pegangan kuat oleh umat. Sebagai seorang kaisar yang ahli dalam politik dan militer Konstantin melihat adanya suatu bentuk ancaman baru yang dapat mengganggu keutuhan wilayah kekekaisarannya bila umat kristen tidak dipersatukan di dalam satu doktrin.

Demi untuk mewujudkan harapan pribadinya sebagai upaya untuk menjaga keutuhan kerajaannya, Konstantin mengadakan pertemuan dengan semua uskup di Nicea. Pertemuan ini dikenal dengan konsili Nicea. Menurut catatan Encyclopedia Britannica adalah “Konstantin sendiri menjadi ketua, dengan aktif memimpin pertemuan dan secara pribadi mengusulkan… rumusan penting yang menyatakan hubungan Kristus dengan Allah dalam kredo yang dikeluarkan dalam konsili tersebut, “dari suatu zat dengan Bapa” … Karena sangat segan pada kaisar, para uskup, kecuali dua orang saja, menandatangani kredo itu, kebanyakan dari mereka dengan sangat berat hati.”

Setelah Nicea, perdebatan terus berlangsung selama puluhan tahun sebab banyak uskup dan umat yang percaya bahwa Yesus tidak setara dengan Allah. Pada tahun 381 M, Kaisar Theodosius mengambil keputusan menentang semua pihak yang tidak mau tunduk pada konsili Nicea. Semua yang menentang ditindas secara keji dan kejam. Pada tahun itu juga Theodosius mengadakan konsili di Konstantinopel. Konsili itu menyetujui untuk menaruh Roh Kudus pada tingkat yang sama dengan Allah dan Kristus. Dalam konsili Konstantinopel Tritunggal susunan kristen sudah mulai terbentuk dengan jelas. Lagi-lagi, rumusan ini mendapat tentangan yang keras oleh mereka yang tidak percaya.

Beberapa abad kemudian rumusan Tritunggal didefinisikan lebih lengkap dalam kredo Athanastian yang berbunyi “Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal… sang Bapa adalah Allah, sang Anak adalah Allah dan Roh Kudus  adalah Allah, namun mereka bukan tiga Allah, tetapi satu Allah.

Para sarjana yang meneliti masalah ini lebih mendalam berpendapat bahwa St. Athanasius (meninggal tahun 373 M) tidak menyusun kredo ini. The New Encyclopedia Britania mengomentari “kredo itu baru dikenal oleh gereja timur pada abad ke-12. Para sarjana sepakat bahwa kredo itu tidak disusun oleh Athanasius, tetapi mungkin disusun di Prancis Selatan pada abad ke-5 lalu mendapat pengaruh ke Spanyol pada abad ke-6 dan ke-7 dan digunakan dalam liturgi gereja di Jerman dan Roma pada abad ke-9.

Dari uraian di atas maka jelaslah bagi kita bahwa Tritunggal Allah adalah sebuah doktrin yang diawali oleh seorang raja (Kaisar Konstantin) yang berniat mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Allah, Tuhan orang kristen yang telah memberinya limpahan berkat kemenangan dalam berbagai pertempuran yang menambah wilayah kerajaannya semakin luas. Rasa syukur kaisar kepada Allah, Tuhan orang kristen telah mengubur keyakinannya dan menghentikan pemujaannya terhadap Dewa Matahari yang tak terkalahkan. Dari sudut pandang hakikat, ini adalah capaian yang luar biasa dari seorang kaisar.

Kaisar memiliki pengetahuan yang sangat terbatas dalam hal kekristenan, akan tetapi memiliki kekuasaan tanpa batas dalam hal pemerintahan. Apa yang dimiliki kaisar yakni kekuasaan tanpa batas maka itu pula yang ia persembahkan dengan sepenuh hatinya kepada Allah Tuhan kristen sebagai satu bentuk perwujudan puja dan bakti beliau kepada-Nya. Dengan kekuasaan tanpa batas ia memaksakan keputusan konsili Nicea diterima oleh umat kristen bahwa hubungan Kristus dengan Allah dari satu zat dengan Bapa. Terlepas benar tidaknya doktrin kristen yang diinisiasi oleh Konstantin, kita dapat melihat kebaikannya hingga saat ini di mana umat kristen telah diimani oleh lebih dari separuh penduduk bumi dan dapat dipersekutukan dalam satu doktrin Tritunggal.

Para pencari kebenaran yang bijaksana mempertanyakan kepastian hukum-Nya bilamana kelak doktrin Tritunggal dinyatakan “salah,” siapakah yang harus bertanggung jawab saat terjadinya hari penghakiman?

Konstantin tidak bisa dipersalahkan sebab ia hanya menyimpulkan adanya hubungan Kristus dengan Allah dari satu zat dengan Bapa. Theodosius juga tidak bisa dimintai pertanggungjawaban sebab ia hanya menyetujui untuk menaruh Roh Kudus pada tingkat yang sama dengan Allah dan Kristus. Athanasius juga tidak dapat dituntut sebab ia meninggal tahun 373 M sementara kredo Athanasius ditemukan oleh sarjana peneliti digunakan pertama kali pada abad ke-5 di Prancis Selatan. Bisa saja keadaan berbalik justru Athanasius yang akan menuntut kita dengan dalil hukum bahwa nama baiknya telah dicemarkan. Jika begitu, siapakah yang akan dituntut dan dimintai pertanggungjawaban atas kesalahan ini? Yang dituntut dan dipersalahkan di depan mahkamah penghakiman adalah kita, pribadi-pribadi masing-masing yang bersikukuh memegang teguh doktrin Tritunggal Allah.

Bukan hanya umat kristen dengan doktrin Tri Tunggalnya yang akan dituntut, tetapi umat islam juga akan dituntut di hari penghakiman (Yaumil akhir) di padang Mahsyar sebab mereka berkeyakinan pada prinsip-prinsip kebenaran dalam kalimat persaksian dua kalimat syahadat yaitu: Asyhadu Allailaha illallah wa asyhadu anna Muhammadarsullullah yang artinya; Aku bersaksi Tidak ada Tuhan selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad rasul Allah.

Saksi adalah seseorang yang mempunyai informasi tangan pertama mengenai suatu kejadian melalui indera penglihatan mereka. Selain itu seorang saksi juga harus mengetahui betul tentang sesuatu hal yang disaksikan. Umat islam akan menjadi “saksi” atas dirinya masing-masing sebab mereka sendiri yang mengucapkan kalimat persaksian tersebut.

Sebagai saksi Alquran telah mengatur sebagaimana firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri…” (QS 4:135).

Umat islam mengucapkan dua kalimah syahadat paling sedikit 9 kali dalam sehari dengan perincian shalat subuh 1 kali, shalat duhur, ashar, magrib, dan isya masing-masing 2 kali. Jika mereka rajin melaksanakan shalat sunat, tentu lebih banyak lagi kalimat persaksian yang mereka ucapkan. Secara hukum, di hari penghakiman (Yaumul hisab) umat islam akan dimintai pertanggungjawabannya sehubungan dengan kalimat persaksian (dua kalimat syahadat) yang menjadi dasar agamanya. Umat islam akan menjadi saksi atas dirinya sendiri masing-masing orang.

Berdasarkan ketentuan hukum, terhadap para saksi mungkin akan diajukan pertanyaan “apa yang saksi ketahui dan apa yang saksi lihat sehingga saksi mengucapkan kalimat persaksian; Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah (asyhadu allailaha illallah) Dan aku bersaksi Muhammad rasul Allah (wa asyhaduanna muhammadarraulullah). Apa yang saksi ketahui dan apa yang saksi lihat dengan mata saksi sendiri?

Terhadap pertanyaan ini bagaimana seharusnya muslim menyikapinya? Jangan menggampangkan dan jangan menyepelekan kalimat persaksian. Jangan melupakan wahyu Tuhan yang pertama “Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS 96:4-5).

Terhadap kalimat persaksian: Asyhadu allailahaillallah. Artinya: “Aku bersaksi tidak ada  Tuhan selain Allah. Secara hakikat arti itu bermakna: “Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain (di dalam) Allah.” Muslim harus mengetahui hakikat dan makna satu kata di dalam kurung tersebut. Kata “di dalam” tidak harus diucapkan oleh mulut, tetapi harus dihayati dalam hati dan diketahui maknanya yang tersirat oleh logika akal pikiran bahwasanya; Allah bukan Tuhan tetapi Tuhan berada di dalam Allah. Cahaya Allah selalu menyelubungi atau meliputi Tuhan sehingga kadang-kadang Allah disebut sebagai Tuhan. Allah adalah bayangan Tuhan dan Tuhan tidak pernah terpisah dengan bayangan diri-Nya (Allah)Nya.

Terhadap kalimat persaksian: wa asyhaduanna muhammadarasulullah artinya. “Dan aku bersaksi Muhammad rasul Allah.” Secara hakikat Muhammad rasul Allah dapat dilihat oleh mata manusia. Berbeda halnya dengan Allah, Ia tak dapat dicapai oleh penglihatan mata tetapi bisa diketahui melalui kecerdasan akal budi manusia. Untuk melihat Muhammad secara kasat mata, lihatlah Alquran.

Bahwasanya: Alquran adalah satu-satunya mukjizat Muhammad rasul Allah yang terjaga dan terpelihara hingga akhir zaman. Sebagai saksi muslim harus “melihat” Alquran dengan matanya sendiri. Setelah melihat, membacanya, setelah membaca, memahaminya, setelah memahami, membenarkannya. Bila semua ketentuan ini telah terpenuhi maka muslim sudah dikategorikan sebagai saksi yang benar. Saksi yang melihat dan menyaksikan Muhammad Rasul Allah melalui kecerdasan akal-budinya dalam menerima dan memahami Alquran.

Para pencari kebenaran mempertanyakan bagaimana cara yang benar atau pikiran yang benar di dalam memahami doktrin Tritunggal Allah. Ini penting untuk diketahui bersama agar umat kristiani yang percaya dapat terhindar dari akibat-akibat hukum yang menimpa dirinya kelak di hari penghakiman yang akan terjadi dalam waktu dekat ini.

Seperti halnya dengan kalimat “persaksian” di dalam islam, doktrin Tritunggal Allah di dalam kekristenan merupakan doktrin otoritatif yang tidak dapat lagi diubah. Satu-satunya celah yang memungkinkan kita masuk di dalamnya hanya menyempurnakan paradigmanya agar umat kristen memahaminya dari sudut pandang hakikat. Menyebut Allah sebagai Yang Esa adalah suatu kebenaran mutlak, akan tetapi mengatakan Allah dalam tiga kepribadian (Bapa, Putra, dan Roh Kudus) tanpa disadari justru akan meruntuhkan kebenaran itu sendiri. Allah Yang Esa tidak bisa dibatasi hanya dengan tiga bentuk kepribadian an sich sebab Dia melampaui segala batasan. Sebagai bayangan Tuhan, Allah berada di mana-mana. Dia ada di dalam diri seluruh manusia, di semua makhluk, di bumi, di langit dan di alam semesta. Dia senantiasa berada di semua ruang dan waktu.

Kita tidak bisa menyalahkan pencetus dan perumus doktrin, sebab mereka hanyalah manusia biasa yang memiliki pengetahuan yang sangat terbatas untuk menembus dan membahasakan rahasia langit. Keterbatasan pengetahuan manusia akan hakikat Allah adalah sifat alami manusia. Pemuka agama kristen harus menyadari kodrat alaminya sebagai manusia biasa yang memiliki pengetahuan terbatas akan hakikat Allah, dengan begitu mereka dapat menahan diri dalam berimprovisasi, berteori, dan beretorika yang hanya menambah skeptisisme orang lain. Sadar atau tidak umat kristen hingga saat ini belum mampu mengungkap esensi Yesus yang sesungguhnya.

Kita semua mengakui bahwa Yesus adalah sosok gaib yang Maha Misteri yang pernah hadir secara utuh dan menjasad di bumi ini. Penulis beriman dan percaya pada Yesus, tetapi penulis juga percaya, bahkan meyakini bahwa hingga saat ini tak seorang pun di antara umat kristiani yang mengetahui dengan benar misteri Yesus yang sesungguhnya. Misteri Yesus hanya akan terungkap saat hari penghakiman tiba. Kita harus jujur mengakui dengan apa yang dibisikkan oleh hati bahwa pengetahuan kita tentang Yesus hanya merupakan asumsi-asumsi, analisis, pikiran, perasaan, dan perkiraan semata. Pengetahuan manusia tentangnya bersifat relatif dan sementara, juga bersifat individualistik dan tidak universal.

Semua orang bisa mendalami injil, membaca Perjanjian Baru, mengetahui sejarah hidup Yesus, kisah-kisah pelayanannya dan peristiwa-peristiwa “ilahi” yang menyertainya, tetapi adakah di antara kita yang mengetahui Bapa? Bapa tidak boleh disepelekan, sebab menyepelekan Bapa, dapat berarti menyepelekan Anak. Anak adalah manifestasi Bapa, perwujudan Bapa itu sendiri, tetapi Bapa bukan Anak. Dengan tak mengetahui Bapa, dipastikan tak mengetahui Anak. Menganggap kedatangan Anak untuk yang kedua kalinya hanya untuk umat kristen saja adalah suatu bentuk pengingkaran yang tidak disadari. Rasa-rasanya pengingkaran semacam inilah yang agaknya sulit terampuni. Kedatangan Anak tidak diperuntukkan untuk segolongan umat saja, tapi untuk seluruh umat manusia tanpa memandang bangsa dan agamanya. Alih-alih mengetahui Bapa sedang Anak saja masih menyisakan misteri yang berkepanjangan. Sebagian manusia tercengang kagum dan memuji-muji-Nya, sedang yang lainnya masih saja menduga-duga dalam kebingungan atas kematian Anak di tiang salib.

Dalam mengungkap misteri kematian Yesus di tiang salib, satu-satunya harapan kita hanya ada pada Alquran sebagai kitab suci Tuhan yang muncul 6 abad pasca kematian Yesus. Ironisnya, Alquran juga dicemari oleh manusia karena dianggap sebagai biang penyebab permusuhan, sentiment agama, polemik yang berkepanjangan dan tak berkesudahan. Umat islam kadang latah dalam memandang Alquran sebagai satu-satunya kitab yang benar padahal mereka tidak memahaminya. Apalah arti sebuah kebenaran jika kebenaran itu tidak dipahami. Menafsirkan Alquran tidak bisa hanya satu sisi, harfiahnya saja dengan mengenyampingkan makna hakikatnya. Alquran justru telah menetapkan kalau ayat-ayatnya terdiri atas mutasyahbihat dan kauniyah, karena itu ayat-ayatnya selalu berkonotasi ambigu. Ambiguitas Alquran harus disikapi secara bijaksana dan cerdas dalam kerangka berpikir yang bertumpu pada filsafat penggenapan.

Contoh klasik ambiguitas Alquran adalah soal penyaliban Yesus. Firman-Nya: dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka.  Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.(QS 4:157).

Terhadap ayat di atas, penulis berpandangan:

  1. Alquran tidak mengakui bahwa orang-orang yahudi telah membunuh dan menyalib Isa (Yesus). Jika Alquran secara terang benderang mengakui maka dampaknya akan lebih berbahaya bagi umat kristen karena pertama; orang yahudi akan merasa paling benar sebab itu Tuhan selalu berpihak kepadanya. Dapat dipastikan umat kristen akan diganggu dengan berbagai macam cara atau dihalang-halangi secara permanen agar ekspansi agama kristen tidak berjalan mulus dan umat kristen tidak bisa sebesar dan sebanyak ini. Kedua; Lucifer dan syetan akan terus menerus memprovokasi orang yahudi secara permanen bahwa mereka telah berhasil menang melawan Tuhan. Dapat dibayangkan betapa kacaunya dunia ini jika Lucifer dan syetan berhasil membuat stigma bahwa Tuhan telah dikalahkan. Barangkali manusia sudah tidak percaya lagi akan kekuatan Tuhan. Meskipun faktanya memang dibunuh dan disalib, tetapi Alquran menumbuhkan sikap ragu-ragu di hati manusia agar tidak mempercayai keberhasilan orang yahudi membunuh dan menyalib Yesus. Dengan keragu-raguan di hati manusia itu maka akan terbuka celah di dalam hati manusia bahwa pembunuhan dan penyaliban itu telah direncanakan Tuhan. Alquran telah menjelaskan bahwa sebelum penyaliban itu Tuhan telah mewahyukan kepada Yesus bahwa kematiannya sudah dekat QS. 3:55. Keempat injil juga merekam dengan baik perkataan-perkataan Yesus bahwa kematiannya sudah dekat. Ini adalah fakta bahwa injil dan Alquran saling menggenapi.
  1. Alquran mengatakan “mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan Isa (Yesus) bagi mereka.” Yang dimaksud Alquran “mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya” adalah rohnya atau jiwanya. Memang benar, roh dan jiwa tidak bisa dibunuh dan disalib. Roh dan jiwa sifatnya gaib, tidak tampak oleh mata bagaimana mungkin bisa dibunuh dan disalib? Roh dan jiwa itu berada di dalam jasad manusia, sehingga ia tidak dapat dibunuh dan disalib!. Jika begitu siapa sesungguhnya yang dibunuh dan disalib? Yang dibunuh dan disalib adalah “orang” yang diserupakan dengan roh dan jiwa Isa (Yesus) yaitu jasadnya sendiri. Karena itu Alquran mempertegas dengan menyebut kata “orang yang diserupakan” agar secara hakikat kita dapat menangkap makna bahwa yang dimaksud “orang yang diserupakan” adalah jasad Isa (Yesus) sendiri. Jasad Isa (Yesus) “serupa” dengan roh dan jiwanya. Alquran meyakini kebenaran penyaliban terhadap jasad Isa (Yesus) sebagaimana yang tertulis di dalam injil.

Dengan penjelasan ini tentu kita sudah dapat menangkap suatu kebenaran bahwa apa yang diberitakan oleh Alquran sudah relevan dan sesuai dengan apa yang dikabarkan oleh keempat injil. Secara hakikat Alquran dan alkitab tidak mungkin bertentangan sebab kitab-kitab tersebut berasal dari Tuhan Yang Satu. Pertentangan bisa saja terjadi apabila dijelaskan atau diterangkan oleh orang bodoh yang sok tahu yang suka memandang permasalahan dengan sebelah mata. Tidak kalah bodohnya orang yang mau mendengar dan percaya serta mengikuti penjelasan mereka.

Dalam berbagai kesempatan saya sering menyampaikan pledoi (pembelaan) bila orang-orang kristen dituduh “kafir” karena tidak mau tunduk pada ketentuan Alquran. Saya berpendapat: justru umat kristen selama ini telah melaksanakan perintah Alquran secara tulus, ikhlas, dan murni, tidak peduli apakah mereka menyadarinya atau tidak. Faktanya; tidak ada ketentuan dalam Perjanjian Baru yang mengharuskan umat kristen merayakan dengan penuh suka cita kelahiran Yesus, meratapi kematiannya di tiang salib dengan penuh haru dan duka cita, menyambut kebangkitannya dari yang mati dengan penuh rasa syukur, takjub, dan bahagia. Tradisi ini dijalankan oleh umat kristen semata-mata karena adanya perintah Tuhan di dalam Alquran sebagaimana firman-Nya:

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.  (QS 19:33-34).

Berdasarkan ayat di atas kita semua telah menyaksikan bagaimana umat kristen melaksanakan dengan penuh hikmad ritual peringatan hari kelahiran, hari kematian, dan hari kebangkitan Yesus. Tiga hari suci yang berhubungan langsung dengan kepribadian Yesus dapat dianggap sebagai tiga hari suci yang manunggal pada diri Yesus.

Firman-Nya: Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran taurat, Injil dan Alquran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu… (QS 5:68).

Penulis dan seluruh umat yang ada di muka bumi menjadi saksi bahwa umat kristen telah menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Alquran secara konsisten, sebab mereka merayakan hari kelahiran Yesus (Isa), meratapi hari kematiannya dan menyambut dengan penuh suka cita hari dibangkitkannya hidup kembali atau paskah sebagaimana yang difirmankan Tuhan dalam Alquran 19:33-34. Kenapa umat kristen tidak merayakan hari kenaikan Isa Almasih atau Yesus? Karena Alquran tidak memerintahkan untuk dirayakan. Inilah fakta hukum yang tak dapat dibantah, baik oleh umat islam dan umat kristen khususnya maupun oleh umat manusia pada umumnya bahwa sesungguhnya umat kristen telah menegakkan ajaran-ajaran Alquran.

Ahli kitab adalah sebutan bagi umat Yahudi dan Nasrani (kristen) di dalam Alquran. Kristen memiliki Alkitab yang terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama terdapat Taurat dan di dalam Perjanjian Baru terdapat Injil. Karena kristen selalu merayakan ritual suci dalam memperingati hari kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus sebagai perintah Alquran, dengan demikian kristen dapat dipandang sebagai orang yang beragama.

Alquran juga mengingatkan kepada umat kristen untuk tidak berlebih-lebihan dengan cara melampaui batas dalam agamanya. Semua yang berlebih-lebihan dan segala hal yang melampaui batas adalah perbuatan yang tidak terpuji.

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS 5:77).

Perbuatan yang berlebih-lebihan dan melampaui batas bukan saja menimbulkan antipati agama lain, tapi yang lebih krusial cara itu dapat mencemari kebenaran dan menodai kesucian Yesus. Secara hakikat ayat di atas mengingatkan umat kristen agar tetap di jalan lurus. Untuk tetap berada di jalan lurus jangan berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam agama, sebab cara berpikir dan berasumsi yang berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam agama dapat membuat anda berjalan serong/miring ke kiri atau ke kanan yang akhirnya justru membawa anda ke jalan sesat. Jalan menuju Tuhan adalah jalan yang lurus (shiratal mustaqim). Jalan itu hanya bisa dilalui oleh orang yang pandai berserah diri kepada-Nya dengan cara memahami hakikat Tuhan dan eksistensi keberadaan-Nya dengan benar.

Alquran mengatakan: “Al Masih Isa Putra Maryam seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS 3:45).

Jika anda meminta saya menjelaskan makna harfiah dari ayat di atas, dengan tegas saya katakan; “sebaiknya anda bertanya kepada yang lain saja.” Orang yang anda tanyai itu akan memusingkan anda dengan argumentasi yang tidak benar dan profan, sebab orang itu tidak lebih tahu dari anda sendiri.

Ayat di atas mutasyahbihat (sangat samar) yang hanya bisa dipahami secara hakikat. Untuk memaknainya secara hakikat harus lebih dulu dicermati secara ontologis. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.

Berdasarkan kajian sintaksis (bahasa Arab Nahwu) yaitu ilmu yang mempelajari tata kalimat ayat di atas menggunakan kalimat poli klausa atau kalimat majemuk karena terdiri atas dua kalimat: Klausa pertama “seorang terkemuka di dunia dan di akhirat.” Ada pun klausa yang kedua adalah “dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).”

Parameter apa yang akan dijadikan alat ukur untuk mengukur kebenaran bahwa Yesus seorang terkemuka di dunia dan di akhirat? Anda keliru jika mendengar pandangan orang islam, sebab orang islam memandang Yesus (Isa) hanya sebagai nabi dan rasul. Pandangan ini didasari oleh perkataan Yesus (Isa) sendiri di dalam Alquran:

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (QS. 19:30).

Seorang nabi dan rasul adalah seorang terkemuka, tetapi hanya di dunia ini, sebab dia membawa ajaran Tuhan dan namanya dimuliakan di dalam kitab-kitab-Nya. Nabi dan rasul tidak lagi jadi orang terkemuka di akhirat, sebab manusia tidak lagi melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa, berhaji, misa di gereja, dan sebagainya. Alquran  mengajarkan kepada umat islam bahwa Yesus (Isa) adalah seorang nabi dan rasul Allah sebagaimana nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya. Pengakuan Alquran terhadap kenabian dan kerasulan Isa (Yesus) “mengharuskan” atau “memaksa” umat islam untuk mengakui kebenaran ajaran agama kristen, sebab ajaran itu dibawa oleh nabi dan rasul Allah, Isa (Yesus). Mengingkari kebenaran ajaran agama kristen termasuk tata cara peribadatannya dapat berarti mengingkari kebenaran Isa (Yesus) sebagai nabi dan rasul Allah. Pengingkaran terhadap Isa (Yesus) dapat berakibat fatal, sebab dianggap sebagai pengingkaran terhadap Tuhan yang telah mengutus Isa (Yesus).

Alquran melarang manusia membanding-bandingkan agama satu dengan agama lainnya sebagaimana firman-Nya:

Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (QS. 109:1-6).

Jika diteliti secara seksama, ayat di atas tidak menyebut salah satu agama, tetapi orang islam yang mengartikan ayat di atas secara harfiah akan menganggap kafir bagi yang tidak beragama islam. Secara hakikat, ayat di atas diperuntukkan bagi seluruh manusia dengan agamanya masing-masing di mana salah satu di antara agama-agama itu adalah agama islam. Alquran tidak diperuntukkan hanya untuk umat islam saja, melainkan untuk seluruh umat manusia sebagaimana firman-Nya:

“… Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…” (QS. 2:185).

Alquran harus ditafsirkan secara bijak, tenang, dan penuh kehati-hatian, sebab ambiguitasnya. Ayat 2:185 telah menjelaskan bahwa Alquran bukan hanya dikhususkan untuk umat islam saja, tetapi petunjuk bagi umat manusia.

Kafir (bahasa Arab) dalam syariat islam diartikan sebagai “orang yang menutupi risalah islam.” Tidak salah jika orang islam menganggap non muslim sebagai kafir.

Pada zaman sebelum datangnya agama islam, istilah “Kafir” digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di ladang, kemudian menutup (mengubur) dengan tanah, sehingga kalimat Kafir bisa diimplikasikan menjadi “seseorang yang bersembunyi atau menutup diri.” Dengan demikian, kata “kafir” menyiratkan arti seseorang yang bersembunyi dan menutup diri.

Kata “kafir” pada QS 109:1-6 bermakna ambigu. Umat islam menggunakan makna “kafir” setelah datangnya islam, sehingga semua non muslim dianggap kafir. Tetapi non muslim juga bisa menggunakan kata “kafir” yang ditujukan kepada orang islam, sebab non muslim menganggap orang islam menutup diri atau menyembunyikan diri dari ajaran agama non muslim.

Umat islam bisa saja berbeda pandangan dengan penulis, tetapi faktanya non muslim baik-baik saja, mereka tetap menjalankan prinsip-prinsip Alquran: “aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”

Non muslim secara hukum berhak mempertahankan agamanya berdasarkan prinsip hukum Alquran dan orang islam harus menerima kenyataan bahwa Alquran ini bukan hanya untuk orang islam. Bila orang islam tidak ikhlas menerima kenyataan bahwa agama lain juga melaksanakan prinsip-prinsip Alquran maka orang islam tersebut telah melakukan pelanggaran nyata hukum Alquran, khususnya ayat 2:185 tersebut di atas.

Dalam konteksitas Isa (Yesus) sebagai Anak Manusia, Alquran menempatkannya secara proporsional dengan menyebutnya nabi dan rasul. Ini dalam kapasitas dia sebagai pembawa ajaran Tuhan yang telah Allah ajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil (Q 3:48).

Kekeliruan fatal umat kristen selama ini karena menginginkan umat islam berpandangan sama dengan mereka, sementara kesalahan fatal umat islam hingga saat ini karena menganggap umat kristen keliru, sebab berbeda pandangan dengan mereka.

Apa sesungguhnya penyebab perseteruan ini? Penyebabnya karena orang islam tidak memahami Alquran, sementara orang kristen sok tahu terhadap Alquran. Benar, jika orang islam menganggap Isa (Yesus) seorang nabi dan rasul, sebab dasar ayatnya jelas, tetapi tidak salah (benar) juga jika orang kristen memandang Isa (Yesus) lebih dari seorang nabi dan rasul, sebab ayatnya jelas tercantum dalam Alquran. Jika Isa (Yesus) hanya seorang nabi dan rasul, tentu Alquran mengatakan: “Al Masih Isa Putra Maryam seorang terkemuka di dunia” saja, tetapi faktanya Alquran menyebut: “Al Masih Isa Putra Maryam seorang terkemuka di dunia dan di akhirat.” Kata “di akhirat” adalah bukti nyata bahwa Isa (Yesus) bukan hanya seorang nabi dan rasul, tetapi lebih tinggi dari itu.

Tanpa bermaksud membanding-bandingkan, penulis berpandangan Al Masih Isa Putra Maryam (Yesus) memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Muhammad rasul Allah. Muhammad hanya seorang terkemuka di dunia ini tetapi di akhirat dia bukan seorang terkemuka. Anda bisa berkata apa saja tentang Nabi Muhammad di dunia ini, tapi di akhirat anda akan diam tak berkata sekata pun. Penegasan ini perlu disampaikan agar semua masalah dianggap telah terselesaikan. Orang islam tidak perlu mencari-cari atau memanggil-manggil Muhammad di hari penghakiman, sebab anda tidak bakalan ketemu. Juga tidak perlu berharap syafaat, sebab anda tidak mungkin mendapatkannya dari beliau.

Memang benar Alquran menolak dengan tegas doktrin Tritunggal Allah (Trinitas), akan tetapi secara implisit Alquran mengajari kita bahwa Tritunggal Allah harus dipahami sebagai Tritunggal Yesus. Secara ontologi firman Tuhan dalam Alquran (3:45) mengajari kita realitas kebenaran yang bersifat konkrit. Tritunggal Yesus dapat kita terima sebagai realitas kebenaran yang konkrit yaitu Yesus sebagai seorang terkemuka di dunia, Yesus sebagai seorang terkemuka di akhirat dan Yesus termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).

Bila Yesus sebagai seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, apakah berarti Yesus adalah Tuhan? Alquran dengan tegas mengatakan Yesus; “Seorang terkemuka di dunia dan di akhirat,” kata “seorang” (kata tunggal) artinya seorang diri atau sendiri, sangat pribadi di dalam dirinya. Secara hakikat dapat dibenarkan jika umat kristen menyebut TUHAN YESUS. Dalam ilmu sintaksis Tuhan Yesus adalah sebuah frasa yang terdiri atas dua kata tunggal yang masing-masing memiliki arti dan kedudukan tersendiri.

Klausa kedua di dalam Alquran (3:45) menyebutkan “dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” Kata “orang-orang” adalah kata tunggal penuh di mana dalam kata “orang-orang” salah satu yang dimaksudkan adalah Yesus. Itu berarti bukan hanya Yesus sendiri, akan tetapi ada orang lain selain Yesus yang didekatkan (kepada Allah). Siapa sajakah yang dimaksudkan dengan “orang-orang” yang memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan Yesus?

Bila ingin mengetahui “orang-orang” yang memiliki derajat dan kedudukan yang sama dengan Tuhan Yesus, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus masuk menelusurinya dalam kitab suci weda. Apa yang akan kita temukan dalam penelusuran itu? Logika kita akan memahami kebenaran agama hindu.

Pemahaman kami terhadap prinsip-prinsip kebenaran agama hindu merupakan sebuah anugerah yang dapat kami tahan untuk diri sendiri tapi juga dapat kami berikan kepada orang lain yang mengharapkannya. Menahan anugerah ini tidak memberi keuntungan bagi diri kami, juga tidak membawa kerugian bagi penulis bila membagi pemahaman ini kepada pembaca yang bijaksana. (Bersambung ke Bagian 3)

 

HAKIKAT TUHAN DAN EKSISTENSINYA (1)

Oleh: Cakra Ningrat

Manusia yang beriman meyakini bahwa Tuhan bersifat Esa, Tunggal dan hanya Satu. Tentu saja keyakinan itu benar dan tidak perlu lagi diperdebatkan. Keadaan menjadi berbalik ketika dipertanyakan Tuhan yang mana? Suasana yang tenang akan menjadi gaduh karena masing-masing orang akan berargumen untuk membela Tuhannya berdasarkan ajaran-ajaran agamanya. Tuhan kok dibela mati-matian. Sejatinya, Tuhan tidak pernah membutuhkan pembelaan anda. Anda tidak lebih dari sebiji pasir di tengah alam jagat raya yang maha luas ini. Anda diibaratkan seperti seorang anak yang baru lahir kemarin sore bila dibandingkan dengan usia bumi yang telah dihuni oleh manusia sejak berjuta-juta tahun yang lampau.

Keyakinan manusia terhadap Ke-Esa-an Tuhan adalah keyakinan utama yang didasari oleh asumsi-asumsi dan prasangka-prasangka subjektif kolektivitas keberagaman agama. Asumsi dan prasangka ini telah terbangun sejak zaman dahulu kala oleh generasi pendahulu kita (nenek moyang). Ketika doktrin dan dogma dipaksakan untuk diterima sebagai sebuah kebenaran, maka hasil akhirnya adalah ketidakbenaran.

Semua agama tentu bertujuan “baik” dan semua agama mengajarkan yang “benar.” Namun bila ingin mencapai “kebenaran mutlak,” maka kita harus melampaui batasan-batasan agama. Kita harus bisa membebaskan diri dari belenggu doktrin dan dogma yang menakutkan, yang membenarkan diri sendiri dan menyalahkan agama orang lain, yang boleh jadi hanya hasil rekayasa manusia pendahulu kita berdasarkan asumsi-asumsi dan prasangka-prasangka yang dilatarbelakangi oleh rasa ketakutan dan ketidaktahuan mereka. Tidak ada parameter yang pasti yang dapat memberi kepastian bahwa pendahulu kita sudah “benar” dalam memahami kebenaran.

Sebaiknya kita jangan latah dan ikut-ikutan pada mereka, sebab segala risiko dan akibat akan kita tanggung sendiri. Tidak ada Dewa penyelamat atau juru selamat yang menyelamatkan kita kecuali diri kita sendiri. Segalanya berpulang kepada diri kita masing-masing, apakah tetap ingin berpegang teguh pada doktrin dan dogma agama yang belum tentu mutlak kebenarannya ataukah mencapai kebenaran mutlak atas usaha diri sendiri setelah melampaui batasan agama-agama yang kita anut.

Artikel ini murni pemikiran Cakra Ningrat. Ditulis sebagai pengantar berpikir. Dipersembahkan khusus buat peminat dan peneliti kebenaran. Artikel ini akan mengantar anda ke pintu logika pembenaran. Selanjutnya terserah anda, sebab sejatinya; kebenaran senantiasa mencari ruang dan waktu yang tepat untuk muncul dan diterima oleh para pencari kebenaran yang bijaksana.

TAK BERNAMA

Pada hakikatnya Tuhan kita tak memiliki nama. Tuhan Tak Bernama. Semua yang diciptakan Tuhan selalu diberi nama. Segala sesuatu yang ada di hadapan Tuhan adalah ciptaan-Nya. Semua ciptaan-Nya diberi nama oleh Sang Pencipta. Yang membedakan antara Pencipta dan Ciptaan-Nya adalah “nama.” Sang Pencipta Tak Bernama sementara seluruh ciptaan-Nya, Ia beri nama.

Diilustrasikan; seorang musisi menulis syair lagu dan mengaransemen musiknya. Sang musisi mencantumkan nama pribadinya selaku pencipta lagu. Pencantuman “nama” pencipta lagu menandakan bahwa pencipta lagu tersebut juga adalah ciptaan-Nya sebab ia memiliki nama. Prinsipnya; semua yang bernama adalah hamba, ciptaan-Nya. Hanya satu yang Tak Bernama, yaitu Tuhan. Dialah Sang Pencipta. Penyebab utama dari semua penciptaan.

Tidak ada sesuatu apa pun yang berada di alam semesta ini yang tak memiliki nama. Semua pasti memiliki nama, baik manusia, hewan, tumbuhan, dan sebagainya. Seluruh benda; padat, cair, gas bersama seluruh unsur turunannya pasti memiliki nama.

Hal yang dilakukan oleh para ilmuwan atas setiap penemuan-penemuan baru adalah pemberian nama. Demikian halnya terhadap para pencipta lagu, pencipta puisi, penulis, pelukis, peneliti, dan sebagainya, selalu menomorsatukan pemberian nama atas semua cipta, karsa, dan karya mereka.

Pemberian nama atas sesuatu objek selalu berasal atau bersumber dari pemiliknya. “Pemilik” dapat berarti ia sebagai pencipta, penemu, atau penyebab. Oleh karena Tuhan sebagai pencipta utama, penyebab utama, dan pemilik utama tentu sangat logis dan masuk akal jika Ia Tak Bernama. Ia penyebab utama yang menciptakan dan sekaligus pemilik hukum sebab akibat. Karena Ia sebab utama akibatnya, Yang Esa itu Tak Bernama.

Sebab Yang Esa Tak Bernama akibatnya Ia menggunakan banyak nama agar manusia mengenal Ia sebagai Yang Esa. Masing-masing agama mengenal Ia dengan nama-nama tertentu. Semua nama suci yang dikenal oleh manusia adalah benar nama-Nya. Yang salah adalah manusia karena mempertentangkan nama-nama di mana mereka tidak memahami hakikat penggunaan nama tersebut. Ibarat orang buta menilai gajah atau orang buta sejak kelahirannya kemudian menjelaskan perbedaan cahaya bulan dan matahari.

EKSISTENSI TUHAN

TIDAK DIKETAHUI BAGAIMANA AWAL MUSABAB-Nya. Dia ada dengan sendiri-Nya. Ia menyatu di dalam satu kesatuan dengan bayangan diri-Nya dan kecerdasan-Nya. Sesungguh-Nya Ia Tak Bernama. Namun Ia menamakan bayangan diri-Nya dengan nama Allah, dan Ia menamakan kecerdasan-Nya dengan nama BRAHMAN.

Ia bersembunyi di dalam bayangan diri-Nya sendiri. Allah adalah zat yang meliputi, yang melingkupi, dan menyelubungi Ia sehingga Ia tidak dapat dicapai dan diketahui oleh seluruh makhluk ciptaan-Nya. Karena itulah Ia gaib (tersembunyi, tidak nyata) bagi manusia. Namun Ia dapat diketahui oleh manusia karena Brahman-Nya (kecerdasan-Nya) di dalam Mencipta. Seluruh ciptaan-Nya nyata (dapat dilihat oleh mata) sehingga eksistensi keberadaan-Nya nyata meski hakikat diri-Nya gaib.

Berfirmanlah Allah: Kejadian 1:26-27

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Menurut KBBI “Kita” adalah pronomina persona pertama jamak, yang berbicara dengan orang lain termasuk yang diajak bicara. Pertanyaannya; apakah makna sesungguhnya “Baiklah, Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” sebagaimana firman tersebut di atas?

Secara harfiah “gambar” bermakna tiruan dan “rupa” artinya keadaan yang tampak luar (pada lahirnya). “Manusia menurut gambar dan rupa Kita” dapat ditafsirkan bahwa; secara nyata, yang tampak dari luar manusia adalah tiruan Kita. Siapakah yang dimaksud Kita? Kita adalah Tuhan Yang Tak Bernama bersama Bayangan-Nya yang dinamakan Allah. Apakah mereka tunggal atau jamak? Secara harfiah mereka jamak (lebih dari satu) namun secara hakikat sesungguhnya Tunggal, Esa, dan hanya satu. Contohnya; sebagai manusia nyata yang tampak dari luarnya, anda merupakan tiruan-Nya. Wujud badan anda hanya satu, akan tetapi ke mana pun anda bayangan anda selalu meniru anda. Anda bisa saja menggunakan kata “kita” ketika anda berbicara dengan bayangan anda, namun bukan berarti ada wujud lain atau oknum lain selain diri anda sendiri. Anda dan bayangan anda satu.

Perbedaan prinsip antara Tuhan dengan manusia sebagai tiruan-Nya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ia berwujud tapi Tak Bernama. Ia Hidup Kekal tapi Tak Bernafas (Yoga). Ia memiliki Kecerdasan. Kecerdasan-Nya dinamakan Brahman. Ilmu-Nya meliputi langit dan bumi. Ia menamakan ilmu-Nya dengan nama Kursyi. Ia memiliki bayangan Diri. Bayangan Diri-Nya Memiliki Roh Hidup Yang Kekal. Ia menamakan Bayangan Diri-Nya dengan nama Allah. Allah adalah zat. Allah adalah cahaya yang berlapis-lapis cahaya yang berpendar-pendar yang percikan-percikan kecilnya ada di semua ruang dan waktu. Cahaya Allah tak dapat dicapai oleh penglihatan mata.

Allah adalah:

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS 24:35.

 

Bismillahirrahmanirrahim artinya Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dalam kalimat suci itu di manakah Tuhan bersembunyi? Dia Yang Esa dan Tak Bernama bersembunyi di dalam kata “Dengan.”

Prinsip monoteistik di dalam islam disebut tauhid. Kalimat tauhid berbunyi “laa ilaha illallah” artinya “Tidak ada Tuhan selain Allah.” Di dalam kalimat itu, di manakah Tuhan bersembunyi? Dia Yang Esa Yang Tak Bernama “bersembunyi” di dalam kata “Allah.”

Wahyu pertama yang turun kepada nabi Muhammad adalah: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia, mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” QS 96:1-5.

Wahyu pertama berisi “perintah” untuk membaca dengan (menyebut) nama Tuhan. Secara spesifik dan tegas wahyu pertama tidak menyebut Allah sebagai nama Tuhan. Manusia menyebut nama Tuhan dalam banyak nama namun hakikatnya Tuhan Tak Memiliki nama. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Segumpal darah (alaqah) yang dimaksud dalam wahyu pertama adalah “otak” manusia. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf di dalamnya dipercaya dapat mempengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.

“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” Dia mengklaim Diri-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Pemurah. Dia adalah Tuhan Yang Maha Pencipta. Dia dapat Mencipta karena Dia memiliki kecerdasan. Dia menamakan Kecerdasan-Nya itu Brahman. Karena Kemurahan-Nyalah sehingga Dia memercikkan Brahman-Nya kepada manusia. Percikan terkecil Brahman yang ada pada manusia Dia menamakan Atman.

Atman adalah percikan-percikan terkecil Brahman (Tuhan) yang berada di setiap makhluk hidup. Sifatnya sangat gaib (Parama Suksma), tidak pernah mengalami kelahiran dan kematian. Atman berfungsi sebagai sumber hidup citta (alam pikiran) dan suksma sarira (badan halus) dari segala makhluk. Menurut Bhagavad-Gita, sifat-sifat Atman adalah: tak terluka oleh senjata, tak terbakar oleh api, tak terkeringkan oleh angin, tak terbasahkan oleh air, kekal abadi, di mana-mana ada, tak berpindah-pindah, tak bergerak, selalu sama, tak dilahirkan, tak terpikirkan, tak berubah dan sempurna, tak laki-laki maupun perempuan.

Sebab Kemurahan-Nyalah yang menyebabkan Atman pada manusia berbeda dengan Atman pada makhluk yang lain. Tuhan konsisten dengan rencana-Nya yang menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupa-Nya agar manusia dapat “meniru.” Dia dalam mencipta. Dengan berkembangnya kecerdasan manusia di dalam sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan, kita sependapat bahwa manusia telah dapat menciptakan apa saja termasuk bayi tabung, akan tetapi manusia tidak dapat menciptakan “hidup.” Hidup adalah sesuatu yang berhubungan langsung dengan Atman. Ketika Atman “ada” maka saat itu pula roh Allah akan hadir menyelubunginya atau meliputinya.

Menurut hipotesis penulis, Atman dalam alquran disebut Asma (bahasa Arab: Al-Asma). Asma secara harfiah artinya NAMA. Manusia dapat saling mengenal antara satu dengan lainnya karena adanya nama. Nama berkaitan langsung dengan identitas diri pribadi seseorang. Peribahasa melayu menyebutkan; gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Faktanya memang seperti itu bahwa manusia lahir, hidup lalu mati dan pada akhirnya hanya meninggalkan nama. Sebabnya? Karena pemberian yang pertama dari Tuhan kepada manusia adalah pemberian nama. Dia memberi nama Adam kepada manusia ciptaan-Nya. Pemberian yang kedua dari Tuhan kepada Adam adalah “pengajaran dengan perantaraan kalam. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”  QS. 2:31.

“Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.” Kalam (bahasa Arab) secara harfiah artinya “kata.” Dia Yang mengajarkan kepada Adam (manusia) nama-nama benda seluruhnya. Nama-nama adalah kata-kata. Kalam. Pengajaran yang diberikan kepada manusia diserap sebagai pengetahuan untuk selanjutnya dikembangkan terus hingga manusia dapat mencapai peradaban tertingginya seperti saat sekarang ini.

“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Setiap manusia terlahir di bumi ini, hal pertama yang dilakukan orang tuanya adalah memberi nama kepada anaknya. Yang kedua mengajari anak tentang nama-nama benda. Itu berarti manusia telah meniru apa yang telah dilakukan Tuhan terhadap Adam. Manusia mengembangkan pengetahuannya dalam proses belajar-mengajar dengan perantaraan kalam (kata-kata).

Sebagaimana dalam frasa “Dengan Nama Allah” telah disebutkan bahwa Tuhan Yang Tak Bernama bersembunyi di dalam kata “Dengan,” Atman-Nya bersembunyi di dalam nama pribadi manusia dan roh Allah bersembunyi di dalam napas hidup manusia. Orang-orang ateis bisa saja mengingkari Tuhan, sebab Tuhan bersembunyi di dalam kata “dengan.” Menurut ilmu bahasa kata “dengan” disebut kata penghubung konjungsi subordinatif. Subjeknya yakni Tuhan Yang Tak Bernama senantiasa berada di luar diri manusia namun tidak ada satu pun manusia yang bisa lepas dari-Nya.

Teis atau ateiskah anda, sepanjang anda memiliki nama pribadi yakinlah kalau Atman-Nya bersembunyi di balik nama yang anda gunakan. Tentu saja Ruh Allah bersembunyi di dalam napas anda. Udara yang anda hirup senantiasa menyebut suku kata AL dan udara yang anda hembuskan selalu menyebut suku kata LAH. Napas yang kita hirup dan hembuskan biasa dikatakan napas masuk dan keluar. Sebutan ini kurang tepat sebab dapat dianggap pengingkaran terhadap keabadian ilahi dalam napas dan denyut nadi kehidupan kita.

Sesungguhnya napas yang dihirup dan dihembuskan senantiasa berputar-putar melingkar berlawanan dengan arah jarum jam. Gerakannya berputar ke kiri  sebab jantung berada di sebelah kiri rongga dada manusia. Gerak napas berputar melingkar ke arah kiri secara konstan tidak berubah-ubah sehingga membentuk huruf “O” yaitu “Om” sebuah aksara suci dan sakral dalam agama hindu. Atman-Nya berada tepat di tengah-tengah lingkaran Om. Atman dan Om merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagaimana ALLAH dan Asma-Nya

Dengarkanlah sloka dalam Bhagavad Gita berikut ini:

  • Dari penciptaan, wahai Arjuna, Aku adalah permulaan dan akhir serta juga pengetahuan, dari segala ilmu pengetahuan Aku adalah ilmu tentang sang Diri (Atman), dan dari mereka yang berdiskusi Aku adalah dialektika. (Bgv.10-32).

Note: Bhagavad Gita adalah kitab suci umat hindu. Ditulis oleh Resi Agung Viyasa (Abiyasa) dalam bentuk sloka. Kitab ini berisi dialog-dialog antara Dewa Krisna dan Arjuna. Dialog ini sebagai suatu penggambaran dialektika yaitu hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki atau mengungkap suatu masalah. Tentu saja dengan perantaraan kalam atau kata-kata. Dewa Krisna diyakini sebagai manifestasi kepribadian Brahman. Brahman adalah Kecerdasan dan Pengetahuan Tuhan Yang Tak Bernama. Karena itu Krisna menyebut diri-Nya “Aku adalah ilmu tentang sang Diri (Atman)” sebab Atman, adalah percikan terkecil Brahman.

  • Dari semua alfabet, Aku adalah huruf A dan dari paduan kata-kata, Aku adalah kata majemuk, Aku juga adalah waktu yang tiada hentinya dan Aku adalah pengembara yang menghadap segala penjuru terkecil (Bgv. 10-33).

Penjelasan: Huruf A yang dimaksud adalah Allah. Kata majemuk maksudnya Asma Allah atau Atman Om. Waktu yang tiada hentinya bermakna napas hidup. Pengembara yang menghadap segala penjuru maksudnya pada seluruh umat manusia dan makhluk hidup lainnya yang ada di seluruh penjuru di muka bumi ini.

  • Di antara ucapan suci, Aku adalah aksara tunggal Om, di antara persembahan Aku adalah persembahan meditasi hening (japa) (Bgv. 10-25).

Kembali pada gerakan napas yang berputar-putar ke kiri berlawanan arah jarum jam secara hakikat gerakan itu disebut tawaf. Jauh sebelum datangnya islam, kaum pagan sudah melaksanakan tawaf di Ka’bah yang berada di kota suci Mekah Arab Saudi. Dulunya kota Mekah dinamakan Bakkah.

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS 3:96).

Ka’bah (bahasa Arab) berasal dari akar kata Bait. Ka’bah sering disebut Ka’batullah atau Baitullah yang berarti Rumah Allah. Rumah Allah bukan berarti Rumah Tuhan, sebab Allah bukan Tuhan. Allah hanyalah bayangan dari Tuhan Yang Tak Bernama. Selain Ka’batullah, Rumah Allah lainnya adalah badan manusia yang hidup atau manusia yang masih bernapas.

Non muslim (nasrani) keliru jika menuduh umat islam memuja berhala. Juga sama kelirunya asumsi umat islam yang melakukan tawaf dengan berharap mendapat amal-pahala untuk kehidupan akhirat di surga. Ka’bah, bangunan batu yang berbentuk kubus yang diselimuti kiswah hitam bukan berhala pemujaan. Ka’bah adalah simbol Atman (Asma) yang ada di dalam diri manusia. Manusia tawaf dengan berjalan kaki berputar ke kiri berlawanan dengan arah jarum jam dengan memutari Ka’bah sebanyak tujuh kali. Gerakan tawaf membentuk Aksara Tunggal Nan Suci Om, yang juga merupakan akar napas masuk dan keluar yang disebut Allah. Allah tawaf kepada Asma-Nya (nama-Nya) dan Om tawaf kepada Atman-Nya. Manusia hanya memperagakannya tapi tak mengetahui hakikatnya.

Ka’bah; bangunan yang berbentuk kubus memiliki empat sudut atau pojok yang disebut rukun yaitu rukun Aswad, rukun Iraqi, rukun Yamani dan rukun Syami. Pada dinding rukun Aswad terdapat Hajaratul Aswad (batu hitam), Multazam dan pintu Ka’bah. Di dalam diri manusia hakikat pintu Ka’bah adalah hidung yang merupakan pintu masuk dan keluarnya napas manusia.

Multazam dikenal sebagai tempat yang paling mustajab untuk memanjatkan doa. Doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa merupakan perbuatan baik yang bersumber dari dalam hati. Firman-Nya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs. 2:186)

Tawaf sebanyak tujuh kali dimulai dari dekat Hajar Aswad dari arah rukun Yamani dengan mengangkat telapak tangan di depan Hajar Aswad. Disunahkan (jika memungkinkan) singgah mengusap dan mencium Hajar Aswad. Secara hakikat Hajar Aswad (batu hitam) di dalam diri manusia adalah Faring, yaitu percabangan dua saluran yakni tenggorokan (saluran pernapasan) dan kerongkongan (saluran pencernaan). Faring berfungsi untuk mengatur makanan/minuman supaya tidak masuk ke tenggorokan. Faring terletak di leher manusia. Firman-Nya:

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya,” (QS. 50:16).

Berdasarkan informasi Alquran maka jelaslah bagi kita bahwa posisi Atman-Nya (Asma-Nya) lebih dekat dari urat leher manusia yaitu otak. Otak merupakan sumber kesadaran dan kecerdasan maka pahamilah hakikat Tuhan dan eksistensi-Nya melalui logika anda. Bila logika anda telah mencapai kebenaran, maka kebenaran itu akan menerangi hati anda guna memperteguh serta menguatkan keyakinan anda terhadap hakikat Tuhan Yang Esa, Dia Yang Tak Bernama.

Bila muslim masih bersikap skeptis terhadap hakikat Ka’bah dan tawaf sebagaimana uraian di atas itu berarti muslim masih terbelenggu oleh doktrin dan dogma agamanya. Muslim tersebut belum mampu melampaui batasan agamanya. Jika begitu untuk tujuan apakah muslim berlari-lari kecil sebanyak tujuh kali bolak-balik antara bukit Shofa dan bukit Marwah? Muslim bisa melakukannya meski tanpa berwudu dan bagi perempuan bisa melakukannya meski dalam keadaan kotor karena haid dan nifas.

Bukit Shofa dan Marwah hanya berupa gundukan kecil yang berada di dalam kompleks Masjidil Haram di dekat Ka’bah. Bukit Shofa berjarak setengah mil dari Ka’bah atau 804,5 meter dan bukit Marwah 450 meter, sehingga perjalanan tujuh kali berjumlah 3.150 meter atau 3,15 Km. ritual Sa’i dalam ibadah haji dan umrah menurut agama islam untuk mengenang peristiwa pencarian air oleh Siti Hajar untuk putranya Ismail. Hajar berjalan, berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Shofa ke bukit Marwah bolak-balik sebanyak tujuh kali untuk mencari air minum. Pada hitungan ke tujuh secara ajaib air pun menyembur keluar dari permukaan tanah. Air itu bersumber dari mata air yang dinamakan zamzam. Hingga saat ini air zamzam masih terus mengalir dan menjadi sumber air minum bagi penduduk kota Mekkah.

Semua muslim tentu saja mengetahui peristiwa ini atau kisah Siti Hajar bersama putranya Nabi Ismail dan air zamzam, sebab sudah diajarkan oleh ustadz dan guru agama islam saat muslim masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Kisah-kisah seperti ini terutama dalam Kurikulum Pendidikan Agama islam untuk Sekolah Dasar dan diajarkan hingga ke seluruh pelosok tanah air Indonesia. Karena itu muslim jangan menegur dan mengoreksi saya sebab saya juga mengetahui hikmah dari kisah dan pengajaran agama itu. Apa yang muslim ketahui pasti saya juga mengetahuinya, akan tetapi apa yang saya ketahui saya pastikan tidak ada (belum) muslim ketahui.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS 2:158).

Dalam sudut pandang hakikat, sesungguhnya sa’I berkaitan langsung dengan ilmu Tuhan yang berhubungan dengan penciptaan. Bolak-balik (putar balik) antara bukit Shafa dan Marwah pada hakikatnya untuk membentuk angka 1 yang tegak berdiri. Berlari-lari kecil menandakan adanya energy terpusat yang mendorong sehingga air menyembur keluar. Tujuh kali bolak-balik adalah rumus Tuhan tentang penciptaan.

Hakikat sa’i pada diri manusia adalah proses penciptaan (anak) manusia. Bukit Shafa dan Bukit Marwah dianalogikan sebagai Dua Bukit yaitu Buah Dada wanita. Berjalan cepat dan berlari-lari kecil bolak-balik antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali dianalogikan sebagai nafsu syahwat yang memiliki sifat ingin cepat-cepat, tergesa-gesa, dan terburu-buru, sehingga akhir dari kesudahannya adalah keluarnya air mani.

Kehadiran Ismail yang masih bayi dalam peristiwa Siti Hajar di bukit Shafa dan Marwah secara hakikat untuk mempertegas bahwa ritual Sa’i adalah sebuah ritual yang menggambarkan proses penciptaan manusia. Air zamzam di dalam diri manusia secara hakikat adalah air mani. Bukit Shafa dan Marwah (buah dada wanita) hakikat yang terkandung di dalamnya sesungguhnya adalah air susu. Air mani disebut berulang-ulang dalam Alquran. Air mani sumber penciptaan manusia dan air susu sebagai sumber kekuatan (energi) pertama manusia saat lahir di dunia ini hingga ia dapat tumbuh menjadi besar dan kuat.

Diorama abstrak bukit Shafa dan Marwah sebagai manifestasi dari buah dada wanita yang merupakan sumber keluarnya air susu ibu untuk bayinya dan air zamzam sebagai manifestasi dari air mani yang dipancarkan oleh laki-laki memberi pelajaran bagi manusia bahwasanya Tuhan Suci dari segala macam nafsu, termasuk nafsu tertinggi dan alami manusia, syahwat. Di dalam Alquran dan Alkitab, Tuhan melarang Adam dan Hawa untuk mendekati pohon kayu yang terkutuk itu yang bermakna sebagai alat kelamin laki-laki disebabkan karena adanya rangsangan dari wanita. Kata “mendekati” dapat diartikan sebagai “rangsangan seksual” oleh karena Adam dan Hawa memakan “buah” pohon kayu itu yang diartikan sebagai melakukan hubungan kelamin, menyebabkan mereka terusir dari surga. Pengusiran dari surga memberi indikasi “ketidakhadiran” Tuhan dalam setiap hubungan seksual yang dilakukan oleh manusia. Hubungan seksual adalah murni keinginan manusia untuk melakukannya. Alkitab menyebut pohon kayu itu sebagai pohon pengetahuan yang baik apabila dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan yang terikat oleh perkawinan yang sah guna mendapatkan keturunan yang kelak akan mewarisinya. Sebaliknya, hubungan seksual dipandang sebagai pengetahuan yang jahat bila dilakukan dengan tujuan melampiaskan hasrat birahi secara bebas dan tak bertanggung jawab. Hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan, tidak peduli dilakukan antara orang lain atau antar sedarah semenda selalu saja menimbulkan risiko hadirnya manusia baru di muka bumi ini. Disebut sebagai pengetahuan yang jahat sebab kenikmatan sesaat yang sirna dalam sekejap namun mengandung risiko yang berkepanjangan yang bisa saja menurunkan gen-gen yang jahat secara berkesinambungan dan turun temurun.

Dalam artikel terdahulu saya, yang saya beri tajuk Legal Opinion, saya mengemukakan teori hukum God Compilation of Law. Dasar pemikiran teori ini bahwa; Hukum Tuhan dikompilasi ke hukum alam dan hukum alam dikompilasi oleh manusia ke dalam hukum positif dan hukum ajaran agama. Semua hukum yang ada dalam ajaran agama adalah hukum Tuhan yang dikompilasi melalui hukum alam. Artikel ini (dan berikutnya) saya mengemukakan satu bentuk pemikiran baru dalam filsafat. Aliran baru ini saya namakan sebagai “Filsafat Penggenapan.” Filsafat penggenapan ini didasari oleh satu pemikiran bahwa segala sesuatu yang diciptakan Tuhan selalu digenapkan untuk mencapai keseimbangan. Keseimbangan dapat tercipta apabila memiliki daya tarik-menarik demi untuk menjaga keseimbangan tersebut. Kekuatan utama yang menjaga, menopang dan menyanggah keseimbangan itu selalu berada di tengah mengantarai kedua unsur yang digenapkan. Dia memelihara dan melindungi ciptaan-Nya itu, semua ciptaan-Nya memiliki nama. Dengan demikian Ia Tak Dapat Disamai, Tak Dapat Diserupai, Tak Dapat Dicapai dan Tak Terjangkau oleh pemikiran manusia.

Islam memegang teguh prinsip tauhid (pengesaan Tuhan) dalam kalimat Laa Ilaha Illallah yang artinya Tidak ada Tuhan selain Allah. Kalimat ini ambigu. Makna yang pertama dapat berarti “tidak ada Tuhan (lain) selain Allah.” Makna yang kedua memiliki arti “tidak ada Tuhan selain (dalam) Allah.” Secara hakikat makna yang kedua memiliki arti yang benar, sebab Allah adalah bayangan Tuhan. Allah menyelubungi Tuhan dan Tuhan berada di dalam Allah. Pandangan ini didasari oleh pernyataan Allah di dalam Alquran QS 3:318, sebagai berikut:

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam ilmu bahasa dikenal istilah kata ganti atau disebut dengan pronominal merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan orang atau benda. Kata ganti orang pertama tunggal: aku, saya, daku, ku. Kata ganti orang kedua tunggal: kamu, anda, engkau, kau, dikau, mu. Kata ganti orang ketiga tunggal: dia, beliau, ia, nya. Ayat di atas menyebut: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.” Jelas bagi kita bahwa “Dia” yang dimaksud adalah pronomina ketiga tunggal yaitu Tuhan Yang Tak Bernama. Kelanjutan ayat tersebut “Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu), Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Kebenaran pernyataan Allah di atas bersifat mutlak oleh karena didukung oleh saksi-saksi yaitu: Para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Orang-orang berilmu yang dimaksud dalam ayat ini adalah Cakra Ningrat dan anda yang membaca artikel ini. Siapa pun anda, tidak peduli agama anda, bila anda memahami hakikat Tuhan dan eksistensi-Nya bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Tak Memiliki Nama, maka anda masuk dalam kategori orang yang berilmu. Ilmu anda telah melampaui batasan doktrin dan dogma agama anda.

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS 2:163).

Tritunggal yang dalam bahasa latin disebut Trinitas adalah doktrin Iman dalam agama kristen yang mengakui Satu Allah Yang Esa, namun hadir dalam tiga pribadi Allah; Bapa, Putra dan Roh Kudus, di mana ketiganya memiliki esensi yang sama, kedudukan yang sama, kuasa yang sama dan sama kemuliaannya. Sejak awal abad ketiga, doktrin Tritunggal telah dinyatakan sebagai “satu kebenaran Allah di dalam tiga pribadi dan satu substansi, Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Doktrin ini menjadi pegangan bagi semua aliran kekristenan baik katolik, protestan, maupun ortodoks.

Semua umat kristen tahu bahwa doktrin Tritunggal Allah bukan ajaran Yesus Kristus. Kristin juga tahu tidak ada satu pun ayat dalam perjanjian lama dan perjanjian baru, baik secara eksplisit maupun implisit yang menyebut Allah dalam Tiga Kepribadian yang berbeda namun menjadi satu di dalam diri Yesus Kristus.

Perjanjian lama adalah Kitab yang merekam semua perbuatan-perbuatan Allah ditulis secara kanonik oleh berbagai macam penulis yang berbeda, di zaman yang berbeda, sejarah yang berbeda, status sosial di masyarakat yang berbeda dan kedudukan mereka yang berbeda-beda di hadapan Allah. Jika doktrin Tritunggal Allah tidak tertulis di dalam injil Matius, injil Markus, injil Lukas, dan injil Yohanes maka sudah dapat dipastikan doktrin Tritunggal Allah tidak terdapat di dalam Alquran. Injil dan Alquran tidak mungkin “bertentangan,” sebab berasal dari Tuhan yang sama, yaitu Tuhan Yang Tak Memiliki Nama, tetapi ulah manusia selalu saja mempertentangkan kedua kitab itu. Pertentangan ini disebabkan karena ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan kebodohan spiritual yang didasari oleh perasaan dengki. Kedengkian telah membutakan hati nurani manusia dan menutup pintu logika akal sehat mereka. (Berlanjut ke bagian 2 dengan judul yang sama).

SABDA RAJA DAN UGA WANGSIT SILIWANGI DALAM PERSPEKTIF WAKTU

Oleh: Cakra Ningrat

Download Artikel

Raja Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pada tanggal 30 April 2015 telah menyampaikan “SABDA RAJA” sebagai berikut:

“Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto paringono siro kabeh adiningsun, sederek dalem, sentono dalem lan abdi dalem nompo welinge dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto lan romo ningsun eyang-eyang ingsun, poro leluhur Mataram wiwit waktu iki ingsun nompo dawuh kanugrahan dawuh Gusti Allah, Gusti Agung, Kuoso Cipto asmo kelenggahan ingsun Ngarso Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabdo Rojo iki perlu dimangerteni diugemi lan ditindakake yo mengkono sabdo ingsun.”

Artinya, “Tuhan Allah, Tuhan Agung, Maha Pencipta, ketahuilah para adik-adik, saudara, keluarga di Keraton dan abdi dalem, saya menerima perintah dari Allah, ayah saya, nenek moyang saya dan para leluhur Mataram, mulai saat ini saya bernama Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabda Raja ini perlu dimengerti, dihayati dan dilaksanakan seperti itu sabda saya.”

Pada tanggal 5 Mei 2015, Raja menyampaikan “DAWUH RAJA” sebagai berikut:

“Siro adi ingsun, sekseono ingsun Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo Kadawuhan netepake Putri Ingsun Gusti Kanjeng Ratu Pembayun tak tetepake Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Mangertenono yo mengkono dawuh ingsun.”

Artinya, “Saudara semua, saksikan lah, saya Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo mendapat perintah untuk menetapkan Putri saya Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Mengertilah, begitulah perintah saya.”

Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X dalam jumpa pers tanggal 8 Mei 2015 di pendopo GKR Mangkubumi, putri sulungnya menyampaikan alasannya mengeluarkan Sabda Raja. Menurut Ngarso Dalem, saat ini Jogja masuk Lir Gumanti atau Masuknya Zaman Baru.

Sultan menyampaikan “Sabda Raja dikeluarkan setelah Sultan mendapatkan wahyu sehingga Sabda Raja disebutnya sebagai upaya menjalankan kewajiban dari leluhur. Dawuh Raja ini merupakan perintah Tuhan yang diterimanya. Menurut Sultan, perintah ini dapat diartikan sebagai lir gumanti atau masuknya Jogya dalam zaman baru. Zaman baru, terjadinya persatuan kesatuan dari Mataram lama, dari zaman Singosari, Pajang, ke Mataram baru sampai zaman sekarang ini. Zaman Mataram lama dan Mataram baru sempat terpisahkan karena adanya perjanjian Ki Ageng pemanahan dan Ki Ageng Giring. Karena sudah selesai, kami mengakui terjadi keturunan Ken Arok, Pajang, Pamembahan Senopati, sampai sekarang. Keturunan pancer (lurus) tak berkelok.”

Sultan mengakui hanya menyampaikan pesan itu apa adanya tanpa ada penambahan. Orang awam mungkin sulit untuk memahami. Sabda raja mesti dipahami dengan hati bukan pikiran sehingga apa yang sudah menjadi perintah harus segera dilaksanakan. Dalam sabda raja itu juga dijelaskan pergantian nama putri sulungnya namun Sultan menepis anggapan bahwa putri sulungnya merupakan calon penerus tahta.

Raja Keraton Yogyakarta mengakui penghapusan gelar “Khalifatullah” yang melekat padanya. Meski gelar itu hilang namun diganti dengan sebutan Panoto Gomo. Alasan Sultan menghapus nama gelar “khalifatulah” karena mendapat “perintah” langsung dari leluhurnya. Perintah itu diperoleh sehari sebelum menyampaikan Sabda Raja.

“Saya hanya menyampaikan pesan dari leluhur. Saya tidak berani menentang leluhur karena ini perintah yang harus saya laksanakan.” Kata Sultan. Sultan tak menepis pergantian nama itu menuai risiko, seperti yang selama ini terjadi di masyarakat. Namun Sultan punya alasan tetap menghilangkan nama Khalifatullah karena itu perintah dari leluhurnya “semua ada risiko, tapi saya lebih takut jika perintah leluhur tidak dijalankan.” Jelasnya. Sultan berharap tidak terjadi hal yang buruk pada siapa saja yang menentang Sabda Raja. Dia tidak akan mempermasalahkan karena melihat Sabda Raja akan keliru jika menggunakan logika atau pikiran. “Orang Jawa itu kan melihat sesuatu dengan rasa, bukan pikiran. Kalau dengan pikiran, apa yang dilihat keliru. Yang bener itu belum tentu pener (pas atau sesuai) ujar Sultan. Sabda Raja dan Dawuh Raja mendapat penolakan dari kerabat-kerabat Sultan terutama oleh adik-adiknya sendiri.

Adik Sultan, GBPH Yudha Ningrat meminta kakaknya mencabut Sabda Raja I dan II yang telah diucapkan karena tidak sesuai dengan peugeran dan protokol yang berlaku di kraton, sehingga harus batal demi hukum. Menurut Yudhaningrat, pencabutan kembali Sabda Raja tidak masalah sebab tatanan kraton tidak mengenal Sabda Raja. Yang ada “Sabda Nata.” Sabda Nata tidak mempunyai risiko hukum. Ini berbeda dengan Dhawuh Tumbalan Dalem yang merupakan perintah yang harus ditaati. Apabila diabaikan akan ada risikonya.

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, menurut Kepala Pusat Penerangan Kemendagri, Doddy Riatmaji mengatakan “Kementrian sulit untuk ikut campur meskipun ada poin dari Sabda Raja itu yang tidak sejalan dengan Undang-Undang 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta. Misalnya pengangkatan Gusti Kanjeng Ratu Pembayung menjadi GKR Mangkubumi itu artinya, putri sulung raja akan menjadi pewaris tahta. Ini tidak sejalan dengan yang ada dalam Undang-Undang. Dalam UU tersebut raja harus berjenis kelamin laki-laki. Sabda Raja tidak melanggar UU karena salah satu tugas raja adalah menyempurnakan Undang-Undang.

Dari pemberitaan media di atas kita dapat menyimpulkan Sabda Raja tanggal 30 April 2015 adalah penggantian nama gelar Sultan. Ada pun Dhawuh (perintah) Raja adalah mengganti nama GKR Pembanyun menjadi GKR Mangkubumi. Keduanya adalah perintah Allah melalui ayah dan leluhur Sultan. Perintah Tuhan hanya sebatas memberi nama. Sultan tidak berani melangkah lebih jauh termasuk mengangkatnya menjadi putri mahkota.

Artikel ini tidak akan membahas dampak Sabda Raja dan Dawuh Raja dalam aspek pemerintahan termasuk siapa pewaris takhta (putri mahkota) yang akan melanjutkan pemerintahan oleh karena hal itu termasuk masalah internal keluarga kesultanan. Artikel ini sebatas menyoroti pencabutan gelar “khalifatulah” sebagai dampak dari adanya pergerakan alam. Secara de facto and de jure, Sri Sultan Hamengku Buwono X adalah satu-satunya raja di Republik Indonesia yang memiliki pemerintahan sendiri, batas-batas wilayah dan masyarakat sendiri berdasarkan Undang-Undang Daerah Istimewa. Karena itu sabda Raja jangan dianggap sepele apalagi sabda itu disampaikan atas dasar Perintah Allah melalui leluhur raja.

GELAR KAHLIFATULLAH.

Gelar Khalifatullah adalah gelar yang melekat pada diri Sultan-Sultan Yogyakarta selama hampir tiga abad. Pada awalnya raja-raja Mataram memakai gelar panembahan, sultan dan sunan. Raja terbesar Mataram, Sultan Agung menggunakan gelar sultan. Untuk melegitimasi kekuasaannya, dia mengirim utusan ke Mekah untuk meminta gelar sultan pada tahun 1641. Dia mengikuti jejak Sultan Banten, Pangeran Ratu yang menjadi raja Jawa pertama yang mendapatkan gelar sultan dari Mekah sehingga namanya Sultan abdul Mafakir Mahmud Abdul Kadir.

Raja-raja Mataram berikutnya, Amangkurat I sampai III menggunakan gelar sunan. Sedangkan Amangkurat IV (1719-1724) menjadi yang pertama menggunakan gelar Khalifatullah. Gelar baru ini menegaskan perubahan konsep lama raja Jawa, dari perwujudan Dewa menjadi wakil Allah di dunia.

Setelah Perjanjian Giyanti pada 1755 yang memecah Mataram menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta, gelar khalifatulah digunakan oleh sultan-sultan Yogyakarta sedangkan raja-raja Surakarta memakai gelar sunan. Oleh karena itu, di dalam literatur atau kesempatan resmi, sebutan untuk raja-raja Surakarta adalah Sampeyan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sunan Paku Buwana Senapati Ing Alaga Abdur Rahman Sayidini Panatagama, sementara itu sebutan untuk raja keraton Yogyakarta adalah Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alaga Abdur Rahman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Sebutan Sultan di masa lalu: Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alogo Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Khalifatullah Ing Ngayogyakarta Hadiningrat. Makna harfiah “Senopati Ing Alogo Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Khalifatullah adalah: Panglima besar perang Jihad Hamba Tuhan Yang Maha Pengasih Sayid dalam menata kehidupan beragama Khalifatullah (wakil Allah).

Sebutan sultan saat ini: Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati Ing Kalogo, Langgening Bawono Langgeng, Langgeng Ing Toto Panotogomo. Secara harfiah “Langgeng Ing Toto Panatogomo” bermakna “kelanjutan tatanan penataan kehidupan beragama.”

Perintah Allah kepada sultan melalui leluhurnya harus kita sikapi dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan. Dalam Alquran (42:51) Allah berfirman:

Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.  Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Berdasarkan firman di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa perintah Allah kepada sultan BUKAN wahyu. Allah juga tidak mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya. Hal yang paling tepat adalah Perintah Allah kepada sultan dengan perantaraan “di belakang tabir.” Bisa saja “di belakang tabir” yang dimaksudkan oleh sultan adalah dengan perantara leluhurnya tersebut. Tentu tidak ada yang mengetahui bagaimana sultan bisa mendapatkan / mendengar pesan tersebut. Wajar jika sultan tidak mau mengemukakannya sebab hal itu adalah rahasia pribadi sultan.

Pertanyaan kita sekarang “Kenapa Allah memerintahkan sultan melalui leluhurnya agar tidak lagi memakai / menggunakan gelar khalifatulah?”

1.       Dalam Alquran (2:30) Allah berfirman:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.  

Ayat di atas secara jelas dan tegas menyebut “Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi.” Itu berarti Allah masih sebatas merencanakan menjadikan seorang Khalifah. Setelah Adam tercipta, tak satu pun ayat yang menegaskan bahwa Adam Khalifah Allah di muka bumi. Kesalahan fatal umat islam karena keliru dalam menafsirkan ayat. Umat islam menganggap Adam adalah Khalifah Allah di muka bumi dan menganggap semua manusia (keturunan Adam) juga Khalifah Allah. Sultan mendapat pesan dari Allah melalui leluhurnya bahwa Sultan (manusia) bukan Khalifah Allah di muka bumi ini, maka dengan penuh keberanian dan kemantapan diri Sultan menghapus gelar “Khalifatulah” di dalam namanya

2.       Dalam Alquran (38:26) Allah berfirman:

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu Khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Alquran dengan tegas menyebut Daud adalah Khalifah (penguasa) Allah di muka bumi. Karena itu Allah memberi kerajaan kepada Daud sehingga Daud menyandang gelar raja, nabi, dan , rasul Allah. Meskipun nabi Sulaiman juga diangkat sebagai raja yang mewarisi kerajaan Daud, akan tetapi Allah tidak mengangkat Sulaiman sebagai Khalifah-Nya. Setelah nabi Sulaiman wafat, kerajaan Daud, yaitu Kerajaan Israel lambat laun mengalami kehancuran, sebab tidak ada lagi khalifah Allah setelah Daud.

Secara de facto dan de jure Sri Sultan Hamengku Buwono X adalah seorang raja yang dia warisi dari ayahnya dan ayahnya mewarisi dari leluhurnya. Allah memerintahkan leluhurnya agar sultan segera menghilangkan gelar khalifatulah karena gelar itu tidak diperuntukkan bagi manusia biasa

3.       Dengan dihapuskannya gelar khalifatulah yang selama ini melekat pada Sultan Yogyakarta selama kurang lebih 300 tahun, maka alam memperlihatkan tanda-tandanya kepada kita kalau kita semua akan memasuki zaman baru (Lir Gumanti) karena Allah akan mengangkat Khalifah Allah (Khalifatullah) di bumi ini.

4.       Khalifatulah, Khalifah Allah yang kedua ini diperkirakan tidak lama lagi akan muncul. Ia akan menggenapi Raja Daud sebagai Khalifah Allah yang pertama. Khalifah Allah akan memimpin Kerajaan Allah di muka bumi ini. Tidak diketahui siapa dan dimana Khalifah Allah tersebut. Leluhur kita memberi istilah kepada Khalifah Allah Yang Kedua itu sebagai SATRIO PININGIT yang bermakna Satrio (Khalifah) yang dirahasiakan (disembunyikan) Allah. Leluhur memerintahkan pada raja untuk menanggalkan gelar khalifatulah pertanda kemunculan Khalifah Allah SATRIO PININGIT sudah tidak lama lagi.

5.       Pada kemunculan Khalifah Allah yang pertama (Raja Daud), Tuhan memberi tanda kepada Nabi Samuel (QS 2: 247-251) bahwa Thalut (Saul) akan melawan Jalut (Goliath) dan Daud akan membunuh Jalut (Goliath). (Alkitab perjanjian lama kitab Samuel pasal 17). Untuk kemunculan Khalifah Allah Yang Kedua, Tuhan telah memberi petunjuk kepada leluhur dan leluhur mengatakan akan terjadi “goro-goro” (peristiwa besar). Belum diketahui bagaimana sesungguhnya huru-hara tersebut. Mungkin peristiwa besar goro-goro (huru-hara) yang dimaksud leluhur memiliki makna yang sama dengan yang dimaksud dalam Alquran dan alkitab sebagai “ditiupnya sangkakala yang pertama menjelang hari kiamat.” Wallahualam.

Berdasarkan uraian-uraian di atas; Cakra Ningrat berpendapat bahwa “Sabdo Rojo” yang disampaikan oleh Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kesepuluh Surya ning Mataram, Senopati Ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langging Toto Panotogomo adalah benar perintah Allah melalui ayahnya dan leluhurnya.  Cakra Ningrat mengajak dan menghimbau kepada kita semua khususnya dan terutama kepada warga setia blog SPTM agar menerima dan menaati “sabdo Rojo” guna menghindari segala bentuk risiko yang timbul terhadap mereka yang menolaknya atau menyepelekannya.

PERJANJIAN LELUHUR

Sabda Raja yang disampaikan Sri Sultan Hamengku Bawono X menjadi tanda berakhirnya perjanjian antara Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan. Selama ini perjanjian itulah yang menjadi dasar munculnya Mataram baru di Yogyakarta.

Dalam “Babad Tanah Jawa” yang telah dialih aksarakan dan diterjemahkan oleh Sudibjo SH, disebutkan Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring merupakan dua orang yang bersahabat. Ki Ageng Pemanahan mendapatkan hadiah dari Sultan Pajang berupa wilayah hutan Mataram. Hadiah itu diberikan oleh Sultan Pajang karena Ki Ageng Pemanahan berhasil mengalahkan Arya Penangsang.

Cerita berawal ketika Ki Ageng Giring yang berkedudukan di Gunung Kidul, suatu ketika pernah mendapatkan bisikan gaib saat Ki Ageng Giring sedang memanjat pohon untuk menyadap getah. Di tempat itu ada sebatang pohon kelapa, dekat dengan pohon yang dipanjat Ki Ageng. Pohon kelapa tadi selamanya belum pernah berbuah, namun akhirnya berbuah.

Pada saat itu buahnya hanya satu dan masih muda (degan). Ki Ageng sedang memasang tabung bambu di atas pohon kelapa, kemudian mendengar suara “ Ki Ageng Giring, ketahuilah, siapa yang meminum air degan itu habis seketika, kelak seanak turunnya akan menjadi Raja Agung di tanah Jawa,” demikian bunyi bisikan gaib itu.

Ki Ageng Giring setelah mendengar suara demikian, segera turun dari pohon yang dia panjat. Di bawah setelah selesai meletakkan tabung penyadapan getah, kemudian cepat – cepat memanjat pohon tadi. Maka telah dipetiklah kelapa muda itu dan di bawa turun.

Namun karena ada klausul “ harus habis seketika”, sedangkan Ki Ageng Giring pada saat itu belum haus – haus amat, maka dia memilih untuk meminum air kelapa itu pada siang harinya. Ki Ageng Giring memutuskan untuk pergi dulu ke hutan, dan kemudian meminum air kelapa itu sekali tenggak.

Pada saat Ki Ageng Giring pergi ke hutan demi mendapatkan rasa haus yang teramat sangat, sahabatnya Ki Ageng Pemanahan tiba di kediaman Ki Ageng Giring. Ki Ageng Pemanahan yang sangat haus setelah berjalan jauh lantas menenggak air kelapa “gaib” yang rencananya akan diminum oleh Ki Ageng Giring.

Ki Ageng Giring seketika kembali dari hutan hanya bisa meratapi ketika mendapati air degan “gaib” yang dia petik sudah tidak ada di tempatnya. Dan kemudian Ki Ageng Pemanahan yang ada disitu mengakui dia yang meminum air kelapa muda tersebut.

Ki Ageng Giring setelah mendengar perkataan Ki Ageng Pemanahan merasa seakan hancur hatinya, sedih dan sangat kecewa. Lama ia terdiam. Sebagai seorang yang memiliki kelebihan, maka ia pun mengetahui akan takdir, bahwa sudah takdir Tuhan, Ki Ageng Pemanahan akan menurunkan raja yang menguasai tanah Jawa

Ki Ageng Giring mempunyai permintaan kepada Ki Ageng Pemanahan, “Adi, permintaan saya begini saja karena air degan sudah Anda minum, bagaimana saya dapat minta kembali?. Sudahlah kelak keturunan saya saja bergantian dengan keturunan Anda: turun anda sekali, kemudian bergantian turun saya.”

Ki Pemanahan atau Ki Ageng Mataram tidak mau. Permintaan Ki Ageng Giring yang demikian itu diajukan sampai yang keenam kalinya. Ki Ageng Mataram juga tidak mau. Kemudian ganti Ki Giring minta turun yang ketujuh. Ki Ageng Mataram menjawab, “ Kakang, Allahu’alam, bagaimana baiknya kelak, saya tidak mengetahui.”

Sabda Raja yang disampaikan Sri Sultan menjadi tanda berakhirnya perjanjian antara Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan tersebut di atas. “Dasare perjanjian Ki Ageng Giring sampun rampung mboten saged lipun ewahi (perjanjian antara Ki Ageng Giring sudah selesai dan itu tidak bisa diubah)” kata sultan. Dengan berakhirnya perjanjian itu maka tidak ada lagi perpisahan antara Mataram Lama dan Mataram Baru. Mataram Lama adalah dari zaman Ken Arok Singosari sampai Kerajaan Pajang, sedangkan Mataram Baru adalah berdasar pada perjanjian Ki Agung Pemanahan dan Ki Agung Giring. Dengan bersatunya Mataram Lama dan Mataram Baru maka raja menggunakan nama Surya ning Mataram.

Sabda Raja:

“Allah, Tuhan Yang Agung, Maha Pencipta, ketahuilah para adik-adik, saudara, keluarga di Keraton dan abdi dalem, saya menerima perintah dari Allah, ayah saya, nenek moyang saya dan para leluhur Mataram, mulai saat ini saya bernama Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengkubawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati Ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgenging Toto Panotogomo. Sabda Raja ini perlu dimengerti, dihayati dan dilaksanakan seperti itu sabda saya.”

Cakra Ningrat berpandangan; perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring harus segera diakhiri oleh keturunan Ki Ageng Pemanahan dalam hal ini Sultan Hamengku Bawono X, sebab bila perjanjian suci itu tidak dibatalkan maka akan melanggar hukum Tuhan. Disebut perjanjian “suci” sebab Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan sama-sama murid waliullah Sunan Kalijaga. Kedudukan perkaranya adalah:

  1. Ki Ageng Giring menemukan kelapa muda ajaib dan mendengar bisikan “gaib” bahwa “siapa yang meminum air kelapa muda itu sekali teguk maka anak keturunannya akan menjadi raja Agung di Jawa.” Ki Ageng Giring meminum tetapi menunda menghabiskan air kelapa tersebut sehingga tidak memenuhi klausul (syarat) “sekali teguk.”
  2. Ki Ageng Pemanahan pergi ke rumah Ki Ageng Giring. Karena kehausan maka Ki Agung Pemanahan menghabiskan air kelapa muda milik Ki Ageng Giring dengan sekali teguk. Ki Ageng Pemanahan dianggap yang paling berhak karena memenuhi klausul yang dipersyaratkan.
  3. Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan agar Keturunan Ki Ageng Giring disilihpergantikan dengan keturunan Ki Ageng Pemanahan untuk diangkat menjadi raja.
  4. Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan tidak mendapatkan kata sepakat.
  5. Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan agar keturunan Ki Ageng Giring yang ketujuh yang dapat diangkat sebagai raja. Ki Ageng Pemanahan tidak menerima atau menolak permohonan Ki Ageng Giring karena Ki Ageng Pemanahan tidak mengetahui apa yang akan terjadi terhadap keturunannya nanti.

Dari segi hukum “manusia” Cakra Ningrat berpandangan; Ki Ageng Giring dipandang BENAR jika meminta anak keturunannya juga diangkat sebagai raja dengan alasan Ki Agung Giring yang menemukan Kelapa degan ajaib dan mendengar bisikan gaib. Ki Ageng Giring memiliki andil dan peran besar terhadap kemunculan calon-calon raja Mataram Islam.

Dari segi hukum “manusia” Cakra Ningrat berpandangan, Ki Ageng Pemanahan dipandang BENAR jika menolak permintaan Ki Ageng Giring sebab Ki Ageng Pemanahan tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh keturunannya kelak di kemudian hari. Ki Ageng Pemanahan tidak mau mengikat perjanjian dengan Ki Ageng Giring sebab tidak ada jaminan bahwa kesepakatan itu akan dilaksanakan oleh anak keturunannya kelak di kemudian hari. Ki Ageng Pemanahan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah Yang Maha Tahu.

Dari segi hukum “Allah” Cakra Ningrat berpandangan; wahyu Keraton yang dikenal dengan nama “Gagak Emprit” seharusnya diperuntukkan bagi Ki Ageng Giring oleh karena Ki Ageng Giring yang menemukan kelapa degan ajaib dan mendengar langsung bisikan gaib bahwa “barang siapa yang meminum air kelapa itu dengan sekali teguk maka anak keturunannya akan menjadi raja agung di Jawa. Ki Ageng Giring dipandang SALAH karena menunda meminum air kelapa tersebut. Apa pun yang diperintahkan Allah seharusnya segera dilaksanakan tanpa menunda-nundanya dengan alasan apa pun.

Dari segi hukum “Allah” Cakra Ningrat berpandangan; Ki Ageng Pemanahan dipandang SALAH, oleh karena meminum air kelapa ajaib yang bukan miliknya. Apa pun alasannya, Allah melarang manusia mengambil barang / hak milik orang lain tanpa seizin pemiliknya. Karena perbuatan Ki Ageng Pemanahan diawali dengan perbuatan SALAH, maka anak keturunannya yang diangkat sebagai raja adalah SALAH.

Allah berkehendak menyampaikan kesalahan Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring, karena itu Allah memerintahkan raja Jogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui perantara ayahnya dan leluhur Mataram untuk “menghapus / meniadakan” perjanjian antara Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Dengan dihapusnya perjanjian itu maka terhapuslah segala masalah Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan terhadap Allah.

Pergantian nama raja sebagaimana yang disebut dalam sabda Raja menandakan adanya pergantian zaman (Lir gummanti). Pergantian zaman yang dimaksud dipandang sebagai pergantian zaman dari zaman yang SALAH (bathil) ke zaman yang BENAR (Haq). Ketika “kebenaran” Allah dimunculkan maka segala “kebathilan” akan dilenyapkan (dihapuskan).

Dalam Alquran Tuhan berfirman:

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (17:81).

Cakra Ningrat memandang Sabda Raja adalah sebuah pertanda bahwa “KEBENARAN” telah muncul. Kebenaran yang dimaksudkan di sini tentu saja segala kebenaran yang berkaitan dengan nasehat-nasehat leluhur (ramalan dan wasiat leluhur) baik yang disampaikan oleh Raja Kediri, yang dikenal dengan Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabaya (Prabu Jayabaya) maupun yang disampaikan oleh Raja Pajajaran yang bernama  Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.

PERSPEKTIF WAKTU

Dalam perspektif (sudut pandang) “waktu”; delapan ratus lima puluh tahun yang lalu, Prabu Jayabaya (1135-1157) telah meramalkan (prediksi) akan munculnya seorang “satria.” Satria ini; pandai meramal seperti Dewa, dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda seolah-olah lahir di waktu yang sama, tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati, bijak, cermat dan sakti, mengerti sebelum sesuatu terjadi, mengetahui leluhur anda, memahami putaran roda zaman Jawa, mengerti garis hidup setiap umat, tidak khawatir tertelan zaman. Oleh karena itu carilah satria itu, yatim piatu, tak bersanak saudara, sudah lulus weda Jawa (bait 167-168).

Banyak yang percaya terhadap ramalan ini namun tidak ada satu pun yang dapat menafsirkannya secara tepat akan arti dan makna ramalan tersebut: Dalam bait 173 Jayabaya mengatakan “hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk tentang arti dan makna ramalan saya, tidak bisa ditipu, karena dapat masuk ke dalam hati.” Satu yang dimaksud oleh Jayabaya adalah “satria” itu sendiri. Siapakah satria itu? Kita tidak mengetahuinya, kita hanya sebatas meyakininya. Karena kita tidak mengetahuinya maka kita menyebut satria itu “piningit” yang artinya bersembunyi atau disembunyikan Allah.

Jayabaya tidak pernah menyebut frasa “Satria Piningit” karena Jayabaya mengetahui bahwa ada yang bisa bertemu (mengetahui) “satria” sebagaimana yang beliau maksudkan. Jayabaya mengatakan “ada manusia yang bisa bertemu tapi ada yang belum saatnya, jangan iri dan kecewa itu bukan waktu anda.” Bagi yang belum mengetahuinya atau belum bertemu dengan satria tidak perlu berkecil hati karena dalam perspektif waktu semua manusia akan bertemu apabila waktunya telah tiba.

Sebelum waktu yang diperjanjikan “tiba” sebaiknya memang kita berusaha mencari tahu siapa sesungguhnya satria yang dimaksudkan oleh Prabu Jayabaya agar kita tidak dibingungkan atau disesatkan oleh syetan. Satu-satunya petunjuk yang dapat kita jadikan sebagai pegangan adalah Sabda Raja yang diucapkan oleh Raja Yogyakarta. Petunjuk Allah melalui Sabda Raja adalah sebagai berikut:

  1. Satrio adalah seorang Khalifah Allah (Khalifatullah) karena itu raja harus menanggalkan nama / gelar khalifatullah yang selama tiga ratus tahun digunakan oleh raja-raja Yogyakarta secara turun-temurun. Penghapusan gelar khalifatullah oleh raja memberi indikasi bahwa SATRIA TELAH MUNCUL.
  2. Satria adalah seorang RAJA, Khalifah (penguasa) di alam gaib yaitu alam roh yakni alam para leluhur. Sebagai Raja, Satria memiliki sifat-sifat maskulin Allah yaitu: AL-Azis (Yang Maha Perkasa), Al-Jabbar (Yang Memiliki Mutlak Kegagahan), Al-Qahhar (Yang Maha Memaksa), Al-Qawiyyu (Yang Maha Kuat), Al-Matiin (Yang Maha Kokoh). Ad Dhaar (Yang Maha Penimpa Kemudharatan), Al- Qayyuum (Yang Maha Mandiri). Satria berwujud manusia, sama seperti dengan kita. Makan dan minum semua seperti dengan kita. Satria hidup, bernafas, dan beraktivitas sama seperti dengan kita, dia berada di sekitar kita, akan tetapi kita tidak mengetahuinya. Ketidaktahuan kita karena kita dibatasi oleh leluhur kita sendiri.
  3. Satria memerintahkan kepada leluhur dan leluhur Mataram memerintahkan kepada keturunannya (Sri Sultan Hamengku Buwono X) untuk menyampaikan Sabda Raja. Sabda Raja menandakan bahwa SATRIA TELAH MUNCUL secara nyata. Disebut “nyata” karena pikiran dan kecerdasan kita sudah bisa menangkap hikmah dan pelajaran adanya sesuatu yang beraroma “misteri” di balik Sabda Raja.
  4. Satria adalah seorang RAJA yang SAH. Kerajaannya disebut Kerajaan Allah. Batasan wilayah kedaulatannya meliputi seluruh alam gaib. Rakyatnya adalah seluruh leluhur umat manusia. Untuk memperluas wilayah kekuasaannya maka Satria melakukan ekspansi ke alam nyata yaitu alam yang dihuni oleh manusia yang hidup saat ini. Sabda Raja adalah tanda penting buat kita semua agar kita dapat menangkap sinyal kalau Satria sudah mulai melakukan ekspansi kekuasaannya. Sabda Raja menimbulkan kegaduhan, keributan, kegalauan, dan ketidaktenangan di kalangan internal keluarga kesultanan. Penyebabnya? GORO-GORO SABDO ROJO.
  5. Kita semua adalah raja-raja kecil. Kerajaan kita disebut RUMAH TANGGA. Akan timbul kegaduhan, keributan, kegalauan, ketidaktenangan, bahkan kehancuran kerajaan kita. Kekacauan ini bersifat massif yang berimplikasi langsung kepada kehancuran masyarakat, bangsa, negara, dan peradaban umat manusia. Penyebabnya? GORO-GORO SABDO ROJO. SABDO ROJO yang dimaksudkan di sini bukan lagi Sabda Raja Sulton Jogyakarta akan tetapi Sabda Raja di alam gaib atau Satria kepada rakyatnya yaitu leluhur-leluhur kita. Manusia tidak bisa berinteraksi dan berhubungan langsung dengan Satria karena manusia bukan rakyatnya Satria. Itulah sebabnya manusia tidak bisa mengenal, tidak bisa mengetahui bahkan mendeteksi di mana keberadaan Satria.
  6. Sabda Satria adalah SABDO ROJO GOIB. Apabila Satria telah menyampaikan Sabda-Nya maka seluruh sifat “maskulin” Satria yaitu Al-Azis (Yang Maha Perkasa). Al-Jabbar (Yang Memiliki Mutlak Kegagahan), Al-Qahhar (Yang Maha Memaksa), Al Qawiyyu (Yang Maha Kuat) Al Matiin (Yang Maha Kokoh), Ad Dhaar (Yang Maha Penimpa Kemudharatan) akan diturunkan dan didistribusikan kepada leluhur-leluhur manusia. Maka jadilah leluhur-leluhur kita sebagai “satria” yang perkasa, yang memiliki mutlak kegagahan, yang memaksa, yang kuat, yang kokoh, yang menimpakan kemudaratan kepada manusia yang merupakan anak-cucu keturunannya sendiri.
  7. Sifat maskulin Satria, Al-Qayyum (Yang Maha Mandiri) tidak diberikan kepada leluhur. Sifat Maha Mandiri hanya seorang diri. Dengan sifat itu, Satria akan melakukan kontrol ketat terhadap rakyatnya (leluhur). Leluhur-leluhur manusia tidak mengenal dan tidak mengetahui Tuhan Semesta Alam. Tuhan hanya berhubungan dengan Satria dan Satria yang berhubungan dengan leluhur. Leluhur mengenal dan mengetahui Satria. Leluhur hanya tunduk dan taat pada perintah Satria. Leluhur manusia akan membuat kerusakan dan kehancuran di muka bumi sebagai konsekuensi atas kehendak ROJO GOIB melakukan ekspansi kekuasaannya di alam nyata. Celakalah manusia yang merendahkan dan mempermain-mainkan Satria. Di kalangan umat islam Satria dikenal dengan sebutan IMAM Mahdi. Di kalangan umat hindu Satria dikenal sebagai penjelmaan kesepuluh Dewa Wisnu yang disebut KALKI AWATARA.
  8. Satria akan tampil sebagai KHALIFAH atau penguasa di muka bumi. Leluhur memberi gelar kepada khalifah sebagai RATU ADIL. Gelar ini menandakan kalau khalifah memiliki dan mengimplementasikan sifat-sifat feminin Allah yaitu: Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang), As-Salam (Yang Maha Pemberi Kesejahteraan), Al Baasith (Yang Maha Melapangkan makhluknya), Al Mu’izz (Yang Maha Memuliakan makhluknya), Al Adl (Yang Maha Adil), Al Lathif (Yang Maha Lembut), Al Halim (Yang Maha Penyantun), As Syakuur (Yang Maha Pembalas Budi / Menghargai), Al Muqiit (Yang Maha Pemberi Kecukupan), Al Jahil (Yang Maha Luhur), Al Kariim (Yang Maha Pemurah), Al Hakim (Yang Maha Bijaksana), Al Waduud (Yang Maha Mengasihi), Al Majid (Yang Maha Mulia), Al Barru (Yang Maha Penderma / Maha Pemberi Kebajikan), Al Afuww (Yang Maha Pemaaf), Ar Rauuf (Yang Maha Pengasuh), Al Mu’mi (Yang Maha Memberi Keamanan), Al Muhaimin (Yang Maha Pemelihara).

Sifat-sifat Allah lainnya tetap berada pada Tuhan Semesta Alam seperti Al Quddus (Yang Maha Suci), Al Mutakabbir (Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran), al Khaliq (Yang Maha Pencipta), Al Baari (Yang Maha Melepaskan / Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan), Al Mushawwir (Yang Maha Membentuk Rupa Makhluknya), Al Ghaffar (Yang Maha Pengampun), Al Wahhab (Yang Maha Pemberi Karunia), Ar Razzaq (Yang Maha Pemberi Rezki), Al Fattah (Yang Maha Pembuka Rahmat), Al Aliim (Yang Maha Mengetahui / Memiliki Ilmu), Al Qaabidh (Yang Maha Menyempitkan), Al Baasith (Yang Maha Melapangkan), Al Khaufidh (Yang Maha Merendahkan), Ar Raafi (Yang Maha Meninggikan), Al Mudzil (Yang Maha Menghinakan Makhluknya), Al Samii (Yang Maha Mendengar), Al Bashir (Yang Maha Melihat), Al Hakan (Yang Maha Menetapkan), Al Khabiir (Yang Maha Mengenal), Al Azhim (Yang Maha Agung), Al Ghafuur (Yang Maha Memberi Pengampunan), Al Aliy (Yang Maha Tinggi), Al Khabiir (Yang Maha Besar), Al Hafizh (Yang Maha Memelihara), Al Hasib (Yang Maha Membuat Perhitungan), Ar Raqiib (Yang Maha Mengawasi), Al Mujib (Yang Maha Mengabulkan), Al Waasi (Yang Maha Luas), Al Baaits (Yang Maha Membangkitkan), As Syahiid (Yang Maha Menyaksikan), Al Haqq (Yang Maha Benar), Al Wakiil (Yang Maha Memelihara), Al Waliyy (Yang Maha Melindungi), Al HAmiid (Yang Maha Terpuji), Al Muhsil (Yang Maha Mengalkulasi / Menghitung Segala Sesuatu), Al Mubdi’ (Yang Maha Memulai), Al Muiid (Yang Maha Mengembalikan Kehidupan), Al Muhyil (Yang Maha Menghidupkan), Al Mumiitu (Yang Maha Mematikan), Al Hayyu (Yang Maha Hidup), Al Waajid (Yang Maha Penemu), Al Wahid (Yang Maha Tunggal), Al Ahad (Yang Maha Esa), As Shamad (Yang Maha dibutuhkan, Tempat Meminta), Al Qaadir (Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan), Al Muqtadir (Yang Maha Berkuasa) Al Muqqaddim (Yang Maha Mendahulukan), Al Mu’akkhir (Yang Maha Mengakhirkan), Al Awwal (Yang Maha Awal), Al Akhir (Yang Maha Akhir), Az Zhaahir (Yang Maha Nyata), Al Bathin (Yang Maha Gaib) Al Waali (Yang Maha Memerintah), Al Muta’aali (Yang Maha Tinggi) At Tawwab (Yang Maha Penerima Taubat), Al Muntaqim (Yang Maha Pemberi Balasan), Malikul Mulk (Yang Maha Penguasa Kerajaan), Dzul Jalaali Wal Ikraam (Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan), Al Muqsith (Yang Maha Pemberi Keadilan), Al Jamii (Yang Maha Pemberi Kekayaan), Al Maani (Yang Maha Mencegah), An Nafii (Yang Maha Memberi Manfaat), An Nuur (Yang Maha Bercahaya), Al Haadi (Yang Maha Pemberi Petunjuk), Al Badii’ (Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya), Al Baaqii (Yang Maha Kekal), Ar Rasyid (Yang Maha Pandai), As Shabuur (Yang Maha Sabar).

Sifat-sifat feminin Allah yang diimplementasikan oleh Ratu Adil di dunia ini bersifat sementara saja. Kelak apabila waktunya telah tiba, sifat-sifat itu akan ditarik kembali oleh pemilik-Nya yakni Tuhan Semesta Alam. Pemerintahan Ratu Adil, oleh kalangan islam menyebut pemerintahan Isa Al Masih, kalangan kristen menyebut Kerajaan Allah di bawah kepemimpinan Yesus Kristus. Umat buddha menyebut Kepemimpinan Buddha Maitreya Yang Penuh Welas Asih. Kita tidak mengetahui dan tidak dapat memastikan kapan waktu terjadinya. Patut diduga waktunya sudah semakin dekat.

DAWUH RAJA

Setelah Sri Sultan HB X menyampaikan Sabda Raja maka lima hari kemudian tepatnya tanggal 5-5-2015 Sri Sultan menyampaikan Dawuh (perintah) Raja: “Saudara semua, saksikanlah saya Sampean Dalem Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kesepuluh Surya ning Mataram, Senopati Toto Panotogomo mendapat perintah untuk menetapkan Putri saya Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menjadi Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuming Bawono Langgeng ing Mataram. Mengertilah, begitulah perintah saya.”

Meskipun tidak diakui oleh Sultan, akan tetapi di kalangan internal keluarga terutama oleh adik-adiknya menganggap Sultan telah mengangkat putri sulungnya sebagai pewaris takhta kerajaan. GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram adalah calon RATU Yogyakarta. Seyogyanya kita bisa menangkap aroma misteri yang terdapat di dalam Dawuh Raja. Jika Sabda Raja berhubungan dengan kemunculan SATRIA sebagaimana argumentasi yang telah kami kemukakan di atas maka dipastikan Dawuh Raja berhubungan dengan kemunculan RATU ADIL. Ramalan tentang kemunculan Satria telah ditulis oleh Raja Kediri Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttnggadewa (1135-1159) yang dikenal dengan ramalan Jangka Jayabhaya. Ada pun ramalan tentang kemunculan RATU ADIL, telah disampaikan oleh raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi (1482-1521) yang dikenal dengan Uga Wangsit Siliwangi.

Uga yaitu ketentuan takdir yang dilahirkan dalam bahasa perlambangan yang harus ditafsirkan dengan tepat. Selain aspek simbolis (perlambangan) dalam uga terkandung unsur waktu. Dalam tradisi Sunda ada ungkapan: “Geus nepi kanan ugana, geus nepi kanan waktu anu ditujum ku karuhan” (sudah sampai pada uganya, sudah tiba pada saat yang diramalkan leluhurnya). Ini menunjukkan bahwa dalam ramalan berbentuk uga, faktor waktu merupakan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Akan tetapi, unsur waktu yang terkandung dalam uga bersifat tidak pasti; artinya, bisa terjadi kapan saja, besok atau lusa, tahun depan atau mungkin tidak pernah terjadi. Contoh uga yang ringkas dan populer “Bandung heurin ku tangtung” (Bandung penuh sesak dengan bangunan). Sebuah kondisi yang diramalkan karuhun Sunda zaman dahulu dan kurang lebih telah terbukti terjadi sekarang dengan berbagai konsekuensinya.

Terjemahan bebas Uga Wangsit Siliwangi.

Prabu Siliwangi berpesan pada warga Pajajaran yang ikut mundur pada waktu beliau sebelum menghilang :
“Perjalanan kita hanya sampai di sini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku! Tapi aku tidak boleh membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian susah, ikut merasakan miskin dan lapar. Kalian boleh memilih untuk hidup ke depan nanti, agar besok lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi Pajajaran! Bukan Pajajaran saat ini tapi Pajajaran yang baru yang berdiri oleh perjalanan waktu! Pilih! aku tidak akan melarang, sebab untuk ku, tidak pantas jadi raja yang rakyatnya lapar dan miskin.”

Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!

Dengarkan! Kalian yang di timur harus tahu: Kekuasaan akan turut dengan kalian! dan keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain. Tapi kalian harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. Akan ada pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi!

Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya. Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh ke belakang!

Kalian yang di sebelah utara! Dengarkan! Kota takkan pernah kalian datangi, yang kalian temui hanya padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa. Ada pun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai kekuasaan. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah!

Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong dan bahkan berlebihan kalau bicara.

Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di ujung sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu, datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.

Dengarkan! Yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara waktu. Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah negara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. Semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.

Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!

Yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecahan diserbu monyet! Keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, sebab ternyata, pasar habis oleh penyakit, sawah habis oleh penyakit, tempat padi habis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh penyakit. Semuanya diserbu oleh penyakit. Keturunan kita takut oleh segala yang berbau penyakit. Semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah semakin parah. Yang mengerjakannya masih bangsa sendiri. Banyak yang mati kelaparan. Semenjak itu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membuka lahan. Mereka tidak sadar bahwa jaman sudah berganti cerita lagi.

Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi! Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini. Lalu keturunan kita mengamuk. Mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri. Yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya seluruh nusa dihancurkan dan dikejar. Tetapi…ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang sebrang.

Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan penguasa, penguasa baru susah dianiaya! Semenjak itu berganti lagi jaman. Ganti jaman ganti cerita! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari, disusul oleh lewatnya komet yang terang benderang. Di bekas negara kita, berdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.

Lalu akan ada penguasa, tapi penguasa yang mendirikan benteng yang tidak boleh dibuka, yang mendirikan pintu yang tidak boleh ditutup, membuat pancuran ditengah jalan, memelihara elang dipohon beringin. Memang penguasa buta! Bukan buta pemaksa, tetapi buta tidak melihat, segala penyakit dan penderitaan, penjahat juga pencuri menggerogoti rakyat yang sudah susah.  Sekalinya ada yang berani mengingatkan, yang diburu bukanlah penderitaan itu semua tetapi orang yang mengingatkannya. Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli. memerintah sambil menyembah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omongan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri. Wajar saja bila kolam semuanya mengering, pertanian semuanya puso, bulir padi banyak yang diselewengkan, sebab yang berjanjinya banyak tukang bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi pintar kebelinger.

Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam sambil menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar kebelinger, maunya menang sendiri. Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian. Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukan kepenjara. Lalu mereka mengacak-ngacak tanah orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan.

Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Sebab takut ketahuan, bahwa mereka yang jadi gara-gara selama ini. Penguasa yang buta, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan.Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya? Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.

Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!

Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.

Tapi ratu siapa? Dari mana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian anak gembala.

Wangsit Siliwangi artinya pesan (amanat) gaib dari Siliwangi. Oleh karena Wangsit tidak memastikan “waktu” kejadiannya maka ditempatkanlah kata “Uga” di depan frasa wangsit Siliwangi. Prabu Siliwangi semasa hidupnya tidak pernah menulis Uga Wangsit Siliwangi, akan tetapi Prabu Siliwangi pernah menyampaikan pesan / amanat gaib (wangsit) kepada seseorang dan orang itu menambahkan kata Uga. Uga adalah ramalan yang diberikan oleh karuhun (leluhur), mengenai apa yang akan terjadi di kemudian hari. Di kalangan islam dan kristen, “uga” dikenal dengan sebutan nubuwwah atau nubuat.

Uga Wangsit Siliwangi ini pernah ada yang menulisnya tahun 1901 dan pernah diteliti oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional (Balai Jarahnitra) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan wilayah Jawa Barat, Banten dan Lampung yang mengatakan bahwa uga ini sebagai dasar ramalan pada waktu Prabu Siliwangi “tilem” (moksa) yang diakui dilakukan di lingkup Jawa Barat. Uga wangsit Siliwangi diakui kebenarannya sebagaimana halnya banyak juga mengakui kebenaran ramalan Jayabaya.

Uga sangat susah ditafsirkan karena banyak menggunakan bahasa perlambangan dengan aspek-aspek berdimensi waktu. Lebih rumit lagi bila uga yang didasari oleh pesan gaib (wangsit) oleh karena apa yang disampaikan dalam wangsit kadang bertentangan dengan fakta sejarah. Banyak peneliti yang menafsirkan uga wangsit Siliwangi “terjebak” dengan retorika bahasa yang mengandung “mistik” sehingga Penafsirannya cenderung tidak akurat bahkan mengada-ada.

Penafsiran Cakra Ningrat terhadap uga wangsit Siliwangi berikut ini tentu saja memiliki perbedaan dengan tafsiran yang sudah ada. Meskipun uga didasari oleh wangsit yang beraroma “mistik” akan tetapi hal-hal mistik tersebut akan dikesampingkan agar penafsiran Cakra Ningrat dapat diterima oleh semua kalangan karena didasari oleh pemikiran yang rasional, objektif, berdasarkan fakta sejarah dan mudah dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Bismillahirrahmanirrahim

“Perjalanan kita hanya sampai di sini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku! Tapi aku tidak boleh membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian susah, ikut merasakan miskin dan lapar. Kalian boleh memilih untuk hidup ke depan nanti, agar besok lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi Pajajaran! Bukan Pajajaran saat ini tapi Pajajaran yang baru yang berdiri oleh perjalanan waktu! Pilih! aku tidak akan melarang, sebab untuk ku, tidak pantas jadi raja yang rakyatnya lapar dan miskin.”

Alinea di atas adalah alinea pembuka. Siapa pun yang membacanya akan berasumsi bahwa Prabu Siliwangi dalam keadaan berperang di mana Prabu Siliwangi dan pasukannya telah dipukul mundur oleh musuh-musuhnya yang menyebabkan kerajaan Pajajaran runtuh. Asumsi itu jelas keliru karena bertentangan dengan fakta sejarah. Sejarah mencatat di masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja, Kerajaan Pajajaran mencapai puncak kejayaannya. Dalam cerita parahyangan pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan. “Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat, dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang yang banyak serakah akan ajaran agama.” Dari naskah ini dapat diketahui bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (islam) dengan meninggalkan agama lama.

Cakra Ningrat menafsirkan kalimat “perjalanan kita hanya sampai di sini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku!” bermakna perjalanan usia atau waktu (masa) kerajaan Pajajaran yang sudah berakhir sampai di sini walaupun rakyat Pajajaran masih setia. Prabu tidak ingin rakyat merasa susah, miskin, dan lapar. Prabu berprinsip tidak pantas ada raja di Pajajaran jika rakyatnya lapar dan miskin. Karena itu Pajajaran harus dihancurkan agar tidak ada lagi yang menjadi raja di Kerajaan Pajajaran.

Cakra Ningrat berpandangan; yang menghancurkan kerajaan Pajajaran adalah Prabu Siliwangi sendiri. Saat beliau menjadi Raja Pajajaran seluruh rakyatnya hidup sejahtera, akan tetapi setelah beliau mangkat (meninggal dunia) dan beliau digantikan oleh anak keturunannya menjadi raja Pajajaran ternyata rakyat susah, miskin, dan lapar.

Sri Baduga Maharaja Ratu Jayadewata Siliwangi, diganti oleh putranya Surawisesa dari istrinya Kentringmanik Mayang Sunda. Surawisesa menjadi raja Pajajaran selama 14 tahun (1521-1535). Ia dipuji dalam cerita Parahyangan dengan sebutan “Kasuran” (perwira) “Kadiran” (perkasa), dan “Kuwanen” (pemberani). Selama 14 tahun pemerintahannya, ia memimpin pertempuran sebanyak 15 kali. Surawisesa diganti oleh putranya Ratu Dewata (1535-1543). Ratu Dewata orangnya sangat alim dan taat dalam agama (hindu). Ia suka melakukan tapa pwah susu yaitu hanya memakan buah-buahan dan minum susu. Menurut norma kehidupan, sikap Ratu Dewata yang alim dan taat bertapa dianggap tidak tepat. Karena raja harus “memerintah dengan baik.” Dalam cerita Parahyangan, Ratu Dewata dicela dengan sindiran “Nya Iyatna-yatna sang kawuri, haywa ta sira kabalik pupuasan” (Maka berhati-hatilah yang kemudian, janganlah engkau berpura-pura rajin puasa). Penulis cerita Parahyangan melihat bahwa kealiman Ratu Dewata itu disebabkan karena ia tidak berani menghadapi kenyataan. Penulis kemudian berkomentar pendek “Samangkana ta precinta” (begitulah zaman susah).

Cakra Ningrat berpandangan; wangsit (pesan gaib) Siliwangi bermula di era kepemimpinan Ratu Dewata. Prabu Siliwangi tidak suka melihat sifat, cara, dan perilaku Ratu Dewata yang lebih mengutamakan kealiman dengan selalu melakukan puasa dan tapa brata. Sikap seperti ini dipandang sebagai sifat mementingkan diri sendiri. Dampaknya akan berimbas kepada rakyat karena rakyat sudah tidak terurus kesejahteraan, keamanan, dan kehidupannya dengan baik. Prabu Siliwangi berkata: “sebab untukku,” (maksudnya prinsip Prabu Siliwangi yang mendasari keputusannya) Ratu Dewata “tidak pantas jadi raja yang rakyatnya lapar dan miskin.”

Karena Prabu Siliwangi sudah memutuskan untuk menghancurkan kerajaan Pajajaran, maka terjadilah serangan mendadak ke ibu kota Pakuan. Menurut cerita Parahyangan, serangan musuh “tambuh sangkane” (tidak dikenal asal-usulnya). Serangan mendadak ini belum mampu menembus gerbang ibu kota Pakuan. Di masa kepemimpinan Ratu Dewata, perang sudah mulai berkecamuk. Ratu Dewata diganti oleh putranya Ratu Sakti (1543-1551), lalu Ratu Sakti diganti oleh putranya Ratu Nilakendra (1551-1567) dan terakhir Ratu Nilakendra digantikan oleh putranya Raga Mulya yang dikenal sebagai Prabu Surya Kencana (1567-1579) selaku raja terakhir Pajajaran yang memerintah di Pandeglang. Pakuan Pajajaran hancur, rata dengan tanah tahun 1579 akibat serangan Kesultanan Banten. Berakhirnya kerajaan Sunda (Pajajaran) ditandai dengan diboyongnya Palangka Sreman Sriwacana (Singgasana Raja) dari Pakuan Pajajaran ke keraton Surosoan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20cm diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak dimungkinkan lagi ada penobatan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.

Dalam wangsit (pesan gaib) Siliwangi pada alinea keenam dikatakan:

“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Kalimat di atas mengandung makna yang mendalam bahwa ada suatu “misteri” yang sengaja disembunyikan oleh Prabu Siliwangi berkaitan dengan kehancuran Kerajaan Pajajaran yang sengaja “ditutupi” oleh Siliwangi. Jika ada yang berusaha menelusuri kehancuran Pajajaran dan memberi kesimpulan, mereka dianggap oleh Siliwangi sebagai orang yang sok pintar dan sombong dan bahkan dianggap berlebihan kalau bicara.

Cakra Ningrat berpandangan; Yang menyebabkan hancurnya kerajaan Pajajaran adalah Prabu Siliwangi sendiri. Prabu Siliwangi tidak suka kepada cucunya Ratu Dewata yang membiarkan rakyat susah, miskin, dan lapar. Karena itu Prabu Siliwangi yang menghendaki “penyerangan” adalah kehadiran “tambuh sangkane” yakni pasukan yang tidak dikenal asal-usulnya yang datang secara tiba-tiba dan melakukan penyergapan.

Menurut sejarah, Prabu Siliwangi mempunyai beberapa istri di antaranya permaisuri Dewi Kentringmanik Mayang Sunda anak dari Prabu Susuktunggal. Dari perkawinan ini, ia mempunyai seorang anak bernama Surawisesa dan Surawisesa memperanakkan Ratu Dewata. Istri kedua Prabu Siliwangi adalah Nyi Subanglarang yang beragama islam anak dari Ki Gedeng Tapa yang lebih dikenal Syekh Qura atau juga Syekh Hasanuddin. Dari hasil perkawinannya dengan Nyi Subang Larang, ia dikaruniai 3 orang anak yaitu Raden Walang Sungsang (Pangeran Cakra Buana, pendiri Kerajaan Cirebon), Nyi Mas Rara Santang (ibu dari Syarif Hidayatullah / Sunan Gunung Jati) dan Raden Kian Santang (Syekh Sunan Rahmat). Ketiga anak Prabu Siliwangi semua beragama islam mengikuti ibunya. Syarif Hidayatullah / Sunan Gunung Jati memiliki putra bernama Maulana Hasanuddin bergelar Pangeran Sabukingkin (Pendiri Kesultanan Banten) memerintah 1552-1570. Ia diganti oleh putranya Maulana Yusuf (1570-1585).

Berdasarkan silsilah di atas kita dapat menarik simpul kusut benang merah dan menggarisbawahi apa keinginan dan kehendak Prabu Siliwangi terhadap anak keturunannya yaitu:

  1. Prabu Siliwangi ingin meruntuhkan Kerajaaan Pajajaran karena keturunan beliau dari istrinya Dewi Krintingmanik dianggap telah membuat rakyat susah, miskin, dan lapar.
  2. Prabu Siliwangi ingin memunculkan anak keturunannya dari istri keduanya Nyi Subanglarang yang beragama islam dengan mengorbankan Kerajaan Pajajaran dari keturunannya yang beragama hindu.
  3. Prabu Siliwangi memiliki peran penting dalam pengembangan agama islam di tataran Sunda oleh karena Kesultanan Banten adalah keturunan Prabu Siliwangi dari anak perempuannya Nyi Mas Rara Santang dan Kesultanan Cirebon dari keturunan anak laki-lakinya Raden Wulangsungsang. Sejarah mencatat islamisasi di Jawa Barat dan Lampung dilakukan oleh dua kesultanan ini.

Setelah menghancurkan kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi membagi rakyat Pajajaran dalam empat kelompok sebagaimana wangsitnya berikut ini:

Kutipan alinea II

“Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!”

Cakra Ningrat berpandangan; rakyat yang ingin tetap ikut dengan Prabu Siliwangi adalah rakyat yang ingin tetap mempertahankan keyakinannya dalam keyakinan agama hindu sebagai sebuah kebenaran. Untuk menghormati jasa-jasa Prabu Siliwangi, di lereng gunung Salak di dekat lokasi ibu kota Pakuan Pajajaran di Bogor telah dibangun Pura Parahyangan Agung Jagatkarta (Alam Dewata Suci Sempurna) tahun 1995. Dapat disimpulkan wangsit Siliwangi masih tetap relevan dan aktual hingga saat ini.

Kutipan alinea III

“Dengarkan! Kalian yang di timur harus tahu: Kekuasaan akan turut dengan kalian! dan keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain. Tapi kalian harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. Akan ada pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi!”

Cakra Ningrat menafsirkan; Yang berada di kelompok Timur adalah mereka yang keturunannya melahirkan penguasa-penguasa yang akan memerintah. Kedudukan mereka bisa sebagai presiden, gubernur, walikota, bupati, camat, lurah, anggota DPR, DPRD Tk I dan II, kepala Kepolisian, Komandan Tentara, dsb. Mereka ini akan memerintah dengan semena-mena. Memerintah dengan semena-mena menurut Prabu Siliwangi adalah pemerintahan yang membuat rakyat susah, miskin, dan lapar. Terhadap yang memerintah dengan semena-mena akan ada pembalasan dari Prabu Siliwangi. Dapat disimpulkan wangsit Siliwangi masih berlaku hingga saat ini.

Kutipan alinea V

“Kalian yang di sebelah utara! Dengarkan! Kota takkan pernah kalian datangi, yang kalian temui hanya padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa. Ada pun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai kekuasaan. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah!”

Cakra Ningrat menafsirkan; yang berada di sebelah utara adalah kelompok rakyat biasa seperti petani dan buruh pekerja. Kalau pun ada yang menjadi penguasa tetapi tidak mempunyai kekuasaan misalnya guru, PNS, karyawan swasta, pedagang, pengusaha, dsb. Suatu hari nanti kelompok ini akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah! Mungkin tamu dari jauh yang akan datang tapi menyusahkan adalah arwah-arwah para leluhur yang bangkit. Dapat disimpulkan bahwa wangsit Prabu Siliwangi untuk kelompok utara masih berlaku hingga saat ini.

Kutipan alinea IV

“Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya. Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh ke belakang!”

Cakra Ningrat menafsirkan; Ki Santang Prabu Kiansantang Raden Sangara atau Syech Sunan Rahmat Suci, putra Prabu Siliwangi dari istrinya Nyi Subang Larang. Yang masuk dalam kelompok barat adalah semua orang yang beragama islam termasuk di daerah (provinsi) lain senusantara. Kepada seluruh umat islam, Prabu Siliwangi mengingatkan “suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya.

Cakra Ningrat berpandangan yang dimaksud dengan gunung Halimun adalah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) yaitu taman nasional yang terletak di Jawa Barat berdasarkan SK Mentri Kehutanan No. 175/Kpts-11/2003 Tahun 2003. Kawasan konservasi dengan luas 113 ribu hektar lebih menjadi penting karena melindungi hutan hujan dataran rendah yang terluas di daerah ini dan sebagai wilayah tangkapan air melingkupi wilayah yang bergunung-gunung, dua puncaknya yang tertinggi adalah Gunung Halimun (1.929m) dan Gunung Salak (2.211m).

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak memiliki topografi antara 500-2.211M dpl. Puncak-puncak di antaranya Gunung Halimun Utara (1.929m), G. Ciawitali (1.530m), G. Kencana (1.831m), G. Botal (1.850m), G. Sanggabuana (1.920m) G. Kendeng Selatan (1.680m), G. Halimun Selatan (1.758m), G. Endut (1.471m), G. Sumbul (1.926m) (1.926m) dan G. Salak (puncak 1 ketinggian 2.211m dan puncak 2 setinggi 2.180m). Jajaran puncak-puncak gunung ini acapkali diselimuti kabut maka dinamai Halimun. Kabut (bahasa Sunda) disebut Halimun.

Suara minta tolong dari Gunung Halimun ditafsirkan sebagai suara minta tolong dari Gunung Salak termasuk Gunung Halimun (berkabut) dalam satu kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Dengan demikian kita dapat memastikan “Suara minta tolong” yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi adalah suara minta tolong dari manusia yang berada di dalam pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang ikut dalam rombongan penerbangan riang (Joy Flight) kemudian menabrak tebing puncak Gunung Salak. Kecelakaan itu terjadi pada tanggal 09 Mei 2012 yang menyebabkan 45 orang tewas seketika. Pesawat itu memiliki teknologi yang super canggih dan dipiloti senior Aleksander Yablonster, sehingga tidak mungkin disebut human error. Peneliti KNKT dan Sukhoi menemukan keanehan ternyata radar pesawat canggih itu tidak mendeteksi (menangkap) gambar Gunung Salak yang ada di depannya, karena itu pilot tidak menaikkan ketinggian pesawat sekali pun telah diperintahkan oleh menara kontrol.

Cakra Ningrat berpandangan; keanehan itu disebabkan oleh karena Prabu Siliwangi sudah ingin memunculkan kebenaran wangsit (pesan gaib)nya. Pertanyaannya sekarang adalah; apakah umat islam dan kita semua dapat memahami bahwa kecelakaan pesawat Sukhoi di Gunung Salak pada tanggal 9 Mei 2012 merupakan “tanda” dari Prabu Siliwangi? Peristiwa di Gunung Salak (Halimun) adalah tanda bahwa “Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné.” Pertanyaannya; siapa yang mau menikah di Lebak Cawéné? Menikah (nikah) artinya terkumpul dan menyatu. Pertanyaannya siapa yang terkumpul dan menyatu di Lebak Cawéné?

Lebak (bahasa Indonesia) artinya; tempat air yang tergenang dan di dalamnya terdapat lumpur yang dalam.

Cawéné (bahasa Sunda) artinya; perawan muda, adalah sebutan untuk anak perempuan yang tengah memasuki usia akil-balig (virgin) dan tentunya belum menikah, belum pernah di sentuh oleh laki-laki. Lebak Cawene dapat diartikan sebagai tempat air yang tergenang dan di dalamnya terdapat lumpur yang dalam, yang belum pernah disentuh dan diketahui oleh manusia. Pertanyaannya; Siapa yang terkumpul dan menyatu di tempat itu? Kita akan mengkritisi bagaimana akhir dari wangsit siliwangi ini.

KESAKSIAN

Kutipan alinea VI

“Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Cakra Ningrat tidak akan memberi pandangan atau memberi penafsiran terhadap alinea 6 di atas, sebab akan memberi kesaksian tentang kebenaran perkataan Prabu Siliwangi sebagaimana yang dimaksudkan dalam alinea 6 tersebut. Kesaksian itu disampaikan secara kronologis, sistematis, apa adanya sebagai berikut:

1. Pada hari Jumat, tanggal 8 Mei 2015 jam 17:00 WIB. Saya menyaksikan dan mendengar penjelasan Sri Sultan HB kesepuluh berkaitan dengan Sabda Raja dan Dawuh Raja yang disiarkan secara live oleh MetroTV dan TVOne. Saya menyimaknya dengan penuh kesungguhan, keseriusan, dan kehati-hatian seluruh penjelasan Raja dan saya terkesima dengan perkataan raja saat menyebut “lir gumanti” (zaman berganti). Seketika ingatan saya langsung tertuju pada Uga Wangsit Siliwangi yang isinya beberapa kali menyebut “mereka tidak sadar, zaman sudah berganti lagi.” Sebagai orang yang “sadar” dan “tercerahkan”; saya mengambil hikmah dan memetik pelajaran bahwa sabda raja dan Dawuh Raja adalah tanda penting untuk mengingatkan diri saya pribadi bahwa zaman sudah berganti lagi. Setelah mendapat penjelasan Sri Sultan, saya pergi berolah raga. Saya rutin bermain badminton setiap Selasa malam dan Jumat malam untuk menjaga kesehatan.

2. Pada hari Sabtu tanggal 9 Mei 2015, saat saya menyeruput kopi panas dan membaca koran pagi, saya teringat kembali dengan kesimpulan yang saya ambil tadi malam bahwa zaman telah berganti lagi. Saat itu terbesit di hati saya untuk menulis artikel guna mengingatkan orang-orang (pembaca) yang mau “sadar” kalau zaman sudah berganti. Saya menetapkan judul artikel sama dengan kesimpulan saya yaitu; Sabda Raja dan Uga Wangsit Siliwangi Dalam Perspektif Waktu. Saya sengaja menambahkan frasa “dalam perspektif waktu” agar pembaca dapat menangkap pikiran saya tentang zaman yang sudah berganti dari sudut pandang waktu.

3. Terdorong oleh keinginan yang begitu besar untuk menulis, meskipun hari Sabtu, saya tetap berangkat ke kantor. Saya memiliki kebiasaan “menulis” bila berada di kantor karena bisa konsentrasi dan merasa nyaman berada di ruangan yang sejuk. Saat saya mulai mengembangkan alur pikiran dalam mengembangkan tema tulisan, saya baru menyadari kalau saya tidak memiliki pengetahuan sedikit pun tentang Uga Wangsit Siliwangi. Saya berusaha mencari dan membaca tulisan-tulisan tentang Uga Wangsit Siliwangi di internet tapi saya menilai semua salah dan keliru dalam menafsirkan. Oleh karena saya juga tidak mengetahui apa yang “sebenarnya” maka terpaksa saya urungkan niat untuk menulis. Bagi saya itu adalah pilihan yang paling bijak daripada menyampaikan suatu pemikiran yang diragukan kebenarannya.

4. Jam 22:00 malam, saya beranjak ke tempat tidur. Kebiasaan saya menggunakan celana pendek, baju kaos dan tidur dengan kepala ke arah barat. Saat sudah tertidur lelap, tiba-tiba pikiran saya “tersadar.” Dalam keadaan mata terpejam, saya “melihat” dalam (penglihatan gaib) ada selembar handuk berwarna cokelat tua terbuka melintang menutupi betis saya. Handuk itu seperti handuk milik saya yang sering saya gunakan. Pikiran saya mengingatkan kalau handuk saya ada di sampiran handuk. Masih dalam keadaan mata terpejam saya melihat dalam (penglihatan gaib) handuk itu ditarik “hilang” begitu saja. Saya terkejut lalu membuka mata saya dan ternyata memang saya tidak melihat handuk. Pikiran saya mengingatkan dan meyakinkan kalau tadi saya melihat ada handuk yang terbuka melintang menutupi betis saya lalu handuk itu tertarik dan menghilang. Seketika saya merasa ada “getaran gaib” sebuah getaran yang sangat “khas” menandakan adanya kontak gaib dalam peristiwa gaib yang berlangsung sangat cepat. Peristiwa itu hanya berlangsung 1-2 menit. Saat itu ada suara dari dalam diri saya yang menyebut dua kata yakni PRABU SILIWANGI.

Sesaat setelah peristiwa gaib itu, saya duduk termenung di sisi ranjang, saya berujar dalam hati “… apalah arti diri ini, kenapa Sang Prabu harus datang mengunjungi saya. Untuk apa dan untuk tujuan apa, saya juga tidak tahu. Saya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tapi saya bisa berkata ”Benar, jika Prabu Siliwangi datang mengunjungiku, dia tidak berupa dan bersuara.” Saya juga akan mengatakan kalau saya tidak mencium aroma wewangian. Setelah itu saya kembali melanjutkan tidur saya hingga pagi hari.

5. Minggu tanggal 10 Mei 2015, saat makan malam bersama keluarga, saya menceritakan kepada istri dan anak-anak saya peristiwa gaib yang saya alami, kepada mereka saya katakan; “saya merasa perlu menceritakan kepada kalian peristiwa gaib ini, sebab sangat penting artinya buat saya dan saya akan menulisnya biar orang lain mengetahuinya. Saya tidak ingin kalian bertanya-tanya karena itu saya ceritakan kepada kalian terlebih dahulu agar Sang Prabu mengetahui kalau saya melaksanakan apa yang sepatutnya saya lakukan.”

6. Handuk cokelat yang melintang dan menutupi betis saya, saya anggap sebagai “tutupan.” Tutupan itulah yang selama ini menutupi Uga Wangsit Siliwangi sehingga UWS terjaga kesuciannya. Tutupan itu jugalah yang menjadi penyebab sehinga orang-orang sulit menafsirkan UWS secara akurat dan benar. Ketika tutupan itu dihempaskan oleh yang menutupinya, maka muncullah kebenaran Prabu Siliwangi sebagaimana wangsitnya dan pesan-pesan gaib UWS.

7. Saat saya menuliskan / menafsirkan alinea 4, saya baru menyadari bahwa ternyata tepat tiga tahun setelah terdengar suara minta tolong dari Gunung Halimun (kecelakaan Sukhoi) tanggal 9 Mei 2012 memiliki tanggal dan bulan yang sama dengan kunjungan Prabu Siliwangi kepada saya 9 Mei 2015 malam. Ini bukan suatu kebetulan tapi fakta dari sebuah “kebenaran” yang bersumber dari pesan gaib atau wangsit. Maka persiapkanlah diri kalian karena: “kalian dipanggil oleh yang mau menikah di lebak Cawene. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh ke belakang.”

ANAK GEMBALA (BUDAK ANGON)

Kutipan alinea VII

“Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus-menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di ujung sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu, datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”

Budak (bahasa Sunda) artinya seorang anak manusia yang belum memiliki pola pikir dewasa atau masih kekanak-kanakan atau bocah, Angon (bahasa Indonesia) artinya gembala. Budak Angon diartikan sebagai Anak Gembala. Prabu Siliwangi dalam Wangsitnya menyampaikan pesan akan munculnya seorang Anak Gembala (Budak Angon). Sebutan Anak Gembala didasari oleh latar belakang agama yang diyakini oleh Prabu. Dalam keyakinan agama hindu, Dewa Krisna memiliki banyak julukan di antaranya Gopala (pengembala sekaligus pelindung sapi-sapi), Gowinda (pengembala sapi), Govinda (pengembala ilahi). Sebutan Anak Gembala dipandang sebagai perwujudan kepribadian Dewa Krisna. Julukan yang diberikan oleh Prabu Siliwangi relevan dengan apa yang diramalkan Prabu Jayabaya “berbadan manusia, berparas seperti Bathara Kresna.”

Dalam tradisi hindu, Dewa Krisna dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak atau perwujudan Tuhan itu sendiri. Dewa Krisna dianggap sebagai manifestasi dari kepribadian Tuhan YME. Prabu Siliwangi menggambarkan sosok yang super luar biasa itu dengan mengatakan “ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah anak gembala.” Dialah Dewa berbadan manusia. Dialah pemilik kebenaran mutlak. Dialah manifestasi dari kepribadian Brahman. Dia khalifah Tuhan di muka bumi. Dialah pembawa sifat-sifat (kepribadian) Allah, Tuhan Semesta Alam.

Anak Gembala itu ada di tengah-tengah kita. Dia hidup bersama kita di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prabu Siliwangi mengatakan “ rumahnya di ujung sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang.”

Yang dimaksud dengan ujung sungai atau belakang sungai adalah muara. Muara diartikan sebagai tempat berakhirnya aliran sungai di laut. Air sungai rasanya segar dan tawar, sedangkan air laut rasanya asin dan pahit. Alquran menggambarkan “muara” atau ujung sungai dengan firman-Nya

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS 25:53)

” Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS 55:19-20).

Prabu Siliwangi mengatakan rumah Anak Gembala itu di ujung sungai atau di muara (pertemuan dua buah laut). Siapakah Anak Gembala itu? Anak Gembala itu adalah Khidr. Dapat dilihat dalam Alquran Surah 18:60-82. Kisah Khidr dalam tradisi hindu, Khidr dikenal dengan nama Dewa Wisnu. Khidr selalu identik dengan lautan sebagaimana Dewa Wisnu yang disebut berbaring di dalam lautan penyebab.

Alquran menyebut Khidr (Dewa Wisnu) sebagai: seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS 18:65). Dalam agama hindu, Dewa Wisnu (Khidr) disebut sebagai Dewa Pemelihara yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan YME). Ia dipandang sebagai Roh Suci sekaligus Dewa yang tertinggi, sebagai manifestasi Brahman dan enggan dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman. Dalam purana, Dewa Wisnu menjelma sebagai Awatara yang turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan dan kehancuran. Awatara yang umum dikenal oleh umat hindu berjumlah sepuluh yang disebut Dasa Awatara atau Maha Avatar. Dewa Krisna (Sang Pengembala) merupakan penjelmaan Dewa Wisnu yang kedelapan, Anak Gembala yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi adalah penjelmaan kesepuluh Dewa Wisnu yang dikenal sebagai Kalki yang juga merupakan penjelmaan terakhir Dewa Wisnu.

Prabu Siliwangi mengatakan “pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang.” Pintu adalah lubang untuk berjalan masuk dan keluar. Lubang untuk jalan masuk dan keluar (pintu) itu setinggi batu. Dinding batu itu tertutupi oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Oleh karena dinding batu itu tertutupi atau terhalangi oleh pohon handeuleum dan hanjuang maka dapat dipastikan tidak akan ada orang yang dapat mengetahui bahwa dinding batu itu sesungguhnya adalah lubang yang merupakan jalan keluar-masuk atau pintu yang biasa dilalui oleh Anak Gembala. Dinding batu itu sesuai dengan firman Tuhan “dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi” (QS 25:53).

Apa yang digembalakan oleh Anak Gembala? “Bukan kerbau, bukan domba, bukan pula harimau atau banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon.” Ranting adalah bagian cabang yang kecil-kecil tempat menempelnya daun. Daun adalah tempat terjadinya proses fotosintesis, daun mengeluarkan O2 yang berguna untuk proses pernafasan makhluk hidup. Oleh karena Prabu Siliwangi menyebut “ranting daun kering” maka kita dapat memastikan bahwa ranting  daun yang sudah mati atau ranting yang sudah tidak berguna lagi. Ranting daun itu pernah hidup oleh karena sudah kering maka diartikan sudah mati. Seluruh manusia yang sudah mati (ranting daun kering) berada di suatu alam yang disebut alam gaib. Dalam tradisi islam, alam gaib ini disebut alam kubur atau alam barzakh. Gaib artinya tidak kelihatan; tersembunyi. Manusia yang ada sekarang ini dapat hidup di dunia nyata ini disebabkan karena adanya kehidupan manusia sebelumnya. Secara vertikal kita dapat menarik garis antara manusia yang hidup sekarang dan manusia yang hidup sebelumnya dengan menyebutnya sebagai silsilah keturunan. Pengetahuan manusia terhadap silsilah keturunannya tentu sangat terbatas dan tidak mungkin bisa menyentuh sumber utama manusia yang pertama. Silsilah keturunan disebut juga “pohon keluarga.” Terhadap keluarga yang sudah mati diistilahkan oleh Prabu Siliwangi sebagai “ranting daun kering” dan keturunannya yang masih hidup diberi istilah “sisa potongan pohon.”

Cakra Ningrat berpandangan; yang diurus atau yang digembalakan Anak Gembala adalah seluruh leluhur manusia yang sudah mati (ranting daun kering) yang berada di alam gaib dan manusia yang hidup saat ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan leluhurnya (sisa potongan pohon). Mengurus leluhur di alam gaib dan mengurus manusia di alam nyata dapat berarti mengurus dua alam yakni alam gaib dan alam nyata. Antara alam gaib dan alam nyata terdapat dinding pembatas sebagai yang menghalanginya. Di dalam dinding pembatas itu terdapat lubang untuk jalan masuk dan jalan keluar  atau “pintu” masuk ke alam gaib dan “pintu keluar ke alam nyata atau “pintu” khusus Anak Gembala untuk berpindah-pindah di dua alam tersebut.

Prabu Siliwangi menyatakan “dia terus mencari, mengumpulkan, semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesainya zaman yang satu datang lagi satu zaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap zaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.” Tentu kita semua dapat membayangkan, betapa lelahnya Sang Anak Gembala. Dia harus menapaktilasi seluruh sejarah dan peradaban umat manusia dari manusia awal hingga yang hidup saat ini. Dari kehidupan Sidharta Gautama sampai dengan umat budha yang hidup saat ini, dari kehidupan Yesus Kristus (Isa Almasih) sampai dengan umat kristen yang hidup di dunia saat ini, tegasnya Sang Anak Gembala mengetahui seluruh garis leluhur kita, manusia yang hidup di dunia ini  saat ini.

Sungguh sangat logis dan masuk akal jika Prabu Jayabaya memberi penggambaran kepada kita tentang Anak Gembala kalau Sang Anak Gembala itu “pandai meramal seperti Dewa, seolah-olah lahir di waktu yang sama, tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati, bijak, cermat dan sakti, mengerti sebelum sesuatu terjadi, mengetahui leluhur anda, memahami putaran roda zaman Jawa, mengerti garis hidup setiap umat, tidak khawatir tertelan zaman.” (Bait 167).

KEKUASAAN PARA PENGUASA

Kutipan alinea VIII

“Dengarkan! Yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara waktu. Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah negara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. Semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.”

Prabu Siliwangi memberi penekanan dengan perkataan “Dengarkan! Yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara waktu.” Penekanan ini sangat penting artinya buat kita karena dari penekanan itu kita dapat memperkirakan waktu atau saat pertama kali Prabu Siliwangi menyampaikan pesan gaib (wangsit)nya.

Jayadewata, Sri Baduga Maha Raja, Prabu Siliwangi berkuasa tahun 1482-1521. Pada tahun 1513 Jayadewata menandatangani perjanjian antara Pajajaran dan Portugis. Portugis diizinkan untuk membangun Sunda Kelapa Prasasti Perjanjian Kerajaan Sunda Pajajaran-Portugis di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut jalan Cengkeh dan jalan Kali besar timur I Jakarta Barat. Tahun 1521, Sunan Gunung Jati meninggalkan Cirebon menuju Mekah.  Tahun 1521 Prabu Siliwangi meninggal dunia. Ia disebut secara anumerta Sang Lumaling (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia moksa dan ia dipusarakan di Rancamaya. Selanjutnya Pajajaran diperintah oleh Prabu Surawisesa (1521-1535). Tahun 1522, Kerajaan Pajajaran yang masih beragama hindu meminta bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang muslim. Tahun 1523, Sunan Gunung Jati dari Mekah kembali ke Cirebon dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.

Tahun 1524 Gunung Jati dari Cirebon dan anaknya Maulana Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan pihak Demak. Tahun 1527, Cirebon dibantu Demak menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan Sunda Pajajaran. Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Fatahillah pimpinan armada Demak kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian antara Portugis dan Pajajaran batal terwujud.

Tahun1552, Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan kesultanan Banten. Tahun 1570, Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten. Tahun 1579, Banten meluluhlantahkan Pajajaran merebut sisa-sisa kerajaan Sunda dan menjadikannya islam. Runtuhnya kerajaan Sunda-Galuh yang beribu kota di Pakuan-Pajajaran menandakan keruntuhan kerajaan hindu yang berasal dari Kerajaan Tarumanegara. Raja Sunda yang terakhir yang enggan memeluk islam, yaitu Prabu Raga Mulya atau Prabu Surya Kencana, meninggalkan ibu kota Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten. Tahun 1585, Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten, ia berkuasa hingga tahun 1596.

KERAJAAN ISLAM

Berdasarkan fakta-fakta sejarah yang diuraikan maka jelas yang memusuhi Pajajaran adalah Kerajaan islam yakni Kesultanan Banten. Pesan gaib (wangsit) Siliwangi sudah menyebutkan “yang saat ini memusuhi kita (kerajaan islam/kesultanan Banten) akan berkuasa hanya untuk sementara waktu.”

KESULTANAN BANTEN

Maulana Muhammad diganti oleh putranya Sultan Abu al-Mafakir Mahmud Abdul Kadir atau pangeran ratu (1596-1647), setelah itu Sultan Abu Al-Ma’ali Ahmad (1647-1651). Kemudian Sultan Agung Tirtayasa  atau Sultan Abu Al-Fath Abdul Fattah (1651-1682). Pada masa inilah Banten mencapai puncak kejayaan. Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan dibangun atas contoh Eropa, serta telah mengupah orang Eropa bekerja pada kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya, Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjung Pura (Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.

Prabu Siliwangi mengatakan “Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah negara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota.”

Apa yang dikatakan Prabu Siliwangi sebagaimana wangsitnya, sungguh-sungguh benar dan menjadi kenyataan. Sekitar tahun 1680 atau kira-kira antara 80-100 tahun setelah wangsit disampaikan; muncul perselisihan dalam kesultanan Banten akibat perebutan kekuasaan antara Sultan Agung dengan putranya Sultan Haji. Wangsit menyebut “Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun.”

Perpecahan ini dimanfaatkan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sejak tahun 1602 sudah masuk ke Batavia. VOC memberi dukungan kepada Sultan Haji sehingga perang saudara tidak bisa dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji mengirim dua orang utusannya menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan. Dalam perang ini Sultan Agung terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang disebut Tirtayasa, namun pada 28 Desember 1682 kawasan ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC. Sultan Agung bersama putranya yang lain, Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makassar mundur ke  arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret 1683 Sultan Agung tertangkap kemudian ditahan di Batavia. Tanggal 14 Desember 1683, Syekh Yusuf ditangkap dan Pangeran Purbaya ditangkap 7 Februari ditangkap 1684.

KEKUASAAN VOC

Prabu Siliwangi berkata: “Nah di situlah, sebuah negara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota.” Yang dimaksud dengan kerbau bule adalah VOC. Yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota, maksudnya Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar. “Negara pecah” maksudnya wilayah Lampung, yang tadinya merupakan wilayah Kesultanan Banten, harus dilepaskan dan diserahkan kepada VOC dan VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Sultan Haji juga harus mengganti kerugian akibat perang saudara tersebut kepada VOC. Sultan Haji meninggal pada tahun 1687.

Prabu Siliwangi mengatakan “Semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan.” Maksudnya semenjak Sultan Haji meninggal, VOC mulai mencengkeramkan pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia. “Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.” Sebutan kerbau bule yang ditujukan kepada VOC karena VOC merupakan suruhan atau alat yang digunakan oleh Sultan Haji untuk memerangi ayahnya sendiri. Tahun 1752 Banten telah menjadi Vassal VOC. Vassal artinya budak atau pengikut.

Kutipan alinea IX

“Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!”

Prabu Siliwangi mengatakan “Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet.” Maksudnya semenjak VOC menjadikan Banten sebagai budak atau pengikutnya (vassal). Sarkasme monyet ditujukan kepada VOC karena sifat-sifatnya yang sama dengan sifat monyet. Monyet memiliki sifat semua-maunya (seenaknya sendiri, semau gue), berlagak pilon, pandai berakting, tidak bisa diam, egois, serakah, tidak tahu berterima kasih (kacang lupa pada kulitnya).

Tanggal 1 januari 1800 VOC resmi dibubarkan; hak miliknya dialihkan kepada pemerintah Belanda. Tahun 1803, pemerintah Belanda (Republik Batavia) mengeluarkan keputusan kolonial yang menjadikan pemerintah Hindia Belanda bertanggung jawab kepada pemerintah Belanda (berbeda VOC). Pemerintahan Belanda yang dikuasai Prancis menunjuk Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Tanggal 1 Januari 1808, Daendels tiba. Ia memindahkan kediaman resminya ke Buitenzorg (kini dinamai Bogor). Dia memerintah dengan prinsip-prinsip kediktatoran. Daendels memerintahkan serangkaian pekerjaan umum di sekitar Banten, termasuk pembangunan jalan-jalan raya dan sebuah pelabuhan baru di Ujung Kulon yang dilaksanakan oleh pekerja setempat. Para pekerja itu memberontak karena beban pekerjaannya. Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer.

Pada bulan Mei 1811, Daendels diganti oleh Jan Willem Janssen. Tiga bulan kemudian pasukan-pasukan Britania datang dengan puluhan kapal dan berlabuh di Jawa. Para pangeran setempat di Banten, yang masih dilanda pemberontakan karena beban pekerjaan-pekerjaan umum yang diperintahkan Daendels, menangkap dan memenjarakan Sultan Banten dan bekerja sama dengan Britania. Tanggal 26 Agustus 1811, perang Jawa Britani-Belanda dimulai. Britania di bawah Lord Minto merebut Batavia. Belanda yang menderita kekalahan yang hebat, mengundurkan diri ke Semarang dan Janssens menyerah kepada Britania di Salah Tiga (Kapitulasi Tuntang). Thomas Stamford Raffles sebagai wakil kerajaan Britania diangkat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Java.

Tahun 1813, Raffles menghapuskan Kesultanan Banten. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta. Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat kesultanan Banten tahun 1815 Raffles memerintah langsung atas Cirebon, menyingkirkan kekuasaan dari para Sultannya.

Pada kongres Wina 1815 diputuskan  bahwa Britania harus mengembalikan Jawa dan kekuasaan Hindia Belanda lainnya kepada Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri perang Napoleon. Tahun 1816, Thomas Stamford Raffles kembali ke Inggris.

Pada tanggal 19 Agustus 1816, Belanda kembali berkuasa di Batavia. Penyerahan kekuasaan dari Inggris (Letnan Gubernur John Fendall) kepada Belanda (Komisaris Jenderal yang terdiri dari tiga orang; yakni Elout, Buyskes, Van Der Capellen). Tanggal 17 Maret 1824, Britania dan Belanda menandatangani perjanjian London dan membagi Hindia Belanda di antara mereka sendiri. Belanda mengklaim Sumatra, Jawa, Maluku, Irian Jaya, dll. Britania mengklaim Malaya dan Singapura dan mempertahankan kepentingannya di Borneo Utara. Aceh diharapkan akan tetap independen.

Tanda-tanda penderitaan di kalangan pribumi Jawa dan Sunda mulai tampak. Tahun 1840 Cultuurstelsel (sistem tanam paksa) yang dicanangkan oleh Johannes Van Den Bosch tahun 1830 sudah menghadapi berbagai masalah. Khususnya di daerah penanaman tebu, pabrik-pabrik gula bersaing dengan pertanian padi untuk jatah air. Timbul paceklik dan harga beras menjadi sangat mahal. Tahun 1843 kelaparan di Cirebon. Tahun 1883 Gunung Krakatau meletus, 36.000 orang di Jawa Barat dan Lampung meninggal sebagai korban letusan ini.

Prabu Siliwangi mengatakan; “ Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual!”

Fakta yang mendukung “kebenaran” perkataan Siliwangi kalau “keturunan kita akan ada yang sadar seperti terbangun dari mimpi” tercatat dalam sejarah sebagai suatu peristiwa perlawanan bersenjata rakyat Banten terhadap kekuasaan belanda yang terjadi tanggal 9 juni 1888. Peristiwa itu dikenal sebagai pemberontakan petani Banten, atau pemberontakan Qadiriyyah atau geger Cilegon.

Peristiwa itu dilatarbelakangi oleh tindakan semena-mena dan kesewenang-wenangan Belanda terhadap rakyat Banten. Kebencian rakyat semakin memuncak saat rakyat tertekan dengan dua musibah yakni dampak meletusnya Gunung Krakatau yang meletus tanggal 23 Agustus 1883 yang menimbulkan tsunami dan menghancurkan Anyer, Merak, Caringin, Sirih, Pasuruan, Tajur dan Carita, selain itu musibah kelaparan, penyakit sampar (pes), penyakit binatang ternak (kuku kerbau) membuat penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi.

Di tengah kemelut ini, kebijakan pemerintah Belanda yang mengharuskan masyarakat membunuh kerbau karena takut tertular penyakit membuat warga makin terpukul. Belum lagi, penghinaan Belanda terhadap aktivitas keagamaan menambah rentetan alasan dilakukan perlawanan bersenjata. Di lain pihak, tekanan hidup yang makin terdesak membuat warga banyak lari ke klenik (tahayul).

Tersebutlah di desa Lebak Kelapa, terdapat pohon kepuh besar yang dianggap keramat, dapat memusnahkan bencana dan meluluskan yang diminta asal memberikan sesajen bagi jin, penunggu pohon. Berkali-kali Ki Wasyid mengingatkan penduduk bahwa meminta selain kepada Allah termasuk syirik. Namun fatwa Ki Wasyid tidak diindahkan. Melihat keadaan ini, Ki Wasyid dengan beberapa murid menebang pohon berhala pada malam hari. Inilah yang membawa Ki Wasyid ke depan pengadilan kolonial pada 18 November 1887. Ia dipersalahkan melanggar hak orang lain sehingga dikenakan denda 7,50 gulden.

Hukuman yang dijatuhkan kepada Ki Wasyid menyinggung rasa keagamaan dan rasa harga diri muridnya. Satu hal lagi yang ikut menyulut api perlawanan adalah dirobohkannya menara Musala di Jombang Tengah atas perintah Asisten Residen Goebels. Goebels menganggap menara yang dipakai untuk mengalunkan azan setiap waktu salat, mengganggu ketenangan karena suaranya yang keras apalagi waktu azan salat subuh.

Asisten Residen menginstruksikan kepada Patih agar dibuat surat edaran yang melarang salawat, tarhim dan azan dengan suara keras. Faktor-faktor ketidakpuasan terhadap sistem ekonomi, politik dan budaya yang dipaksakan pemerintah kolonial Belanda berbaur dengan penderitaan rakyat.

Perlawanan

Perlawanan besar pun dilakukan. Perlawanan ini dipimpin oleh Ki Tubagus Ismail dan melibatkan sejumlah ulama dan jawara dalam Geger Cilegon membuat rakyat bangkit melawan Belanda. Insiden ini dilakukan untuk menyerang orang-orang Belanda yang tinggal di Cilegon. Sayangnya, insiden ini dapat dipadamkan Belanda karena serdadu Belanda yang dipimpin Letnan I Bartlemy sudah terlatih. Meski api perlawanan dapat dipadamkan, namun sebelumnya terjadi pertempuran hebat.

Ki Wasyid yang dianggap pemimpin pemberontakan dihukum gantung, sedangkan yang lain dihukum buang. Haji Abdurahman dan Haji Akib dibuang ke Banda, Haji Haris dibuang ke Bukittinggi, Haji Arsyad Thawil dibuang ke Manado/Minahasa, Haji Arsyad Qashir dibuang ke Buton, Haji Ismail dibuang ke Flores, dan banyak lagi yang dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon, dan Saparua. Semua pimpinan pemberontakan yang dibuang sebanyak 94 orang.

LETUSAN KRAKATAU tahun 1883 telah menyadarkan keturunan Pajajaran untuk “Bangkit” melakukan perlawanan terhadap Belanda. Dari pemberontakan Banten, kita dapat memetik hikmah dan pelajaran bahwa terdapat tiga komponen yang merupakan unsur dasar yang nantinya akan mengilhami ideologi perjuangan itu. Ketiga unsur dasar tersebut adalah Ki Wasyid, berhala (pohon kepuh besar) dan rakyat Banten (keturunan Pajajaran). Ki Wasyid merupakan simbol islam yang belakang hari menjadi ideologi islam. Berhala adalah simbol materialisme dialektikal yang merupakan inti ajaran Marxisme yang di belakang hari berkembang menjadi ideologi komunisme. Rakyat adalah simbol bersatunya orang-orang dan memiliki satu tujuan yang sama yang di belakang hari berkembang menjadi paham nasionalisme.

Sejarah mencatat rekam jejak ketiga paham tersebut sebagai berikut:

1.       Pergerakan Islam.

  • Tanggal 16 Oktober 1905, Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh KH. Samanhudi, mula-mula untuk melindungi kepentingan-kepentingan para pedagang batik islam di Surakarta.
  • Tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam yang berganti nama menjadi Sarekat Islam di bawah pimpinan Tjokroaminoto
  • Tanggal 18 Nopember 1912, KH. Ahmad Daslan mendirikan Muhammadiyah di Jogjakarta
  • Januari 1913, Kongres Sarekat Islam di Surabaya memutuskan meluaskan aktivitas mereka ke seluruh Hindia. Gubernur Jenderal Idenburg menyatakan Sarekat Islam sebagai sebuah organisasi yang legal
  • Tahun 1915, Haji Agus Salim masuk Sarekat Islam, memperkenalkan modernisasi islam
  • Juni 1916, Sarekat Islam menyelenggarakan pertemuan di Bandung; beberapa anggota dan kelompok Jawa tradisional tidak suka dengan modernisasi
  • Tahun 1917, Sarekat Islam mulai mengambil posisi lebih anti pemerintah
  • Oktober 1921, Kongres ke-6 Sarekat Islam melarang anggota SI merangkap sebagai anggota-anggota partai lain termasuk PKI. Banyak cabang Sarekat Islam terpecah menjadi (SI-merah) yang mengikuti Semaun dan (SI-putih) yang mengikuti Tjokroaminoto.
  • Kongres Al Islam diadakan di Cirebon; perdebatan hangat pecah antara pandangan anggota yang modernis dan tradisionalis tentang islam.
  • Februari 1923, Tjokroaminoto menata kembali Sarekat Islam menjadi Partai Sarekat Islam yang baru. Para pendukung komunis meninggalkan organisasi ini, dan membawa serta banyak anggota bersama mereka; cabang-cabang SI merah menjadi Sarekat Rakyat
  • Tanggal 12 September 1923, Persatuan Islam (Persis) sebuah kelompok garis keras, didirikan di Bandung. Mohammad Natsir yang masih muda salah satu anggota pertama.
  • Tanggal 23 September 1925, Jong Islamieten Bond didirikan di Jakarta; anggota-anggotanya antara lain H. Agus Salim dan Mohammad Natsir.
  • Tanggal 31 Januari 1926, Komite para ulama islam berkumpul di Surabaya untuk mengirim sebuah delegasi ke Arab Saudi untuk memprotes syarat-syarat untuk para jamaah haji. (Komite ini kelak menjadi benih Nahdatul Ulama).
  • Tanggal 31 Desember 1926, KH. Hasjim Asjhari mendirikan Nahdatul Ulama, sebuah organisasi muslim yang berkarya dalam bidang pendidikan, bantuan amal, dan bantuan ekonomi.
  • Tahun 1932, Mohammad Natsir, 24 tahun, bertanggung jawab atas sekolah-sekolah persatuan islam yang baru; ia menulis bahwa islam harus menjadi dasar dari Indonesia yang baru.
  • Tahun 1934, Sayap Pemuda Nahdatul Ulama, Ansor, didirikan
  • Tahun 1935, Nahdatul Ulama mengeluarkan peraturan bahwa Hindia Belanda adalah suatu negara di mana islam dapat dipraktikkan, dan harus dibela melawan Jepang
  • Tanggal 21 September 1927, Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI) didirikan sebuah organisasi payung untuk kerja sama antara Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persatuan Islam dan kelompok-kelompok islam lainnya.
  • Tahun 1939, Karto Suwiryo dan pengikut-pengikutnya memisahkan diri dari partai Sarekat Islam dan membawa serta banyak pengikut-pengikutnya.

2.       Pergerakan Komunis

  • Tahun 1907, VSTP (Serikat Buruh Kereta Api) dibentuk, anggota-anggota orang Indonesia diterima.
  • Tanggal 9 Mei 1914, Sneevliet mendirikan Indische Sociaal-Democratische Varaeniging (ISDV), nantinya menjadi PKI.
  • Tahun 1918, ISDV mulai membentuk soviet-soviet (Dewan-dewan) di Surabaya
  • Tahun 1918, “Sarekat Islam B” cabang revolusioner Rahasia, mulai terbentuk. Anggotanya termasuk Muso. Pemerintah Hindia Belanda mulai menindas “soviet-soviet” ISDV, mengusir anggota-anggota Belanda dari gerakan komunis. Di tahun itu juga Sarekat Sumatra didirikan.
  • Tahun 1919, Haji Misbach mengajarkan “komunisme islam” di Surakarta.
  • Tanggal 27 Mei 1920, ISDV mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (belakangan PKI) dan menerbitkan tulisan-tulisan Lenin.
  • Sarekat Ambon didirikan
  • Tanggal 25 Desember 1920, PKH bergabung dengan Komunis Internasional
  • Tahun 1921, Semaun berangkat ke Uni Soviet
  • Desember 1921, Tan Malaka menjadi ketua PKI
  • Maret 1922, Tan Malaka dibuang dari Hindia Belanda
  • Tahun 1922, Semaun kembali dari Uni Soviet
  • Tahun 1923, pemogokan kereta api oleh VSTP dan dipimpin pihak komunis, Semaun sebagai pemimpinnya ditangkap dan dibuang; banyak Sarekat Buruh yang kini didominasi oleh Komunis.
  • Tan Malaka ditunjuk sebagai agen Komintern untuk Asia Tenggara, dan berbasis di Guangdong, Tiongkok
  • Tahun 1924, Perserikatan Komunis di Hindia mengganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia, memutuskan untuk mengadakan pemberontakan. Musso bergabung dengan PKI.
  • Tahun 1925, pemogokan yang dipimpin oleh PKI gagal, dan Tan Malaka berada di Singapura
  • Tan Malaka mencetus bentuk negara Republik lewat buku Naav de Republiek Indonesia
  • Tahun 1926, Belanda menangkap lebih banyak anggota PKI; Musso pergi ke Singapura. PKI mendapatkan instruksi dari Moskwa untuk memulai sebuah revolusi, lalu membatalkan instruksi ini. Musso merahasiakan instruksi yang kedua (Instruksi untuk tidak memberontak)
  • Tanggal 12 Nopember 1926, PKI memberontak di Banten, Batavia, Bandung, Padang. PKI mengumumkan pembentukan sebuah republik. Pembentukan ini dihancurkan Belanda, yang menangkap sekitar 13.000 orang, dan Tan Malaka menentang pemberontakan
  • Januari 1927, pemberontakan PKI di Silungkang, Sumatra Barat, dihancurkan.

3.       Pergerakan Nasionalisme

  • Tanggal 20 Mei 1908, Budi Utomo didirikan di antara para mahasiswa suku Jawa kelas atas di Jawa termasuk Dr Sutomo dan Dr Tjipto Mangunkusomo, menandai dimulainya era kebangkitan nasional.
  • Tahun 1910, Ratulangi mendirikan Perserikatan Minahasa, sebuah organisasi sosial untuk Minahasa
  • Tahun 1912, Indische Partij dibentuk oleh Setia Budi (Dowwes Dekker), Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Setahun kemudian Indische Partij dilarang para pemimpinnya diasingkan ke Belanda.
  • Tanggal 20 Juli 1913, organisasi Paguyuban Pasundan berdiri sebagai sebuah organisasi sosial dan budaya Sunda di Jawa Barat.
  • Tri Koro Dharma terbentuk sebagai sebuah organisasi pemuda dari Budi Utomo (berganti nama menjadi Jong Java 1918).
  • Tahun 1916, Delegasi anggota dari Budi Utomo, Sarekat Islam dan organisasi-organisasi lain mengunjungi Belanda
  • Tahun 1917, Jong Sumatranen Bond berdiri di Jakarta
  • Tahun 1918, organisasi Jong Minahasa didirikan.
  • Juni 1921, Jong Java mengadakan kongres di Bandung; Soekarno berbicara di kongres untuk mengajukan pembaruan bahasa.
  • Tahun 1922, Indische Vereeniging di Belanda mengganti namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Anggotanya antara lain Mohammad Hatta dan Sultan Syahrir; Tan Malaka dan Semaun berbicara dalam pertemuan-pertemuannya. Indische Vereeniging didirikan untuk perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda pada tahun 1908.
  • Tahun 1922, Perhimpunan Mahasiswa Indonesia didirikan di Belanda. Anggotanya antara lain Mohammad Hatta, Sultan Syahrir, Soetomo, Ali Sostroamijoyo, dan banyak lagi lainnya
  • Tahun 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan “taman siswa” di Jogjakarta
  • Februari 1923, Partai Katolik didirikan
  • Tahun 1924, Dr Soetomo mendirikan Indonesia Study Club.
  • Tahun 1925, Soekarno mendirikan General Study Club yang pro kemerdekaan di Bandung, menganjurkan kesatuan bangsa.
  • Tanggal 30 April-2 Mei 1926, Kongres Pemoeda I didirikan di kota Solo dengan ketua Mohammad Tabrani (Jong Java)
  • Tahun 1926, Soekarno menerbitkan serangkaian tulisan yang berjudul “Nasionalisme, islam dan Marxisme” dan menyerukan kerja sama antara ketiga gerakan ini
  • Februari 1927, Hatta dan lain-lainnya menghadiri pertemuan anti kolonial di Brussels bersama dengan banyak nasionalis lainnya dari Asia dan Afrika.
  • Tanggal 4 Juli 1927, Soekarno dan Dr. Tjipto Mangunkusumo mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PMI)
  • Desember 1927, Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), kelompok yang menaungi organisasi-organisasi nasionalis dibentuk di Bandung.
  • Tahun 1928, PMI mengganti namanya menjadi Partai Nasional Indonesia menerima bendera merah-putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, “Indonesia Raya”  ciptaan WR Supratman sebagai lagu kebangsaan.
  • Tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II di Batavia menerima “sumpah pemuda” satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Kongres diketuai oleh Sugondo Djojopuspito (PPI). Muhammad Yamin menulis puisi “Indonesia tumpah darah ku.”
  • Agustus 1929, pemerintah Hindia Belanda memperingatkan anggota-anggota TMI agar menghentikan aktivitas mereka.
  • Tahun 29 Desember 1929, Soekarno dan pengikut-pengikutnya ditangkap di Jogjakarta. Mereka dipenjarakan di Bandung.
  • Tahun 18 Agustus 1930, Soekarno diadili di Bandung, ia menyampaikan pidato-pidato yang membangkitkan semangat di pengadilan
  • Tanggal 22 Desember 1930, Soekarno dihukum 4 tahun penjara karena kegiatan-kegiatan nasionalisnya. PNI dibubarkan oleh pemerintah.
  • Tanggal 25 April 1931, memutuskan untuk membubarkan. Partai Indonesia atau Partindo dibentuk sebagai gantinya 4 hari kemudian
  • Tahun 1931, Perhimpunan Indonesia dikuasai oleh kaum komunis; Syahrir dan Hatta dipecat
  • Desember 1931, Syahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia bersama Hatta (“PNI-Baru”)
  • Tanggal 31 Desember 1931, Soekarno dibebaskan lebih awal dari penjara dari Bandung.
  • Tahun 1932, Soekarno bergabung dengan Partindo; minat terhadap Partindo meningkat
  • Agustus 1933, Soekarno, Hatta, Syahrir ditangkap. Soekarno dibuang ke Ende di Flores tanpa pengadilan
  • Tahun 1933, pertemuan-pertemuan organisasi induk PPPKI dilarang.
  • Desember 1935, Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia bergabung untuk membentuk partai Indonesia Raya (Parindra). Anggotanya antara lain adalah Thamrin dan Dr. Soetomo. Partai yang baru ini menyerukan kemerdekaan melalui kerja sama dengan Belanda.
  • Nopember 1936, Partindo dibubarkan
  • Tahun 1938, Soekarno yang masih berada dalam penahanan Belanda, dipindahkan ke Bengkulu.
  • Gabungan Politik Indonesia (GAPI), sebuah organisasi payung dari berbagai organisasi nasionalis, dibentuk. Thamrin adalah salah seorang penganjur utamanya
  • Desember 1939, GAPI mengorganisasi Kongres Rakyat Indonesia, sebuah pertemuan representatif yang besar di Batavia, yang mengajukan tuntutan untuk parlemen yang sepenuhnya terpilih untuk Hindia.
  • Tanggal 9 Agustus 1940, GAPI menghadirkan petisi yang lain tentang “melengkapi demokratisasi Indonesia”

Berdasarkan fakta-fakta sejarah yang telah kami uraikan di atas, secara sistematis dan tematik terstrukturnya Kebangkitan dalam “perlawanan” terhadap Belanda maka kita dapat melihat suatu gambaran yang jelas adanya korelasi antara Gunung Krakatau, Prabu Siliwangi (Kerajaan Sunda Pajajaran) dengan negara Republik Indonesia. Prabu Siliwangi mengatakan “keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa zaman sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah.”

Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi bahwa zaman sudah berganti. Ketika keturunan kita tengah sibuk mempersiapkan perlawanan-perlawanan secara politik terhadap pemerintah Hindia Belanda, ternyata Belanda telah menyerah kepada Jerman. Rotterdam dibom menyebabkan banyak kematian warga sipil. Pasukan Belanda menyerah dan pemerintah Belanda, ratu Wilhelmina Mengungsi ke Britania Raya (London). Tanggal 13 Mei 1940.

Pada pertengahan tahun 1941 Jepang melihat bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus bila Jepang ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang maupun untuk keperluan perang. Admiral Isoroku Yamamoto, panglima angkatan laut Jepang mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar, yaitu menyerang secara mendadak basis armada pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Operasi kedua, mendukung angkatan darat dalam operasi selatan yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Jawa. Tanggal 7 Desember 1941, Admiral Chuchi Nagumo memimpin armada menyerang Pearl Harbor. Pengeboman Pearl Harbor berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar dan enam kapal perang lain. Pengeboman Jepang juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika, lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan 1.140 lainnya luka-luka. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.

Prabu Siliwangi menyebut penyerangan Pearl Harbor ini sebagai “pintu dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah.” Mereka para pemimpin maksudnya Admiral Isoroku Yamamoto dan Admiral Chuichi Nagumo.

Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatra sebagai sumber minyak utama.

Kutipan Alinea ke- X

“Yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecahan diserbu monyet! Keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, sebab ternyata, pasar habis oleh penyakit, sawah habis oleh penyakit, tempat padi habis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh penyakit. Semuanya diserbu oleh penyakit. Keturunan kita takut oleh segala yang berbau penyakit. Semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah semakin parah. Yang mengerjakannya masih bangsa sendiri. Banyak yang mati kelaparan. Semenjak itu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membuka lahan. Mereka tidak sadar bahwa jaman sudah berganti cerita lagi.”

Sehari setelah sukses menghancurkan armada pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di Hawaii, tanggal 8 Desember 1941 Jepang menyerang Malaya, mendarat di ujung selatan Thailand dan utara Malaya. Jepang mulai menyerang Filipina. Belanda di antara bangsa-bangsa lainnya menyatakan perang terhadap Jepang. Kapal-kapal perang Inggris, Prince of Wales dan Repulse ditenggelamkan dalam perbedaan beberapa jam saja di lepas pantai Malaya, tanggal 17 Desember Jepang melakukan serangan udara atas Ternate. Jepang mendarat di Serawak. Tanggal 22 Desember pasukan invasi utama Jepang mendarat di Filipina dan 24 Desember, Jepang menyerang pasukan-pasukan Inggris di Kuching, Serawak.

Tanggal 2 Januari 1942, Jepang merebut kota Manila, 3 Januari Jepang merebut Sabah, 6 Januari Jepang merebut Brunei, 6 Januari serangan udara pertama Jepang atas Ambon. Tanggal 10 Januari Jepang mulai menginvasi Indonesia di Kalimantan (Tarakan) dan Sulawesi (Manado). Tanggal 11 Januari Jepang merebut Tarakan. Tanggal 12 Januari Van Mook melakukan perjalanan darurat ke Amerika Serikat, meminta tambahan pasukan, dan agar Hindia Belanda tidak dilupakan dalam pertahanan sekutu. Tanggal 13 Januari  Jepang merebut Manado, 23 Januari Jepang merebut Balikpapan, 25 Januari Jepang merebut Kendari, 30 Januari Jepang menyerang Ambon. Kota Ambon direbut dalam tempo 24 Jam.

Tanggal 1 Februari 1942, Jepang merebut Pontianak. Tanggal 3 Februari, Jepang mengebom Surabaya, memulai serangan udara terhadap sasaran-sasaran di Jawa. Tanggal 4 Februari pertempuran Selat Makassar. Angkatan udara dan laut Jepang memaksa sekutu  untuk mundur hingga ke Cilacap, Jepang maju hingga Sulawesi. Tanggal 6 Februari Jepang mulai mengebom Palembang. Tanggal 8 Februari, Jepang memulai melakukan serangan utama atas Singapura. Tanggal 9 Februari Jepang mengebom Batavia, Surabaya dan Malang. Tanggal 10 Februari Jepang merebut Makassar. Tanggal 13 Februari mendaratkan pasukan parasut di Palembang, merebut kota dan industri minyaknya yang berharga. Tanggal 15 Februari Singapura jatuh, 13.000 pasukan di bawah komando Inggris ditawan sebagai tawanan perang. Tanggal 19 februari pertempuran Selat Bandung (pertempuran laut antara Bali dan Lombok) sebuah satuan kecil pasukan Jepang memukul mundur pasukan Belanda dan Australia. Jepang mendarat di Bali serangan udara pertama Jepang atas Darwin, Australia. Tanggal 20 Februari Jepang mendarat di Timor dan tanggal 24 Februari Jepang telah menguasai Timor. Tanggal 23 Februari, Belanda memindahkan Soekarno ke Padang; Soekarno lolos dalam kekacauan sementara Belanda melakukan evakuasi. Belanda mengevakuasi Syahrir dan Hatta dari Banda lewat udara beberapa menit sebelum Jepang mengebom pulau itu.

Prabu Siliwangi mengatakan “yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecahan diserbu monyet.” Maksudnya tidak ada lagi yang mengatur, mengurus rakyat karena pusat kota kosong, pemerintah bersembunyi menyelamatkan dirinya masing-masing. Belanda kabur, lari ketakutan. Negara pecahan adalah semua wilayah yang selama ini dikuasai oleh Belanda yang diserbu Jepang (monyet).

Pertempuran laut Jawa terjadi tanggal 27 Februari 1942. Dalam pertempuran laut Jawa dekat Surabaya yang berlangsung selama tujuh jam, angkatan laut sekutu dihancurkan, kapal-kapal perusak Amerika lolos ke Australia. Sekutu kehilangan 5 kapal perangnya sedangkan Jepang hanya menderita kerusakan pada satu kapal perusaknya. Rear Admiral Karel Willem Frederick Marie Doorman, komandan angkatan laut Hindia Belanda tenggelam bersama kapal perang utamanya De Ruyter.

Tanggal 28 Februari 1942, tentara Angkatan Darat ke-16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di 3 tempat di Jawa. Pertama adalah pasukan divisi ke-2 mendarat di Merak, Banten. Kedua adalah resimen ke-230 di Eretan wetan dekat Inderamayu dan yang ke-3 adalah divisi ke-48 beserta Resimen ke-56 di Kragan. Ketiganya segera menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut pangkalan udara Kalijati (sekarang Lanud Surya Darma), Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Imamura memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka tentara Jepang akan menghancurkan tentara Belanda.

Tanggal 1 Maret, pertempuran Selat Sunda, pasukan invasi Jepang mendarat di Banten, pasukan invasi Jepang juga mendarat di Surabaya. Jepang melakukan serangan udara atas Medan. Tanggal 5 Maret, serangan udara Jepang di Cilacap, Jepang masuk ke Batavia. Tanggal 7 Maret Jepang merebut Cilacap, Rangoon jatuh ke tangan Jepang. Tanggal 8 Maret, Jepang merebut Surabaya. Tanggal 9 Maret Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

KEKUASAAN JEPANG

Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh Stachhouwer bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, panglima tertinggi tentara Hindia Belanda datang ke Kalijati dan dimulai perundingan antara pemerintah Hindia Belanda dengan pihak tentara Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Imamura, Imamura mengatakan, bahwa Belanda harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Dengan demikian secara De Facto dan De Jure seluruh wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Hari itu juga, tanggal 9 Maret Jenderal Hein ter Poorten memerintahkan kepada seluruh tentara Hindia Belanda untuk juga menyerahkan diri kepada bala tentara kekaisaran Jepang.

Para penguasa yang lain segera melarikan diri. Dr. Hubertus Johanes van Mook, Letnan Gubernur Jenderal untuk Hindia Belanda bagian Timur, Dr. Charles Olke van Der Plas, Gubernur Jawa Timur melarikan diri ke Australia. Jenderal Ludolf Hendrik van Oyen, perwira angkatan udara kerajaan Belanda melarikan diri dan meninggalkan istrinya di Bandung. Tentara KNIL yang berjumlah sekitar 20.000 di Jawa yang tidak sempat melarikan diri ke Australia ditangkap dan dipenjarakan oleh tentara Jepang.

Tanggal 19 April, Jepang merebut Hollandia (Irian Jaya), 9 Mei Jepang menduduki Lombok, 13 Mei Jepang menduduki Sumbawa dan 16 Mei Jepang menduduki Sumba. Seluruh wilayah Indonesia telah berhasil dikuasai oleh Jepang dengan sukses gemilang. Kemenangan Jepang atas Belanda disambut dengan gagap gempita dan sorak-sorak bergembira oleh seluruh rakyat Indonesia.

Prabu Siliwangi mengatakan: “keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, sebab ternyata pasar habis oleh penyakit. Semuanya diserbu oleh penyakit.”

Keturunan kita (bangsa Indonesia) tertawa karena sistem stratifikasi sosial pada zaman Jepang menempatkan golongan Bumi Putra (pribumi asli) di atas golongan Eropa maupun golongan Timur asing (Arab, India, China, dsb.), kecuali Jepang. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, warga pribumi asli ditempatkan sebagai kelas sosial terendah warga timur asing dan Eropa.

Bangsa Indonesia tertawa (senang) karena Jepang melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:

  • Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
  • Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang melindungi Asia)
  • Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar
  • Menarik simpati umat islam untuk pergi haji
  • Menarik simpati organisasi islam MIAI (Majelis Islam A’laa Indonesia)
  • Melancarkan praktik dumping
  • Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs Moh. Hatta dan Sultan Syahrir dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda

Selama masa pendudukan, Jepang juga membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Chosakai. Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.

Di bidang sipil:

Jepang membentuk PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang. Membentuk Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).

Di bidang militer Jepang membentuk PETA (Pembela Tanah Air) yaitu: Gakukotai (Laskar pelajar), Heiko (Barisan cadangan prajurit), Seinendan (Barisan pemuda), Fujinkai (Barisan wanita), Keibudan (Barisan pembantu polisi), Jibakutai (Pasukan berani mati), Kempetai (barisan polisi rahasia).

Dari kebaikan-kebaikan di atas, ternyata Jepang tidak mampu membuat ”tawa” bangsa Indonesia terus berlanjut. “Sebab ternyata, pasar habis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh penyakit. Semuanya diserbu oleh penyakit.” Penyakit-penyakit itu di sebabkan karena Jepang menerapkan kerja paksa. Banyak laki-laki Indonesia diambil dari tengah keluarga mereka dan dikirim ke Burma untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan pekerjaan berat lainnya dalam kondisi yang sangat buruk. Ribuan orang mati/hilang.

Selain kerja paksa, Jepang juga menerapkan pengambilan paksa. Tentara- tentara Jepang dengan cara paksa mengambil makanan, pakaian dan berbagai pasokan lainnya dari keluarga-keluarga Indonesia, tanpa memberikan ganti rugi. Hal ini menyebabkan penderitaan semasa perang. Yang paling memiriskan hati adalah penerapan “perbudakan paksa” terhadap perempuan. Banyak perempuan Indonesia yang dijadikan “wanita penghibur” dan “pelayan sex” bagi tentara-tentara Jepang.

Prabu Siliwangi mengatakan “keturunan kita takut oleh segala yang berbau penyakit.” Segala yang berbau penyakit yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi tentu saja adalah “kemusyrikan” yaitu suatu perbuatan yang mempersekutukan Allah yang sangat bertentangan dengan prinsip akidah islamiah.

Sejarah kembali terulang, terjadinya pemberontakan yang dipicu oleh “kemusyrikan.” Di masa penjajahan Belanda, pemberontakan Banten dipimpin oleh Ki Wasyid dan murid-muridnya, maka di masa penjajahan Jepang dikenal dengan “pemberontakan Singaparna” yang dipimpin oleh KH. Zaenal Mustofa dan murid-muridnya. Banten dan Singaparna, Tasikmalaya dulunya masuk dalam wilayah Kerajaan Sunda Pajajaran sehingga dapat disebut sebagai keturunan Pajajaran.

KH. Zaenal Mustofa menentang pelaksanaan “seikerei” cara memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan badan ke arah Tokyo. Ia menganggap perbuatan itu bertentangan dengan ajaran islam dan merusak tauhid karena telah mengubah arah kiblat. Sikap ini pernah ia tunjukkan secara terang-terangan di muka Jepang pada waktu itu, semua alim ulama Singaparna harus berkumpul di alun-alun dan semua diwajibkan melakukan seikerei di bawah todongan senjata, semua ulama terpaksa melakukan perintah itu, hanya KH. Zaenal Mustofa yang tetap membangkang. Ia juga menentang Romusha, pengerahan tenaga rakyat untuk bekerja dengan paksa.

Pada tanggal 25 Februari 1944, KH. Zaenal Mustofa merencanakan mengadakan perlawanan terhadap Jepang. Ia meminta para santrinya mempersiapkan persenjataan berupa bambu runcing, golok serta berlatih pencak silat. Jepang mencium rencana ini. Pada jam  13:00 datang 4 opsir Jepang meminta agar KH. Zaenal Mustofa menghadap pemerintah Jepang di Tasikmalaya. Perintah itu ditolak tegas dan terjadilah keributan. Tiga opsir tewas dan satu orang dibiarkan hidup. Yang satu orang ini disuruh pulang dengan membawa ultimatum. Dalam ultimatum itu, pemerintah Jepang dituntut untuk memerdekakan pulau Jawa terhitung mulai 25 Februari 1944. Setelah waktu shalat ashar (sekitar jam 16:00) datang beberapa buah truk mendekati garis depan pertahanan Sukamanah. Suara takbir mulai terdengar, pasukan Sukamana sangat terkejut setelah tampak dengan jelas bahwa yang berhadapan dengan mereka adalah bangsa sendiri. Rupanya Jepang telah mempergunakan taktik adu domba. Melihat yang datang menyerang bangsa sendiri, Zaenal Mustofa memerintahkan para santrinya tidak melakukan perlawanan sebelum musuh masuk jarak perkelahian. Setelah musuh mendekat, barulah para santri menjawab serangan mereka, namun dengan jumlah kekuatan lebih besar, ditambah peralatan lebih lengkap, akhirnya pasukan Jepang berhasil menerobos dan memporak-porandakan pasukan sukamana. Peristiwa ini dikenal dengan pemberontakan Singaparna.

Para santri yang gugur dalam peristiwa itu berjumlah 92 orang. Meninggal di penjara Sukamiskin 38 orang. Mengalami cacat kehilangan mata dan kehilangan ingatan 10 orang. Sehari setelah peristiwa itu ditangkap 700-900 orang dan dimasukkan dalam penjara di Tasikmalaya. KH. Zainal Mustofa bersama 23 orang  muridnya dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.

Prabu Siliwangi mengatakan “semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah semakin parah. Yang mengerjakan masih bangsa sendiri. Banyak yang mati kelaparan.” Maksudnya; setelah pemberontakan Singaparna dan Syahidnya keturunan Pajajaran, maka perlawanan sudah mulai muncul dimana-mana seperti;

  • Peristiwa Inderamayu, April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja paksa yang menyebabkan penderitaan rakyat. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Inderamayu. Pemberontakan ini dengan mudah dapat ditumpas. Tentara Jepang bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (loh bener dan sindang) agar daerah lain tidak ikut-ikutan memberontak.
  • Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie Aceh pada bulan Nopember 1944. Perlawanan ini dipimpin oleh perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat dan prajurit Indonesia.
  • Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945). Perlawanan ini merupakan perlawanan terbesar di pulau Jawa, dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi dan Dr. Ismail. Penyebabnya karena persoalan pengumpulan padi, romusha maupun heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Perlawanan ini dapat ditumpas oleh Jepang. Empat orang perwira PETA dihukum mati, sedangkan Syodanco Supriadi berhasil meloloskan diri.
  • Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945) dipimpin oleh Bundanco Kusairi
  • Perlawanan Pang Sumo, pemimpin suku Dayak di daerah Tayan dan Meliau, Kalimantan Barat.
  • Perlawanan Koreri di Biak, Irian Barat dipimpin oleh L. Rumkorem yang berpusat di Biak.
  • Perlawanan di pulau Yapen Selatan, dipimpin oleh Nimrod. Nimrod dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat.
  • Perlawanan di Tanah Besar Papua dipimpin oleh Simson

Prabu Siliwangi mengatakan “Semenjak itu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membuka lahan. Mereka tidak sadar bahwa zaman sudah berganti cerita lagi.”

Maksudnya ; Soekarno menerima tawaran Jepang untuk menjadi pemimpin pemerintah Indonesia, tetapi bertanggung jawab kepada militer Jepang. Soekarno dan Hatta pura-pura bekerja sama dengan Jepang sebagai satu bentuk strategi baru dalam perjuangan. Disebut oleh Prabu Siliwangi “sambil sok tahu” yang artinya taktik strategi politik. “Lahan baru” adalah pola kerja sama merangkul dan dirangkul atau “saling memanfaatkan” untuk tercapainya tujuan dan kepentingan masing-masing pihak.

Soekarno, Hatta, dan Syahrir bertemu secara rahasia dan berbagi tugas. Soekarno untuk mengumpulkan massa untuk kemerdekaan. Hatta menangani hubungan-hubungan diplomatik dan Syahrir untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan bawah tanah. Jepang mengangkat Soekarno sebagai ketua Putera (Pusat Tenaga Rakyat), sebuah sayap organisasi politik. Hatta dan Ki Hajar Dewantara, anggota. Jepang membentuk sayap militer lokal disebut Heiho untuk menjadi unit tentara reguler Jepang. Pada tanggal 7 Juli 1943 perdana menteri Jepang, Jenderal Hideki Tojo berkunjung ke Indonesia. Dalam pidatonya di Gambir ia menjanjikan pemerintahan otonomi terbatas bagi Indonesia.

Pada tanggal 8 September 1943, pemerintah dari markas besar militer Jepang di Saigon untuk membentuk “Giyugun” (angkatan bersenjata lokal) di sepanjang Asia Tenggara. Jepang merasa perlu merekrut orang lokal untuk pertahanan, karena tentara Jepang terus ditarik untuk perang dengan sekutu di Pasifik. Jepang membentuk Giyugun di Sumatera dan Jawa. Pasukan di Jawa disebut PETA (Pembela Tanah Air). Banyak tokoh yang tergabung dalam PETA antara lain Sudirman dan Soeharto. Aktivis kemerdekaan menganggap pelatihan militer tidak begitu mendukung Jepang dibanding persiapan untuk kemungkinan kemerdekaan. Hatta berpidato menghimbau orang Indonesia untuk bergabung dengan PETA. Mereka inilah yang kemudian akan membentuk inti Angkatan Bersenjata Indonesia.

Pada tanggal 24 Oktober 1943, payung organisasi MIAI berganti nama menjadi Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Jepang membentuk barisan Hisbullah, sebuah angkatan perang pemuda muslim yang bergabung dengan Masyumi. Jepang berusaha terus merekrut seluruh cadangan kekuatan yang dimiliki orang-orang Indonesia untuk dijadikan pasukan pertahanan. Jepang sudah tidak mampu lagi menahan laju kekuatan tentara sekutu dalam perang Pasifik. Setelah melintasi Pasifik maka serangan sekutu pada pasukan Jepang di Indonesia hanya menghitung waktu saja.

SERANGAN TENTARA SEKUTU (AS, INGGRIS, AUSTRALIA, BELANDA)

Kutipan alinea ke-XII

“Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi! Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini. Lalu keturunan kita mengamuk. Mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri. Yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya seluruh nusa dihancurkan dan dikejar. Tetapi…ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang sebrang.”

Pada tanggal 19 April 1944, tentara sekutu menjatuhkan bom di Sabang, yang terletak di pulau Weh Aceh yang merupakan pintu ujung sebelah Barat Indonesia. Pada tanggal 22 April, sekutu menguasai Hollandia (sekarang Jaya Pura, Papua). Tanggal 17 Mei serangan udara sekutu di Surabaya. Pada tanggal 21 Mei tentara Amerika mendarat di Biak. Pada tanggal 4 Juni, Jepang melancarkan serangan balik ke Biak. Tanggal 11 Agustus, serangan udara sekutu di Palembang. Tanggal 28 Agustus, Ambon luluh-lantak oleh serangan udara sekutu. Tanggal 8 September, tentara Amerika berhasil mengusir Jepang dari Biak. Tanggal 15 September, tentara sekutu mendarat di pulau Morotai, Halmahera Maluku Utara yang dipimpin oleh Jenderal Doughles Mac Arthur, panglima armada Pasifik barat.

Jenderal Koiso menjanjikan Indonesia akan merdeka dalam waktu yang tidak lama lagi. Tanggal 1 Maret 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sebuah komite untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia diumumkan pembentukannya oleh Jepang. Anggota-anggotanya; Soekarno, Hatta, Wahid Hasyim, dll. Pemimpinnya Dr. Radjiman Wedyodiningrat. April 1945, Laksamana Maeda pemimpin intelijen tentara angkatan laut Jepang di Indonesia mendukung perjalanan keliling Soekarno dan Hatta ke Makassar. Tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 sidang pertama BPUPKI. Soekarno menjelaskan tentang doktrin Pancasila. Maeda mendukung perjalanan Soekarno dan Hatta ke Bali dan Banjarmasin untuk berpidato.

Tanggal 10 Juni 1945, tentara Australia mendarat di Brunei, tentara Belanda mendarat di Sumatera Utara. Tanggal 24 Juni tentara sekutu mendarat di Halmahera. Tanggal 1 Juli 1945, tentara Australia menguasai Balikpapan, pesawat Amerika menjatuhkan bom di Watampone, Sulawesi Selatan. Tanggal 11 Juni Amerika melancarkan bom di Sabang, Aceh. Militer Jepang mengadakan pertemuan rahasia di Singapura, merencanakan pengalihan kekuasaan Indonesia kepada pemimpin pejuang kemerdekaan Indonesia.

Prabu Siliwangi mengatakan;

a.       “lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi!”…

Burung dimaksudkan sebagai pesawat pengebom B-29 flying superfortress bernama Enola Gay yang dipiloti Letkol Paul W. Tibbets dan copilot Robert Lewis. Menetaskan telur dimaksudkan sebagai dijatuhkannya bom atom tanggal 6 Agustus 1945 di Hiroshima. Bom itu dinamai “little boy” yang berarti anak kecil. Bom atom kedua dijatuhkan tanggal 9 Agustus 1945 di Nagasaki. Bom kedua ini dinamai “Fat Man” yang berarti “laki-laki gemuk.” Pesawat B-29 yang menjatuhkan Fat Man dipiloti oleh Mayor Charles W. Sweeney.

Oleh karena Jepang belum juga menyerah maka tanggal 13-14 Agustus 1945, Armada ketiga Amerika Serikat mulai menembakkan meriam-meriamnya dan mengerahkan 400 pengebom B-29 untuk menyerang Jepang dan menambahnya lagi 300 pesawat pada malam itu. Total angka 1.014 pesawat dikerahkan dan semuanya kembali dengan selamat. Sungguh “riuh seluruh bumi” maksudnya telah terjadi perang dunia ke-2. Tepat jam 12.00 tengah hari tanggal 15 Agustus 1945 diudarakan rekaman pidato kaisar Jepang kepada rakyat yang berisi perintah kekaisaran mengenai perhentian perang. Pidato itu menandakan Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

b.      “Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini.”

Ramai oleh perang maksudnya perang antar sekutu (Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan Belanda) melawan tentara kekaisaran Jepang yaitu pertempuran Biak di Pulau Biak tanggal 27 Mei sampai 20 Juli 1944, pertempuran Numfoor, di pulau Numfoor dekat teluk Cenderawasih, Papua, tanggal 2 Juli-3 Agustus 1944, pertempuran Morotai di Morotai Halmahera Utara, pertempuran Tarakan tanggal 1 Mei-19 Juni 1945 dan pertempuran Balikpapan 7-12 Juli 1945.

c.       “lalu keturunan kita mengamuk. Mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman, yang jelas teman dijadikan musuh.”

Menjelang akhir perang dunia II tahun 1945, sebagian besar wilayah Indonesia telah dikuasai tentara sekutu. Satuan tentara Australia telah menggelar pasukannya di Makassar dan di Banjarmasin sedangkan Balikpapan diduduki oleh Australia sebelum Jepang menyerah kalah. Sementara pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Doughlas Mac Arthur, Panglima Komando Kawasan Asia Barat Daya.

Sesuai dengan perjanjian Wina tahun 1942, negara-negara sekutu sepakat untuk memberikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah kedudukannya. Hindia Belanda (Indonesia) harus dikembalikan kepada Belanda.

Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur. Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando SEAC (South East Asia Command) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatera, Jawa dan Indocina. SEAC dengan Panglima Lord Mounbatten sebagai Komando tertinggi sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentara Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil sekutu.

Pada 23 Agustus 1945, Inggris bersama tentara Belanda mendarat di Sabang Aceh. Tanggal 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil sekutu tiba di Jakarta dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) Pemerintah sipil Hindia Belanda, yang dipimpin Dr. Hubertus J van Mook. Terjadi berbagai pertempuran pada saat masuknya sekutu dan NICA ke Indonesia yang saat itu baru menyatakan kemerdekaannya.

Keturunan Indonesia mengamuk tanpa aturan. Jepang yang jelas-jelas dulu musuhnya karena melakukan penjajahan atas Indonesia dijadikan teman. Sekutu yang dulunya teman karena telah melawan Jepang dijadikan musuh. Pertempuran yang terjadi antara Indonesia melawan tentara sekutu dan NICA adalah; peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya dan sekitarnya, Palagan Ambarawa di daerah Ambarawa, Semarang dan sekitarnya, perjuangan gerilya Jenderal Soedirman, meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Bandung Lautan Api, di daerah Bandung dan sekitarnya, pertempuran Margarana di Bali, serangan umum 1 Maret 1949 di Jogjakarta, pertempuran 5 hari 5 malam di Palembang, dan pertempuran 5 hari di Semarang.

d.      “mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri. Yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapak.”

Yang dimaksud banyak pemimpin mendadak dengan caranya sendiri adalah Soekarno dan Hatta. Tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, pemuda menculik Soekarno dan Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok. Mereka meyakinkan Soekarno dan Hatta bahwa Jepang sudah menyerah (15/8) dan pemuda pejuang sudah siap untuk melawan Jepang apa pun risikonya. Malam harinya Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta bertemu dengan Jenderal Moichiro Yamamoto di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi. Dari pertemuan itu Soekarno dan Hatta  menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Malam itu juga Soekarno-Hatta mengadakan rapat dengan PPKI untuk mempersiapkan teks proklamasi. Keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 “proklamasi” dibacakan. Soekarno-Hatta, yang dulunya dianggap anak kecil oleh Belanda dan Jepang sudah menjadi bapak bangsa Indonesia.

e.      “Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang putih dihancurkan, yang hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. Seluruh nusa dihancurkan dan dikejar.

Yang dimaksud dengan “sarang tawon” adalah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Karena proklamasi mau dirusak oleh Belanda (NICA) maka seluruh bangsa Indonesia setanah air Indonesia, bangkit mengamuk melakukan perlawanan bersenjata.

f.        “Tetapi… ada yang menghentikan, yang menghentikan, adalah orang seberang.”

Agresi Belanda yang kedua, terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Hatta, Syahrir dan tokoh-tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya pemerintahan darurat Republik Indonesia di Sumatera yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara.

Untuk membuktikan kepada dunia internasional kalau negara Republik Indonesia masih ada maka diadakanlah serangan umum 1 Maret 1949 berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman terhadap kota Yogyakarta yang sudah dikuasai oleh Belanda. Sudirman ingin memperlihatkan kepada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia berarti juga Republik Indonesia. Belanda memberi informasi ke dunia internasional bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada. Sudirman mementahkan diplomasi Belanda dengan perang habis-habisan dengan Belanda.

Akibat dari agresi Belanda II ini, pihak internasional melakukan tekanan kepada Belanda terutama Amerika Serikat yang mengancam akan menghentikan bantuannya kepada Belanda. Dengan terpaksa Belanda bersedia untuk kembali berunding dengan Republik Indonesia. Tanggal 7 Mei 1949 Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem Royen.

Tanggal 7-10 Agustus 1949, para pejuang dan tentara pelajar (pelajar dan mahasiswa) melakukan serangan umum Surakarta. Mereka berhasil membumihanguskan dan menduduki markas-markas Belanda. Solo yang merupakan tempat pertahanan terkuat Belanda telah dikuasai oleh TNI bersama rakyat dengan peralatan seadanya.

Tanggal 23 Agustus- 2 Nopember 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar, di Den Haag Belanda, yang menghasilkan kesepakatan:

  • Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat
  • Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.

Kesepakatan yang ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda yang menghentikan perang antara Indonesia dan Belanda, kesepkatan inilah yang dimaksud “orang seberang” oleh Prabu Siliwangi karena memang ditandatangani oleh orang-orang di negara seberang atau Belanda. Tanggal 27 Desember 1949, bertempat di istana Dam, Amsterdam Belanda menandatangani pengakuan dan penyerahan kedaulatan Negara Republik Indonesia.

KEKUASAAN SUKARNO

Prabu Siliwangi mengatakan:

Kutipan alinea ke-XII

“Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan penguasa, penguasa baru susah dianiaya! Semenjak itu berganti lagi jaman. Ganti jaman ganti cerita! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari, disusul oleh lewatnya komet yang terang benderang. Di bekas negara kita, berdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.”

a.       “lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri pulau dewata.”

Maksudnya adalah Sukarno. Ia disebut “orang biasa” karena ia bukan keturunan orang Belanda dan orang Jepang yang pernah berkuasa. Ia adalah orang pribumi asli. “Tapi memang keturunan penguasa dahulu kala.” Maksudnya ayahnya adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo, ia seorang guru beragama islam dan mengajar di sekolah dasar pribumi di Singaraja, Bali. Ia memperistri Ida Ayu Nyoman Rai seorang putri bangsawan pulau dewata yang beragama hindu. Putri pulau dewata inilah yang melahirkan Koesno Sosrodihardjo tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Di masa kecilnya Koesno sering sakit karena itu ibunya mengganti nama Koesno menjadi Karno, Karno berasal dari Karna seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha (Mahabrata). Nama Karna berubah menjadi Karno sebab dalam bahasa Jawa sebutan A berubah menjadi O. kemudian ditambah awalan “SU” yang berarti “baik.” Kalimat “ibunya adalah seorang putri pulau dewata” adalah bentuk penegasan bahwa sekalipun Sukarno adalah muslim, seorang yang beragama islam, akan tetapi di dalam dirinya terdapat sebuah alur dari sebuah keyakinan suci yang dinamakan “hindu” yang berasal dari ibunya.

b.      “Karena jelas keturunan penguasa, penguasa baru susah dianiaya.”

Keturunan penguasa yang dimaksud di sini tentu saja penguasa dalam alur keyakinan hindu yakni Dewa Wisnu, sebuah keyakinan yang sama dengan keyakinan yang dimiliki Prabu Siliwangi sendiri.

c.       “Semenjak itu berganti lagi jaman. Ganti jaman ganti cerita! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari, disusul oleh lewatnya komet yang terang benderang.”

Yang dimaksud “bulan muncul di siang hari” adalah perhitungan bulan dalam kalender hijriah yaitu 8 Ramadhan 1364 H yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1945. “Lewatnya komet yang terang benderang” maksudnya adalah lewatnya waktu di mana matahari sudah terang benderang. Waktu yang dimaksudkan adalah jam 10.00 pagi yaitu yang digunakan oleh Sukarno saat membacakan “proklamasi” di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta Pusat.

Dalam perspektif waktu, kita dapat menangkap sukma dari penyatuan hindu dan islam sebagaimana sukma dari wangsit Siliwangi di mana hindu merupakan sumber inspirasi yang mengikutsertakan “manusia.” Alur puncak tertinggi dalam sukma hindu adalah DEWA WISNU di mana Alquran menyebutnya sebagai KHIDIR. Karena ketidaktahuan dan keterbatasan pengetahuanlah yang menyebabkan umat islam menyebutnya sebagai Nabi Khidir. Tidak ada satu pun ayat di dalam kitab suci Alquran yang menyebut Khidir sebagai nabi, Khidir adalah seorang hamba yang diberi rahmat dan pengetahuan dari sisi Tuhan. Dewa Wisnu adalah Khidir dan Khidir adalah Dewa Wisnu. Di atas Khidir/Dewa Wisnu adalah Tuhan  Semesta Alam atau Brahman. Brahman adalah sebutan dan bukan nama Tuhan. Karena Tuhan, tidak memiliki nama. Semua yang bernama adalah hamba dari DIA YANG TAK MEMILIKI NAMA.

d.      “Di bekas negara kita, berdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.”

Yang dimaksud “di bekas negara kita” adalah di bekas wilayah kerajaan Pajajaran yaitu Jawa Barat, Jakarta dan Banten. “Berdiri lagi sebuah negara” maksudnya adalah negara Pasundan. Negara Pasundan berada di dalam Negara Republik Indonesia.

Negara Pasundan adalah suatu negara bagian dari negara federal Republik Indonesia Serikat (RIS) yang didirikan oleh Belanda pada tanggal 24 April 1948. Letaknya di bagian barat pulau Jawa (sekarang DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten) dan beribu kota di Bandung. Presiden pertama dan terakhirnya adalah Raden Arya Adipati Wiranata Koesuma.

Belanda melibatkan semua lapisan masyarakat melalui konferensi untuk membangun negara bagian Pasundan. Konferensi I dilakukan di Bandung tanggal 12-19 Oktober 1947 dihadiri 50 orang dari pejabat pemerintah, tokoh agama, kalangan swasta, tokoh pendidikan dan psikolog. Konferensi II tanggal 16-20 Desember 1947 melibatkan bangsa pribumi, pendatang Cina, pendatang, Arab dan orang Belanda dihadiri 159 orang. Konferensi III tanggal 23 Februari-5 Maret 1948, pendirian negara Pasundan dan terpilihnya Wiranata Koesuma sebagai presiden.

Wiranata Koesuma mengangkat Adil Puradirga, tokoh republik dari Paguyuban Pasundan sebagai perdana menteri. Saat terjadi agresi Belanda II tanggal 19 Desember 1948, Adil mengundurkan diri sebagai tanda protes kepada Belanda. Adil diganti oleh Tumenggu Djumhana. Program-program Djumhana tidak disukai oleh Belanda sehingga Belanda mengancam akan membubarkan Negara Pasundan dan akan diganti dengan pemerintahan militer, tekanan Belanda direspon dengan Wiranata Koesuma dengan balik mengancam, dia akan meletakkan jabatannya sebagai presiden, kedudukan negara Pasundan semakin lemah setelah terjadinya APRA yang dipimpin  Westerling tanggal 30 Januari 1950, presiden Pasundan menyerahkan mandatnya kepada parlemen Pasundan tanggal 8 Maret 1950, negara Pasundan resmi bubar dan kembali berada di bawah Republik Indonesia.

e.      “Dan pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.”

Yang dimaksud “pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran” adalah Raymond Westerling seorang mantan kapten DST KNIL. Westerling memimpin angkatan perang Ratu Adil (APRA) adalah milisi dan tentara swasta yang pro Belanda. Milisi ini terinspirasi dari “Uga Wangsit Siliwangi” yang meramalkan akan datangnya negara Ratu Adil yang akan membebaskan rakyat Indonesia dari “tirani.” Westerling memandang dirinya sebagai Ratu Adil.

Westerling berusaha untuk mempertahankan adanya negara-negara federal dalam Republik Indonesia Serikat melawan Kesatuan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta yang dianggapnya didominasi oleh orang Jawa. APRA direkrut dari 18 faksi Anti Republik yang beragam termasuk personil mantan gerilyawan Republik, Darul Islam, Ambon, Melayu, Minahasa, KNIL, dan tentara kerajaan Belanda. Tahun 1950 APRA telah berevolusi di pedesaan menjadi kekuatan tempur berjumlah 2.000 personel.

Westerling bersekongkol dengan Sultan Palembang, Sultan Hamid II yang berhaluan federalis untuk meluncurkan kudeta terhadap pemerintah Republik Indonesia yang sah. Pada tanggal 23 Januari 1950 APRA meluncurkan kudeta. Milisi ini berhasil menduduki Bandung tapi mereka gagal menduduki Jakarta dan Blora. Kegagalan kudeta ini menyebabkan adanya demoralisasi anggota milisi terhadap Westerling dan terpaksa Westerling melarikan diri ke Singapura. Tanpa pemimpin yang kuat, APRA akhirnya berhenti berfungsi pada Februari 1950. Sebelum bertugas di Cimahi, Batujajar Jawa Barat, Raymond Westerling yang lahir di Istanbul, Turki Kesultanan Utsmaniyah 1919, ia lebih dulu ditugaskan  di Makassar, Sulawesi Selatan. Sebagai komandan Depot Speciale Tropen-DSTC (Depot Pasukan Khusus) dengan pangkat Letnan II (cadangan). Ia tiba di makassar tanggal 5 Desember 1946 memimpin 120 orang pasukan khusus dari DST dan mendirikan markas di Mattoangin (sekarang asrama  prajurit TNI). Westerling menjadi terkenal namanya karena melakukan pembantaian terhadap rakyat Sulawesi Selatan antara bulan Desember 1946-Februari 1947. Metode Westerling dikenal dengan nama “Standrecht” pengadilan (dan eksekusi) di tempat.

Menurut pemerintah Republik Indonesia, rakyat Sulawesi Selatan yang dibantai oleh Westerling berjumlah 40.000 orang, menurut hasil penyelidikan Belanda jumlahnya sekitar 3.000 orang. Pengakuan Westerling mengatakan hanya 600 orang. Makassar adalah sasaran pertama pembantaian menyusul pembantaian tahap kedua di Palombangkeng dan Gowa. Tahap ketiga pertengahan Januari 1947 sasaran pembantaian adalah Pare pare, Enrekang, Tabalangi, Soppeng, Barru, Malimpung, dan Suppa. Selanjutnya pembantaian dilakukan di daerah Mandar, Majene, dan Sendana.

KEKUASAAN SOEHARTO

Kutipan alinea ke-XIII

“Lalu akan ada penguasa, tapi penguasa yang mendirikan benteng yang tidak boleh dibuka, yang mendirikan pintu yang tidak boleh ditutup, membuat pancuran ditengah jalan, memelihara elang dipohon beringin. Memang penguasa buta! Bukan buta pemaksa, tetapi buta tidak melihat, segala penyakit dan penderitaan, penjahat juga pencuri menggerogoti rakyat yang sudah susah.  Sekalinya ada yang berani mengingatkan, yang diburu bukanlah penderitaan itu semua tetapi orang yang mengingatkannya. Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli. memerintah sambil menyembah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omongan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri. Wajar saja bila kolam semuanya mengering, pertanian semuanya puso, bulir padi banyak yang diselewengkan, sebab yang berjanjinya banyak tukang bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi pintar kebelinger.”

a.       Lalu akan ada penguasa, tapi penguasa yang mendirikan benteng yang tidak boleh dibuka, yang mendirikan pintu yang tidak boleh ditutup, membuat pancuran ditengah jalan, memelihara elang dipohon beringin.

Penguasa yang dimaksud adalah Soeharto. Ia lahir di dusun Kemusuk, Desa Agromulyo, Bantul, Yogyakarta tanggal 8 Juni 1921. Ia anak ketiga dari Sukirah dan Kertosudiro, petugas pengatur air desa. Setelah menamatkan SD, ia melanjutkan di SMP Muhammadiyah Yogyakarta dan aktif di kepanduan Hizbul wathan. Pada 1 Juni 1940, ia menjadi tentara KNIL (pasukan Belanda). Saat Perang Dunia berkecamuk pada 1942, ia direkrut oleh Jepang sebagai tentara PETA dengan jabatan komandan resimen dengan pangkat mayor lalu komandan batalion dengan pangkat Letnan Kolonel. Tanggal 5 Oktober 1945 ia resmi menjadi anggota TNI. Tahun 1948 ia memimpin Brigade Garuda Mataram ke Makassar untuk menumpas pemberontakan Andi Azis. Pada 1 Maret 1949, atas saran Sri Sultan Hamengku Buwono IX, ia memimpin serangan umum yang berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel dengan jabatan Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1960 dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal dan menyabet Deputi I kepala staf Angkatan Darat.

Pada 1 Januari 1962, pangkatnya  dinaikkan Mayor Jenderal dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan bermarkas di Makassar. Pertengahan 1962, ia diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965. Pada 1 Mei 1963 ia membentuk Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi pergerakan bersenjata PKI. Pada 1 Oktober 1965, Letnan Kolonel Untung Syamsuri, pasukan pengawal presiden Tjakrabirawa bersama pasukan lainnya menculik dan membunuh enam jenderal. Satu yang terselamatkan dan tidak menjadi target pembunuhan adalah Mayor Jenderal Soeharto. Dalam peradilan militer Letkol Untung mengatakan mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang didukung CIA untuk menyingkirkan Soekarno pada hari ABRI 5 Oktober 1965. Karena itu mereka lebih dulu bergerak melakukan penculikan dan pembunuhan. Sebagai Pangkostrad, Soeharto segera mengamankan Jakarta. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966 yang memberi kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Langkah pertama yang ia ambil membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan menyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia, menyingkirkan Angkatan Bersenjata yang dinilai pro Soekarno dan pro komunis. Tindakan ini memaksa Soekarno menyerahkan kekuasaan eksekutif. Melakukan pembunuhan secara sistematis sekitar 500.000 “tersangka komunis.”

Tanggal 1 Juli 1966, Soeharto menerima kenaikan pangkat sebagai Jenderal bintang empat. Tanggal 7 Maret 1967, berdasarkan Tap MPRS, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden. Tanggal 27 Maret 1968, ia resmi diangkat sebagai presiden setelah laporan pertanggungjawaban Soekarno (NAWAK SARA) ditolak oleh MPRS. Setelah menggabungkan kekuatan-kekuatan partai politik, 23 Maret 1973 ia dilantik untuk jabatan presiden yang kedua kali. Ia menjadikan partai Golkar menjadi partai favorit dan satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah. Prabu Siliwangi mengatakan “memelihara elang di pohon beringin.”

b.      “Memang penguasa buta! Bukan buta pemaksa, tetapi buta tidak melihat, segala penyakit dan penderitaan, penjahat juga pencuri menggerogoti rakyat yang sudah susah.”

Soeharto meningkatkan dana militer dan mendirikan dua badan intelijen yaitu Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang dieksekusi dalam pembersihan massal dan lebih 200.000 orang ditangkap hanya karena dicurigai terlibat dalam kudeta. Central Intelligent of America (CIA) memegang posisi kunci untuk menaikkan Soeharto di kekuasaan sekaligus mempertahankannya. Selain untuk kepentingan sumber daya alamnya dan populasi konsumen yang besar, Indonesia juga dijadikan bumper bagi Amerika untuk menghancurkan komunis di Asia Tenggara. Tanggal 22 Maret 1978, Soeharto dilantik lagi sebagai Presiden untuk ketiga kalinya.

c.       “Sekalinya ada yang berani mengingatkan, yang diburu bukanlah penderitaan itu semua tetapi orang yang mengingatkannya.”

Pengingat yang dimaksud oleh Siliwangi adalah pers. Pada 20 Januari 1978 Soeharto melarang terbit tujuh surat kabar yang selalu mengkritik pemerintah yaitu; Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesia Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore.

d.      “Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala”

Pada Sidang Umum MPR 1 Maret 1983, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden yang keempat kalinya. Tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 juta ton. Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras. Kesuksesan ini mendapat penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) tahun 1985. Selain swasembada beras juga dilakukan program Keluarga Berencana dan Rumah untuk keluarga. Pada masa pemerintahannya, Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Kemajuan ekonomi di saat pemerintahan Soeharto dianggap sangat signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam negara yang mendekati negara-negara industri baru bersama dengan Malaysia, Filipina, Thailand, selain Singapura, Republik Tiongkok dan Korea Selatan.

Wakil-wakil presiden yang mendampingi presiden Soeharto secara berturut-turut adalah; Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1973-1978), Adam Malik (1978-1983), Tri Sutrisno (1993-1998) dan BJ. Habibie (1998). Semua perkataan dan tindakan Soeharto senantiasa diikuti, dibenarkan, dan ditaati oleh rakyat, akibatnya tanpa disadari, Soeharto menjadi sosok yang dikultuskan di Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh seluruh aparat pemerintah tanpa kecuali. “Memerintah sambil menyembah berhala” begitu istilah Prabu Siliwangi. Soeharto adalah berhalanya.

e.      “Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omongan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri.”

Yang membuat anak muda salah pergaulan disebabkan karena Soeharto memberlakukan Asas Tunggal Pancasila. Pancasila dijadikan sebagai satu-satunya asas seluruh organisasi kemasyarakatan dan partai politik.

f.        “Wajar saja bila kolam semuanya mengering, pertanian semuanya puso, bulir padi banyak yang diselewengkan, sebab yang berjanjinya banyak tukang bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi pintar kebelinger.”

Pada tahun 1997, menurut Bank Dunia, 20 sampai 30% dana pembangunan Indonesia telah disalahgunakan selama bertahun-tahun. Krisis finansial Asia pada tahun yang sama tidak membawa hal bagus bagi pemerintah Soeharto ketika ia dipaksa untuk meminta pinjaman, yang juga berarti pemeriksaan menyeluruh dan mendetail dari IMF. Pada tahun itu, Indonesia sangat bergantung pada donor internasional. Indonesia tidak tangguh menghadapi krisis finansial, sebab manajemen ekonomi Indonesia selama ini bertumpu dalam sistem “trickle down effect” (menetes ke bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada segelintir kalangan yang disebut konglomerat. Selam 32 tahun pemerintahannya, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan pelanggaran HAM. Setelah beberapa demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik, dan militer yang berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR RI, presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. “Sebab yang berjanjinya tukang bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar kebelinger” begitu kata Prabu Siliwangi. Pemerintahan Soeharto dilanjutkan oleh wakil presiden Republik Indonesia, BJ. Habibie.

MISTERI PEMUDA BERJANGGUT

Kutipan alinea XIV

“Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam sambil menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar kebelinger, maunya menang sendiri. Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian. Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukan kepenjara. Lalu mereka mengacak-ngacak tanah orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan.”

Prabu Siliwangi mengatakan:

a.       “Pada saat itu.” Maksudnya saat ketika Soeharto masih berkuasa dan menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Yang “saat itu” diperkirakan waktunya sekitar tahun 1997.

b.      “datang.” Menurut KBBI “datang” artinya “tiba di di tempat yang dituju.” Indonesia yang kala itu masih dipimpin oleh Soeharto adalah negara yang dituju oleh…

c.        “pemuda berjanggut.” Secara alamiah dan pada umumnya semua laki-laki dewasa ditumbuhi rambut pada bagian-bagian tubuhnya yaitu kumis, janggut, cambang, ketiak, paha/betis dan sekitar kemaluan. Namun hanya islam sebagai satu-satunya agama yang mewajibkan penganutnya memelihara janggut.

Nabi Muhammad bersabda: “habiskanlah kumis dan biarkanlah janggut (memanjang).” (HR. Bukhori). Pada hadist lain Nabi Muhammad bersabda: “berbedalah dengan kamu musyirikin, peliharalah janggut dan cukurlah kumis” (HR. Muslim). Dapat dipastikan “pemuda berjanggut” yang dimaksudkan berasal dari golongan islam. Menurut Undang-Undang No. 40/2009 tentang Kepemudaan yang mengatur batasan usia pemuda antara 16-30 tahun. Diperkirakan usia pemuda berjanggut ketika “datang” ke Indonesia berkisar 30 tahun lebih sebagai suatu usia yang betul-betul matang dan mantap, kuat, kokoh, dan berjiwa ksatria.

d.      “datangnya.” Kata “datangnya” mempertegas kembali kalau pemuda berjanggut (islam) itu datang (berasal) dari suatu tempat dan akhirnya tiba di Indonesia.

e.      “memakai baju serba hitam.” Oleh karena tidak disebutkan memakai “celana” maka yang dimaksud “baju serba hitam” adalah baju panjang sampai di bawah lutut, berlengan panjang seperti yang dipakai oleh orang Arab. Baju semacam itu disebut jubah. Jubah serba hitam. Dengan memakai baju serba hitam atau jubah serba hitam yang merupakan identitas/ciri khasnya sebagai orang yang berasal dari Arab. Dengan begitu kita dapat memastikan kalau pemuda berjanggut itu “datangnya” dari tanah Arab. Menurut ilmu psikologi, warna “hitam” berkesan tertutup, tersembunyi dan penuh dengan rahasia.

f.        “sambil menyanding sarung tua.”

Menyanding berasal dari kata “sanding.” Menurut KBBI sanding artinya dekat, damping, membarengi, menemani. Dalam kalimat: “pemuda berjanggut memakai baju (jubah) serba hitam sambil menyanding (mendampingi, membarengi, menemani) sarung tua.” Dari kalimat itu kita dapat mengerti dan memahami kalau “sarung tua” adalah sumber inspirasi dan kekuatan utama pemuda berjanggut. Oleh karena “sarung tua” adalah sumber utama maka “sarung tua” harus dijadikan fokus perhatian utama kita dalam melakukan kajian-kajian kritis dan analisis yang mendalam terhadap hakikat utama “sarung tua.”

Cakra Ningrat berpandangan: yang dimaksud “sarung tua” adalah Kiswah yang menutupi Ka’bah di Mekah Saudi Arabia. Kiswah (bahasa Arab) berarti “selubung” yaitu kain sarung penutup atau baju biasa juga diartikan sarung kelambu yang menutupi Ka’bah. Kiswah Ka’bah berwarna hitam mulai dari khalifah Abdullah bin ar-Rasyid bin al-Mahdi yang dikenal dengan Al Makmun ar-Rasyid (tahun 813-833). Beliau adalah putra Harun ar Rasyid dari Bani Abbasiyiah. Sejak saat itu hingga saat ini Kiswah Ka’bah selalu berwarna hitam dan diganti setahun sekali setiap tanggal 9 Dzulhijjah.

Oleh karena “sarung tua” adalah Kiswah (sarung penutup) Ka’bah maka pemuda berjanggut yang memakai baju (jubah) serba hitam sebagaimana warna hitamnya Kiswah maka kita dapat memahami dari mana asal datangnya pemuda berjanggut tersebut.

Nabi Muhammad bersabda: “Akan dibai’at seorang laki-laki antara makam Ibrahim dengan sudut ka’bah.” (HR. Ahmad).

Ka’bah adalah Bait Suci atau tempat beribadah kepada Allah yang pertama kali didirikan di muka bumi.

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”  Alquran 3:96 dan 97.

Maqam Ibrahim berarti “tempat kaki berpijak” Nabi Ibrahim saat membangun Ka’bah. Batu maqam (tanda) Ibrahim sekarang ini ditutup perak, sedangkan bekas kedua telapak kaki Nabi Ibrahim panjangnya 27 cm, lebarnya 14 cm dan dalamnya 10 cm nampak dan jelas dilihat. Atas perintah Khalifah Abdullah bin ar Rasyid bin al-Mahdi, di sekeliling batu maqam Ibrahim itu telah diikat dengan perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar burung. Maqam Ibrahim terletak di sebelah timur Ka’bah, jaraknya tiga meter di depan pintu Ka’bah. Di samping pintu Ka’bah terdapat Hajar Aswad. Antara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad disebut Multazam.

Ka’bah merupakan kiblat shalat (sembahyang) umat islam di seluruh dunia, berbentuk kubus, terdiri atas empat sudut yang disebut rukun yaitu: rukun Aswad, rukun Iraqi, rukun Syami, dan rukun Yamani. Rukun Aswad memiliki kedudukan paling tinggi dan paling mulia karena di rukun itu terdapat Hajaratul Aswad (batu hitam) Maqam Ibrahim berjarak 3 meter di depan rukun (sudut) Aswad. Hadits nabi yang mengatakan “Akan dibaiat seorang laki-laki antara maqam Ibrahim dengan sudut Ka’bah.” Dapat dipastikan bahwa sudut yang dimaksud oleh nabi adalah sudut Aswad. Hanya saja tidak dapat kita pastikan posisi tepatnya laki-laki itu dibai’at apakah tepat di depan pintu Ka’bah, atau di depan Multazam ataukah di depan Hajaratul Aswad karena ketiga posisi itu berada di sudut Aswad antara Maqam Ibrahim.

Menurut KBBI “baiat” artinya pelantikan secara resmi; pengangkatan; pengukuhan. Siapakah laki-laki yang dibaiat? Cakra Ningrat berpandangan; laki-laki yang dibaiat antara maqam Ibrahim dengan sudut Ka’bah adalah pemuda berjanggut. Laki-laki itu telah dilantik secara resmi oleh Allah, Tuhan Semesta Alam dan diberi gelar sebagai IMAM MAHDI. Imam Mahdi artinya “seseorang yang memandu.” Ia adalah pandu (penunjuk jalan, perintis jalan) bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kebenaran. Hakikat “kebenaran” universal sejatinya adalah Tuhan Semesta Alam. Kerahasiaan Tuhan adalah kerahasiaan Imam Mahdi karena itu tidak ada satu pun ayat di dalam kitab suci Alquran yang dapat kita jadikan rujukan atau pedoman untuk mengungkap jati dirinya, tugas-tugasnya serta perintah-perintah Tuhannya yang (akan) dikerjakan oleh Sang Pemandu. “Memakai baju serba hitam” memberi kesan serba misteri, serba tertutup, serba tersembunyi dan serba penuh dengan rahasia. Tiada yang mengetahui dirinya kecuali dirinya sendiri.

g.       “membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar keblinger, maunya menang sendiri.”

Pada point a sudah disebutkan bahwa saat kedatangan Pemuda Berjanggut Presiden Soeharto masih berkuasa, maka dapat dipastikan orang yang pertama “ditegur” karena sudah salah arah adalah Soeharto. Soeharto berkuasa di Indonesia selama 32 tahun dengan “tangan besi.” Semua orang takut kepadanya. Tidak ada yang berani menegurnya. Tidak ada yang berani mengingatkannya, kecuali Pemuda Berjanggut. Oleh karena teguran Pemuda Berjanggut tidak dianggap (tidak dituruti atau diindahkan), maka Pemuda Berjanggut meruntuhkan kekuasaanya dan menenggelamkannya ke dalam lautan sejarah.

h.      “Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian.” Kalimat ini bentuknya seperti kalimat tunggal yang berdiri sendiri. Kalimat ini tidak ada hubungannya dengan kalimat sebelumnya dan kalimat sesudahnya dalam satu alinea atau dalam satu paragraf. Kalimat ini perlu mendapat perhatian khusus dalam kajian kritis dan analisis yang mendalam oleh karena hakikat “Pemuda Berjanggut” justru terdapat dalam kalimat tersebut.

Ditafsirkan:

1.       “Mereka tidak sadar.”

Yang dimaksud “mereka” oleh Prabu Siliwangi adalah Soeharto. Ia tidak sadar telah menempatkan dirinya sebagai “Dewa” yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Ia dipuja, disembah, disanjung, ditakuti oleh seluruh bangsa Indonesia sama seperti ketika Firaun, dipuja, disembah, disanjung, dan ditakuti oleh Bani Israil. Soeharto merupakan inkarnasi Firaun atau penggenapannya.

2.       “Langit sudah memerah.” Dalam Alquran Allah berfirman: “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.” (QS 55:37)

Di masa lalu, dengan dipimpin Musa, Allah menyelamatkan bani Israil dengan “membelah laut merah” dan menenggelamkan Firaun. Di masa akhir zaman, dengan dipimpin Pemuda Berjanggut, Allah menyelamatkan bangsa Indonesia dengan “membelah langit.” Langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak dan runtuhlah segala kekuasaan rezim Soeharto pada 21 Mei 1998.

3.       “Asap mengepul dari perapian.”

“Api” merupakan sumber utama perapian, “Api” juga yang jadi penyebab utama asap mengepul, yang menyebabkan langit memerah. Tegasnya “Api” adalah “sebab.” Akibatnya kekuasaan Soeharto, tumbang!

Dalam Alquran Allah berfirman:

“Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu” Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).” QS 20:9-13.

“Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan” Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam,” QS 28:29-30.

Nabi Musa melihat dan berada di dekat “Api” kemudian mendengar suara Tuhan. Ia memperkenalkan diri-Nya kepada Musa dengan berfirman: “Hai Musa, sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu.” (QS 20:11-12). “Ya, Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (QS 28:30)

Di manakah Tuhan? Apakah Ia di dalam Api atau pada suara? Tuhan adalah pemilik Api dan pemilik suara. Tuhan tidak berada di dalam Api, juga tidak berada di dalam suara. Tuhan berada di balik Api juga berada di balik suara. Hubungan transendental manusia dengan Tuhan di alam semesta diantarai oleh Api. Api itu adalah matahari. Api yang mengantarai manusia dengan Tuhan di dalam diri manusia adalah darah. Ada pun suara, suara itu berasal dari roh. Tuhan berada di balik roh manusia.

i.          “Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukkan ke penjara.”

Menurut KBBI “alih-alih” artinya dengan tidak disangka-sangka. “Dianggap” artinya dipandang. Pemuda berjanggut menganggap dirinya tidak akan dapat diketahui oleh manusia, sebab dia “memakai baju serba hitam sambil menyanding sarung tua.” Pemuda berjanggut sangat merahasiakan jati dirinya serba misteri dan serba tertutup. Ternyata; “dengan tidak disangka-sangka” (alih-alih), dipandang (dianggap), ada seorang yang memandang Pemuda Berjanggut dalam sudut pandang yang sesungguhnya. Orang itu adalah orang terpandang dan terkemuka dalam kaumnya. Ia bergelar, berkedudukan di dalam nama Sultan. Ia mewakili manusia dalam berbagai agama dan keyakinan dalam memandang Pemuda Berjanggut meski ia sendiri seorang muslim.

j.        “pemuda berjanggut ditangkap.” Ditafsirkan maksudnya adalah:

  1. Sultan sebagai seorang muslim “menangkap” sosok nyata Pemuda Berjanggut sebagai Khidr (Nabi Khidr) yang bergelar Imam Mahdi.
  2. Sultan sebagai seorang yahudi “menangkap” sosok nyata Pemuda Berjanggut sebagai Nabi Elia (Nabi Ilyas). Elia artinya Yah Weh adalah Elohim
  3. Sultan sebagai seorang kristen “menangkap” sosok nyata Pemuda Berjanggut sebagai Roh Kudus yaitu Suara dan Api.
  4. Sultan sebagai seorang Zoroastrianis “menangkap” sosok nyata Pemuda Berjanggut sebagai Ahura Mazda (Tuhan tertinggi). Ahura Mazda adalah pencipta dan penegak asha (kebenaran), tetapi tidak mahakuasa, akan tetapi Ahura Mazda akan menghancurkan segala kejahatan.
  5. Sultan sebagai seorang hinduis “menangkap” sosok nyata Pemuda Berjanggut dalam tiga pandangan sebagai:
    1. Dewa Brahma (Dewa Pencipta) yang diidentikkan dengan nama Agni (Api)
    2. Penjelmaan kesepuluh Dewa Wisnu (Dewa Pemelihara) yang disebut Kalki Awatara (Sang Penghancur). Ia akan menghancurkan segala sesuatu yang tidak perlu lagi dipelihara
    3. Dewa Siwa dalam kepribadian Dewa Rudra (Dewa Pelebur) yang mengerikan dan menakutkan 

k.       “dimasukkan penjara” Maksudnya Sultan menjaga Pemuda Berjanggut. Sultan melayani Pemuda Berjanggut. Sultan menjalankan segala perintah dan keinginan pemuda berjanggut. Bagi Sultan, Pemuda Berjanggut adalah rajanya dan sembahannya. Bagi Pemuda Berjanggut, Sultan adalah hamba dan suruhannya.

l.         “Lalu mereka mengacak-ngacak tanah orang lain maksudnya mengacak-ngacak keyakinan dan paham-paham manusia. Mereka menganggap semua manusia “salah” yang “benar” hanya Pemuda Berjanggut.

m.    “beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan.” Maksudnya “mereka” beranggapan semua orang adalah musuhnya karena itu semua musuhnya diacak-acak agar musuh melakukan serangan. Bila musuh telah melakukan penyerangan maka Pemuda Berjanggut yang bergelar Imam Mahdi yang dijuluki Kalki Sang Penghancur akan menghancurkannya.

Pemuda Berjanggut sudah tidak ada lagi di Indonesia, karena itu kita tidak perlu membuang-buang waktu mencarinya. Dia sudah kembali ke asalnya di Makkatul Mukarramah. Antara maqam Ibrahim dan sudut Ka’bah, di situlah asalnya. Dia menjaga tempat peribadatan manusia yang pertama di muka bumi. Dialah Khidr. Dialah Imam Mahdi. Dialah Nabi Elia (Nabi Ilyas). Dialah Kalki Awatara.

Berdasarkan analisis perspektif waktu menurut wangsit Prabu Siliwangi, diperkirakan Pemuda Berjanggut meninggalkan Indonesia sekitar tahun 2009 atau awal tahun 2010. Estimasi waktu ini berdasarkan wangsit Siliwangi pada alinea IV “suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari Gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itulah tandanya.” Suara yang dimaksud adalah kecelakaan Sukhoi 9 Mei 2012. Cakra Ningrat memperkirakan Pemuda Berjanggut sudah meninggalkan Indonesia tiga tahun sebelum kejadian itu. Perkiraan ini bersifat relatif dan tidak pasti.

Berdasarkan wangsit Prabu Siliwangi, Pemuda Berjanggut akan datang lagi ke Indonesia. Kedatangan untuk kedua kalinya. Yang menanti dan mengetahui kedatangannya adalah Anak Gembala. Bila pemuda Berjanggut datang, dia sudah tidak lagi memakai pakaian serba hitam dan tidak lagi menyanding sarung tua. Dia datang dengan menggunakan pakaian ihram. Pakaian yang sama dengan yang dikenakan oleh umat islam yang melakukan tawaf di Ka’bah. Pakaian yang sama dengan yang dikenakan oleh para biksu (pendeta buddha). Dia menyebut dirinya sebagai Buddha Maitreya. Dia datang untuk membawa pergi Anak Gembala membuka lahan baru di Lebak Cawene.

KEKUASAAN NAFSU

Kutipan alinea XV

“Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Sebab takut ketahuan, bahwa mereka yang jadi gara-gara selama ini. Penguasa yang buta, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan. Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya? Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.”   

a.       Waspadalah!

Prabu Siliwangi membuka alinea XV dengan satu kata yang sangat tegas; waspadalah!

Siapa yang harus kita waspadai?

Yang mesti kita waspadai adalah nafsu!

b.      “sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran,”

Kenapa “nafsu” melarang menceritakan Pajajaran? Misteri apa yang tersembunyi di balik Pajajaran?

Pajajaran adalah kerajaan Sunda yang beribu kota di Pakuan Pajajaran sehingga disebut Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran berasal dari Kerajaan Tarumanegara.  Di bekas wilayah Kerajaan Tarumanegara pernah berdiri sebuah kerajaan yang dinamai Kerajaan Atlantis. Kerajaan Atlantis adalah Kerajaan Surga, di mana Adam dan Hawa (manusia) memulai kehidupan. Kerajaan Atlantis tenggelam akibat ledakan Gunung Krakatau purba di Selat Sunda. (Baca “Atlantis” oleh: Prof. Arysio Santos).

Di bekas wilayah Kerajaan Atlantis, berdiri Kerajaan Tarumanegara. Di bekas wilayah Kerajaan Tarumanegara berdiri Kerajaan Sunda Pajajaran. Di bekas wilayah Kerajaan Sunda Pajajaran terdapat kota Jakarta yang merupakan ibu kota negara Republik Indonesia. Wilayah Republik Indonesia sekarang meliputi seluruh wilayah Kerajaan Atlantis.

c.       “sebab takut ketahuan, bahwa mereka yang menjadi gara-gara selama ini.”

Sejak dahulu hingga sekarang, manusia saling bermusuh-musuhan, saling menindas, saling kuasa menguasai pada hakikatnya penyebabnya adalah “nafsu manusia.”.

d.      “penguasa yang buta, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule.”

Yang dimaksud penguasa buta adalah BJ Habibie, KH Abdul Rahman Wahid, dan Megawati Soekarno Putri. Habibie dianggap penguasa yang hatinya buta. Gus Dur penguasa yang buta jiwanya , sedangkan Megawati adalah penguasa yang akalnya buta.

e.      “mereka tidak sadar zaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan.”

Maksudnya ketiga penguasa tersebut (Habibie, Gus Dur, dan Megawati) tidak menyadari kalau manusia-manusia Indonesia kelakuannya sudah seperti hewan sebab hati, jiwa, dan akalnya telah dibutakan oleh nafsu yang ada di dalam diri manusia Indonesia.

f.     “kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka.”

Maksudnya; ketiga penguasa tersebut tidak banyak membawa kebaikan buat rakyat Indonesia.

g.       Penguasa itu menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri. Kapan waktunya? Waktunya adalah:

  1. Prof. Dr. Ing. H. BJ. Habibi dari tanggal 1 Mei 1998 sampai dengan tanggal 20 Oktober 1999. Habibie mewarisi kondisi keadaan negara yang kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto.
  2. KH. Abdul Rahman Wahid dari tanggal 20 Oktober 1999 sampai 23 Juli 2001. Ia dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilu tahun 1999. Ia dimakzulkan dalam sidang MPR tanggal 23 Juli 2001 karena kasus Buloggate dan Bruneigate.
  3. Megawati Soekarno Putri dari tanggal 23 Juli 2001 sampai tanggal 20 oktober 2004.

Ketiganya tidak lama memegang kendali kekuasaan sebagaimana yang disampaikan oleh Prabu Siliwangi.

MUNCULNYA ANAK GEMBALA

“Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.”

a.       “Nanti, saat munculnya anak gembala.”

Kata “nanti” menandakan Uga Wangsit Siliwangi sudah ditulis sejak beberapa ratus tahun yang lalu sehingga kata “nanti” diartikan sebagai sesuatu yang belum terjadi. Namun faktanya seiring waktu berjalan, sesuatu yang belum terjadi itu ternyata sudah terjadi. Diperkirakan Anak Gembala sudah muncul pada tahun 2003 sesuai dengan tanda-tanda berikut ini:

b.      “di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara.”

Maksudnya adalah Pemilu dengan sistem proporsional terbuka (open list) yang diikuti 24 Partai Politik yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004. Pemilu ini merupakan Pemilu paling rumit dalam sejarah Indonesia karena penduduk Indonesia harus memilih wakil rakyat di DPR, DPD, dan DPRD. Setelah Pemilu Legislatif, diadakan lagi Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden sebanyak dua putaran yaitu tanggal 5 Juli 2004 dan 20 September 2004. Pemilihan Umum ini adalah yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia.

c.       “Yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar.”

Maksudnya gambaran keadaan rakyat yang meskipun tidak tahu masalah menjadi gila dalam kampanye-kampanye dan ikut-ikutan bertengkar mendukung calon yang dijagokan.

d.      “dipimpin oleh pemuda gendut!”

Maksudnya Susilo Bambang Yudhoyono. Ia terpilih  dalam dua kali Pemilihan Umum Presiden. Ia menjabat presiden selama 10 tahun atau 2004-2009 dan 2009-2014.

e.      “Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah.”

Memperebutkan tanah maksudnya memperebutkan kekuasaan yaitu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Sebelum tahun 2005, Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dipilih oleh DPRD. Sejak berlakunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat. Pilkada pertama kali bulan Juni 2005. Pilkada langsung diselenggarakan setelah Pemuda Gendut (Susilo Bambang Yudhoyono) terpilih sebagai Presiden periode pertamanya tahun 2004.

f.        “ Yang sudah punya ingin lebih.”

Maksudnya yang sudah Bupati/wakil Bupati atau Wali Kota/wakil Wali Kota mau jadi Gubernur. Yang sudah terpilih satu periode mau dua periode, yang tadinya hanya wakil mau naik jadi kepala daerah atau Wali Kota, dsb.

g.       “ Yang berhak meminta bagiannya.”

Maksudnya tim sukses yang berhasil mendudukkan jagoannya meminta agar kepentingan-kepentingannya diakomodir oleh pejabat yang terpilih.

h.      “ Hanya yang sadar pada diam. Mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.”

Adalah sikap sebagian besar rakyat yang tidak tahu apa-apa. Mereka hanya menonton, tidak dapat apa-apa tapi suaranya dibutuhkan. Setelah itu mereka dilupakan.

INDONESIA HEBAT

Kutipan alinea XVI

“Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!”

a.       “Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong”

Maksudnya setelah Joko Widodo terpilih sebagai presiden periode 2014-2019, Tim Sukses yang dulu mendukung baru menyadari ternyata mereka belum mendapat apa-apa, atau tidak diberi perhatian, atau dilupakan bahkan dicampakkan. Rakyat juga baru menyadari ternyata apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang didapatkan.

b.      “sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang.”

Maksudnya istana negara sebagai pusat kekuasaan sudah dikuasai oleh mereka yang banyak mengeluarkan uang saat pemilihan presiden. Akibatnya segala sesuatu jabatan dan kebijaksanaan hanya diperuntukkan untuk bagi yang punya uang.

c.       “para penguasa lalu menyusup.”

Akan terjadi suatu gerakan infiltrasi (penyusupan) dari para penguasa. Yang dimaksud dengan “para penguasa” ialah para leluhur-leluhur manusia. Tidak diketahui kapan terjadinya gerakan itu tapi waktu terjadinya sudah dekat. Para penyusup akan melakukan gerakan infiltrasi melalui hati, jiwa dan akal pikiran manusia. Sungguh membuat segalanya menjadi kacau balau. Mungkin ini yang dimaksud dengan goro-goro.

d.      “ yang bertengkar ketakutan”

Maksudnya manusia-manusia akan bertengkar dengan leluhurnya sendiri. Di dalam dirinya sendiri. Leluhur dan manusia (anak-cucunya) sama-sama ketakutan.

e.      “ketakutan kehilangan negara.”

Maksudnya ketakutan kehilangan kekuasaan. Artinya apa saja yang selama ini dikuasai oleh manusia seperti takut kehilangan kekuasaan terhadap harta bendanya, takut kehilangan kekuasaan terhadap anaknya, istrinya atau suaminya, dsb. Ketakutan-ketakutan itu terjadi di dalam dirinya sendiri. Tercipta delusi, ilusi, halusinasi, dan terjadi kegilaan.

f.        “lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang.”

g.       “semua mencari tumbal”

h.      “tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!”

Menurut KBBI lebak artinya; tempat air yang tergenang dan di dalamnya terdapat lumpur yang dalam.

Cawene (bahasa sunda) artinya perawan(tidak pernah disentuh oleh laki-laki).

Lebak Cawene adalah suatu tempat yang tidak diketahui oleh manusia dan tidak pernah disentuh oleh laki-laki. Kemungkinan Lebak Cawene yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi adalah Bait Allah di Yerussalem. Apakah Pemuda Berjanggut membawa Anak Gembala ke Yerussalem? Bisa iya bisa juga tidak!

KEKUASAAN DI ZAMAN BARU

Kutipan alinea XVII

“Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.”

a.       “ yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati.”

Maksudnya segalanya akan nyata ditemui. Semuanya akan sirna. Dunia beserta seluruh isinya akan sirna. Kehidupan dunia ini hanya kenikmatan sesaat setelah itu semuanya akan dilebur kembali.

b.      “dengarkan! Zaman akan berganti lagi”

Maksudnya; dunia yang sudah usang ini akan dilebur kembali. Umat islam dan kristen menyebutnya  sebagai Kiamat. Umat Yahudi mengatakan sebagai Hari Tuhan Yang Dahsyat. Umat hindu menyebut Maha Pralaya (peleburan kembali).

c.       “ tapi nanti”

Maksudnya tidak diketahui kapan waktunya. Kebanyakan orang sudah mulai merasakan sehingga sudah bisa memperkirakan bila waktunya sudah dekat (tidak lama lagi)

d.      “ setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung.”

Maksudnya;

  1. Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan (QS 56:4-6)
  2. Gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan (QS 101:5). Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan)(QS 70:9).
  3. Pada hari ketika langit benar-benar bergoncang dan gunung-gunung berjalan (QS 52:9-10).
  4. Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan (QS 73:14)

e.      “ Ribut lagi seluruh bumi.”

Oleh karena: pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran (QS 101:4) … lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk … (QS 22:2). Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu (Injil Matius 24:19)

f.        “ orang Sunda dipanggil-panggil, orang Sunda memaafkan”

Maksudnya Uga Wangsit Siliwangi telah nyata kebenarannya. Prabu Siliwangi (orang Sunda) dipanggil-panggil, orang Sunda (Prabu Siliwangi) memaafkan. Terhadap mereka yang pernah secara semena-mena melakukan penghinaan atau menyepelekan, merendahkan dan menolak Kebenaran Uga Wangsit Siliwangi.

g.       “Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.”

Maksudnya “ Pajajaran Baru yang berdiri oleh perjalanan waktu.” Pajajaran Baru, di Zaman Baru, di wilayah Baru. Disebut wilayah baru berarti bukan lagi di bumi ini sebab “Dunia” beserta seluruh isinya telah dihancurkan oleh Sang Penghancur (Kalki Awatara), di hari kiamat, di hari Tuhan yang dahsyat itu.

Yang dimaksud Pajajaran Baru oleh Prabu Siliwangi adalah Kerajaan Allah. Dalam Kitab Mazmur (Zabur) 103:9 dikatakan “ Tuhan sudah menegakkan takhta-Nya di surga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.” Dalam Alquran 67:1 “ Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ratu Adil Yang Sejati adalah Tuhan Semesta Alam. Ia disebut “Ratu” sebab Ia berdiri dengan sifat-sifat feminin-Nya Yang Penuh Kasih dan Maha Penyayang. Kerajaan-Nya dipenuhi dengan “Kesejahteraan” sebab Ia Maha Pemberi Kesejahteraan (As Salam) dan “Kecukupan “ sebab Ia Maha Pemberi Kecukupan (Al Muqit).

PERINTAH PRABU SILIWANGI

“Tapi Ratu siapa? Dari mana asalnya Sang Ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian Anak Gembala.”

a.       “tapi ratu siapa? Dari mana asalnya Sang Ratu?”

Prabu Siliwangi sengaja merahasiakan hakikat Sang Ratu untuk menjaga kesucian-Nya sekaligus menjaga “kesucian” wangsit ini. Tidak ada yang mengetahui asalnya Sang Ratu. Sang Ratu tidak berasal tapi Dia adalah “asal” dari segala sesuatu.

Sebagai seorang raja hindu, Prabu Siliwangi tentu mengetahui kalau Sang Ratu yang Ia maksudkan adalah Brahman. Brahman bersifat kekal, tidak berwujud, imanen, tak terbatas, tak berawal dan tak berakhir juga menguasai segala bentuk, ruang, waktu, energi serta jagat raya dan segala isi yang ada di dalamnya.

Dia sumber asli segala indera, namun tanpa memiliki indera. Ia tidak terikat, walau Dia memelihara semua makhluk, Ia melampaui sifat-sifat alam, dan pada waktu yang sama Dia adalah penguasa semua sifat alam material.

Dia berada di dalam dan di luar segala insan, tidak bergerak namun senantiasa bergerak, Dia di luar pemahaman indera material. Ia amat jauh, namun juga begitu dekat kepada semua makhluk. Walaupun Dia terbagi di antara insani, namun Dia tidak dapat dibagi. Ia mantap sebagai Yang Maha Tunggal. Ia pemelihara segala makhluk, dan Dia menciptakan sekaligus memusnahkan mereka.

Dia adalah sumber dari segala benda yang bercahaya. Dia di luar kegelapan alam dan tidak berwujud. Ia adalah pengetahuan dan tujuan pengetahuan. Ia bersemayam di dalam hati sanubari segala makhluk. (dikutip dari Bhagavad Gita)

Dia adalah Sanghyang Adi Buddha. Dia adalah asal-usul dari segala sesuatu yang ada di alam semesta, Ia sendiri tanpa asal dan tanpa akhir, ada dengan sendirinya, tidak terhingga, unggul dalam segala kondisi, tak berkondisi, absolut, ada di mana-mana, Esa tiada duanya, kekal abadi. Semua kata-kata indah dan besar itu tidak mampu melukiskan keadaannya yang sebenarnya dari Sanghyang Adi Buddha.

Ia juga  yang disebut Paramadi Buddha (Buddha Yang Pertama dan Tidak Terbandingkan). Adau Buddha (Buddha dari Permulaan). Anadi-Buddha ( Buddha yang tidak diciptakan) Uru- Buddha ( Buddha dari segala Buddha)

Dia adalah Sang Hyang  Widhi, Dia yang memancarkan Widhi, yang menghapus ketidaktahuan, Dia adalah Sumber Cahaya. Kedatangannya dalam hidup sesorang memberikan kesenangan tanpa jeda dalam waktu lama yang tak dapat dibedakan antara mimpi dan kenyataan. Dia adalah Sang Hyang Tunggal.

Dia adalah Hyang yang bersemayam di Kahyangan, suatu tempat yang tertinggi dari yang paling tinggi, tempat yang tak terjangkau oleh spiritual dan supranatural.

Dia disebut Dao dalam Taoisme. “Dao” yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda  yang ada di alam semesta.

Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yin Yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut sebagai sumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup atau pun benda mati mengandung Yin Yang yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.

Dao tidak dapat ditangkap karena melampaui jangkauan panca indera. Dao melampaui segala pikiran dan khayalan. Dao adalah Yang Maha Besar dan merupakan asas totalitas segala benda dan kehidupan. Dao adalah substansi yang mewujudkan segala benda, termasuk makhluk hidup, juga merupakan sumber asal dari setiap awal dan setiap akhir. Makna Dao yang pertama dan terdasar ini dapat diketahui, hanya melalui kesadaran mistik yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

Dao menjadi penggerak dari alam semesta ini, yaitu sebagai kaidah, irama, dan kekuatan pendorong seluruh alam, dan juga sebagai asas penata yang berada di belakang semua yang ada. Dao adalah roh yang mendiami seluruh alam, sehingga ia menjadi benda dan imanen (berada dalam kesadaran atau dalam akal budi/pikiran).

Begitu banyak agama, begitu banyak keyakinan dan kepercayaan manusia kepada Tuhan, namun manusia sepakat kalau Tuhan Maha Esa. Ketika manusia telah bersepakat bahwa Tuhan Yang Maha Esa, justru dalam kesepakatan itu terdapat perbedaan pandangan dalam memahami hakikat Tuhan Yang Maha Esa. Celakanya, masing-masing umat menganggap agama dan keyakinannya yang paling benar dan paling diberi keistimewaan. Manusia yang membelenggu dirinya dalam “doktrin” keyakinan agamanya adalah manusia yang terbelenggu di dalam khayalan dan pikiran sesat. Manusia macam itu adalah manusia-manusia yang hanya memiliki keyakinan yang “buta.” Hatinya buta, jiwanya buta dan akalnya buta. Manusia itu dibutakan oleh nafsunya sendiri.

Ratu Adil, sebagaimana yang disebut oleh Prabu Siliwangi adalah sebuah konsep berpikir yang paling sederhana dan masuk akal untuk memandang Tuhan dari sudut pandang keadilan. Dengan cara pandang semacam itu kita akan memahami Tuhan yang bersifat universal dari semua sisi secara adil tanpa harus ada yang merasa sebagai yang paling benar.

Asumsi yang paling sederhana dan paling masuk akal adalah Ka’bah. Ka’bah merupakan tempat peribadatan yang paling pertama di muka bumi, di mana agama islam adalah agama terakhir yang menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatannya. Ka’bah bukan Allah juga bukan Tuhan. Ka’bah merupakan “simbol” kalau Tuhan hanya satu yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Orang-orang yang tawaf berkeliling memutari Ka’bah adalah simbol dari umat manusia yang memiliki berbagai macam keyakinan agama. Dengan berjalan berputar berkeliling membentuk lingkaran dapat diambil sebagai satu ilustrasi kalau lingkaran itu bertumpu hanya kepada satu objek yaitu Ka’bah sebagai simbol Tuhan Yang Satu.

Tapi Ratu Siapa? Nanti juga kalian akan tahu. Kita tidak akan mungkin bisa mengetahui-Nya. Lihat saja Ka’bah sebagai simbol-Nya yang ditutup dengan kain hitam memberi pesan pada kita bahwa Rahasia-Nya Tertutup. Sama halnya dengan Pemuda Berjanggut yang berpakaian serba hitam sambil menyanding sarung tua, yang merupakan personifikasi dan manifestasi diri-Nya, sampai kapan pun kita tidak mungkin bisa mengetahuinya, apalagi menjumpainya. Karena itulah Ia disebut Satria Yang Bersembunyi (piningit) di balik kelambu hitam-Nya. Sang Ratu hanya akan bisa kita ketahui setelah alam semesta dileburkan.

b.      “sekarang, cari oleh kalian anak gembala.”

Kalimat di atas adalah kalimat perintah. Prabu Siliwangi memerintahkan kita untuk mencari Anak Gembala. Tapi Anak Gembala siapa? Kita patut untuk mempertanyakannya agar kita tidak keliru, sebab sebelum adanya kalimat perintah tersebut, Prabu Siliwangi telah menyebut Anak Gembala sebanyak empat kali dengan cerita yang berbeda. Tapi bertanya pada siapa?

Bertanya pada diri sendiri dan cari sendiri jawabannya. Jangan bertanya pada orang-orang karena orang-orang juga tidak tahu. Jangan percaya kepada orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai anak gembala. Orang-orang itu adalah anak gembala palsu. Orang itu adalah orang yang disusupi delusi, ilusi, halusinasi, dan waham kebesaran. Juga jangan percaya kepada orang-orang yang mengatakan anak gembala ada di sana atau anak gembala ada di situ. Orang-orang yang mengatakan seperti itu adalah pendusta dan penyesat.

Prabu Siliwangi menyebut Anak Gembala sebanyak empat kali dan yang kelima (terakhir) adalah kalimat perintah. Keempatnya adalah:

1.       Dialah Anak Gembala. Rumahnya di ujung sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeulum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau, bukan domba, bukan pula harimau atau pun banteng. Tetapi ranting daun dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah / kejadian, selesai zaman yang satu datang lagi satu zaman yang jadi sejarah / kejadian baru, setiap zaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.

Anak Gembala yang dimaksud adalah Khidr. Umat islam menyebut dia sebagai Nabi Khidr. Dialah Sang Penguasa Lautan Rahmat. Sang Pemilik Tertinggi ilmu-ilmu gaib dan Penguasa Tertinggi alam gaib. Begitu banyak rahmat Allah berserakan di muka bumi yang memenuhi alam semesta, Nabi Khidr bertugas menjaga dan merawatnya. Umat hindu mengenal dia sebagai Dewa Wisnu. Dia adalah Dewa Pemelihara yang bertugas menjaga dan merawat serta memelihara semua yang diciptakan oleh Brahman.

Menurut perspektif waktu, Anak Gembala ini berada di waktu yang sangat lampau. Dialah (Dewa Wisnu) penyebab runtuhnya kerajaan hindu Pajajaran sebab Dia (Nabi Khidr) pula yang menginginkan islam muncul di Indonesia. Dia (Nabi Khidr) adalah penyebab datangnya Pemuda Berjanggut ke Indonesia. Umat islam menyebut Pemuda Berjanggut itu sebagai Imam Mahdi. Umat Yahudi dan kristen menyebut Pemuda Berjanggut sebagai Nabi Elia. Umat islam mengenal Nabi Elia sebagai Nabi Ilyas. Dia (Dewa Wisnu) yang menjadi penyebab sehingga Dewa Kalki datang ke Indonesia. Dia (Dewa Wisnu) pula yang menjadi sebab Dewa Brahma turun di Indonesia. Umat kristen menyebut Dewa Brahma sebagai Roh Kudus.

Jangan mencari Anak Gembala itu, sebab bukan Dia yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi. Dia berada di waktu yang lampau (gaib). Dia berada di alam gaib sementara kita saat ini masih hidup di alam yang nyata. Mana ada manusia yang dapat bertemu Khidr/Dewa Wisnu?

2.       Nanti, saat munculnya anak gembala! Di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas ke seluruh negara.

Anak Gembala yang dimaksud di sini adalah titisan Nabi Khidr (Nabi Hidir) yang juga merupakan penjelmaan kesepuluh (terakhir) Dewa Wisnu yang disebut Kalki Awatara. Huru-hara yang dimaksud meluas dari daerah hingga ke seluruh negara adalah Pemilu Legislatif 5 April 2004 untuk memilih anggota DPR, DPD, dan, DPRD yang pertama kali menggunakan sistem proporsional terbuka (open list). Pada tahun 2004 juga dilaksanakan Pemilihan Presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat yang untuk pertama kalinya. Anak Gembala itu diperkirakan sudah muncul setahun sebelumnya atau tahun 2003.

3.       Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara lalu mereka mencari Anak Gembala, yang rumahnya di ujung sungai, yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handaelum dan hanjuang.

Para penguasa yang menyusup adalah para leluhur. Mereka disebut para rahyang atau hyang. Masyarakat Sunda Kuno percaya bahwa roh leluhur atau para Dewa menghuni tempat-tempat yang luhur dan tinggi, maka wilayah pegunungan dianggap sebagai tempat hyang bersemayam. Sejak zaman kerajaan Sunda, wilayah jajaran pegunungan di tengah Jawa Barat dianggap sebagai kawasan suci tempat hyang bersemayam. Jajaran pegunungan tempat hyang bersemayam disebut “parahyangan” atau “priangan” yang mencakup seluruh pegunungan yang berada di wilayah Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Cimahi, Bandung, Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Parahyangan adalah Kerajaan gaib yang dihuni oleh para hyang atau leluhur.

Jajaran pegunungan yang masuk ke dalam “Kerajaan Gaib Parahyangan” adalah; Gunung Gede, Gunung Ciremai (wilayah Majalengka, Kuningan dan Ciamis), Gunung Kancana, Gunung Masigit (Cianjur), Gunung Salak, Gunung Halimun (wilayah Bogor dan Sukabumi), Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Buranrang, Gunung Malabar, Gunung bukit Tunggul (Bandung), Gunung Tampomas, Gunung Calancang, Gunung Cakra Buana (Sumedang), Gunung Guntur, Gunung Haruman, gunung Talagabodas, Gunung Karacak, Gunung Galunggung (Tasikmalaya), Gunung Cupu, Gunung Cula Badak, Gunung Bongkok (Tasikmalaya), Gunung Syawal (Ciamis).

Menurut Prabu Siliwangi, Anak Gembala pernah berada di bekas ibu kota Kerajaan Sunda Pajajaran, yaitu wilayah Kabupaten Bogor sekarang ini. Ia memilih Gunung yang tidak termasuk atau berada di luar gunung-gunung pada Kerajaan Gaib Parahyangan. Satu-satunya gunung di Kabupaten Bogor yang berada di luar wilayah Kerajaan Gaib Parahyangan adalah Gunung Pancar yang terletak di Kecamatan Citeurup. Gunung Pancar memiliki ketinggian 800 m dpl. Ia memilih tempat tinggal di kaki Gunung Pancar. Wilayah-wilayah yang termasuk kaki Gunung Pancar adalah Desa Babakan Madang, Desa Karang Tengah, dan Sentul City. Salah satu dari kawasan itulah Anak Gembala pernah bertempat tinggal.

Wilayah yang paling mungkin, yang pernah ditinggali oleh Anak Gembala adalah Sentul City, sebuah kawasan perumahan elite. Di kawasan itu tidak ada rumah yang terbuat dari kayu atau rumah panggung. Semua rumah di Sentul City, pintunya setinggi batu (rumah batu) di kawasan itu terdapat Sungai Cikeas yang airnya terus mengalir dan tidak pernah  kering. Di kawasan itu juga rimbun pepohonan yang mungkin saja terdapat pohon Handeulum dan Hanjuang. Kemungkinan Anak Gembala berada di kaki Gunung Pancar setelah peristiwa kecelakaan Sukhoi di Gunung Salak (kawasan Parahyangan) berkisar antar tahun 2012-2013.

Anak Gembala berada di kaki Gunung Pancar untuk meruntuhkan Kerajaan Gaib Parahyangan yang sangat terkenal kekeramatannya dan keangkerannya. Parahyangan adalah kerajaan gaib tertinggi, terkuat, terhebat, dan tertua di dunia. Kemungkinan karena berkaitan dan berhubungan langsung dengan Kerajaan Atlantis di masa lalu. Prabu Jayabaya mengatakan: “asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur, sebelah timurnya bengawan.” Gunung Lawu (3.265 m) terletak di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Prabu Siliwangi mengatakan asalnya dari kaki Gunung Pancar, Bogor. Tidak diketahui secara pasti apakah dia dari Gunung Lawu lalu Gunung Pancar atau dari Gunung Pancar kemudian Gunung Lawu. Wallahualam.

4.       Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawene.

Semua leluhur yang menghuni Parahyangan mencari Anak Gembala untuk dijadikan tumbal, yaitu “kematian.” Kematian yang sangat mengerikan …

Tapi Pemuda Gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama Pemuda Berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawene. Kemungkinan Anak Gembala dan Pemuda Berjanggut sudah naik ke langit (Lebak Cawene). Kita tidak mengetahui bagaimana cara mereka naik ke langit. Atau mungkin juga mereka sudah pergi ke Yerussalem. Wallahualam.

Berdasarkan uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Anak Gembala sebagaimana dimaksud dalam point 1 s/d 4 bukan Anak Gembala yang harus kita cari. Dalam perspektif waktu Anak Gembala pada poin 1-4 sudah berada di waktu lampau (telah berlalu).

Prabu Siliwangi mengatakan “sekarang, cari oleh kalian anak gembala.” Sekarang dapat juga diartikan “saat ini.” Dalam perspektif waktu dapat diperkirakan waktunya adalah tahun 2015 ini. Anak Gembala yang dimaksud adalah Anak Gembala yang dulu naik ke langit bersama Pemuda Berjanggut. Sekarang Anak Gembala itu sudah turun kembali ke bumi ini untuk yang kedua kalinya.

Dalam bahasa Arab “Anak” itu disebut Isa. Dalam bahasa Ibrani disebut Yosua. Dalam bahasa Latin disebut Iesus. Dalam bahasa Aram disebut Yesua yang berarti Yahweh menyelamatkan. Dalam teks Yunani tertulis Yesus kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai Yesus.

Ada pun “Gembala” adalah istilah yang menurut KBBI artinya penjaga keselamatan orang banyak. Gembala adalah Yang Terpilih. Dalam bahasa Ibrani disebut Mesias berarti “yang diurapi” atau “yang terpilih.” Dalam bahasa Yunani disebut Christos. Christos diserap masuk ke dalam bahasa Indonesia disebut Kristus. Dalam bahasa Arab disebut Almasih.

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat memahami bahwa Anak Gembala yang dimaksud oleh Prabu Siliwangi yang harus kita cari adalah Isa Almasih atau Yesus Kristus. Kita tidak tahu dimana harus mencarinya, karena Prabu Siliwangi tidak memberi sedikit pun petunjuk kepada kita.

Pengetahuan kita tentu saja sangat terbatas. Kita sebatas mengetahui maksud dan tujuan “mencari” berdasarkan Alquran (43:61)

“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”

Ayat di atas hanya menyebut Isa. Ayat tidak mengatakan Isa Almasih juga tidak menyebut Isa Ibnu Maryam. Isa, sebagaimana yang dimaksudkan dengan ayat (QS 43:61) diidentifikasi sebagai Buddha yang akan datang. Buddha Sidharta Gautama yang juga dikenal dengan nama Buddha Sakyamuni berkata: “saya bukanlah Buddha yang pertama datang di dunia ini juga bukan yang terakhir. Pada saatnya Buddha yang lain yang akan muncul di dunia ini, Yang Suci, Yang Tercerahkan, Terberkahi dengan kebijaksanaan, mengetahui semesta, pemimpin manusia yang tiada tara, guru para Dewa dan manusia. Ia akan mengungkapkan kepada kalian kebenaran abadi yang sama seperti yang saya ajarkan kepada kalian. Ia akan membabarkan kehidupan spiritual sempurna suci sepenuhnya seperti yang saya babarkan saat ini. Ia akan dikenal sebagai Metteyya, yang berarti kebajikan atau Kasih.” Dalam bahasa Sansekerta, Metteyya disebut Maitreya. Dalam bahasa Burma, Metteyya dinamakan Arimeiteiya. Mile Pusa dalam bahasa Mandarin. Miroku Bosatsu (Jepang), Byams Pa (Tibet), Mayidari, Asraltu (Mongolia), Mireuk Bosal (Korea) Bo Tat dalam bahasa Vietnam.

Di daratan Tiongkok, tahun 502-550 pernah terjadi kekacauan di zaman dinasti Lang. para penganut Buddha mengharapkan datangnya Maitreya. Gambar pangeran india yang gagah menjelma sebagai biksu gendut yang selalu senyum. Buddha Maitreya dipercaya lahir di provinsi Zhejiang sebagai biksu gendut yang disebut Pu Tai He Sang atau biksu berkantong Kain. Legenda mengatakan bahwa biksu ini sering berkelana membawa kantong kain pada permulaan abad ke-10. Dia dijuluki Buddha ketawa, Buddha Mile atau Ju Lai Fo (Buddha yang akan datang). Ia dipercaya sebagai reinkarnasi Maitreya karena saat meninggal dia menulis syair:

“Maitreya, Maitreya yang asli. Manusia selalu mengharap kedatangannya. Dia selalu menjelma dalam berbagai bentuk, namun saat dia datang menjelma sebagai manusia, tidak ada yang mengenalnya.”

Buddha Maitreya yang dinanti oleh umat Buddha adalah Isa yang dinanti oleh umat islam dan Yesus yang dinanti oleh umat kristiani. Ketika yang dinanti telah datang dalam wujud manusia justru umat manusia tidak mengenalnya. Bahkan mereka tidak mengetahuinya. Ketidaktahuan manusia terhadap kedatangan sosok yang mereka nanti disebabkan karena:

  1. Manusia menetapkan kriteria dan persyaratan-persyaratannya sendiri dan sosok yang dinanti diharuskan memenuhi kriteria dan ketentuan yang ditetapkan oleh manusia.
  2. Manusia terikat oleh ego keyakinannya masing-masing, ironisnya ego keyakinan itu didasari oleh angan-angan kosong dan khayalan yang dijadikan persepsi keagamaan mereka.
  3. “Nafsu telah menutupi pintu logika berpikir manusia, tanpa mereka sadari mereka telah menempatkan diri mereka sendiri ke posisi yang lebih tahu bahkan lebih pintar dari sosok yang mereka nantikan itu. Manusia merasa memiliki kuasa dan kekuasaan untuk memutuskan apakah mau menerima atau menolak sosok yang mereka nanti-nantikan.

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian di atas kita dapat mengambil konklusi untuk dijadikan landasan berpikir sebagai suatu hipotesa bahwa:

1.       “Sabda Raja” yang disampaikan oleh Sri Sultan Hamengku Bawono X memberi indikasi adanya pergantian zaman (lirgumanti). Tuhan memilih Sri Sultan untuk menyampaikan “Sabda Raja” sebab dia satu-satunya raja yang diakui secara de facto dan de jure oleh pemerintah Republik Indonesia.

2.       Raja Kediri; Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya (1135-1157) telah meramalkan kehadirannya di tanah Jawa (Indonesia). Ia diberi gelar sebagai Satria. Raja Pajajaran; Sri Baduga Maharaja Jayadewata (1482-1521) yang dikenal sebagai Prabu Siliwangi telah menyampaikan wangsitnya dan memberi gelar kepadanya sebagai Anak Gembala. Kedua raja agung itu adalah pemimpin kerajaan hindu. Satria itu memiliki latar belakang yang sama dengan kedua raja tersebut yaitu Hinduisme dan ia disebut telah lulus weda Jawa.

3.       Ia diidentifikasi sebagai DATTA. Datta biasanya digambarkan berkepala tiga, melambangkan Brahma, Wisnu, dan Siwa; masa lalu, masa sekarang dan masa depan; dan tiga kesadaran: terjaga, bermimpi, dan tidur tanpa mimpi. Dia biasanya digambarkan duduk bermeditasi dengan Sakti (istri)nya di bawah pohon andumbara. Di depannya ada api pengorbanan, dan di sekelilingnya ada empat anjing. Kadang kala keempat anjing tersebut melambangkan empat weda. Dalam kitab Dattatreya Upanisad, ia digambarkan mampu menjelma menjadi anak kecil, orang gila, atau bahkan raksasa, dalam upaya membantu umatnya mencapai moksa, yaitu membebaskan diri dari ikatan duniawi.

4.       Datta adalah seorang dewa yang merupakan penjelmaan dari Trimurti (tiga Dewa utama) yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. Dalam tradisi Natha, ia dianggap sebagai awatara atau inkarnasi dari Dewa Siwa dan sebagai Adi-Guru (guru pertama) dalam tradisi Adinath Sampradaya. Di india, ia dipuja oleh berjuta-juta umat hindu dan berbagai tradisi dilakukan untuk memuliakannya.

5.      Datta (bahasa Sansekerta) artinya “diberi.” Ia “diberi” perwujudan sebagai Trimurti oleh tiga Dewa Utama; Brahma, Wisnu, dan Siwa maka “jadilah” ia sebagai trimurti yang maujud sebagai manusia. Oh Datta…

6.       Ia adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah yang telah “diberi”kan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS 18:65). Maka “jadilah” ia sebagai Khidr. Oh Datta…

7.       Ia adalah umat Muhammad yang “diberi” petunjuk dan “diberi” gelar sebagai Imam al-Mahdi maka “jadilah” ia sebagai Imam Mahdi. Ia berdiri bagai tiang yang kokoh sebagai penegak tauhid murni Laa Ilaha Illallah. Oh Datta…

8.       Ia benar-benar “memberikan” pengetahuan tentang hari kiamat karena sesungguhnya ia adalah Isa (QS 43:61). Ia adalah Si Pembunuh Dajjal. Oh Datta…

9.       Ia ”diberi” julukan  “Yang bertanduk dua” (DzulQarnain). Ia berkuasa di timur di tempat terbitnya matahari dan berkuasa di barat di tempat terbenamnya matahari. Ia yang akan merobohkan “dinding” dan membiarkan Ya’juj wa Ma’juj, Gog dan Magog, membuat kerusakan di muka bumi kemudian setelah itulah ia akan menghancurkannya. Ia “diberi” julukan sebagai Sang Penghancur yang merupakan manifestasi dirinya sebagai Kalki Awatara. Penjelmaan terakhir Dewa Wisnu.

10.   Ia memiliki dua sikap dan kepribadian yang merupakan manifestasi dirinya sebagai Siwa dan Rudra. Sebagai Siwa, ia memiliki kepribadian yang tenang bersahaja dan penuh Kasih. Ia bersemayam di setiap makhluk. Karena itu ia disebut Buddha Maitreya yang bijaksana dan welas asih. Bapa yang melindungi dan mengasihi. Almasih atau Mesias yang diurapi. Sebagai Rudra ia memiliki kepribadian yang menakutkan dan mengerikan. Rudra adalah kekuatan Tuhan sebagai “pelebur” yang merupakan manifestasi dari Siwa itu sendiri. Rudra adalah Dewa yang mengerikan dan menakutkan. Karena ia mengerikan dan menakutkan maka ia juga yang dinamakan Elia yang artinya Yah Weh adalah Tuhan.

Datta… oh Datta… Rengkuhlah aku  dalam kasihmu. Jauhkanlah aku dari murkamu.

Sekian

Senin, 672015

SATRIO PININGIT SANG MANUSIA SEMPURNA

The Seeker: “ada artikel yang nyambung dengan tulisan Satrio Piningit”

SATRIO PININGIT SANG MANUSIA SEMPURNA

Oleh: Gusti

 

SANG PEMIMPIN (artikel pertama)

Oh Negeriku Tercinta
Keadaanmu sakit dan menderita
Baik alam dan rakyat serta pemimpinnya
Rakyat sakit lahir ,batin ,pikiran, perasaan
Pemimpin dipilih dari rakyat untuk rakyat
Maka pemimpin adalah pilihan rakyat, karena dari rakyat
Jadi lah memimpin yang sakit yang memimpin rakyat negara sakit
Sakitlah semuanya keadaan negaraku, tanah airku

Tidak akan sembuh negaraku oleh sistem manusia sakit????
Negara , rakyat akan sembuh, Jika di pimpin oleh pemimpin yang sehat lahir batin

Hanya pemimpin, pilihan Tuhan yang mendapatkan wahyu dari-Nya yang dapat menyembuhkan, memakmurkan, menjaga negeriku rakyat nusantara……..adil, makmur, bahagia

Negeri para dewa tidak akan mencontoh kemakmuran negerinya hanya semua dengan bentuk kenikmatan ragawi dan nafsu?

Melainkan dapat mengangkat harkat martabat manusia ke tingkat yang lebih tinggi??Sebagai manusia sempurna yang sesuci dengan ciptaan kreasi dari yang maha sempurna?

Sekarang negeriku, rakyat nusantara lagi menderita sakit parah,masih dalam UGD menunggu  Mujizat dari Tuhan untuk di sembuhkan……

Tidak akan sembuh negeriku, rakyatku jika dengan cara sistem yang di ciptakan oleh manusia manusia sakit…..

Negeriku tidak mengenal demokrasi, negeriku mengenal kekuasaan tunggal (karena pemimpinnya manusia sempurna)  negeriku , negeri para dewa, para manusia adi luhung, yang kekuatannya bukan dari kecerdasan, materi ilmu pengetahuan duniawi saja.melainkan dari kesadaran yang tercerahkan, kesadaran tertinggi sempuna lahir batin.

Sempurna yang diajarkan oleh para manusia sempurna maka negeri ini akan berubah jika di pimpin dan diatur oleh manusia sempurna …… maka sempurnalah, makmurlah, adilah, sejahteralah negriku jika manusia yang tercerahkan , pilihan Tuhan, pengejewatahan Tuhan tidak muncul di permukaan bumi nusantara tercinta ini apa yang terjadi?????

Gelap, gelap, gelap selamanya….

Sungguh miris melihat keadaan ini yang bakal terjadi apakah negara ini akan dimusnahkan , termusnahakan , rata, diratakan, oleh karma buruk bangsa ini keadaan kehancuran di depan mata, apakah kalian masih sakit dan buta, tidak mengenal hal itu??????

Adakah dari sekian banyak rakyat yang sakit, segelintir orang yang  masih sehat lahir batinnya????

jika masih ada? masih ada setitik harapan untuk negeriku agar tidak hancur.

Sekarang ini pemimpin lahir dari sistim kekacauan ,Bukan pemimpin dari kehendak rakyat

Pemimpin yang tumbuh dari, propraganda untuk mengendalikan suara rakyat, Suara rakyat yang terkibuli, terpasung, oleh sistim yang datang dari luar.

Rakyat tidak berkuasa apapun atas negrinya? Inilah negri yang terjajah oleh sistim.

Suara rakyat  yang terbeli, tertipu, dipermainkan oleh sistim, dimana kuasamu, kamu tidak akan sadar karena sakit-sakit.

Pemimpin yang terpilih dari kemulyaan kesucian yang datang dari Tuhan

Di kawal oleh para leluhur mulya bangsa ini Itulah pemimpin yang sanggup mengembalikan kejayaan bangsa ini Baik lahir batin, kesempurnaan, kemakmuran, keadilan, kesejahteraan dll

Jadi berharap agar pemimpin semacam itu ada Untuk mengatur, memimpin, menjaga, negeri ini beserta rakyatnya, agar sehat dulu, baru makmur, adil , terakhir sempurna sebagai manusia.

Yang memancarkan cahaya kemulyaan, kesucian, kebijaksanaan, kecerdasan, keadilan, kedamaian, kebahagian dari dalam dirinya ?.

Tidak ambisius, tidak dapat dikendalikan oleh apapun, apalagi oleh harta, kekuasaan, uang, kepentingan pribadi, karena dia telah mencapai kesempurnaan sejati Menyatu dalam alam kenyataan sebenarnya ,menyatu dalam keabadian yang haqiqi, dialah yang memiliki bumi dan langit sebenarnya?

Memimpin dunia terlalu kecil bagi dirinya? Tidak mungkin dia memunculkan dirinya Kecuali jika manusia memohon kepadanya? Harapan begitu???????

Jika rakyat yg tersadarkan memohon kepada yang Maha Kuasa agar hadir manusia Sempurna itu di negeri ini, maka cepat atau lambat pasti muncul jika rakyat indonesia memerlukannya?

Dia tidak memerlukan gelaran, kekuasaan, nama baik, pujian, harta, termasuk pengabdian, dia telah melampaui segalanya dalam pencapaian kesempurnaan diri yang tertinggi,

Dia itu manusia yang sempurna, telah melampaunya semua, termasuk agama, kepercayaan, pikiran dualitas, keimanan, kepercayaan.

Dia telah bersaksi akan jati dirinya yang sebenar benarnya?

Dia melampaui semuanya(kesaktian, kesucian, alam cahaya, alam dualitas, agama, kepercayaan, pokoknya keadaan manusia) menyatu dengan yang abadi…… berada di alam yang sunyaluri, hening, yang sebenarnya, karena semuanya hilang ????? ada apa gerangan di alam ini ????? tidak ada yang sanggup mengutarakan? (bukan hening turunnya gelombang pikiran Lo) yang tidak ada gambaran, bentuk, suara, rasa energi, cahaya, kenangan,dia mencapai ke suatu keadaan, yang tidak dilahirkan di ciptakan.

Semoga negeriku, duniaku Negriku di-Pimpin olehnya dan ada di dunia ini, manusia semacam  itu , dia telah menyatu melebur  dengan sang pencipta, penghancur dan pemelihara dalam dirinya, dia yang bisa menggerakan kuasanya itu karena dia berkuasa atasnya…….

Dialah yang melampaui…. Tidak ada kata kata, gambaran lagi……..

Dia telah mengalami semua perjalanan sebagai manusia yang menuju ke alam sempurna, hening sunyaluri, ada dan tiada, semoga manusia semacam ini membimbing dan hadir serta berada pada masa kehidupanku agar aku sebagai manusia tercerahkan terbimbing olehnya, dari semua dogma, ajaran, kepercayaan, agama, keyakinan yang semuanya hanya dibicarakan katanya, menjadi jelas dan nyata

Karena dialah yang sanggup menerangkan, dia yang berhak untuk memberikan pencerahan , dia cahaya kehidupan untuk manusia , dunia ini memerlukan pemimpin yang betul mengalami setiap perjalan menuju kesempurnaan jati dirinya….

Dia yang di tunggu dan diharapkan…..

Dialah senyatanya Sang –HUUUUUUUU-mmmmmmmmmmm

Dia manusia tapi bukan manusia

Dia Maha Terang tapi bukan cahaya

Dia Ada tapi samar dan gaib

Manusia semacam ini tidak akan muncul dari kelompok agama, kepercayaan, atau kelompok macam apalah yang ada di dunia, dia telah meliputi alam semesta. Dia-lah yang telah mengESAkan dirinya, dia ada dimana mana? Dia yang terasing dan terpingit dari pandangan manusia sakit, rendah. Tak terjangkau oleh sebagian besar umat manusia 99.999999% jumlah manusia di bumi tidak mengenalnya??????? Kali hanya yang Maha Kuasa saja yang mengenalnya . mungkin-mungkin?

Yang masih mengandalkan, dogma, pikiran, baik buruk, benar salah, agama dll yang masih bingung, sakit, mencari, belajar,menghayati, mana bisa mengenalnya.

Dia rahasia dari yang ter-rahasia, dia gaib dari ter-gaib, dia samar tapi sangat nyata, dia manusia tapi bukan manusia karena pencapaiannya? Pasti ada dia- pasti ada dia, karena alam semesta masih ada karena dia ada juga.

 

NEGARAKU SEDANG SAKIT (artikel kedua)

Negaraku sedang sakit

Suatu negara ditentukan oleh rakyatnya, rakyatnya ditentukan oleh kualitas manusianya, manusianya ditentukan oleh kualitas pendidikan, pendidikan ditentukan oleh kualitas gurunya, gurunya di tentukan oleh kualitas ilmunya, ilmunya di tentukan oleh yang menciptakan ilmunya, kualitas ilmunya ditentukan oleh manusia yang telah mencapainya, kualitas pencapaian ditentukan oleh kualitas dirinya dalam pencapaian, pemahaman, pengertian, dan pengamalannya. Dialah ujung dari semua nya ? siapa dia yang sebenarnya, adalah pembimbing sempurna.

Jika pembimbing sempurna ada , maka akan mengajarkan kesempurnaan.
Membuktikan kesempurnaan, membuktian alam perbuatan nya.
Pembimbing sempurna dia yang telah sampai ke tujuan yang Haqiqi.
Hanya dialah yang mengetahuinya.

Karma perbuatan bisa terjadi karena diri sendiri, kelompok, organisasi, masyarakat, rakyat suatu negara dan manusia dunia, semua karmanya akan mempengaruhi dunia, negara lingkungan dan keseluruhan yang ada di sekitarnya? Semua berdampak. Dari tanaman karma dan pasti akan berbuah karma itu, buahnya akan sama dengan apa yang mereka tanam perbuat. Jika tanaman yang ditanam bibit unggul pasti buahnya uanggul dan lezat atau sebaliknya.

Manusia dalam hidupnya tidak akan mengetahui tujuan hidup yang  sebenarnya, jika tidak ada yang menghantarkan dan menunjuki kearah itu… manusia sebagai rakyat hanya-lah pengikut, mengikuti apa yang diajarkan dan mereka percayai…..

Masyarakat tidak untuk menjadi penentu, yang menjadi penentu adalah yang mereka percaya, yakini, imani, nah siapa yang menciptakan semua itu agar di ikuti, di yakini, di imani oleh rayat? Rakyat hanya mengikuti, membela dengan membabi buta, semua bisa dikendalikan, di hipnotis massal, apa melalui media, cetak, TV, radio, film, propaganda apapun bentuk caranya, agar mereka menjadi tertib? Terkendali , terkuasai oleh mereka yang mengendalikan,

Hanya segelitir orang yang memberontak menolak pengendalian itu, mereka menginginkan kebebasan dari pengendalian, propaganda, dogma yang mencekokinya, mereka mencari pencerahan agar mereka tercerahkan jika berhasil, jika tidak mereka yang terasing di dunia asing ini.

Keadaan negaraku ditentukan oleh karma rayaknya sendiri,  pemimpinnya, ini ditentukan oleh kualitas dirinya masing masing manusia sebagai penghuni. Apapun yang dirasakan sekarang adalah hasil dari tindakan, perbuatan karma masa lalu bangsaku, jika terus terpuruk dan jatuh rendah kualitas bangsaku, berarti bangsaku dan rakyatnya pada masa lalu menanam bibit yang jelek, buruk sekaranglah panennya?

Negara dan rakyatnya akan berubah keadaannya jika semua penghuninya rakyatnya, manusianya berubah, maka karma perubahan itu akan merubah nasib, kualitas negara dan bangsa , rakyatnya.

Rakyat hanya mengikuti perintah pemimpinnya, negaraku dari dulu menganut sistim negara tunggal otoriter, karena yang memimpin manusia adiluhung, sempurna, telah mengenal dirinya, maka dia mengenal rakyat, negara dan alamnya, bisa dilihat dari tata cara adat istiadatnya, seperti tumpengan, kerucut bukan?, hanya satu yang diatas, karena kebijaksana-annya pembagian kekuasan berdasarkan keahliannya antara para pandita yang mengurus apa? Raja mengurus apa, dsb, akan tetapi jika raja sempurna dialah yang bertanggung jawab secara penuh lahir batinnya kepada negara bangsa, rakyat, dunia, baik dunia tumbuhan, binatang, mahluk gaib, semua yang ada di daerah kekuasaan-nya dia sanggup memimpin.

Itu kalau bedasarkan manusia yang sempurna, karena dia mengetahui  semua alam, dia harus memimpin, tetapi rakyat biasa tidak mengetahuinya hanya sang raja yang sempurnalah yang tahu akan itu.

Begitu besar kuasa dan tanggung jawabnya, semuanya akan sanggup di jalani, karena dia telah sempurna…. Dengan sendirinya kekuatan, cahaya energi kesempurnaan yang ada pada dirinya akan terpancar keluar menerangi negara, rakyat, dan alamnya, untuk menghilangkan kekuatan kegelapan, kebodohan, keliaran, kekacauan negara dan rakyatnya….. karena Dia telah menyatu dengan dirinya, Dia telah sempurna dengan dirinya, apapun yang ia ucapakan langsung terjadi, apapun yang ia dengar ..mendengarkan semua getaran mahluk hidup, apa itu suara hati manusia, binatang, tumbuhan, alam gaib dsb…

Dia menjadi pemimpin untuk semua mahluk yang ada di dalam kuasanya, semuanya tunduk kepadanya karena pancaran cahaya Kesucian dan pengalaman hidupnya yang tersurat tersirat dari kekuatan energi cahaya yang terpancarkan dari dalam DiriNya……

Sungguh enak tenan memiliki pemimpin semacam itu, karena negara , rakyat akan diurus dengan sempurna, telaten, karena negara dan rakyat alam-nya merupakan perwujudan diri si pemimpin sempurna itu sendiri, pasti tidak akan mengecewakan yang di pimpinnya, semua akan terangkat terselamatkan termakmurkan terlindungi karena keberadaan dirinya itu. Pantas lah dunia kan menjadi surga karena penuh kenyamanan, kedamaian, kebahagiaan, karena pemimpin sudah mencapai keadaan itu semua.

Jika pemimpin semacam itu ada, apa perlu rakyat memberikan masukan kepada sang pemimpin, ya enggalah, dia berada jauh dari tingat kecerdasan rakyat, rakyat hanya diam saja pasti akan di sajikan keadaan, situasi, yang menyenangkan.

Bagaimana rakyat yang masih rendah kesadaran , ilmunya akan memberikan masukan kepada pemimpin yang telah sempurna, makanya jika ada pemimpin semacam ini tidak perlu ada demokrasi, wah kalau demokrasi semua rakyat berbicara tanpa sadar kualitas dirinya, ingin didengar padahal mereka lagi ngigau sakit…. Kacaulah keadaan dunia……..

Serahkan pasrahkan kepadanya, karena dia tidak memerlukan apapun dari keadaan dunia, dia telah tercukupi segala galanya, jadi perhiasan keadaan dunia tidak mungkin mengotori ,menarik dirinya???? Dan tidak menarik lagi dunia ini bagi beliau.

Kita sebagai manusia, negara, rakyat yang sangat beruntung memiliki pemimpin semacam itu. Hanya susah dan amat susah, tapi dia ADA, hanya kita yang tidak tahu saja, bagaimana akan tahu hal itu , manusia  telah di sibuk-kan oleh masalah hidupnya sendiri,tidak sempat untuk berbenah mensucikan diri, mengusir kegelapan diri, maka tidak akan berjumpa dan menjumpainya.

Kalau ingin berjumpa semua harus serempak masyarakat, manusia untuk berdoa mengharap sambil berbenah diri, merubah diri, mensucikan diri, dengan sadar tanpa paksaan, dengan kualitas meningkat masyarakat, manusia, maka gelombang keadaan sang pemimpin itu akan ketahuan ter-deteksi, dan bisa mendeteksi dimana keberadaanya, ibarat radio, tv, Hp dengan repeater dan operatornya…..

Kalau kita tidak ada hp, radio, tv sebagai alat penangkap signal-nya tapi operator memancarkan gelombang energinya, ya dablek ga tau apa apa.

Saya berharap untuk merubah keadaan suasana negeri, negara, bangsaku dan rakyatnya, dengan di pimpin dan di kendalikan oleh manusia semacam itu, barulah negara akan makmur menjadi negara yang berdasarkan kesempurnaan se-suci dengan maksud tujuan diciptakan tercipta manusia dan alam ini oleh Sang Pencipta, hanya sang pemimpin yang sudah melebur dengan Sang pencipta-lah yang sanggup merubah semuanya itu, jika tidak, ya ada masa gelam ada masa maju, ada masa gelam lagi, ada masa kebodohan lagi semuanya akan turun dengan sendirinya dan naik jika sudah mentok, dan berputar terus semacam itu, itulah keadaan bangsa yang berputar di antara karma bangsa dan rakyatnya?

Semoga ada perubahan agar kita dapat mandiri dari kesadaran sempurna bukan pandangan nilai yang di dapati dari manusia yang memuja duniawi, akan berbeda pandangan jika ada manusia sempurna karena kesempurnaan itulah yang akan diterapkan di sampaikan kepada kita semua….

Kalau ada yang mengatakan dimana ada manusia sempurna???? Ah itu karena dia tidak sempurna dan bodoh, jadi untuk membela dirinya itulah kata kata yang di ucapkan?

Ada katanya, Sebutan-nya, pasti ada wujudnya, hanya kita tidak tahu saja.

Keberadaan manusia sempurna selalu ada, kalau tidak ada, dunia ini sudah hancur, siapa yang memelihara dan menjaganya??? Ya DIA….. Yang di Pingit

Dari dunia rendah, paham rendah, pikiran rendah,tidak akan tahu, hanya manusia yang tercerahkan terpilihlah bisa mengetahuinya.

Saya harap, tunggu, mohon, pemimpin semacam ini yang tersembunyi disembunyikan dirahasiakan oleh kemulyaan kesucian kesempurnaannya dapat muncul memperkenalkan dirinya agar saya yang mengharap kehadirannya merasakakan manfaat , mengerti, memahami,sebagai manusia yang diciptakan sesuai maksud tujuan dari sang pencipta, hanya dialah yang sanggup membuka buku rahasia itu.

Buku rahasianya itu berada dalam dirinya, karena dirinya yang mengalami menulis semua kejadian pengalaman dalam perjalanan menuju kesempurnaan itu sendiri, dia menghidupi, menghayati, memahami, mempraktekan ilmunya sampai dia sampai ke tujuan yang rahasia ter-rahasia dari rahasia yang ada, bagi dia yang mencapainya sudah tidak rahasia lagi, karena dia sudah mengetahuinya.

 

MANUSIA SEMPURNA (artikel ketiga)

Negara , maju, makmur , adil, ditentukan oleh manusianya sebagai penghuninya, jika penghuninya bodoh, bebal, masing menggunakan sifat binatang (makan, main, tidur sex, hanya sejengkal dari pusar ke atas dan sejengkal dari pusar kebawah ) mana bisa dunia menjadi surga, yang ada sifat binatang , saling menghancurkan seperti di hutan. Siapa yang kuat kebuasannya dia menjadi raja.

Apa agama kepercayaan yang sudah ribuan tahun dapat mengantarkan manusia menuju pencapaian sempurna ?? berapa banyak orang beragama berkepercayaan telah lulus dalam agama-nya ( sampai ke Illahi) NoLLL …selama ini hanya sampai melihat cahaya sudah hebat. Akan tetapi dirinya masih terjebak terpenjara, oleh akal pikiran, dualitas (baik buruk, senang susah, Tuhan Hamba)

masih mencari kebenaran menurut dualitas, hanya kebenaran nisbi karena benar dan salah menyatu saling tarik menarik, manusia pada umumnya hanya baru sampai sana? Masih nyaman dengan kebenaran ilusi,…padahal apa yang mereka cari, kumpulkan dalam kehidupan ini akan menjadi kenangan belaka. Sayangnya kenangan yang mereka kumpulkan terbanyak adalah kenangan buruk,

gelap, menjadikan mata batin, hati menjadi gelap.

Coba anda pikirkan jika pada saat terjaga seakan akan nyata semuanya, ramai dunia ini dengan seakan akan nyata, tapi pada saat tidur dimana kenyataan tadi hilang sirna, termasuk diri anda sirna, dimana kenyataan tadi. Disinilah ke-fana-an dan ilusi. Apakah kebenaran ilusi yang dicari.???

Manusia awam senang dengan dogma yang di tanamkan pada dirinya. Dan senang dengan perbuatan debat kusir, semua masih dalam perjalanan tidak ada yang benar dan salah yang jelas belum sampai dan belum tahu benar sebanar benarnya itu kaya apa?

Kecuali ada yang telah sampai, maka dialah yang benar sebenarnya ? tapi siapa, kalau dia ada juga di depan anda tidak akan percaya anda, karena anda mengaku benar sendiri padahal anda masih di perjalanan? Repot kalau tertutup hati, kesadaran.

Bagaimana kalau ada sekelompok orang buta mau lari maraton di pimpin wasit buta, pada saat peluit di bunyikan dan mereka berlari, seperti ayam bubar mencari jalan sendiri sendiri, tidak sesuai dengan arah jalan menuju finish, mereka mencari jalan masing–masing, dan merasakan serta mengaku dirinya sudah ada di jalan yang telah ditentukan, padahal jalan pertandingan sepi dari pelari yang mengikuti petunjuk, maklum orang buta. Begitu pula kita dalam perjalanan jika buta pasti mengambil jalan masing masing, dan mengaku benar masing masing. Bagaimana dengan manusia sempurna ? dia tahu jalan matanya melek, cuman kasihan dia sendirian larinya tidak ada saingan, sampai ke finish pun tidak ada yang mengakui, hanya dirinya saja dan tulisan Finish menjadi saksi.

Jaga pikiranmu, karena akan menjadi perkataanmu, jaga perkataanmu karena akan menjadi perbuatanmu, jaga perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaanmu, jaga kebiasaanmu karena akan membentuk nasibmu, dan nasibmu berawal dari pikiranmu.

Nah jika semua orang yang beragama, berkepercayaan sudah menguasai dirinya berarti bisa mengusai hidupnya? Apa sudah bisa hal ini saja? Bagaimana akan mengenal tuhan, diri sendiri saja tidak bisa dikenali? Bagaimana bisa mengenal kebenaran hakiki ? dualitas saja masih jadi raja,

Tuhan itu gaib, tidak serupa dengan ciptaan, makanya jangan dilogikakan, biarlah yang gaib itu tidak memiliki nama, malah dikasih nama oleh manusia jadi ribut, biarlah yang gaib itu tidak ada sifat, malah di-sama-kan sifatnya seperti ciptaan manusia jadi ribut-lah, semua di logika-kan, coba logikanya pake saja untuk yang logika yang dapat dicerna di dunia. Gunakan alat lain untuk mencapai yang gaib, jangan memakai logika tidak akan sampai. Pakai-lah yang gaib juga.. apa itu Roh anda?

Cuman sayang anda sendiri tidak kenal diri, tidak kenal roh, tidak kenal kesadaran, banyak tidak kenalnya akan diri bagaimana bisa kenal sama yang maha gaib? Buta buta

Bagaimana anda akan memanggil manusia sempurna dalam kehidupan anda jika anda pada buta tuli, apalagi otak dijejali dengan dalil dogma yang macam macam, dan semua itu sudah membentuk anda jika manusia sempurna ada dan hadir di sekeliling anda, pasti tidak akan percaya dan di percayai, pasti banyak pertanyaan? Apa benar dia? Mana buktinya? Dan buktinya itu harus sesuai dengan yang buta? Seakan akan yang buta yang menentukan dia manusia sempurna atau bukan. Atau guru ditentukan kualitasnya oleh muridnya? Dimana mana juga guru yang menentukan muridnya.

Makanya siap-siap kan diri untuk berubah, ber-bersih diri, dari kebutaan, kebodohan, kotoran, apa saja yang membelenggu diri, agar nanti jika bersih kehadiran sang manusia sempurna dapat merasakan dan meng-iya-kan kehadirannya. Manusia sempurna butuh apa? Manusia selamat dan hancur karena perbuatannya, perbuatannya di-karenakan pikiran, pikiran di-karenakan pendidikannya dan pengalamannya.

Manusia itu di iri dari semua mahluk, karena manusia sanggup mengembangkan dirinya dari begitu kuat melekat sifat binatang, sampai dia bisa membebaskan dirinya dari sifat binatang, terus meningkat sampai dia menjadi manusia, (pikiran perasaan tindakannya manusia), dia terus menguasai dan masuk kedalam dirinya sampai dia dapat mengendalikan dirinya pikirannya, rohnya, nafsunya segalanya yang ada dalam diri, sampai dirinya terang benderang, sanggup melenyapkan semua ilusi, agama ilusi, pikiran ilusi, kepercayaan ilusi,

semua baru sebatas gambaran panca indra sampai menjadi data di pikiran dan itu pun kalau ada neuron (saraf) sampai ke otak, kebenaran sampai data ke otak,kalau otaknya rusak, sarafnya rusak, tidak ada semua kenangan hilang, mana ada orang gila bertuhan, mana ada bayi bertuhan dan beragama, cuman di indonesia saja bayi beragama ( gendeng).

Apakah orang tidur , pingsan, mati suri beragama? Ya tidak. Agama khusus untuk orang waras. Tapi malahan beragama kenapa orang menjadi tidak waras???? Saya tidak tahu itu.

Manusia itu bisa melepaskan dirinya dari semua belenggu, yang manusia buat dan tanamkan sendiri, dia menjadi pemberontak, dia mencari kebebasan, kemerdekaan, dari semua belenggu, tanpa kemauan yang kuat, tanpa kecerdasan yang superjenius mana bisa sampai ketujuan, lihat alam semesta saja segitu besar dan luas apa mampu di tampung oleh otak manusia? Sedangkan manusia sempurna harus sanggup merangkum menciutkan seluruh alam semesta itu, karena dia akan masuk ke dalam alam yang hakiki yang tidak sanggup di jangkau oleh pikiran, kata-kata, ucapan, gambaran visual ? konslet nantinya

Sampailah dia meniadakan semua yang ilusi, seperti hologram, hologramnya mati? Apa yang ada, hening, suwung, blenk, lenyap semua ilusi, yang ada,.. yang abadi?

Dia akan mengembangkan dirinya dan melebarkan dirinya meliputi seluruh alam semesta? Bukannya dia dalam mengembangkan dirinya memegang agama duniawi? Ya enggalah. Agama duniawi itu kecil? Bukan untuk alam semesta, jangankan alam semesta di dunia saja tidak akan bersatu, karena semuanya ngaku yang paling benar, Jikalau semua menyaksikan sebenarnya siapa dia itu ….., dan hanya satu Dia, pasti bersatu. Karena manusia tidak ada yang bersaksi jadi seperti sekarang jadinya.

Kalau memang agama duniawi itu berlaku untuk universal, bawa saja ke alam masing-masing, tanya kenal ga dengan agamanya.? Misalnya ke alam tumbuhan, binatang, makhluk gaib, alam cahaya, terus ke mahluk luar angkasa, kenal tidak?, jawabnya TIDAK kenal. Wong bahasanya juga lain, kecerdasannya lain?

Manusia sempurna itu  sanggup mengembangkan diri dari manusia yang rendah sampai berkembang dengan sempurnanya masuk ke alam yang abadi hakiki, yang tidak dapat di jangkau oleh pikiran,kepercayaan,kesadaran, rupa , suara, agama, dia sudah terbebas. Entah dengan siapa meleburnya dia, alam yang sunyi senyap, tidak ada ilusi, tidak ada siapa siapa, dikatakan juga

salah. Tapi dia mengalami sadar, pencapaiannya, sayang tidak ada pengakuan dan membawa sertifikat dan  tanda tangan cap dari yang ada di alam sunya luri itu. Nah perjalanan semacam ini lah yang susah sekali dan amat terasa berat sekali. Tidak ada yang bisa menerangkan keadaan di alam NOL ini ..juga salah ga bisa di tulis deh…. Semoga saja manusia sempurna ini cepat lahir dan hadir…..

Gimana ya kalau hadir juga manusianya pada buta tuli, mana bisa tahu dan nerima apalagi mau di perintah olehnya……. Satu-satunya jalan, manusia yang memintanya harus melek dulu, sadar dulu, sehat dulu. Biar tidak chaos, baik chaos di dalam diri sendiri atau diluar diri.

Selama manusia buta hati pikiran, manusia sempurna tidak akan dapat menampakan dirinya, walau hadir dan nyata tetap kita tidak tahu. Bagaimana kalau Tuhan berwujud manusia turun ke dunia, ada yang percaya? yaa ga akan ….yang ada dibilang gila .kalau percaya? Benar itu. Benar sekali, karena belum pernah ada yang bertemu dengan Tuhan sebenarnya?

Semua nasib tergantung ditangan manusia-nya, kehidupan hanya pilihan. Manusia sempurna hanya menonton kelakukan orang orang buta tuli.

Sang manusia sempurna sudah menyaksikan dan menyatukan dengan kenyataan ada dan tiada, dia sudah tidak ada lagi perbedaan, dia sudah meng-Esakan dirinya, dia sudah meniadakan dunia alam semesta yang ada sekarang ini, yang hanya bayangan dari diri sang ADA di alam hening sunya luri yang tidak berubah. Maka lenyaplah bagi dirinya semua gambaran ilusi alam semesta dan semua isinya. Entah apa yang ada di dalamnya.

Makanya manusia sempurna muncul kedunia ilusi lagi dengan membawa keadaan yang hakiki, menjadikan dunia dan alam semesta yang kita kenal sebagai alam semesta ilusi hilang di hadapannya. Dia yang ada dan maha hidup abadi, manusia bisa mencapai hal ini, jelas di iri oleh yang lain. Makanya sangatlah kecil dunia alam semesta ilusi bagi dirinya?

Apa yang di ingikan dari alam ilusi,..yang repot manusia buta, alam ilusi dikira nyata, itulah yang harus di lakoni di jalani oleh manusia dalam kehidupan ini agar sampai ke alam yang senyap, hening dari semua ilusi…….

Agamanya apa manusia sempurna? yang jelas islam maksudnya selamat, selamat dari yang ilusi, dimana tinggalnya? yang jelas di jawa, bukan pulau jawa, sifat manusianya….

Saya sendiri tidak akan sanggup mengenalnya karena buta, dan belum mengenalnya. Seandainya kenalan juga entah harus bicara apa benar atau tidaknya, yang ada penolakan daripada percaya, maklum tukang tipu ada dimana mana, pikiran pasti tertipu. Hanya bisa tarik napas saja lah dalam dalam.

 

SANG PENCARI (artikel keempat)

Sang manusia sempurna, sempurna karena pencapaiannya dalam kehidupan di dunia menuju puncak tertinggi dari pencapaian manusia dalam alam hening, awang uwung suwung, beliau telah memperjuangkan segala kehidupannya untuk mencapainya kerena kerinduan yang amat sangat kepada Tuhannya. Dengan segala kepasrahan, keikhlasannya, menjalankan segala upaya perjalanan mulai jalan kepercayaan, agama, dengan bulat dan utuh. Akan tetapi Tuhan menjadi magnit yang begitu kuat bagi dirinya tanpa sadar tertarik, tersedot dalam pusaran cahaya, energi, keimanan kepada Tuhannya, menjadi jalan petunjuk yang pintas untuk menyaksikan sebenar-benarnya sang maha anonimus tak bernama, tak berwujud, yang tidak dilahirkan, tidak diciptakan, tidak sama dengan segala wujud ciptaan. Karena gelombang cinta kehendak kemauan tercurahkan kepadanya….. begitu pula sang anonimus, maha hening mendambakan jalan dan jati dirinya kepadanya,  menjadikan semuanya menjadi mudah, mulus.

Selesailah sang manusia sempurna dalam mewujudkan perjalanan sebagai ciptaan kepada tujuan yang sebenarnya, itulah sempurnanya karena perjalanan menuju ke dalam diri di luardiri untuk berjumpa dengan sang maha ada. Beliau sanggup melampau semua bentuk ciptaan yang ada di dunia, beliau sanggup melampaui kebenaran kenyataan ilusi dengan sebenarnya. Bersemayamlah beliau dalam inti sari pati hidup sebenarnya, bukan hidup berbanding dengan kematian. Dengan peleburan dirinya dengan anonimus , maha hening, blank, beliau telah membuka semua rahasia-rahasia yang ada di dunia alam semesta dan tuhannya tidak ada yang terlewatkan membuat beliau terbuka dengan jelas bagi dirinya tidak ada kerahasiaan dan kegaibannya. Dalam perjalanan hidupnya beliau sanggup meniadakan segala kepemilikannya baik itu dirinya sendiri, harta, agama, kedudukannya, segala kenikmatan duniawi, yang ada hanyalah sang hidup itu sendiri. Beliau berada dalam alam sunya ruri, tak sanggup digambarkan, diucapkan, tidak ada apa-apa tapi ada apa-apa.

Bagi manusia sempurna penguasaan diri adalah perjalan pertama yang harus dilalui. Beliau akan mengenal segala keberadaan bentuk sifat dirinya, sampai Beliau menguasai, mengendalikan dan menjadi raja bagi dirinya, lalu Beliau melewati dan melampaui….. . Terus berjalan sampai ke dalam keheningan, keberadaan yang nyata, bukan ilusi lagi. Di tempat yang abadi, tidak ada bentuk rupa keadaan, sifat, kekuatan, salah juga menyebut dan menguraikan. Maka sekembalinya dari pencapaian di dunia, beliau manusia yang bukan manusia, beliau memiliki kecerdasan tak terhingga, kesadaran tak terhingga, dalam dirinya. Beliau menguasai sebagai pencipta, pemelihara dan penghancur, (mungkin maksudnya trisula) sebagai kekuatan yang mutlak yang beliau bawa dari alam sana. Beliau tidak memerlukan apa-apa lagi, tidak ada yang menarik lagi di alam ilusi ini, karena telah menyatu dengan yang kekal.

Beliau telah melampaui alam fisik manusia,alam cahaya, alam rohani, alam gaib, alam para suci, alam para dewa dan alam-alam lainnya semua di lampaui, ingin tahu bagaimana cara melampauinya maka anda harus bertemu dengannya, bertanya dan minta diajari oleh beliau yang telah mencapainya. Ini hanya tulisan fiksi saja dari saya.

Beliau mengenal manusia dengan utuh dan sempurna sebagai mana beliau mengenal dengan utuh dirinya sendiri sebagai manusia. Apa bedanya dirinya dengan manusia lainnya secara fisik, makanya beliau mengenal bentuk keadaan manusia. Beliau yang telah sempurna, dengan kesempurnaan itulah beliau yang maha kaya, segala sesuatu yang ada adalah miliknya, dengan cahaya terpancar dari dirinya dunia mengetahui bahwa beliau sebagai tuan dan pemilik sebenar-benarnya, Beliau tidak harus memberi cap sebagai miliknya karena tidak akan kemana-mana dan memang miliknya, harta akan berdatangan kepadanya, baik yang tersimpan, yang harus diolah atau harta karun sekalipun akan mendatanginya karena beliau sebgai pemilik tunggal, bukan karena surat.

Apakah manusia semacam ini yang ditunggu oleh umat manusia dari dahulu? Dengan berbagai sebutan dari Satrio Piningit, Maitrea, Imam Mahdi, Mesias, Kalki ? Terserah manusia menyebutnya apa, beliau tidak membutuhkan gelaran, sebutan, kedudukan, apa lagi harta. Apalagi mengharapkan beliau sebagi raja, terlalu kecil kedudukan itu bagi dirinya, beliau telah mencakup alam semesta. Beliau terlindungi dan dilindungi oleh kesempurnaan pencapaiannya, jadi tidak ada manusia yang mengenalnya, kecuali oleh dirinya sendiri. Disini terpingit, terahasia, manusia tidak bisa meraba keberadaannya apalagi mereka-reka.

Apakah manusia semacam itu ada sekarang? Ada. Beliau tidak pernah mati, kita lah yang buta tuli, menjadikan tidak mengenalnya, kita tertutup mata batinnya. Beliau memegang kitab rahasia dari terahasia, kitab gaib dari yang gaib, sebagai pedoman petunjuk pencapaian kesempurnaannya, bukan kitab suci yang dicetak dipercetakan. Kita membicarakan beliau seakan-akan paling kenal, padahal tidak kenal sama sekali itu, hanya mereka-reka saja, jauh dari sebenarnya, itu lah rahasianya. Beliau ada di dalam setiap kepercayaan, agama. Beliau juga telah melampau semua kepercayaan dan agama, karena beliau telah meng-esakan dirinya sendiri dan segala sesuatu yang ada di dunia. Beliau telah meng-esakannya. Beliau memiliki berbagai sebutan, nama dari setiap masa, agama, kepercayaan. Sesungguhnya dari masa ke masa hanya Beliau seorang, orangnya itu itu saja.

Beliau itu kadang hadir di tengah manusia, kadang tidak hadir atau tidak muncul, tidak di setiap masa beliau itu hadir di lingkungan manusia, mungkin kemunculannya akan ditandai dengan chaos yang amat sangat, sampai manusa tidak bisa mengendalikan lagi. Mudah-mudahan sekarang Beliau muncul tanpa ada chaos. Tapi rasanya tidak mungkin juga ya? Aku sendiri tidak berkeingin berjumpa denganNya, abis susah. Jika berjumpa juga suka akal-akalan, bertanya-tanya karena keraguan, walau sudah diberikan jawaban terus saja ragu, takut akan keadaan diri, lebih baik beliau yang mendatangi saya, itu jauh lebih mudah daripada saya yang mencarinya.

 

 

SATRIO PININGIT         (Artikel Kelima)

Satrio Piningit sang manusia sempurna dengan berbagai sebutan, gelaran
yang di kenal di setiap masa dan jaman. Karena pencapaiannya menjadi
terpingit , ter-rahasiakan, sebagaimana ter-rahasiakannya alam
sunyaluri, alam hening, alam yang tidak dilahirkan diciptakan, ada dan
tiada, hanya manusia semacam Beliaulah yang sanggup membuka rahasia
itu.

Berkat penyatuan dan peleburannya dengan kenyataan hakiki, kekal
sebenarnya yang tidak ada bandingannya dengan ciptaan, menjadikan
Beliau berada dalam alam kekal dengan Hidup itu sendiri, bukan hidup
yang ada bandingan dengan kematian, hidup yang sebenarnya, menjadikan
Beliau tidak pernah rusak, mati, hancur, Beliau selalu ada…. Cuman
keberadaanya dirahasiakan oleh kemulyaan keadaan jati dirinya…. Beliau
adalah saksi sejarah dari keberadaan bumi dan isinya…. Mungkin Beliau
pula yang membuat semua yang ada di bumi termasuk kecerdasan,
kepercayaan, agama dan sebagainya.

Beliau tidak ada yang memerintahkan untuk berbuat sesuatu, karena
Beliau telah abadi dalam sari pati hidup yang maha hidup….. semua
sejarah umat manusia yang di agungkan di mulyakan manusia sampai
sekarang itu semua jejaknya. Beliau berada dalam setiap kurun waktu ,
budaya, umat manusia.

Bagaimana sejatinya SP sebagai manusia sempurna, karena pencapaiannya
itu menuju ke asal muasal manusia sebenar benarnya, Siapa Dia? Tidak
bernama, tidak dilahirkan, tidak berbentuk, Beliaulah yang yang tahu
sebenar-benarnya keadaan…

Dimana SP sebagai manusia sempurna itu berada, sungguh dia berada
dimana-mana karena Beliaulah yang meliputi ruang dan waktu, ada di
setiap penjuru dunia. Kalau di dunia, jika Beliau menginginkan Sebagai
SP, maka Beliau akan hadir muncul di Indonesia…. Badan manusia Beliau
bisa pake yang mana saja, akan tetapi jika kemunculannya di Nusantara,
maka akan memakai baju nusantara fisiknya…  dinusataranya dimana?,
harus lihat kebelakang sejarah, apakah jaman atlantis, jaman sunda
land, sampai nusantra, dimana? Mungkin sunda land? Orang sunda mungkin
sekarang, kenapa ?semua cerita jaman ke-emasan manusia ada pada masa
sunda land. Sesungguhnya dirinya bukan manusia biasa kebangsaan dan
jati diri suku tidak masalah, hanya jika tanah nusantra terpilih oleh
Beliau untuk muncul, maka Beliau akan muncul memakai suku dari tempat
yang akan di bangkitkan.

Jadi siapa yang bisa mengenal Beliau sejatinya, sebetulnya hanya diri
sendiri Beliau itu yang faham betul, akan tetapi pancaran cahaya
terangnya, kekuatan energi dsb semua mahluk baik itu mahluk gaib, para
suci para dewa, para nabi, mengenal siapa dia sebenarnya, Beliaulah
yang membuat semuanya ini, Beliau pula yang akan mengakhiri dan
membuat cerita baru……

wajar saja kehadiran Beliau di masa ini di harapkan di tunggu oleh
manusia, para dewa-dewi , para nabi, para suci, para malaikat, semua
alam tahu keberadaannya, hanya manusia yang tertutup kenapa? Keadaan
jati dirinya belum sanggup menerima dan kualitasnya masih di bawah
masih di kuasai ego rendah, di kuasai nafsu, dikuasai dualitas dll…..
ini khusus yang sudah mendalami lebih dalam dan dalam lagi dari
perjalanan manusia baru mengerti. Kalau masih rendah bertanya dan
bertanya ragu dan ragu akhirnya pusing, memang begitu nasibnya kalau
tidak tahu.

Jika anda sudah masuk dan berdiam di alam para dewa, para suci, pasti
mengetahuinya? Maaf bukan manusia yang baru di siapkan? Atau baru
belajar, SP itu tidak ada gurunya dan tidak ada yang sanggup jadi
guru, nah jika Beliau muncul maka semua sebutan manusia yang di tunggu
di wartakan oleh agama dan kepercayaan kepada manusia dari jaman ke
jaman dengan berbagai sebutan akan mengerucut ke 1 orang, orang ya
Beliau itu sendiri, karena Beliau sendiri yang memerintahkan untuk
penyebaran dan menunggu manusia yang sempurna itu…….. kok bisa SP
muncul di indonesia? dari dulu juga Beliau memulai dari sini,
mengakhiri dari sini, membuat cerira baru nanti dari sini, wajar saja
jika mau mengakhiri, semua yang Beliau ciptakan di masa lalu akan di
hancurkan, serta membuat cerita baru lagi untuk masa yang akan datang,
begitulah alam ilusi, Beliaulah yang mengendalikan, menguasai alam
ilusi, ada dan tiadanya? Karena Beliau sudah berada di alam yang
memang ada seadanya yang tidak berubah rubah, alam yang langgeng.
Tanpa chaos ( bencana besar ) Beliau tidak akan hadir untuk muncul di
kenal, serba rahasia.

Bagaimana kok bisa raja jaman dulu tahu akan kedatangan Beliau di
sini? Jawaban nya karena Beliau yang menceritakannya kepada raja itu,
dan raja itulah yang mewartakannya? Tinggal kita yang utak atik gatuk
7 keliling. Ga ada yang mendekati keberadaanya, hanya bisa mereba
dengan warta itu, di tafsirkannya berbagai macam, menjadikan tambah
kacau.

Jika kita berhati suci, berpikiran jernih, memancarkan cahaya sucinya
dari dalam diri, nanti Beliau akan mewartakannya kepada anda dimana
Beliau berada? Mudah bukan. Kalau anda kotor hatinya tertutup dosa,
pikiran liar, kalau ada pun anda sangkal? Itulah masalahnya.

(23/10/2014)

 

AWAL DAN AKHIR SATRIO PININGIT   (Artikel Keenam)

 

Kita sebut saja manusia sempurna Satrio Piningit yang akan muncul di
indonesia, memang dari jaman ke jaman nusantaralah awalnya segala
kebudayaan, roda cakra panggilingan terus berputar, ada jaman yang
tertinggi, ada masa manusia pada jaman kegelapan, ada satu negara
maju, negara lain miskin,dan terus berputar, setiap putaran jika
manusia di setiap negara kedudukannya bagus maka diberikan kesempatan
untuk maju dan berkembang. Demikian dengan keadaan umat manusia. Ada
kalanya di atas ada kalanya di bawah, semua saling mengisi . SP
sebagai sebutan manusia tanah jawa yang di wartakan oleh Raja kediri,
dimana raja sendiri di kasih tau oleh Beliau untuk di wartakan,
demikian dengan agama dan kepercayaan yang ada di dunia sudah
mewartakannya dengan sebutan lain, akan tetapi manusia orangnya hanya
satu orang. Dia yang ter rahasia dan sempurna rahasianya.

Apakah mungkin nusantara jadi pilihan kemunculan manusia sempurna,
jika di lirik sejarah purba dan perkembangannya mungkin,karena awal
dari manusia cerdas muncul dari sini, hanya sejarah belum mengungkap
dengan jujur saja, satu saat sang SP muncul semua kebenaran akan
muncul,karena data sejarah yang sebenarnya di simpan dengan rapi serta
di jaga dari kehancuran oleh waktu dan tangan manusia jahil.. semua
terjaga keasliannya. Satrio Piningit Manusia Sempurna (SPMS) ada di
indonesia itu tergantung apakah manusia sempurna memilih muncul di
Nusantara (indonesia) atau tidak, jika indonesia sudah jatuh pada cara
panggilingan untuk bangkit, tinggal nunggu waktu saja, karena cahaya
perubahan sudah ada dan lahir di sini. Jika tidak kita akan gelap dan
gelap keadaanya.

Saya anggap SPMS lahir di indonesia, dulu sunda land, arti makna dari
sunda ya, berarti masa kegelapan indonesia sudah ber abad-abad akan
kembali pulih dan akan memimpin dunia? Akan tetapi sekarang manusia
nya masih kebelinger, mungkin harus di sucikan dulu dengan musibah
yang besar,menyaring siapa yang bisa melanjutkan dengan tatanan dunia
baru atau yang tersingkir, yang selamat itu yang terbaik. Karena
penyaringan berhubungan dengan hukum karma masing masing manusia
indonesia, tidak ada yang bisa lari dari hukum karmanya itu. Bukan
yang lain yang menghukum akan tetapi semua perbuatannya yang akan
menghukum. SPMS bukan titisan ini itu, dia yang melingkupi semua
bermuara padanya, maka-nya kalau muncul bisa sebutan apa saja sesuai
dengan kebutuhan pada masa itu, apa di sebut dewa, Nabi, atau apa
saja, karena manusia yang lemah rendah memandangnya dia sebagai apa?
Jadilah memiliki julukan dan gelaran agar bisa di pandang beda dengan
manusia awam lemah itu. Sebetulnya bagi dia tidak ada gelaran yang
cocok lagi. Dia menyatu dengan anda semua, kalau Beliau bilang saya ya
kamu, kamu ya saya, menunjuk kemana saja begitu adanya, dia yang sudah
esa.

Mungkin kalau muncul di nusantara Satrio Piningit khususnya di jawa…..
nanti orang timur tengah nyebut apa, terserahlah dari mana
memandangnya dan anda memandangnya bisa dari mana saja, karena semua
menginginkanNya untuk mewakili kelompoknya, dia menyatu dengan
semuanya, hanya itu saja.

Karena Beliau itu terus hidup dari masa ke masa, jadi semua kekayaan
yang mana Beliau pada saat itu tampil di muka umum bisa sebagai  raja,
nabi, manusia suci apa saja, Beliau simpan semua kekayaannya karena
tidak ada yang hilang di dunia dan alam semesta hanya berubah bentuk
saja. Nah yang menjaga harta juga dengan sendirinya kepercayaan
beliau, makanya jika beliau muncul semua penjaga harta Beliau akan
menyerahkan dengan sendirinya, tidak usah dengan surat menyurat
sebagai mana manusia modern, dia dengan pancaran cahaya sudah tahu
semua itulah manusia sempurna abadi telah muncul kembali di dunia.
Akan tetapi kemunculannya itu tidak akan diri dirinya, biasanya
keinginan, jeritan, doa dari manusia yang masih sadar akan keberadaan
dirinya, dengan ketulusan keyakinan kepercayaan keimanan
kepada-nya-lah semua doa permohonan getaran itu yang akan
membangkitkan Beliau untuk muncul walau biasanya dengan huru hara
dulu, itu untuk penyaring-gan saja.

Makanya Beliau mengunakan trisula (pencipta, penghancur, pemelihara)
jadi Beliau pasti kan mengancurkan tatanan yang sudah ada dan tidak
ada manfaatnya lagi bagi kelangsungan hidup manusia yang tidak
berubah, setelah di hancurkan Beliau akan menciptakan tatanan baru,
cerita baru untuk kelangsungan kehidupan manusia, entah bagaimana
rancangannya, setelah tercipta maka Beliau akan memelihara sampai
batas waktunya. Seperti agama kepercayaan yang ada sekarang sampai
ribuan tahun bertahan,karena beliaulah yang menjaga, akan tetapi kalau
muncul dalam kehidupan umat manusia berarti masa waktu tatanan itu
akan ber akhir. Berakhirnya tatanan yang sudah dibuat mungkin manusia
menyebut kiamat, akan tetapi sebetulnya mengakhiri yang lama memulai
yang baru…. Dia yang sudah sampai ke tujuan dan yang tahu jalan cerita
semua ini akan di bawa kemana, apa maksudnya? Tugas manusia untuk
mencapai jaman keemasan harus bisa membebaskan dari semua jebakan
jebakan yang sudah ada, yang akhirnya terbebas dari semua, bisa
membayangkan jika manusia terbebas dari semua belenggu, duniawi,
ego,rasa ketakutan, keyakinan, dan lain lain. Jika bisa terbebas umat
manusia dari segala sesuatu, maka dimensi manusia akan cepat berpindah
dari 3 ke 4 ke 5 dan seterusnya, semoga saja SPMS benar-benar ada dan
muncul di indonesia pada periode sekarang. Kalau tidak muncul ya sudah
nasib bangsa ini akan tenggelam, tetapi jika betul muncul jangan
khawatir negara walau berubah sistem pemerintahannya tempat manusia
alamnya sama, berubahlah bangsaku,berubahlah negriku, berubah
rayatnya, sambutlah jaman kemulyaan,keemasan, kejayaan menjadi pusat
dari perubahan dunia pada masa datang jika SPMS itu hadir dan muncul
untuk memimpin negeri Nusantara ini…….

Bacalah dengan perasaan yang dalam , Rasakan getaran hidupnya dari
cerita ini, rasakan kekuatannya membuka semua tabir ketakutan
keresahan diri, rasakanlah Kerinduan akan kehadirannya, rasakan
pancaran energy-nya, jangan menggunakan logika , nanti saja kalau
membuat tesis. Cukup dengan rasa yang bersih hati yang tenang damai,
emosi yang menggelora merindukannya, saya pastikan anda kan merindukan
dan menangis ,tidak ada kata kata ,aku Rindu.., bimbinglah angkatlah
tunjukan ke tempat yang sangat mulya dan agung nan suci.

Sekian cerita manusia sempurna .

24/10/2014

SATRIO (PININGIT) IMAM MAHDI MUNCUL 2015 ? (TANGGAPAN KRITIS TERHADAP JABER BOLUSHI)

Download Artikel

SATRIO (PININGIT) IMAM MAHDI MUNCUL 2015 ?
(TANGGAPAN KRITIS TERHADAP JABER BOLUSHI)
Oleh: Cakra Ningrat

IMAM MAHDI hanyalah sebuah frasa. Frasa didefenisikan sebagai satuan gramatika yang berupa gabungan kata yang bersifat non prediktif atau lazimnya disebut dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Dengan kata lain frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu batas fungsi. Fungsi tersebut merupakan jabatan berupa subyek, predikat, obyek, pelengkap, dan keterangan.

Contoh Frasa : Imam Mahdi
Contoh Sintaksis : Imam (subyek) Mahdi (predikat)

Jika dikaji secara mendalam maka frasa Imam Mahdi dikategorikan sebagai Frasa Endosentris Atributif, yaitu endosentris yang memiliki unsur pusat dan mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.

Contoh Frasa Endosentris Atributif adalah IMAM MAHDI.
IMAM adalah unsur pusat
MAHDI adalah unsur atribut.
Kata IMAM dapat berdiri sendiri tanpa kata Mahdi oleh karena Imam adalah unsur pusat. Kata Imam dapat ditambahkan dengan kata lain seperti: Kata Mesjid untuk membentuk satu frasa: Imam Mesjid. Mesjid disebut unsur atribut untuk menerangkan unsur pusat (Imam).

Ummat islam baik golongan syiah dan sunni maupun sempalan atau pecahannya selalu berbeda pendapat tentang permasalahan IMAM MAHDI. Masing-masing pihak bersikukuh pada pendapatnya yang menyebabkan mereka terpisah dan terkotak-kotak dalam pemahaman, pengertian, dan keyakinan. Yang lebih memiriskan hati, perbedaan pendapat ini telah berurat berakar di dalam dendam. Ironisnya, kebanyakan di antara kita yang tidak tahu akar permasalahan malah ikut-ikutan menyalahkan orang lain yang tidak sepaham atau bertentangan dengan apa yang selama ini kita dengar dan fahami. Begitu mudahnya kita mengemukakan hadits nabiullah Muhammad SAW, sementara belum tentu kita faham terhadap hakikat dan maknanya.

Hadits-hadits nabi Muhammad tentang Imam Mahdi cukup banyak dan beragam, sehingga dibutuhkan kearifan dan kecerdasan untuk mengklasifikasikannya sebelum menafsirkannya. Jika ditafsirkan secara keseluruhan tanpa dilakukan pemilahan, maka hadits tersebut akan membingungkan kita sendiri. Jika bisa dianalogikan maka dapat dikatakan “Kita hanya meraba-raba di tempat yang gelap” dengan kata lain “ kita meyakini sesuatu yang sesungguhnya tidak kita ketahui.”

Penafsiran Imam Mahdi di kalangan ummat islam sangat beragam, bahkan boleh dikatakan “mengambang” oleh karena tidak adanya suatu ikatan atau pegangan yang pasti. Ini disebabkan karena tidak satupun ayat di dalam alqur’an yang merujuk kepada sosok Imam Mahdi. Satu-satunya bekal kita hanya pada hadits nabi. Namun faktanya bekal ini jadi tersia-siakan sebab kita berbeda dalam memahaminya. Memahami alqur’an dan hadits nabi berkaitan erat dengan banyak faktor, antara lain: lingkungan, kecenderungan pribadi, perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tentu saja tingkat kecerdasan dan pemahaman masing-masing mujtahid.

Cakra Ningrat memandang perbedaan pendapat di kalangan ummat islam tentang sosok IMAM MAHDI akar permasalahannya disebabkan karena penafsir hadits tidak menguasai linguistik. Linguistik teoritis adalah bidang penelitian bahasa (linguistik) yang dilakukan untuk mendapat kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa manusia pada umumnya. Bidang-bidang yang secara umum dianggap sebagai inti linguistik teoritis adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Linguistik teoritis juga terlibat dalam pencarian Universal Linguistik, sifat umum yang dimiliki semua bahasa.

Frasa IMAM MAHDI harus difahami secara linguistik lebih dulu untuk memudahkan kita menafsirkan hadits nabi Muhammad yang kelihatannya sangat sederhana namun rumit. Fakta kerumitannya dibuktikan dengan terpecah-belahnya ummat islam dalam memahaminya. Meskipun linguistik hanya ilmu bahasa, namun seringkali linguistik digolongkan ke dalam ilmu kognitif, psikologi dan antropologi.

TERMINOLOGI IMAM MAHDI

Terminologi (Bahasa latin: Terminus) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya. Istilah (bahasa Arab) adalah kata dan gabungan kata yang digunakan dalam konteks tertentu.

Secara etimologi Imam (bahasa Arab) artinya Pemimpin. Mahdi (bahasa Arab) artinya orang yang diberi petunjuk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Mahdi” diartikan sebagai “penunjuk jalan.” Dengan demikian terminologi Imam Mahdi adalah PEMIMPIN YANG DIBERI PETUNJUK OLEH ALLAH (TUHAN) UNTUK MENUNJUKKAN JALAN YANG BENAR, DAN LURUS UNTUK KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAAN MANUSIA.

Berdasarkan terminologi di atas, maka dapat ditarik satu kesimpulan bahwa Imam Mahdi tidak bisa diartikan sempit atau dibatasi sebagai pemimpin islam saja oleh karena Imam Mahdi adalah PEMIMPIN UMMAT MANUSIA, meliputi ummat yang beragama hindu, buddha, konghu chu, kristen, islam, majusi, zoroasterianisme, dan aliran-aliran kepercayaan atau kebatinan dan seterusnya tanpa kecuali.

DIHARAPKAN KEMUNCULANNYA
Tidak ada satu pun dalil hukum yang dapat membenarkan bahwa ummat islam mengharapkan kemunculan IMAM MAHDI. Perkataan dan keyakinan ummat islam bukanlah sebuah jaminan hukum jika mereka menaruh harapan yang besar terhadap kemunculan Imam Mahdi. Menyebut Imam Mahdi sebagai pemimpin untuk ummat islam saja adalah sebuah kekeliruan fatal yang mementahkan seluruh argumen-argumen yang mereka kemukakan. Ummat islam terjebak dan terbelenggu pada primordialisme mereka sendiri.

HANYA SATU yang mengharapkan dan mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi yaitu Allah, Tuhan Semesta Alam.

Nabi Muhammad bersabda : Andaikan dunia tinggal sehari, sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahlil baitku namanya serupa namaku, nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan (Hadits Riwayat Abu Dawud)

Ahlil Bait (Bahasa Arab) adalah istilah yang berarti “orang rumah” atau keluarga. Muslim syi’ah berpendapat bahwa Ahlil bait mencakup lima orang yaitu Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Mereka menafsirkan Imam Mahdi harus dari keturunan Sayyidina Ali. Muslim sunni berpendapat bahwa ahlil bait adalah keluarga Muhammad dalam arti luas meliputi istri-istri dan cucu-cucunya hingga kadang-kadang ada yang memasukkan mertua-mertua dan menantunya.

Cakra Ningrat berpendapat: Kata “ahlil baitku” memiliki makna adanya sebuah kedekatan yang paling dekat dalam konteks “ilahiah” sehingga kedekatan itu tidak boleh dibatasi oleh sekat-sekat yang bersifat manusiawi (anak, cucu, menantu, mertua, dst). Karena kedekatannya dalam konteks “ilahiah” sehingga nabi mengatakan “lelaki dari ahlil baitku, namanya serupa namaku, nama ayahnya serupa nama ayahku.” Sebuah hubungan dalam ikatan yang tak terpisahkan.

Imam Mahdi bukan Muhammad dan Muhammad bukan Imam Mahdi. Muhammad tidak bisa disamakan dengan Imam Mahdi dan Imam Mahdi tidak bisa disamakan dengan Muhammad. Keterkaitan Imam Mahdi dengan Muhammad ibarat SEKEPING MATA UANG. Alquran diwahyukan kepada Muhammad. Imam Mahdi ditugaskan membuktikan secara nyata kebenaran alqur’an. Oleh karena alqur’an berisikan firman-firman Tuhan, Yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya yaitu injil (perjanjian baru), zabur dan taurat (perjanjian lama) maka Tuhan-lah yang paling mengharapkan dan mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi untuk membuktikan kebenaran firman-firman-Nya.

Sebagai gambaran betapa besarnya harapan dan dambaan Tuhan terhadap kemunculan Imam Mahdi, sampai-sampai dikatakan oleh nabi “andaikan dunia tinggal sehari (dan terjadi kiamat), sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut (menunda terjadinya hari kiamat) demi untuk kemunculan Imam Mahdi.

Seberapa lamakah usia dunia akan dipanjangkan ?
Nabi Muhammad bersabda : Sungguh bumi ini akan dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan, dan apabila kezaliman dan kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari Ummatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana bumi telah dipenuhi sebelum itu oleh kezaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun atau 9 tahun (Hadits Riwayat Thabrani).

Cakra Ningrat berpendapat; nabi Muhammad tidak mengetahui secara pasti berapa lama dunia akan dipanjangkan, dengan kata lain berapa lama Imam Mahdi memimpin kita, apakah 7, 8, atau 9 tahun. Semua itu menjadi rahasia Tuhan. Yang menjadi SEBAB kemunculan Imam Mahdi karena bumi ini telah dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan. Kezaliman dan kesemena-menaan dalam arti sempit selalu dikaitkan dengan sistem pemerintahan atau pemimpin dengan rakyat, akan tetapi dalam arti luas termasuk ummat islam yang begitu mudahnya menganggap ummat yang beragama lain sebagai ummat yang salah, musyrik, kafir, dan sebagainya, bahkan sebagian kelompok ummat islam (teroris) begitu teganya membunuh ummat lain dengan alasan demi perjuangan islam. Semua ini termasuk bentuk-bentuk kezaliman dan kesemena-menaan, sebagai SEBAB dari kemunculan Imam Mahdi, bumi yang tadinya penuh dengan kezaliman dan kesemena-menaan akan dipenuhi dengan keadilan dan kemakmuran. Terwujud tatanan masyarakat adil dan makmur di bawah kepemimpinan seorang PEMIMPIN yang bergelar Imam Mahdi.

Keadilan, sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadits nabi Muhammad, merupakan model kepemimpinan yang hanya dimiliki oleh pemimpin yang bergelar Imam Mahdi. Imam Mahdi tidak lagi melihat manusia berdasarkan latar belakang agama mereka, sebab agama sudah sirna di muka bumi. Dalam iman kristiani disebut dengan DAMAI. Nostrodamus menyebut suasana kehidupan tanpa agama sebagai New World Religion (agama baru dunia). Penulis tidak tahu dengan kalimat apa untuk membahasakannya. Albert Einstein, seorang pencetus teori relativitas membahasakan keadaan tersebut dengan berkata: “Sesungguhnya hari ketika dunia dipenuhi dengan perdamaian dan ketentraman, dan manusia di dalamnya saling mencintai dan bersaudara tidak akan lama lagi.”
Kemakmuran sebagaimana yang dimaksudkan oleh hadits nabi Muhammad adalah satu keadaan kehidupan masyarakat yang berkecukupan namun tidak berlebih-lebihan. Iman kristiani menyebutnya dengan kata SEJAHTERA. Ini dimungkinkan akan terjadi karena kepemimpinan Imam Mahdi akan didukung oleh alam semesta dimana langit tidak akan menahan setetes pun airnya dan bumi tidak akan menahan apa pun yang akan ditanam.

Nabi Muhammad bersabda : Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari ummatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya, dan ia sama sekali tidak menghitung-hitungnya. (Hadits Riwayat Muslim dan Ahmad).

Untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, damai dan sejahtera dibutuhkan dukungan logistik yang sangat besar. Imam Mahdi tidak pernah gentar sedikit pun oleh karena Tuhan akan menurunkan seluruh perbendaharaan langit dan memunculkan semua perbendaharaan bumi, baik yang terpendam di dalam tanah maupun yang ada di dasar lautan untuk mendukung kepemimpinan Imam Mahdi.

Imam Mahdi tidak memiliki hutang budi kepada siapa pun termasuk kepada ummat islam. Andaikan dia memiliki hutang budi maka dipastikan dia tidak dapat memimpin dengan adil. Ummat islam sangat ingin membantunya tapi kesempatan itu tertutup buat mereka. Dari awal hingga akhir, hanya Tuhan yang mendukung dan membantu Imam Mahdi oleh karena hanya Tuhan saja yang mendamba-dambakan kemunculannya.

DIBANGGA-BANGGAKAN
Jika Allah, Tuhan Semesta Alam mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi sebagai pemimpin ummat manusia tanpa membeda-bedakan latar belakang agama mereka maka sangat wajar bila Muhammad dalam kapasitas beliau sebagai hamba dan pesuruh Allah maupun sebagai rasul Allah yang telah meletakkan dasar-dasar fundamental agama islam, logis dan masuk akal jika Muhammad membangga-banggakan Imam Mahdi. Cermatilah perkataan nabi Muhammad berikut ini:

Nabi Muhammad bersabda: Al-Mahdi bersal dari ummatku, dari keturunan anak-cucuku (Hadits Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majas dan al hakim).

Islam adalah agama terakhir. Tidak ada lagi agama yang muncul dan diakui kebenarannya setelah agama islam. Dapat dikatakan islam adalah agama akhir zaman. Imam Mahdi yang hidup di abad 21 M beragama islam, mengikuti agama Muhammad yang hidup di abad 6 M. Muhammad dan Imam Mahdi dipisahkan oleh rentang waktu selama 15 Abad. Dalam konteks bahasa manusia, titian yang menghubungkan Muhammad dengan Imam Mahdi disebut dengan “anak-cucu.” Dalam konteks bahasa “ilahiah” titian yang menghubungkan Muhammad dengan Imam Mahdi adalah alqur’an. Muhammad menerima alqur’an. Imam Mahdi membuktikan secara nyata kebenaran alqur’an. Alqur’an adalah petunjuk untuk seluruh ummat manusia. Imam Mahdi adalah pemimpin untuk seluruh ummat manusia. Jika Tuhan mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi maka tentu saja Muhammad membangga-banggakan Imam Mahdi sebab Imam Mahdi berasal dari ummatnya.

CIRI-CIRINYA.
Nabi Muhammad bersabda: Al-Mahdi berasal dari ummatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kehalifaan/ kepemimpinannya) berumur tujuh tahun. (Hadits Riwayat Abu Dawud dan al-hakim).

Ciri-ciri yang disampaikan nabi Muhammad sangat spekulatif. Ciri anatomi seperti itu tidak saja dimiliki oleh orang Arab dan Persia, akan tetapi banyak juga dimiliki oleh orang-orang Eropa dan Asia termasuk INDONESIA tentunya. Memang, kebanyakan orang Indonesia berhidung pesek, akan tetapi bila sosok yang bergelar Imam Mahdi ditakdirkan Allah sebagai orang Indonesia maka dapat dipastikan sosok itu memiliki ciri-ciri seperti yang dikatakan oleh nabi; keningnya lebar, hidungnya mancung dan panjang, wajah yang sempurna tanpa kekurangan sedikitpun.

Imam Mahdi adalah sebuah gelar yang diberikan oleh Tuhan Semesta Alam kepada seorang hamba-Nya. Sebelumnya, hamba ini tidak mengetahui sama sekali bahwa kelak di suatu waktu, dia diberi gelar oleh Tuhannya sebagai Imam Mahdi. Hamba ini salah seorang dari sekian banyak ummat Muhammad. Dia seorang muslim yang taat dan sangat mencintai alqur’an. Dia seorang hamba yang mendekati Tuhannya dengan jalan suluk (bersuluk).

Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin hidup dalam melaksanakan aturan-aturan eksoteris (syariat) agama islam sekaligus aturan-aturan esoteris (hakikat) agama islam. Jalan suluk adalah jalan yang penuh dengan pendakian dan berkelok-kelok. Tantangannya sangat berat. Hanya seorang satria tangguh yang dapat bertahan untuk mencapai puncak. Dia menjalani seorang diri tanpa guru dan pembimbing guna memuaskan hasrat spiritualnya untuk; mengenal diri, memahami esensi kehidupan, pencarian Tuhan, pencarian kebenaran sejati, mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan.

Berkat kedisiplinan dan ketekunannya, mengantarnya untuk tiba pada satu capaian tertinggi di dalam agama islam yaitu mendapatkan NURUL MUHAMMAD, di malam kedua puluh tiga ramadhan. Malam itu disebut sebagai malam lailatul qadr. Malam yang penuh dengan kemuliaan. Tingkat kemuliaannya setara dengan beribadat secara terus-menerus selama seribu bulan.

Itulah sebabnya nabi Muhammad mengatakan; namanya sama dengan namaku. Nama bapaknya sama dengan nama bapakku. Makna sesungguhnya adalah NURUL MUHAMMAD atau CAHAYA MUHAMMAD. Cahaya Muhammad adalah Cahaya Gaib Allah. Cahaya ini dimasukkan ke dalam diri seseorang yang kelak bertugas membuktikan kebenaran seluruh wahyu-wahyu Tuhan yang pernah disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad, mulai dari wahyu pertama di gua hira pada malam lailatul qadr sampai wahyu terakhir menjelang kematiannya. Nabi Muhammad mengakui “dia” sebagai keturunanku, sebagai anak-cucuku untuk mengungkapkan rasa bangga nabi terhadap Imam Mahdi.

Sadar bahwa apa yang didapatkannya adalah rahasia Tuhan maka wajib baginya untuk merahasiakan apa yang bersemayam di dalam dirinya. Cahaya Muhammad ada di dalam dirinya dan dia menyembunyikannya. Leluhur kita menyebut “apa yang disembunyikan itu” dengan sebutan “PININGIT.”

Dia bukan ulama, bukan ustadz, bukan pula kiyai. Dia hanya seorang hamba yang menguasai ajaran syariat, hakikat dan ma’rifat yang ditempuhnya dengan jalan suluk. Kemudian dia tinggalkan jalan itu dan menempuh jalan lain yaitu jalan yang dilalui manusia di kehidupan nyata. Dia berkeluarga. Memiliki istri dan anak. Dia mencapai status sosial tinggi di kehidupan nyata. Namun dia membenci dan sangat memusuhi ummat nasrani (kristen).

Sadar bahwa kebencian dan permusuhannya terhadap ummat nasrani dapat membahayakan keselamatan dirinya maka dia meninggalkan kehidupan nyata dan kembali ke jalannya yang pertama dengan bersuluk. Berbekal CAHAYA MUHAMMAD yang PININGIT di dalam dirinya, di jalan suluk, segala ijab terbuka. Dia memasuki dunia gaib. Seluruh wali Allah yang ada di muka bumi ini silih berganti datang menyampaikan salam dan takzim menyambut SANG PENGHULU WALI-WALI ALLAH.

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya seorang diri di suatu malam. Sendiri dia menuju langit. Pintu langit terbuka menyambut JIWA SANG PENGEMBARA. Seratus dua puluh malaikat penjaga langit pertama tertegun melihat kedatangan SANG PEMIMPIN ALAM MAHSYAR. Dia mempersaksikan dirinya di hadapan para malaikat.

Dalam sekejap mata dia pun naik ke langit yang ketujuh. Di Sidratul Muntaha dia berdiri, memandang ke arah pintu syurga. Dia terdiam. Terpaku. Terpesona oleh keindahan dan kecantikan wajah malaikat Jibril alaihissalam. Jibrilpun kagum melihat sosok SANG PEMBUKTI KEBENARAN Tuhan telah hadir di hadapannya. Tak satupun kata yang terucap di antara mereka.

Di Sidratul Muntaha dia berlutut sambil menengadahkan kedua tangannya memandang Arasy tempat Tuhannya bertahta. Dia melaporkan tentang kedatangannya. Dia mendengar suara Tuhannya memerintahkan dia agar kembali ke bumi dan mengislahkannya.

(catatan: Kisah di atas bersumber dari artikel SPTM. Disajikan dalam bentuk narasi oleh Cakra Ningrat).

ISLAH
Nabi Muhammad bersabda: Al-Mahdi berasal dari ummatku, yang akan diislahkan oleh Allah dalam satu malam. (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majid).

Kata “ISLAH” berasal dari bahasa Arab. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “islah” yang berarti perdamaian adalah terjadinya suasana yang aman dan rukun dalam segala bidang. Dalam arti yang lebih luas “islah” terkait dengan persatuan dan persaudaraan dalam kehidupan.

Hadits di atas menyebut kata “Al-Mahdi” dan bukan Imam Mahdi. Cakra Ningrat berpendapat: sebutan Al-Mahdi ditujukan kepada hamba Tuhan secara pribadi saat dimana beliau belum menjadi pemimpin (Imam) atau sebelum diketahui oleh ummat atau sebelum memiliki pengikut.

Sebelum diislahkan, Al-Mahdi memang membenci dan memusuhi ummat nasrani, akan tetapi Al-Mahdi diislahkan oleh Allah dalam satu malam. Yang dimaksud “dalam satu malam” sebagaimana hadits di atas adalah saat ketika Al-Mahdi naik ke langit ketujuh menghambakan diri di Sidratul Muntaha. Sebelum Al-Mahdi turun ke bumi, Allah mengislahkan atau mendamaikan hati dan jiwa Al-Mahdi agar tidak lagi membenci atau memusuhi ummat kristiani.

BAI’AT
Nabi Muhammad bersabda: Akan dibai’at seorang laki-laki antara makam Ibrahim dengan sudut ka’bah (Hadits Riwayat Ahmad).

Bai’at artinya perjanjian atau ikrar bagi penerima dan sanggup memikul atau melaksanakan sesuatu yang akan dibai’atkan (diperjanjikan). Biasanya bai’at dilakukan oleh murid kepada gurunya atau pengikut kepada pemimpinnya.

Makam Ibrahim artinya “tanda” yaitu kedua telapak kaki nabi Ibrahim yang membangun ka’bah. Makam Ibrahim berada di sisi ka’bah. Sudut ka’bah disebut “rukun.” Sudut ka’bah ada empat, yaitu Rukun Aswad, Rukun Iraqi, Rukun Syami, dan Rukun Yamani. Terlalu sulit untuk menafsirkan pada sudut (rukun) mana yang dimaksudkan oleh hadits di atas. Cakra Ningrat memastikan sudut yang dimaksud bukan pada rukun Aswad oleh karena di sudut itu terdapat “hajaratul Aswad.”

Cakra Ningrat berpendapat; sebutan makam (tanda) Ibrahim berkaitan dengan hadits sebelumnya dimana Al-Mahdi diislahkan oleh Allah atau didamaikan oleh Allah agar Al-Mahdi tidak lagi memusuhi ummat nasrani, mengingat ummat nasrani adalah juga keturunan dari nabi Ibrahim.

Pertanyaannya adalah siapakah yang dimaksud oleh hadits di atas “seorang laki-laki yang akan dibai’at ?”

Cakra Ningrat berpendapat; laki-laki yang dibai’at itu adalah seorang SAKSI YANG MENYAKSIKAN. Dia menyaksikan sosok dan wajah Al-Mahdi di salah satu sudut (rukun) ka’bah. Wajah dan sosok Al-Mahdi tergambar jelas seperti ketika kita melihat gambar seorang aktor dalam ukuran setengah badan di layar bioskop. Orang itu mengenal Al-Mahdi dan melaporkan kepada Al-Mahdi tentang apa yang dilihatnya. Lalu Al-Mahdi melakukan bai’at (perjanjian) terhadap orang itu agar tidak memberitahukan kepada siapapun tentang apa yang orang itu lihat dan saksikan sebab yang dilihatnya adalah rahasia Tuhan Semesta Alam.

PENGIKUT
Nabi Muhammad bersabda: Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbai’atlah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi (Hadits Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah).

Hadits di atas berkaitan dengan pengikut. Pengikut memiliki arti yang sangat penting oleh karena tanpa kehadiran mereka, Al-Mahdi tidak akan memiliki dasar hukum yang kuat dan legitimated untuk disebut sebagai Pemimpin atau Imam. Jika Al-Mahdi dipersiapkan oleh Tuhan untuk memimpin, maka dipastikan pengikut-pengikutnya juga dipersiapkan atau ditentukan oleh Tuhan. Para pengikut adalah orang-orang pilihan Allah. Mereka menjalani takdir hidupnya bukan atas dasar keinginan pribadi melainkan atas kehendak Allah, Tuhan Semesta Alam.

Mereka berbai’at kepada Al-Mahdi bahwa Al-Mahdi adalah pemimpinnya (Imamnya). Menjadi pengikut Al-Mahdi bukanlah satu perkara mudah dan gampang. Nabi Muhammad menggambarkan suasana hubungan itu dengan kalimat “walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju.” Kesetiaan bukan berarti terbatas pada pengertian kesiapan melaksanakan dengan cermat seluruh perintah pemimpin, akan tetapi lebih dari itu para pengikut diwajibkan merahasiakan misteri dan jati diri pemimpinnya. Kerahasiaan sangat penting artinya bagi Imam Mahdi mengingat perjalanan hidup dan kehidupannya senantiasa diwarnai dengan gejolak perang dan aroma kematian.

Sebagaimana yang telah kami uraikan sebelumnya bahwa dalam perjalanan hidupnya Imam Mahdi menempuh dua jalan hidup yaitu bersuluk di dunia gaib dan jalan hidup di dunia nyata. Kedua jalan ini ditempuhnya secara bersamaan. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali dirinya sendiri. Ihwal tentang perang dapat dipastikan bila dia menjalaninya di dunia gaib sementara di dunia nyata dia tampil menawan seperti tidak terjadi sesuatu. Itulah sebabnya leluhur kita menyebut dia sebagai seorang satria yang tak terkalahkan namun tetap saja piningit (bersembunyi) terhadap apapun yang dia kerjakan.

Adalah sebuah kekeliruan besar yang dilakukan oleh ummat islam selama ini karena mereka menafsirkan hadits nabi secara harfiah. Mereka terjebak dalam imajinasi mereka sendiri bahwa seakan-akan Imam Mahdi harus berdiri di hadapan mereka dengan menggunakan sorban, berkhotbah memproklamirkan dirinya dan mengajak ummat islam memanggul senjata dan berperang. Sejak berabad-abad yang lalu sejarah telah mencatat begitu banyaknya orang yang mengaku dan menganggap dirinya sebagai Imam Mahdi kemudian membuat kerusakan di muka bumi dan memperatasnamakan islam lalu hidupnya berakhir dengan penghinaan. Seharusnya hal itu menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup di saat sekarang ini.

Demi memuaskan ambisi dan nafsu “kemahdiannya” ummat islam kadang lupa terhadap hakekat utama agamanya sendiri yang mengharamkan segala bentuk-bentuk yang menyerupai gambar-gambar atau patung-patung. Itu berarti agama islam tidak diperbolehkan memuji yang nyata dan mengkultuskan seseorang melainkan diharuskan memuja, menyembah dan menghambakan diri kepada Allah Yang Maha Gaib, Tuhan Yang Menguasai Perkara-Perkara Gaib. Adalah suatu keharusan bagi Imam Mahdi, jika berperang di dunia gaib sebab dunia gaib adalah kegelapan. Hanya dengan memenangi perang di kegelapan Imam Mahdi dapat menerangi bumi dengan keadilan dan mengantar manusia kepada jalan yang terang.

Sadar atau tidak, ummat islam harus mengakui kalau Imam Mahdi adalah sosok yang penuh dengan misteri. Ini disebabkan karena tidak adanya ayat di dalam alqur’an yang dapat mengarahkan fikiran kita ke arah sosok itu. Satu hal yang harus kita sepakati bahwa Imam Mahdi adalah sosok yang sengaja dirahasiakan Tuhan. Sebagai ummat islam patut kiranya kita menyampaikan salam dan shalawat kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW karena beliau telah mewariskan beberapa hadits menyangkut Imam Mahdi, akan tetapi kita tidak boleh menafsirkannya secara harfiah mengingat kalimat-kalimat yang beliau gunakan cenderung bermakna ambigu dengan menggunakan tata bahasa metaforik. Dibutuhkan kecerdasan khusus dan konsentrasi yang betul-betul prima untuk melakukan penelitian, kajian dan analisis khusus terhadap hadits tersebut.

Beberapa penafsir dalam menafsirkan hadits nabi yang menyangkut Imam Mahdi sering menggunakan pendekatan yang merujuk pada pendapat ulama. Cakra Ningrat tidak menggunakan pendekatan seperti itu. Penafsiran kami lakukan secara teliti dan hati-hati melalui pendekatan linguistik sebagaimana yang telah kami uraikan di awal tulisan. Selain pendekatan linguistik, kami juga menggunakan pendekatan nalar burhani, logika dan filsafat. Ketiga pendekatan ini dapat kami uraikan sbb:

  1. Secara sederhana, nalar burhani dapat diartikan sebagai suatu aktifitas berfikir untuk menetapkan kebenaran proposisi melalui metode deduktif dengan mengaitkan proposisi antara yang satu dengan proposisi yang lain untuk membuktikan kebenaran secara aksiomatik. Secara terminologi, nalar burhani adalah nalar paradigma (kerangka) berfikir menggunakan model metodologi berfikir secara rasio, logika, dan silogisme pada proposisi-proposisinya untuk mencapai kebenaran. Yang pertama membangun prinsip-prinsip burhani adalah Aristoteles (384-322SM) yang terkenal dengan metode analitik (tahlili).
  2. Logika berasal dari kata Yunani Kuno yang berarti hasil pertimbangan akal fikiran yang diutarakan lewat kata-kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logika episteme atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara lurus, tepat, dan teratur. Obyek material logika adalah berfikir khususnya penalaran / proses penalaran. Obyek formal logika adalah berfikir / penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
  3. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Dalam filsafat mutlak diperlukan logika berfikir dan logika bahasa.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut kita berharap akan dapat membuka wawasan berfikir yang luas, memberi kecerdasan, kesadaran dan ketercerahan diri menuju capaian sebuah kebenaran universal.

BERHAJI
Berulang-ulang kali nabi Muhammad memberi ketegasan dalam hadits-haditsnya bahwa Imam Mahdi adalah “ummatku, anak cucuku, namanya sama dengan namaku dan nama bapaknya sama dengan nama bapakku.” Ketegasan ini dapat dimaknai bahwa seluruh perilaku nabi akan sama dengan perilaku Imam Mahdi.

Dalam riwayat disebutkan nabi Muhammad memiliki istri bernama Hadijah. Hadijah memiliki peran penting dalam kehidupan nabi, bukan saja karena dia bekas majikan nabi saat nabi berniaga (berdagang), akan tetapi lebih dari itu; Hadijahlah orang pertama yang menjadi saksi atas kenabian dan kerasulan Muhammad. Saat selesai menerima wahyu pertama di gua Hira yang disampaikan oleh malaikat Jibril alaihissalam, Muhammad ketakutan. Beliau berlari pulang ke rumahnya menemui istrinya. Badannya gemetar ketakutan. Menggigil dingin. Keringatnya bercucuran, basah. Di atas tempat tidur, Hadijah memberi selimut kepada suaminya. Belum sempat beliau menceritakan kepada istrinya peristiwa “sakral” yang baru dialaminya, keringat yang membasahi tubuhnya belum juga kering di badannya, dalam keadaan tubuh yang masih dingin menggigil tiba-tiba suara yang sangat dia takuti terdengar lebih dekat lagi menghampirinya. Suara itu lebih keras, tegas dengan intonasi sedikit membentak. Wahyu kedua itu dibuka dengan kata-kata: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah !…” (QS. 73:1-2).

Hadijah adalah saksi yang menyaksikan peristiwa itu. Hadijah yakin seyakin-yakinnya bahwa suaminya benar-benar adalah seorang nabi dan rasul Allah. Keyakinan Hadijah didasari oleh ramalan-ramalan yang sudah lama santer terdengar di masa itu. Ramalan itu berasal dari rahib yahudi dan pendeta nasrani yang meramalkan tentang munculnya seorang nabi yang telah ditunggu-tunggu yang akan menerima wahyu dari langit. Ramalan itu sudah sering diceritakan jauh sebelum Muhammad lahir. Hadijah yang beragama nasrani dan memiliki usia lebih tua lima belas tahun dari Muhammad dianggap lebih mengetahui dan menguasai ramalan itu daripada Muhammad sendiri.

Merujuk pada ramalan-ramalan itu, telah tertulis dengan tinta emas dalam sejarah islam bahwa ada dua orang Bapa Pendeta yang menebak serta memastikan bahwa Muhammadlah sosok yang dimaksud dalam ramalan itu. Yang pertama adalah mantan yahudi bernama Buhaira. Dia melihat tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu dia mencium tanda itu. Saat itu Muhammad baru berusia 12 tahun. Buhaira berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga baik-baik kemenakannya dari niat jahat orang-orang Yahudi. Allah telah menakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab, sementara semua orang-orang Yahudi menginginkan status kenabian itu selamanya milik bani israil. Bila mendapat kesempatan, orang Yahudi akan membunuh Muhammad sebelum Muhammad ditetapkan oleh Allah sebagai nabi.

Orang kedua yang memastikan kebenaran ramalan (nubuat) mengarah kepada Muhammad adalah Bapa Pendeta Nestor (Nestorius). Dikisahkan; ketika Muhammad bersama Maysarah membawa barang dagangan majikannya Khadijah ke suatu tempat. Sesampainya di sana, Muhammad bersandar di bawah sebatang pohon dekat gereja, kemudian Bapa Pendeta bertanya kepada Maysarah, siapa orang yang berteduh di bawah pohon itu? Maysarah menjawab bahwa dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus al-Haram (Ka’bah). Lalu Bapa Pendeta berkata “Tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut, kecuali dia seorang nabi.”

Menarik untuk kita kaji dan cermati, “pohon” apakah yang dimaksud Bapa Pendeta Nestorius (Nestor) yang tumbuh di dekat gereja? Jika pohon yang ditempati bersandar dan bernaung oleh nabi Muhammad adalah pohon “Boedhi”, maka mau tidak mau, setuju atau tidak setuju ummat islam harus mengakui bahwa Siddharta Gautama adalah seorang nabi. Untuk mengetahui sejarah hidup dan ajaran-ajaran mulia nabiullah Siddharta Gautama silahkan membaca artikel “Yang Sadar dan Tercerahkan Adalah Buddha” yang ditulis oleh Cakra Ningrat dan dipajang di blog SPTM ini.

Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapat julukan dari suku Quraisy (suku tebesar di masa itu) sebagai Al-Amiin yaitu BENAR, LURUS, JUJUR dengan arti yang lebih dipertegas “orang yang dapat dipercaya.” Pedagang besar dan janda kaya Khadijah tertarik dengan julukan itu kemudian mempekerjakan Muhammad untuk menjual barang dagangannya keluar negeri Mekah. Maysarah menyampaikan kepada Khadijah perkataan Bapa Pendeta Nestor bahwa “tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut (dekat gereja) kecuali dia seorang nabi.” Mendengar penyampaian itu maka Khadijah meminang / melamar nabi. Takdir Allah mempersatukan mereka dalam ikatan suami istri.

Sungguh sangat ironis dan memiriskan hati akibat ulah sebahagian besar ummat islam yang lupa akan sejarah agamanya sendiri. Dengan pemahaman agama yang tidak didasari oleh pengetahuan akal dan budi luhur begitu mudahnya mereka menampik pesan-pesan leluhur seperti ramalan Jayabaya, Uga Wangsit Siliwangi, Sabdo Palon Nayo Genggong, Bagus Burham (Ronggowarsito) dan Joko Lelono tanpa didasari oleh pengetahuan yang jelas. Begitu mudahnya mulut mereka mengucapkan kata-kata “musyrik” bila mempercayai ramalan leluhur. Mereka lupa bila “Ummul Mukminin” (Ibu ummat islam) Sitti Khadijah mempersuamikan Muhammad, pada mulanya hanya didasari oleh kepercayaan dan keyakinan Khadijah kepada ramalan leluhur.

Tidak dapat dipungkiri betapa besar peran Khadijah sebagai istri, baik sebelum maupun setelah Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul Allah. Tentu saja peran dan fungsi semacam itu juga dilakoni oleh istri Imam Mahdi. Dipastikan istrinya sendiri sebagai saksi yang menyaksikan bahwa sesungguhnya suaminya adalah Al-Mahdi. Allah senantiasa akan memilih dan menetapkan dengan cara-Nya sendiri, wanita utama untuk menjadi saksi kunci dan abadi terhadap hamba-Nya yang bergelar Imam Mahdi. Sebagai wanita utama, dia akan menjaga rahasia Tuhan yang diamanahkan kepada dirinya.

Sungguh,
Betapa tingginya rahasia-Mu Ya Allah
Setinggi itulah Engkau merahasiakan Al-Mahdi-Mu

Sungguh,
Betapa dalamnya rahasia-Mu Ya Allah
Sedalam itulah Engkau merahasiakan Al-Mahdi-Mu

Biarkanlah kami mencarinya Ya Allah
dengan kekuatan akal dan fikiran kami
meski kami tidak akan mungkin
menemukan dan mengetahui wujudnya
karena Kamu sendiri yang menyembunyikan dia.

Engkau biarkan dia dalam kegelapan
Engkau biarkan dia dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya
Engkau biarkan dia bertarung sendiri tanpa bantuan kami
Engkau biarkan dia seorang diri
Sebagaimana sendiri-Nya Engkau sebagai Tuhan kami

Engkau biarkan dia dalam kegelapan sebagaimana
Engkau dulunya membiarkan Muhammad dalam masa kegelapan jahiliyah di Mekkah
Engkau biarkan dia dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya sebagaiamana
Engkau dulunya membiarkan Muhammad dikejar-kejar oleh orang kafir quraisy

Ya… Allah
Bukankah dulunya Engkau Sendiri Yang Memerintahkan
Muhammad hijrah dari Mekkah ke Yatsrib? (Medinah)
Bukankah dulunya Engkau sendiri yang mengetahui
betapa senangnya kaum Anshar menyambut kedatangan Muhammad?
maka jadikanlah kami seperti kaum Anshar
yang akan menyambut kemunculan Imam Mahdi-MU
Imam Mahdi-Mu adalah Satria-Mu yang bersembunyi (piningit)
Satria-Mu adalah sosok kebanggaan nabi kami

Ya… Allah
Engkaulah Tuhan Yang Esa dan Tunggal
Muhammad hanyalah hamba dan pesuruh-Mu
Dia Tidak tunggal, tidak esa dan tidak menyamai-Mu.
karena Imam Mahdi telah menggenapkan dia (Muhammad)
karena itulah sehingga engkau sangat merahasiakan
sosok dan jati diri Imam Al-Mahdi.

Ya… Allah
Janganlah Engkau takdirkan kami
sebagai orang yang mengingkarinya (Imam Mahdi)
karena kami tahu

Engkau pasti mempermalukan kami
Engkau pasti membuat kami menyesal
Engkau pasti menyiksa kami
Engkau pasti menghancurkan dan membinasakan kami.

Ya… Allah
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Berkehendak
maka jadilah semua Yang Engkau Kehendaki
Amin…

(syair-syair atau puisi di atas hanya ungkapan perasaan penulis. Cakra Ningrat tidak memiliki kemampuan untuk merangkai kata dan menuliskannya lebih dari itu).

Nabi Muhammad bersabda: Suatu pasukan dari ummatku akan datang dari negeri Syam ke Baitullah (Ka’bah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka (Hadits Riwayat Ahmad).

Negeri Syam adalah sebuah daerah yang terletak di timur laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan pegunungan Taurus. Negeri Syam merupakan tempat dari agama samawi yaitu Yudaisme, nasrani, dan islam. Menurut pandangan islam, negeri Syam adalah negeri “kebaikan.”

Nabi Muhammad bersabda: “Kebaikan pada negeri Syam.” Kami bertanya mengapa wahai Rasulullah? Beliau bersabda: “karena malaikat rahmah (pembawa kebaikan) mengembangkan sayap di atasnya.” (Hadits Riwayat Tirmizi).

Negeri Syam sebagaimana yang disebut pada hadits di atas tidak bisa ditafsirkan sebagai negara Libanon, Yordania, Palestina, atau Suriah, akan tetapi negeri “kebaikan” (Syam) adalah negeri yang memberangkatkan atau mengurus rakyatnya untuk pergi ke Baitullah melaksanakan ibadah haji di saat mana di waktu yang bersamaan ada pula Imam Mahdi bersama istrinya melaksanakan ibadah haji.

“Satu pasukan dari ummatku” maknanya adalah “Nafsu orang-orang yang melaksanakan ibadah haji.” Nafsu mereka (ummat Muhammad) mengejar “seorang laki-laki” yaitu Imam Mahdi. Akan tetapi “nafsu” tidak mengetahui bahwa Imam Mahdi berada di dekat ka’bah melakukan tawaf dan sa’i karena Imam Mahdi dijaga Allah dari mereka.

Berhaji adalah rukun islam yang ke lima. Wajib dilaksanakan setidaknya sekali dalam hidup bagi yang mampu. Bila Imam Mahdi sanggup berhaji berarti beliau memiliki kemampuan fisik (sehat) dan kemampuan finansial. Melaksanakan ibadah haji adalah melaksanakan ritual nabi Ibrahim. Ritual nabi Ibrahim sarat dengan nuansa gaib berkaitan dengan gangguan syetan dan jin. Di hampir semua tempat di kota suci Mekkah ada serombongan setan yang menunggu, tetapi tidak terbatas di Musdalifah dan Mina. Jauh sebelum Imam Mahdi berhaji, nabi Muhammad sudah mengetahui bila syetan-syetan akan menyerang Imam Mahdi secara berombongan dari semua arah bila beliau datang ke Mekkah.

Hadits-hadits nabi yang menggambarkan suasana ketika Imam Mahdi bersama istrinya melaksanakan ibadah haji.

  1. Nabi Muhammad bersabda: Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan makam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah (Hadits Riwayat Abu Dawud).
  2. Nabi Muhammad bersabda: Suatu kaum yang mempunyai jumlah dan kekuatan yang tidak berarti akan kembali ke baitullah (oleh penguasa) sekelompok tentara untuk mengejar mereka, sehingga apabila mereka telah sampai pada suatu padang pasir, maka mereka ditelan bumi (Hadits Riwayat Muslim)
  3. Nabi Muhammad bersabda: Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka’bah) maka diutuslah suatu utusan (oleh penguasa) untuk mengejarnya, dan ketika mereka telah sampai di suatu gurun pasir, maka mereka terbenam di telan bumi (Hadits Riwayat Muslim)
  4. Nabi Muhammad bersabda: Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bagian tengah pasukan itu akan ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan depan kepada pasukan bagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seorang yang selamat, yang akan mengabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka (Hadits Riwayat Muslim, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)
  5. Aisyah berkata: “Pada suatu hari tubuh Rasulullah bergetar dalam tidurnya. Lalu kami bertanya “Mengapa engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab “Akan terjadi sesuatu keanehan; yaitu bahwa sekelompok orang dari ummatku akan berangkat menuju Baitullah (Ka’bah) untuk memburu seorang laki-laki Quraisy yang pergi mengungsi ke Ka’bah. Sehingga apabila orang-orang tersebut telah sampai ke padang pasir, maka mereka ditelan bumi, kemudian kami bertanya: Bukankah di jalan padang pasir itu terdapat bermacam-macam orang? Beliau menjawab. Benar, di antara mereka yang ditelan bumi tersebut ada yang sengaja pergi untuk berperang, dan ada pula yang dipaksa untuk berperang, sedang ada pula orang yang sedang berada dalam suatu perjalanan, akan tetapi mereka binasa dalam suatu waktu dan tempat yang sama. Sedangkan mereka berasal dari arah (niat) yang berbeda-beda. Kemudian Allah SWT akan membangkitkan mereka pada hari berbangkit, menurut niat mereka masing-masing (Hadits Riwayat Muslim).

Hadits-hadits yang kami kemukakan di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah, akan tetapi dimaknai dalam konteks “serangan gaib” kepada Imam Mahdi saat beliau berhaji sekaligus mengunjungi negeri dan kampung halaman nabi Muhammad.

PERPECAHAN
Nabi Muhammad bersabda: “Kaum Yahudi telah terpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, sedangkan kaum nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, adapun ummatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Kesemuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja yang selamat.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ahmad).

Hadits di atas menyebut kata “kaum” dan bukan agama. Kaum diartikan sebagai “golongan orang-orang” (suku, bangsa, sanak saudara, kerabat, orang yang sekerja, sepaham). Ummat islam khususnya, banyak terjebak dengan hadits di atas. Mereka menganggap golongannya saja yang benar, sehingga ummat islam terpecah berkeping-keping dengan berbagai macam mashab, aliran, dan sekte-sekte. Sama halnya dengan ummat Yahudi dan nasrani, mereka terpecah dengan berbagai macam golongan. Masing-masing memberi atau melakukan klaim sepihak bahwa golongannya saja yang benar tanpa memiliki dasar hukum yang benar.

Cakra Ningrat berpendapat; hanya satu golongan yang selamat yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah golongan orang-orang yang mengikuti Imam Mahdi. Imam Mahdi tidak membawa ajaran agama. Imam Mahdi hanya berjalan di atas jalan yang benar, jalan yang dibenarkan oleh semua agama-agama, yaitu jalan menuju Tuhan Yang Satu (Maha Esa).

JANJI KEMENANGAN
Nabi Muhammad bersabda: “Kalian perangi Jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian Persia (Iran) dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum (Romawi) dan Allah berikan kemenangan.” (Hadits Riwayat Muslim).

Hadits di atas menggunakan kata “kalian.” Kalian diartikan sebagai “kita semua” termasuk penulis dan pembaca artikel ini, baik yang beragama islam maupun nasrani dan pemeluk agama lainnya. Bila ingin diselamatkan di dunia dan di akhirat maka ikutlah pada Imam Mahdi. Jadilah pengikut Imam Mahdi. Untuk ikut Imam Mahdi maka berperanglah. Perang yang dimaksud oleh hadits di atas bukan perang dengan memanggul senjata dan membunuh orang yang tidak berdosa, akan tetapi berperang melawan diri kita sendiri.

Penafsiran hadits di atas dapat kami uraikan sebagai berikut.
a. Jazirah Arab.
Jazirah Arab adalah sebuah Jazirah (semenanjung besar) di Asia Barat Daya pada persimpangan Afrika dan Asia. Secara politik, yang masuk Jazirah Arab adalah Arab Saudi yang merupakan tempat kota suci Mekkah dan Madinah. Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Bahrain. Secara umum penduduk Jazirah Arab beragama islam (sunni) sama halnya dengan muslim Indonesia penganut ahlussunnah wal jamaah (sunni).
Keselamatan kalian tidak ditentukan karena kalian golongan sunni, akan tetapi keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal, maka Allah akan beri kalian kemenangan.
b. Persia
Kekaisaran Persia adalah sejumlah kekaisaran yang berkuasa di Dataran Tinggi Iran, tanah air bangsa Persia dan sekitarnya termasuk Asia Barat, Asia Tengah dan Kaukasus. Persia identik dengan Republik Islam Iran. Umumnya bangsa Persia adalah muslim syi’ah.
Keselamatan kalian tidak ditentukan karena kalian golongan syi’ah, akan tetapi keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal, maka Allah akan beri kalian kemenangan.
c. Rum (Roma)
Roma adalah ibu kota Italia, ibu kota propinsi Roma dan juga ibu kota daerah lazio. Kota ini terletak di hilir sungai Tibet, dekat laut tengah. Di dalam wilayah kota Roma ada daerah kantong (enklave) berdaulat disebut Vatikan. Vatikan adalah Pusat Gereja Katolik dengan pemimpin negara Sri Paus.
Keselamatan kalian tidak ditentukan karena kalian nasrani (katolik, kristen, protestan), akan tetapi keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal, maka Allah akan beri kalian kemenangan.
d. Dajjal bukan hanya musuh ummat islam dan nasrani, akan tetapi musuh ummat manusia. Apa pun agama, apa pun aliran dan kepercayaan kalian, akan tetapi bukan agama, aliran, dan kepercayaan kalian yang akan membawa keselamatan pada diri kalian. Keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal maka Allah akan memberimu kemenangan.

Dari penafsiran di atas maka secara implisit dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya nabi Muhammad akan berlepas tangan dan tidak menjamin keselamatan ummat islam oleh karena Tuhan memperlakukan semua manusia “sama” dihadapan-Nya, sebagaimana firman-Nya di dalam alqur’an surah Al Hajj ayat 17 sbb:

Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Sabi’in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (QS. 22:17)

Firman di atas tidak menyebut kata “agama” akan tetapi menggunakan kata “orang-orang.” Orang-orang adalah sekelompok orang yang dapat diartikan sebagai “kaum” sebagaimana hadits nabi yang menggunakan kata “kaum.” Hadits nabi tidak akan mungkin bertentangan dengan alqur’an kecuali penafsir yang membuatnya bertentangan. Untuk lebih memperjelasnya kembali kami kutip hadits tersebut:

Nabi Muhammad bersabda: “Kaum Yahudi telah terpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, sedangkan kaum nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, adapun ummatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Kesemuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja yang selamat.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ahmad).

Kata “ummatku” pada hadits di atas memiliki konotasi ambigu, yang bisa diartikan ummat islam saja dan bisa juga diartikan golongan ummat yang lebih luas lagi yaitu: orang-orang islam, orang-orang shabi’in, orang-orang majusi dan orang-orang musyrik.

Dalam surah al baqarah ayat 62, Tuhan Semesta Alam berfirman “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. 2:62).

Sebutan untuk orang-orang yang beriman dalam bahasa Arab disebut orang-orang mukmin. Secara etimologisnya berarti “percaya.” Perkataan iman berasal dari kata kerja “aamana yukminu” yang berarti percaya atau membenarkan. Iman bukan hanya milik ummat islam karena ummat agama lain juga memiliki iman. Dalam bahasa Yunani, iman juga disebut “pisti” yang secara etimologisnya adalah rasa percaya pada Tuhan.

Penulis tidak mengetahui kenapa Tuhan tidak menyebut dalam ayat 22:17 dan 2:62 “orang-orang islam.” Tuhan menggunakan frasa “orang-orang beriman (mukmin)” yang secara generatif tidak bisa diartikan orang-orang islam. Frasa “orang-orang beriman” bisa mengakomodir seluruh orang-orang yang tidak disebutkan dalam ayat tersebut seperti orang hindu, orang buddha, orang Kong Hu Chu, orang Shinto dan lain-lain. Dalam dua ayat yang berbeda, Tuhan dua kali menyebut “orang-orang shabi’in.”

Shabi’in adalah orang-orang yang mengikuti syariat nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa. Kedudukan hukumnya menjadi sangat jelas bahwa orang Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu, Shinto, dan agama-agama kuno lainnya terakomodir dalam kata “shabi’in” sebab mereka adalah orang-orang yang beriman juga.

Majusi adalah orang-orang yang beragama zoroaster di Persia Kuno yang kini dikenal dengan nama Iran. Nabi mereka bernama Zarathustra (zoroaster) hidup pada 618 SM. Dia menyebut Cahaya Tuhan sebagai Ahura Mazda. Orang Majusi adalah orang pertama yang mengetahui kelahiran nabi Isa as (Yesus Kristus). Sejak agama islam berkembang di Iran, pemeluk agama ini menyingkir ke Bombay-India. Mereka dikenal sebagai orang-orang Parsi. Agama ini masih ada hingga saat ini meski pemeluknya paling kecil di dunia.

Musyrik menurut syariat islam adalah perbuatan mempersekutukan Allah dengan apapun. Kemusyrikan secara personal dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran selain ajaran Allah secara sadar dan suka rela.

“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi’in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (QS. 22:17)

Ummat islam terjebak dalam fatamorgana imaginatif mereka sendiri. Tanpa mereka sadari, terkadang mereka selalu mendahului kehendak Tuhan. Begitu mudahnya mereka menyebut dirinya saja yang paling benar dan agama lainnya salah. Betapa entengnya mulut mereka menyebut kata “kafir” atau “musyrik” sementara mereka sendiri tidak memahami hakikat dari kedua kata-kata itu. Tidak ada manusia yang beriman (percaya) kepada Tuhan yang pantas dikatakan kafir. Ketahuilah, sesungguhnya yang pantas dan layak untuk disebut kafir hanya satu. Dialah Ad-Dajjal.

Agama islam adalah agama yang di awal perkembangannya senantiasa diwarnai dengan peperangan. Doktrin-doktrin islam, baik yang terdapat dalam alqur’an maupun hadits-hadits nabi dianggap cukup dapat membangkitkan heroisme di dalam diri ummat islam. Hikmah dari semua itu adalah “Tuhan mempersiapkan kita melawan “DAJJAL.” Dajjal mengingkari alqur’an, karena itu Dajjal tidak gentar terhadap bacaan alqur’an. Perangilah Dajjal maka Allah akan memberimu kemenangan!.

DEFENISI DAJJAL
Nabi Muhammad bersabda: Tidak ada seorang nabi pun kecuali telah memperingatkan ummatnya tentang Dajjal yang buta sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwa Dajjal buta sebelah matanya, sedangkan Allah tidaklah buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya “kafir” (yang mampu dibaca oleh setiap muslim).

Dajjal (bahasa Arab: ad-Dajjal) dalam iman islam diyakini sebagai seorang tokoh yang akan muncul menjelang akhir zaman. Dajjal disebut kafir (mengingkari Tuhan) dan jahat, pembawa fitnah dan seorang pecak (buta sebelah matanya). Secara etimologi lafadz ad-Dajjal diambil dari perkataan orang Arab, maknanya adalah dicat dengan tertutupi dan menutupi dengannya. Dalam kata ad-Dajjal berarti “mencampuradukkan” yang maknanya merancukan dan mengaduk-aduk.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa defenisi ad-Dajjal adalah: yang mencampuradukkan yang hak dan yang batil (benar dan salah) kemudian merancukan dan mengaduk-aduknya lalu menutupi dengannya maka tertutupilah kebenaran.

DEFENISI AL-MASIH ad-DAJJAL
Almasih ad Dajjal adalah sebutan yang ditujukan kepada seorang penyamar atau seorang pembohong yang mengakui dirinya sebagai nabi atau Imam Mahdi atau Mesiah atau Satrio Piningit, atau Satria Pinandito atau Joko Lelono atau Buddha Matteya atau Kalki.

Almasih ad Dajjal adalah nabi palsu, Imam Mahdi palsu, Mesiah palsu, Satrio Piningit palsu, Satria Pinanditho palsu, Joko Lelono palsu, Buddha Matteya palsu, dan Kalki yang palsu.

Sejatinya Imam Mahdi, Mesiah (ALMASIH), Satrio Piningit, Satria Pinanditho, Joko Lelono, Buddha Matteya dan Kalki maka dia tidak akan mungkin menyebut dirinya atau mengakui dirinya sebelum Tuhan memperlihatkan keajaiban langit kepada seluruh ummat manusia dan mempersaksikannya. Dia hanya satu wujud dalam banyak nama. Satu wujud dalam banyak gelar. Satu wujud dalam banyak julukan.

CIRI-CIRI AL MASIH AD-DAJJAL
Apabila anda bertemu seseorang yang memiliki bentuk phisik yang sempurna (laki-laki atau perempuan) kemudian orang itu mengakui dirinya sebagai Imam Mahdi atau Mesiah (Almasih) atau Satrio Piningit atau Satrio Pinandhito atau Joko Lelono atau Buddha Matteya atau Kalki maka ketahuilah sesungguhnya di dalam wujud phisik yang sempurna bersembunyi sosok seperti Hadits berikut ini:

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya Al Masih Ad Dajjal seorang laki-laki pendek, berkaki bengkok, keriting rambutnya, buta sebelah matanya, dan matanya kabur tidak menonjol dan tidak cekung, jika ia memperdayai kalian maka ketahuilah Tuhan kalian tidaklah buta sebelah.” (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud).

USIA DAJJAL
Nabi Muhammad bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan telah memperingatkan ummatnya tentang Dajjal, dan nabi Nuh telah memperingatkan hal itu kepada ummatnya, juga para nabi yang datang sesudahnya.” (Hadits Riwayat Ahmad).

Berdasarkan hadits di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa usia Dajjal lebih tua dari nabi Nuh alaihisslam. Pertanyaannya siapakah dia?

DAJJAL KETURUNAN ADAM
Nabi Muhammad bersabda: “Ayah dan ibu Dajjal itu melewati perkawinannya selama 30 tahun tanpa melahirkan satu anak pun. Kemudian lahirlah dari mereka seorang anak laki-laki yang buta sebelah matanya. Ia menjadi orang yang paling berbahaya dan paling sedikit manfaatnya (bagi kedua orang tuanya dan bagi ummat manusia). Kedua matanya tertidur tetapi hatinya tetap terjaga.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad).

Pertanyaannya siapakah Dajjal? Ada pendapat yang menyatakan Dajjal adalah manusia dari bani Adam. Sebagian ulama menyatakan Dajjal adalah setan. Sebagian lagi mengatakan bapaknya manusia, ibunya dari bangsa jin. Dajjal butuh makan dan minum oleh karena itu nabi Isa alaihissalam membunuhnya dengan cara membunuh manusia biasa.

Cakra Ningrat berpendapat: Dajjal adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Qabil (Kain) yang bernama Lamekh yang mati tenggelam di saat terjadinya “banjir semesta” di masa nabi Nuh alaihissalam. Pendapat ini sesuai dengan hadits nabi Muhammad di atas “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan telah memperingatkan ummatnya tentang Dajjal, dan nabi Nuh telah memperingatkan hal itu kepada ummatnya, juga para nabi yang datang sesudahnya.” (Hadits Riwayat Ahmad). Dari hadits tersebut dapat dipertegas bahwa nabi Nuh mengenal Lamekh. Nuh adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Set, putra Adam yang ke tiga.

Untuk mengetahui silsilah nabi Adam kita bisa melihat perjanjian lama yang ditulis oleh nabi Musa alaihissalam.

Dalam Kitab Kejadian 4:17-24 sebagai berikut:
Kain bersetubuh dengan istrinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh, kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya. Bagi Henokh lahirlah Irad, dan Irad itu memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael memperanakkan Metusael dan Metusael memperanakkan Lamekh. Lamekh mengambil istri dua orang, yang satu namanya Ada dan yang satu namanya Zila. Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam di dalam kemah dan memelihara ternak. Nama adiknya Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. Zila juga melahirkan seorang anak, yakni Tubal Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi. Adik perempuan Tubal Kain adalah Naama. Berkatalah Lamekh kepada kedua istrinya itu:

“ Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku:
hai istri-istri Lamekh, pasanglah
telingamu kepada perkataanku ini:
Aku telah membunuh seorang laki-laki
karena ia melukai aku,
membunuh seorang muda karena
ia memukul aku sampai bengkak;
sebab jika Kain harus dibalaskan
tujuh kali lipat
maka Lamekh tujuh puluh tujuh
kali lipat.”

Kain (Qabil) membunuh Habel (Habil) dibalas tujuh kali sedangkan Lamekh membunuh orang muda dibalas tujuh puluh tujuh kali. Lamekh marah. Lamekh dendam dan benci kepada Tuhan.

Anak ketiga Adam bernama Set sebagai pengganti Habel (Habil) yang telah dibunuh oleh Kain (Qabil). Set memperanakkan Enos, selanjutnya pada generasi ke enam bernama Henokh. Dalam agama islam, Henokh dikenal dengan nama nabi Idris alaihissalam. Generasi keempat dari Henokh (Idris) atau generasi ke sepuluh dari Adam adalah Nabi Nuh alaihissalam.

Banjir semesta terjadi di masa nabi Nuh. Nabi Nuh selamat bersama putranya, sementara Lamekh bersama istri-istri dan anak-anaknya mati tenggelam. Dendam Lamekh kepada Tuhan semakin membara.

Nuh memiliki tiga orang putra, yakni Sem (Sam), Ham, dan Yafet. Dari ketiga orang inilah anak-cucu Adam dapat beranak pinak dan berkembang biak menguasai dunia nyata. Adapun yang menguasai alam barzah (gaib) adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Kain (Qabil) yaitu Lamekh.

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya Dajjal tidak bisa memiliki keturunan.” (Hadits Riwayat Muslim).

Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa Lamekh (Dajjal) memang sudah tidak bisa lagi menambah keturunan sebab dia adalah manusia yang sudah meninggal. Dia manusia pertama yang mengisi alam barzah. Dia penguasa alam itu. Dialah penguasa kegelapan. Dalam iman Kristiani, Dajjal dikenal sebagai ANTIKRISTUS.

Ummat islam sudah lama mengenal nama Dajjal, akan tetapi mereka tidak tahu dari mana asal muasal sosok tersebut. Sama halnya dengan ummat kristiani juga sudah lama mengenal frasa Antikristus, akan tetapi mereka juga tidak tahu dari mana asal muasal gelar itu. Sesungguhnya Dajjal dan Antikristus adalah Lamekh. Lamekh memiliki dua orang istri dan empat orang anak, tiga anaknya laki-laki dan satu perempuan. Tidak satu pun manusia yang dapat lepas dari pengaruh Dajjal dan Antikristus.

Nabi Muhammad bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada makhluk di muka bumi ini sejak Allah menciptakan Adam sampai hari kiamat yang fitnahnya lebih besar dari pada Dajjal.” (Hadits Riwayat Muslim).

Wahai ummat muslim sedunia, apabila ada yang menganggap dirinya dan mengakui dirinya serta telah memproklamirkan dirinya sebagai Imam Mahdi, nabi Isa Almasih (Mesiah), Buddha Matteyya, Dewa Kalki, Satrio Piningit, Satrio Pinanditho, dan Joko Lelono, maka ketahuilah bahwasanya kalian telah menebar fitnah yang tidak benar. Kalian adalah pengikut Dajjal. Kalianlah yang bergelar Almasih Ad Dajjal. Berapapun besarnya jumlah kalian.

ANTIKRISTUS
Sebagaimana yang telah kami kemukakan sebelumnya bahwa kata Dajjal tidak dikenal dalam alqur’an. Ummat islam mengetahui Dajjal dari hadits nabi Muhammad. Sama halnya dengan Antikristus, gelar itu tidak pernah disebut secara langsung oleh Yesus Kristus (nabi Isa Almasih) semasa hidupnya. Antikristus pertama kali disebut oleh rasul Paulus. Alqur’an mengakui rasul Paulus sebagai Ahlil Kitab.

1. Yohannes 18-19.
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk kepada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.

1. Yohannes 2:22
Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.

1. Yohannes 4:3
Dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini dia sudah ada di dalam dunia.

2. Yohannes 1:7
Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.

Sebagaimana 1. Yohannes 4:3 disebutkan: “…dan sekarang ini dia sudah ada di dalam dunia.” Yang dimaksud dengan kalimat “sekarang ini dia sudah ada di dalam dunia” adalah Lamekh. Dia itulah yang dimaksud SI PENDUSTA. Lamekh adalah manusia, generasi ketujuh Adam dari garis keturunan Kain. Lamekh meninggal saat banjir semesta di masa Nuh. Roh Lamekh disebut tidak berasal dari Allah, karena dia benci, marah, dan dendam kepada Allah. Roh Lamekh adalah roh Antikristus Sang Pendusta.

Wahai seluruh ummat kristen sedunia, berhati-hatilah dan waspada oleh karena Yohannes telah mengingatkan kita bahwa Antikristus berada di antara ummat kristiani sendiri. Banyak di antara kalian (ummat kristen) adalah Antikristus.

Ummat kristiani akan menolak pendapat ini sebab mereka beranggapan bahwa selama ini mereka adalah orang-orang yang beriman dan percaya kepada Yesus Kristus. Akan tetapi jika dikatakan Imam Mahdi adalah Yesus Kristus, apakah kalian dapat menerimanya? Jika kalian menolak pendapat ini maka kalian itulah yang dimaksud oleh Yohannes sebagai Antikristus yang berada di antara kita. Anda adalah Maseas palsu. Sang pendusta.

Kepada ummat islam yang menerima Imam Mahdi tapi menolak Yesus Kristus, atau masih mempertentangkan Yesus Kristus dengan Isa Almasih maka ketahuilah bahwa roh Dajjal ada di dalam diri kalian. Andalah yang bergelar Almasih ad Dajjal. Dajjal memakai diri kalian tanpa kalian sadari untuk menebar fitnah.

(Cakra Ningrat akan menulis artikel khusus tentang Isa adalah Yesus Kristus dan Yesus adalah Isa dengan satu pemikiran, jika Al Mahdi diislahkan (didamaikan) oleh Allah dalam satu malam, maka ummat islam dan ummat kristen pasti akan didamaikan juga. Tinggal menunggu waktu saja).

BUTA SEBELAH
Nabi Muhammad bersabda: Tiadalah Allah mengutus seorang nabi pun kecuali pasti para nabi itu telah mengingatkan ummatnya akan orang yang buta sebelah dan sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah. (Hadits Riwayat Buhari, Muslim).

Kita tidak bisa menafsirkan “buta sebelah” secara harfiah bahwa yang dimaksud dengan “buta sebelah” adalah mata lahiriahnya atau mata jasadnya. Para sahabat berkata: Dajjal ini lebih menyerupai Ibnu Qathan, laki-laki dari Khuza’ah (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: Jika dia (Ibnu Qatham) memang Dajjal maka engkau tidak akan pernah bisa membunuhnya. (HR. Muslim).

Dari hadits di atas dapat disebutkan bahwa buta sebelah tidak bisa diartikan secara fisik (jasad) oleh karena Tuhan Semesta Alam telah memberi karunia besar kepada ummat manusia berupa dua mata yang lain. Kedua mata tersebut adalah MATA HATI DAN JIWA serta MATA AKAL DAN FIKIRAN.

Mata Hati dan Jiwa memiliki arti yang sangat luas, akan tetapi tidak terbatas pada iman dan kepercayaan seseorang terhadap agama yang dianutnya.

Mata Hati dan Jiwa berkaitan juga dengan semua hal yang berhubungan dengan perasaan emosional dan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi psikologi seseorang.

Mata Akal dan Fikiran adalah mata manusia dalam arti yang luas tetapi tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat eksakta atau yang bersifat kongkrit yang dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan atau analisis serta dapat dibuktikan kebenarannya dengan pasti.

Sebagai ummat yang beragama (kristen dan islam) pada hakekatnya kita menerima agama kita hanya sebatas pada KEYAKINAN. Kita menerima keyakinan itu dalam bentuk dogma agama. Dogma dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua penganut agama tersebut. Sebagai unsur dasar dari agama, istilah dogma diberikan kepada ajaran-ajaran yang dianggap telah terbukti baik, sedemikian rupa sehingga usul bantahan atau revisinya berarti bahwa orang itu tidak menerima lagi agama tersebut sebagai agamanya sendiri, atau ia mengalami keragu-raguan pribadi. Penolakan terhadap dogma berarti dianggap sebagai ajaran sesat. Dogma di dalam islam dikandung dalam aqidah islamiyah.

Cakra Ningrat berpendapat; manusia yang mempercayai Tuhan berdasarkan dogma agamanya maka manusia itulah yang disebut dengan Bermata Satu oleh karena mereka hanya menerima Tuhan hanya berdasarkan keyakinan semata. Mereka meraba-raba Tuhan dengan menggunakan satu penglihatan yaitu hanya menggunakan mata hati dan jiwanya, atau meyakini Tuhan hanya dengan satu penglihatan dianggap sama saja dengan meraba-raba atau menerka-nerka atau menebak-nebak dalam kegelapan. Kebenaran yang diyakini dalam kegelapan adalah sebuah kebenaran yang tidak memiliki kepastian hukum. Mereka yang menerima Tuhan dengan hanya sebelah mata memiliki potensi yang cukup besar dan sangat berpeluang untuk disebut sebagai Almasih ad Dajjal atau Antikristus.

Nabi Muhammad bersabda: Aku benar-benar akan memperingatkan kalian tentang Dajjal. Tidak ada seorang nabi melainkan ia pernah memperingatkan kaumnya tentang masalah tersebut. Tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelumku. Dia itu (Dajjal) picak sedangkan Allah tidaklah picak (Hadits Riwayat Bukhari).

Picak artinya “gepeng.” Suatu benda yang keadaannya tidak sempurna, contoh; ban pada kendaraan, bola, atau kepala yang tidak sempurna bentuknya sebutannya adalah “gepeng.” Dajjal itu “picak” artinya Allah ingin manusia menggunakan akal untuk memahami Tuhannya. Bila memahami Tuhan hanya sebatas keyakinan maka keyakinan itu dianggap “picak” atau tidak sempurna. Allah Maha Sempurna dan kita harus menerima dan memahami Tuhan dengan sempurna, baik dengan keyakinan kita maupun dengan akal fikiran kita. Sempurnanya sebuah keyakinan kepada Tuhan bilamana akal dan fikiran telah membenarkannya. Itulah kebenaran mutlak yang bersifat universal.

Nabi Muhammad bersabda: “Dajjal akan keluar dari bumi sebelah Timur yang disebut Khurasan. Dajjal akan diikuti oleh kaum yang wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit.” (Hadits Riwayat Tirmidzi).

Hadits di atas tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalimat “wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit” bermakna orang-orang yang akal fikirannya tertutup. Wajah orang-orang itu diibaratkan seperti tameng yang dilapisi kulit. Mereka yang tidak menggunakan akal dan fikirannya dalam memahami Tuhan, itulah yang disebut sebagai pengikut-pengikut Dajjal.

Nabi Muhammad bersabda: “Akan muncul sekelompok pemuda yang (pandai) membaca Alqur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka. Setiap kali keluar sekelompok mereka, maka akan tertumpas sehingga muncul Dajjal di tengah-tengah mereka.” (HR. Ibnu Majah).

Hadits di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah. Pemuda yang pandai membaca Alqur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka maknanya adalah pemuda yang hanya meyakini Alqur’an. Keyakinan mereka hanya sebatas dada, tidak melewati tenggorokan mereka artinya tidak sampai ke atas kepala menyebabkan mereka tidak memahami Alqur’an dengan akal fikirannya.

Sebutan “pemuda” pada hadits di atas bukan dalam konteks usia muda, akan tetapi lebih dimaksudkan pada “kuatnya keyakinan ummat islam kepada kebenaran alqur’an.” Betapapun kuatnya keyakinan itu, bila ummat islam tidak menggunakan akal fikirannya untuk memahaminya maka dipastikan Dajjal akan hadir di tengah-tengah mereka. Satu-satunya cara untuk memproteksi (melindungi) diri dari hasutan fitnah Dajjal adalah “gunakan akal fikiran anda dalam memahami Tuhan.” Kelemahan Dajjal hanya satu yaitu “Dajjal tidak memiliki akal dan fikiran.” Senjata kita hanya satu, “Akal dan fikiran.” Gunakanlah senjata itu.

Nabi Muhammad bersabda: “Tidak ada satu negeri pun, melainkan semua diinjak oleh Dajjal, kecuali Mekkah dan Madinah. Semua jalan yang menuju ke sana dijaga dengan malaikat dengan berbaris. Maka berhentilah Dajjal di sebuah kebun (di pinggir kota Madinah). Madinah berguncang tiga kali maka keluarlah semua orang-orang kafir dan munafik dari kota Madinah menemui Dajjal.” (Hadits Riwayat Al Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah. Hadits di atas adalah contoh sebuah keyakinan yang dibenarkan oleh akal fikiran yaitu: Madinah dan Mekkah. Di Madinah terdapat Mesjid Nabawi (mesjid nabi) di dalam mesjid itu terdapat kuburan nabi Muhammad yang disebut Raodah. Bukti kuburan nabi dapat kita saksikan dan masih terpelihara sampai sekarang. Berdasarkan alat bukti (kuburan) tersebut maka akal dan fikiran kita membenarkannya. Karena akal dan fikiran sudah membenarkannya maka Dajjal tidak bisa masuk untuk menebar fitnah dan merubahnya.

Demikian halnya terhadap Mekkah. Di Mekkah terdapat Ka’bah. Ummat islam meyakini bahwa Ka’bah dibangun oleh nabi Ibrahim. Keyakinan ini dibenarkan oleh akal dan fikiran karena adanya bukti sejarah yaitu maqam nabi Ibrahim. Dajjal tidak bisa mengubahnya dengan menebar fitnah oleh karena akal fikiran telah membenarkan berdasarkan bukti bekas telapak kaki orang yang membangunnya (nabi Ibrahim).

DAJJAL BERADA DI INDONESIA
Nabi Muhammad bersabda: “Ketahuilah bahwa dia (Dajjal) berada di Laut Syam atau Laut Yaman. Oh tidak, bahkan ia datang dari arah timur. Apa itu dari arah timur? Apa itu dari arah timur……. Dan beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah timur.” (Hadits Riwayat Muslim).

Cakra Ningrat berpendapat: Arah timur yang ditunjuk oleh nabi adalah negeri kita Indonesia. Keyakinan ini berdasarkan bukti yang ada bahwa jumlah pemeluk agama islam terbanyak di dunia adalah Indonesia. Bila Imam Mahdi / Masseas ada di Indonesia, dipastikan Dajjal juga berada di Indonesia.

TAMIM ad Daari
Diriwayatkan dari Fatimah binti Qais bahwa Rasulullah menceritakan kisah Tamim ad Daari tersebut dan pengalamannya di tengah lautan ketika bertemu dengan sesosok makhluk yang terbelenggu. Rasulullah membenarkan kisah Tamim ad Daari tersebut adalah Dajjal yang keluar di akhir zaman. Di dalam kisah tersebut disebutkan bahwa Dajjal berkata: “…maka aku akan keluar dan mengelilingi dunia. Tidak ada satupun daerah kecuali aku masuki dalam waktu 40 malam, kecuali Makkah dan Thoyyibah (nama lain Madinah), karena keduanya diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki salah satunya, maka akan dihalangi malaikat-malaikat yang di tangan-tangan mereka tergenggam pedang-pedang terhunus menghalangku dari keduanya…” maka Rasulullah mengatakan sambil menunjuk tongkat ke tanah “Inilah yang dimaksud Thoyibah (2x), inilah yang disebut sebagai Thoyibah yakni Al Madinah. Bukankah aku pernah mengatakannya kepada kalian?” maka manusia menjawab: “Ya!” Rasulullah pun bersabda: “Sungguh sangat mengagumkan aku berita dari Tamim ad Daari ini, sesungguhnya ia cocok dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Makkah. Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) ada di Laut Syam atau Laut Yaman. Tidak! Bahkan di arah Timur, bahkan di arah Masyriq sambil mengisyaratkan dengan tangannya ke arah Timur (Hadits Riwayat Muslim).

Tamim bin Aws ad-Dari, awalnya adalah seorang pendeta Nasrani, ia tinggal di selatan Palestina dan daerah tersebut dikuasai oleh Bani al-Dar. Pertemuan pertama dengan nabi Muhammad saat ia memimpin sepuluh delegasi Bani al Dar, lalu nabi memberinya sebagian pendapatan tanah yang telah di taklukkan pihak Muslim di pertempuran Khaybar. Al Dari kemudian memeluk islam dan tinggal di Madinah. Tamim ad Daari dikenal sebagai narator pertama untuk cerita-cerita islam termasuk tentang Dajjal sebagaimana hadits di atas.

Ada beberapa kelompok islam menyebut dirinya sebagai Bani Tamim dengan identitas bendera atau Panji Hitam. Mereka siap berjihad untuk berperang membantu Imam Mahdi melawan Dajjal dan musuh-musuh islam. Tidak berlebih-lebihan jika dikatakan siapapun yang mengakui kelompoknya Bani Tamim maka kita dapat menyebut kelompok itu terjebak dengan narasi Tamim ad Daari. Tidak ada yang memahami persoalan Dajjal kecuali Imam Mahdi sendiri. Nabi Muhammad saja tidak mengetahui secara persis dimana munculnya, akan tetapi dengan isyarat-isyarat tangannya yang selalu menunjuk ke arah timur semakin menguatkan dugaan kita bahwa beliau menunjuk Indonesia.

Nabi Muhammad bersabda: Dajjal akan turun dari daerah dataran yang bergaram yang bernama Marriqanah. Maka yang banyak mengikutinya adalah para wanita, sampai seorang laki-laki pulang ke rumahnya menemui istrinya, ibu, dan anak perempuan serta saudara perempuan dan bibinya kemudian mereka ikat karena khawatir kalau-kalau keluar rumah menemui Dajjal dan mengikutinya. (Hadits Riwayat Ahmad)

WANITA
Kita tidak dapat mengetahui daerah mana yang dimaksud Marriqanah. Apakah sebutan Marriqanah sama dengan sebutan Amriqanah (bahasa Arab) untuk menyebut sebuah negara Amerika? Jika dugaan penulis benar maka bukan Amerikanya yang perlu kita kaji secara mendalam tapi “siapa” yang berada di balik Amerika. Yang berada di belakang Amerika adalah “Yahudi.”

Yahudi adalah sebuah suku dari dua belas suku yang pernah ada dari garis keturunan Yehuda putra nabi Yakub alaihissalam. Karena Yehuda memiliki keturunanan yang paling banyak maka seluruh keturunan Israil (nabi Yakub) mengacu pada sebutan “Yahudi.” Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa.

Agama Yahudi menepis seluruh keyakinan islam dan kristen tentang Dajjal dan Antikristus. Yahudi tidak mengakui Yesus Kristus (Isa Almasih) sebagai Mesiah. Ummat Yahudi berkeyakinan, Mesiah adalah Raja dan nanti akan muncul untuk membangun kembali Bait Allah yang didirikan oleh Raja Salomo (nabi Sulaiman). Semua Yahudi yang hidup di pembuangan kembali ke Israil untuk dipimpin oleh Raja Mesiah. Israil akan menjadi pusat kerajaan Allah dimana Allah sendiri duduk sebagai Raja, yang secara unik dipegang oleh Mesiah.

Entitas suku bangsa dan agama Yahudi dikenal sangat kuat memegang teguh keyakinan bahwa golongan merekalah yang paling diberi kemuliaan dan diberkati Allah. Yudaisme umumnya memandang Yesus sebagai salah satu dari sekian banyak Mesiah palsu yang muncul dalam sejarah. Yesus dianggap sebagai yang paling berpengaruh dan paling banyak membuat kerusakan di antara semua Mesiah-Mesiah palsu yang tercatat dalam sejarah Yahudi.

Oleh karena orang Yahudi tidak segan-segan menyebut Yesus Kristus sebagai Messiah palsu maka orang-orang kristen tidak usah ragu untuk mengatakan bahwa orang-orang Yahudi adalah Antikristus. Kebanyakan ummat islam mengambil sikap tegas dengan mengatakan Yahudi adalah ad Dajjal.

Saling tuduh-menuduh antara Yahudi, Kristen, dan Islam terhadap permasalahan-permasalahan di ranah Gaib adalah sebuah bentuk permusuhan klasik yang sudah berjalan ribuan tahun. Karena akar masalahnya tentang Gaib (Allah) maka logis jika ummat kristen dan islam membutuhkan kehadiran seorang tokoh atau sosok yang meskipun sosok / tokoh itu gaib dimana ummat kristen dan ummat islam tidak melihatnya atau berjumpa dengannya akan tetapi kemunculannya sangat diharapkan untuk mengakhiri permusuhan ini. Namun sebelum tokoh / sosok itu muncul, manusia sangat membutuhkan adanya pencerahan pemikiran agar kita tidak berputar-putar dalam sebuah lorong bernama “kegelapan.”

Suku bangsa dan agama Yahudi tidak memasukkan “kehidupan syurga” dalam keimanan mereka. Tema sentral tujuan mereka adalah “kejayaan Israil” menguasai kehidupan manusia di dunia ini. Pemikiran Yahudi hanya semata-mata untuk kesenangan duniawi. Sangat beralasan jika nabi Muhammad mengatakan yang banyak mengikuti Dajjal adalah para wanita yaitu istri, ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan bibi kita karena wanita memiliki kecenderungan dalam kehidupan dunia yang penuh dengan perhiasan dan materi. Selain itu wanita juga memiliki kondisi emosional dalam bersikap saat mengambil keputusan, wanita selalu didominasi oleh perasaannya. Kelemahan-kelemahan wanita seperti ini selalu dimanfaatkan dan dieksploitasi oleh Dajjal dengan tujuan untuk menyesatkan mereka. Salah satu kesenangan wanita yang paling disukai Ad Dajjal adalah kegemarannya bergosip. Gosip adalah obrolan tentang orang lain, yang berhubungan dengan cerita negatif tentang seseorang atau pergunjingan. Terkadang pembicaraan gosip memberi ruang khusus kepada hal-hal yang berbau fitnah. Adalah menjadi kewajiban bagi laki-laki untuk membantu memberi penguatan kepada wanita dalam melawan pengaruh-pengaruh Dajjal oleh karena laki-laki memiliki potensi akal yang lebih bagus dalam memahami Tuhan.

YAHUDI
Nabi Muhammad bersabda: “Dajjal akan keluar dari Yahudiyah Ashbahan dan 70.000 orang Yahudi memakai mahkota akan menjadi pengikutnya. (Hadits Riwayat Ahmad).

Secara geografis Ashbahan terletak di provinsi Isfahan, Iran, tepatnya di sebelah barat provinsi Khurasan. Dalam provinsi Isfahan terdapat sebuah kota bernama Isfahan. Salah satu desa dalam kota Isfahan disebut Yahudiyyah karena penduduknya khusus orang Yahudi.

Nabi Muhammad bersabda: Para pengikut Dajjal adalah dari kelompok Yahudi, Isfahan, 70.000 orang memakai thayalisah (topi penutup kepala). (Hadits Riwayat Muslim).

Kedua hadits di atas tidak bisa diartikan secara harfiah bahwa Dajjal adalah sosok nyata, berperang secara nyata dengan memimpin pengikut sebanyak 70.000 orang Yahudi Ashbahan atau Isfahan. Dajjal adalah sosok gaib yang tidak dapat dilihat mata. Pengikutnya adalah manusia nyata yang memiliki sifat yang sama dengan sifat-sifat orang Yahudi. Orang Yahudi suka memfitnah orang lain, suka berdusta dan suka berbohong. Siapapun di antara kita yang suka memfitnah, berdusta dan suka berbohong, apapun suku dan bangsa kita, serta agama apapun yang kita anut jika memiliki ketiga sifat-sifat tersebut dapat disebut sebagai pengikut setia Dajjal.

Oleh karena Dajjal adalah sosok yang gaib bagi manusia maka lawan tangguh Dajjal adalah manusia yang nyata, akan tetapi manusia itu tidak diketahui oleh ummat manusia (gaib). Orang itu bergelar Imam Mahdi / Yesus Kristus (Isa Almasih). Dia ada di Indonesia namun kita tidak mungkin dapat mengetahui dimana keberadaannya, karena itulah sehingga leluhur kita menamakannya sebagai Satrio Piningit.

GORO-GORO
Leluhur kita telah memberi pegangan kepada kita bahwa sebelum Indonesia memasuki masa keemasannya di bawah kepemimpinan Satrio Piningit (Imam Mahdi / Yesus Kristus) yang bergelar Ratu Adil, maka Jawa (Indonesia dan Dunia) akan dilanda kerusuhan dan kesurupan massal yang disebut “Goro-Goro.” Goro-goro adalah suatu keadaan yang kacau balau karena bangkitnya arwah orang-orang yang sudah meninggal dunia.

Nabi Muhammad bersabda: “Keluarlah pada hari itu seorang yang terbaik di antara yang terbaik. Dia berkata “Aku bersaksi engkau adalah Dajjal yang telah disampaikan kepada kami oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.” Dajjal berkata (kepada pengikutnya)” Apa pendapat kalian jika aku bunuh dia dan aku hidupkan kembali, apakah kalian masih ragu kepadaku?” Mereka berkata “Tidak” maka Dajjal membunuhnya dan menghidupkannya kembali…” (Hadits Riwayat Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Dajjal akan menggeregaji seseorang kemudian akan membangkitkannya kembali.” (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Dia datang kepada satu kaum mendakwahi mereka. Mereka pun beriman kepadanya, menerima dakwahnya. Maka Dajjal memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka turunlah hujan dan tumbuhlah tanaman…” (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Dia memilliki keledai yang ditungganginya, lebar antara dua telinganya 40 hasta.” (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad bersabda: “Sungguh Dajjal akan keluar dan bersamanya ada air dan api. Apa yang dilihat manusia air sebenarnya api yang membakar. Apa yang dilihat manusia api sesungguhnya adalah air minum dingin yang segar. Barang siapa di antara kalian yang mendapatinya, hendaknya memilih yang dilihatnya api, karena itu adalah air segar yang baik. (HR. Muslim)

Nabi Muhammad bersabda: “Di antara fitnah-fitnah Dajjal adalah bahwa bersamanya ada surga dan neraka. Padahal sesungguhnya nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka. Barang siapa mendapatkan cobaan dengan nerakanya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dan hendaknya ia membaca ayat-ayat di awal surah Al-Kahfi (HR. Majah).

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya bersama dia ada surga dan nerakanya, sungai dan air, serta gunung roti. Sesungguhnya surganya Dajjal adalah neraka dan nerakanya Dajjal adalah surga.” (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad bersabda: “Dia (Dajjal) mendatangi reruntuhan dan berkata: “Keluarkanlah perbendaharaanmu.” Maka keluarlah perbendaharaannya mengikuti Dajjal seperti sekelompok lebah.” (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Barang siapa yang mendengar tentang Dajjal hendaklah ia menjauh darinya. Demi Allah! Sesungguhnya ada seorang laki-laki akan mendatanginya dan ia menyangka dirinya beriman, lalu ia justru mengikutinya karena pengaruh syubhat (kerancuan yang membingungkan yang ditimbulkan Dajjal) (HR. Abu Dawud).

Nabi Muhammad bersabda: antara fitnah Dajjal adalah ia akan berkata pada orang-orang “Bagaimana menurutmu jika aku membangkitkan ayah dan ibumu lalu engkau bersaksi aku adalah Tuhanmu, apakah engkau mau?” “Iya mau,” jawab orang tersebut. Lalu dua setan menyerupai bentuk ayah dan ibunya lantas keduanya berkata “wahai anakku, ikutlah dia (yaitu Dajjal) karena dia adalah Rabbmu.” (HR. Ibnu Majah).

Hadits-hadits yang kami kemukakan di atas adalah suasana kebingungan manusia saat terjadinya goro-goro. Kebingungan mereka disebabkan karena telinga mereka mendengar begitu banyaknya suara-suara gaib yang entah darimana sumber bisikan itu. Semua yang dibisikkan dan diperdengarkan berisikan fitnah, dusta dan kebohongan-kebohongan tentang kebenaran. Dajjal bersama seluruh pembantu-pembantunya yaitu roh-roh orang mati yang tersesat, setan-setan, dan jin akan dibangkitkan untuk menipu dan menyesatkan semua manusia. Setan-setan akan bercakap-cakap dengan manusia.

Nabi Muhammad bersabda: “Di antara fitnah-fitnah Ad Dajjal adalah, bahwa bersamanya ada surga dan neraka. Padahal sesungguhnya neraka adalah surga dan surga adalah neraka. Barang siapa mendapatkan cobaan dengan nerakanya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dan kehendakilah ia membaca ayat-ayat di awal surah Al Kahfi.” (HR. Ibnu Majah).

AL-KAHFI
Yang dimaksud ayat-ayat di awal Surah Al-Kahfi sebagaimana yang disabdakan oleh nabi Muhammad adalah ayat 1 sampai 8, yang terjemahannya sebagai berikut:

  1. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;
  2. sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,
  3. mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
  4. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak.”
  5. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
  6. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).
  7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
  8. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.

Cakra Ningrat mengajak kepada seluruh pembaca khususnya warga setia blog SPTM agar menghayati dan mencermati, menganalisis dan mengkaji hakikat dan makna serta pesan-pesan Tuhan yang tersembunyi di balik ayat-ayat tersebut di atas untuk diambil sebuah hikmah dan pelajaran dengan menggunakan logika, akal, dan fikiran kita masing-masing. Sebagai ilustrasi kami contohkan hakikat, makna, dan pesan Tuhan yang tersembunyi di ayat ke 8 sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang rata lagi tandus.”

Pesan Tuhan yang tersirat pada ayat di atas hanya dapat kita ketahui bila kita menggunakan logika, akal, dan fikiran kita untuk menemukan hakikat dan maknanya yaitu:

    1. “Kami benar-benar akan menjadikan (pula)” maksudnya Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu akan menciptakan secara nyata (menjadikan) pula… “apa yang di atasnya” maksudnya adalah langit yang ada di atas kita sekarang. Langit akan runtuh bersamaan dengan runtuhnya tanah yang kita pijak sekarang ini.
    2. menjadi tanah yang rata lagi tandus.” Maksudnya langit akan menjadi tanah yang rata lagi tandus. Tanah yang rata lagi tandus namanya adalah PADANG MAHSYAR. Di Padang Mahsyar itulah Tuhan akan mengadili kita.

Pembaca dan ummat islam tidak dianjurkan untuk menghafal ayat 1-8 atau ayat pembuka Suratulkahfi oleh karena Dajjal bersama pengikut-pengikutnya sama sekali tidak takut apalagi gentar sedikitpun terhadap ayat-ayat atau bacaan alqur’an. Satu-satunya kekuatan kita adalah kekuatan logika, akal, dan fikiran kita sendiri. Kekuatan itu bersifat aksiomatik. Kekuatan yang kebal terhadap hasutan dan fitnah Dajjal. Kekuatan itu sebagai perlindungan diri dari segala macam tipu muslihat dan kebohongan Antikristus, Mesiah palsu, Ad Dajjal Sang Pendusta.

IMAM MAHDI ADALAH ISA (YESUS KRISTUS)
Nabi Muhammad bersabda: “Tidaklah ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus).” (HR. Ibnu Majah).

Ummat islam keliru jika menganggap Imam Mahdi dan Isa Ibnu Maryam dua sosok yang berbeda. Kekeliruan yang sama jika ummat islam menganggap Isa Ibnu Maryam dan Yesus Kristus dua tokoh yang berlainan. Imam Mahdi adalah Isa Ibnu Maryam (Isa Almasih). Isa Ibnu Maryam (Isa Almasih) adalah Yesus Kristus (Maseas) karena itu Imam Mahdi adalah Yesus Kristus (Maseas).

Nabi Muhammad bersabda: “Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) itulah Imam Mahdi,” (HR. Ibnu Majah)

CIRI-CIRI YESUS KRISTUS (ISA ALMASIH)
Nabi Muhammad bersabda: “Tidak ada seorang nabi antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun (dari langit), apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah; bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” (HR. Abu Dawud).

Bandingkan hadits di atas dengan hadits yang menggambarkan ciri-ciri Imam Mahdi berikut ini:
Nabi Muhammad bersabda: “Al-Mahdi berasal dari ummatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kehalifaan) berumur tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).

Dari kedua hadits di atas, kita tidak menemukan perbedaan, apalagi pertentangan terhadap ciri-ciri Imam Mahdi dan ciri-ciri Yesus Kristus (Isa). Kita mendapatkan kedua hadits di atas saling melengkapi dan menggenapkan. Berdasarkan kedua hadits di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri Imam Mahdi / Yesus Kristus (Isa) adalah:

“Seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung.”

Hadits menyebutkan: “Ia akan turun dengan dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” Tidak bisa ditafsirkan secara harfiah. Hadits tersebut seharusnya ditafsirkan seperti berikut ini:

“dua lapis pakaian” maksudnya pakaian pada lapis pertama adalah GAIB yang disebut Imam Mahdi dan pakaian pada lapis kedua adalah NYATA yang disebut Yesus Kristus (Isa Al Masih).

“yang dicelup dengan warna merah” warna merah diartikan sebagai “darah.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pakaian pada lapis pertama (Imam Mahdi) dan pakaian pada lapis kedua (Yesus Kristus / Isa Almasih) adalah satu sosok manusia yang hidup, memiliki darah dan darahnya berwarna “merah” sama seperti manusia lainnya.

Hadits menyebutkan “kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” Tidak bisa ditafsirkan secara harfiah. Penafsirannya harus tetap mengacu pada arti Mahdi dan hakikat kejadian Isa Almasih / Yesus Kristus.

Mahdi artinya: Orang yang mendapat petunjuk Allah. Hakikat kejadian Isa Almasih / Yesus Kristus adalah Ruhullah (Roh Allah) Kalimatullah (Kalimat Allah). “ kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah” makananya “Roh Allah (Ruhullah) berada di dalam kepalanya.”

Anak manusia itu sama dengan manusia lainnya. Di dalam kepala anak manusia itu ada Roh Allah (Ruhullah). Tuhan Semesta Alam memberi petunjuk, memberi perintah dan mengendalikan langsung anak manusia itu dengan perantaraan Roh Allah (Ruhullah) yang berada di dalam kepalanya sehingga segala perkataan-perkataan yang diucapkan anak manusia itu adalah firman Allah (kalimatullah) yaitu perkataan yang benar yang akan dibuktikan kebenarannya.

Berdasarkan ciri-ciri Imam Mahdi / Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) sebagaimana yang disampaikan oleh nabi Muhammad dalam dua haditsnya yaitu “Seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung”akan semakin memperkuat dugaan kita bahwa Imam Mahdi / Isa Ibnu Maryam / (Yesus Kristus) berada di sebelah Timur tepatnya di Indonesia. Setinggi-tinggi dan sebesar-besarnya laki-laki Indonesia bila dibandingkan dengan laki-laki Arab, Israil, Eropa, dan Afrika maka tetap saja laki-laki Indonesia berada dalam postur “berperawakan tubuh sedang.”

TANDA-TANDA KEMUNCULANNYA

a. Imam Mahdi
Nabi Muhammad bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenangan-wenangan dan kezaliman (HR. Ahmad).

b. Yesus Kristus / Isa Almasih
Dalam injil Markus 13:8
Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

Tanda kemunculan Imam Mahdi menurut hadits nabi Muhammad “ketika banyak terjadi perselisihan antar manusia dan gempa-gempa” memiliki kesamaan dengan tanda kedatangan (kemunculan) Yesus Kristus / Isa Almasih yaitu “bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan akan melawan kerajaan (banyak terjadi perselisihan antar manusia). Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat (gempa-gempa) dan akan ada kelaparan.”

Nabi Muhammad bersabda: Sekelompok dari ummatku akan tetap berperang dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat, sehingga turunlah Isa bin Maryam, maka berkatalah pemimpin mereka (Al Mahdi): “kemarilah dan imamilah shalat kami.” Ia menjawab; “Tidak, sesungguhnya kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai satu kemuliaan yang diberikan Allah kepada ummat ini (ummat islam).” (HR. Muslim dan Ahmad).

Tiba-tiba Isa sudah berada di antara mereka dan dikumandangkanlah shalat, maka dikatakan kepadanya, majulah kamu (menjadi imam shalat) wahai Ruh Allah.” Ia menjawab: “Hendaklah yang maju itu pemimpin kamu dan hendaklah ia yang mengimami shalat kamu.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Menurut pandangan islam, hal pertama yang dilakukan Isa (Yesus Kristus) setelah turun dari langit adalah menunaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh kedua hadits di atas. Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang diimami oleh Imam Mahdi.

Pandangan ummat islam keliru bila beranggapan nabi Isa (Yesus Kristus) menjadi makmum dalam shalat yang diimami oleh Imam Mahdi. Imam dan makmum adalah dua orang sosok yang berbeda. Pandangan ini jelas bertentangan dengan hadits nabi yang mengatakan: “Tidaklah ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus).” Nabi Muhammad menegaskan “Imam Mahdi dan Isa (Yesus Kristus) hanya satu sosok.”

Nabi Muhammad bersabda: “Almasih bin Maryam (Yesus Kristus) dari antara kamu yang akan menjadi imam (pemimpin) kamu.” (HR. Bukhari, Muslim).

Hadits-hadits di atas tidak bisa ditafsirkan secara harfiah. “Berperang dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat” bukan berarti berperang dengan memanggul senjata dan berdakwah. Yang dimaksud sekelompok dari ummatku” adalah Imam Mahdi bersama pengikutnya yang sudah secara terang-terangan menunjukkan jati diri dan kebenarannya. Mereka sudah mendapat kemudahan-kemudahan di berbagai tempat. Panji-panji atau lambang-lambang kelompok / komunitas “kemahdian” yang selama ini tersembunyikan sudah dikenakan secara terang-terangan yang merupakan lambang persatuan, persaudaraan, dan persahabatan mereka. Meskipun lambang-lambang atau panji-panji mereka seragam, akan tetapi ada satu di antara mereka yang merupakan pemimpin (Imam). Kebersamaan Imam Mahdi dengan pengikutnya inilah yang dikemas dalam kata “shalat.”

Nabi Muhammad bersabda: “Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) akan turun di “menara putih” (Al Mannaratul Baidha’) di Timur Damsyik.”

Kita tidak bisa menafsirkan hadits di atas bahwa Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) akan turun di menara putih di Timur Damsyik (Damaskus), Suriah. Kemungkinan yang dimaksud dengan “menara putih” adalah simbol “terang” atau “menerangi.” Beberapa orang berpendapat “Menara Putih di Timur Damsyik” adalah mesjid Al Jami’. Pendapat ini jelas keliru oleh karena Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) dalam kemunculannya tidak akan berpihak atau membawa salah satu agama entah agama islam, agama kristen, atau agama lainnya.

Damsyik (Damaskus) adalah ibu kota negara Suriah yang saat ini tengah dilanda perang saudara. Ratusan ribu ummat islam dan kristen telah dibantai di negara yang dipimpin oleh presiden Bashar Al Assad. Keluarga Assad yang mendominasi pemerintahan adalah penganut faham Alawi. Agama Alawi merupakan salah satu sekte syiah yang cukup sinkretis karena juga menyerap beberapa unsur keagamaan lain di sekitarnya mulai kekristenan, zoroastrianimisme hingga paganisme (penyembah berhala). Alawi memiliki keyakian “reinkarnasi” yaitu pada saat seseorang wafat, ia dapat berubah wujud menjadi makhluk lain. Keyakinan terhadap reinkarnasi kemungkinan diadiopsi faham-faham yang berkembang di sekitar Suriah. Alawi secara harfiah berarti “mereka yang menganut ajaran Ali.”

Mengacu pada hadits nabi Muhammad yang menyebut “banyak terjadi perselisihan antara manusia” telah memenuhi syarat dengan keadaan di Damaskus (Damsyik) saat ini, akan tetapi “gempa-gempa” tidak terjadi di negara itu. “Gempa-gempa” (versi hadits) “dan terjadi gempa bumi di berbagai tempat” (versi Injil Markus) hanya terjadi di Indonesia dan memungkinkan untuk terus terjadi di negara ini mengingat Indonesia berada dalam wilayah cincin api (ring of fire), selain gempa-gempa, fenomena lain yang menarik dicermati yaitu banyaknya perselisihan antara manusia yang saban hari bisa kita saksikan di layar kaca (televisi) dan baca pemberitaannya di masmedia, akun twiter, dan jejaring sosial lainnya. Jika ad Dajjal berada di Indonesia, maka dipastikan Imam Mahdi / Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) juga berada di Indonesia. Timur Damsyik adalah Timur Indonesia tempat dimana Sang Surya (matahari) terbit menerangi dunia yang disimbolkan sebagai “menara putih.”

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya Isa Bin Maryam (Yesus Kristus) akan membunuh Dajjal di Bab Lud.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Mu’ain bin Hamad).

Bab Lud (Gerbang Lud) atau Lod, sebuah kota di Distrik Tengah Israil, sekitar 22 kilometer di tenggara Tel Aviv atau 3 km utara Ramallah. Kota ini menjadi tempat tinggal suku Benyamin yaitu salah satu suku dari 12 suku keturunan Israil. Di kota Lod terdapat 1 gereja yaitu Gereja Santo Georgius dan 1 mesjid, yakni Mesjid El-Chodr. Bagian tempat peribadatan membentuk kompleks bangunan, gereja dan mesjid itu masing-masing memiliki pintu masuk yang unik.

Hadits di atas tidak bisa diartikan secara harfiah. Sebutan Bab Lud (Gerbang Lud) dapat saja dimaksudkan dengan menyatunya Gereja Santo Georgius sebagai tempat peribadatan ummat kristen dengan Mesjid El-Chodr yang merupakan tempat peribadatan ummat islam yang masing-masing memiliki pintu masuk (gerbang) yang unik. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam diimani dan sangat dimuliakan oleh ummat kristen dan islam.

Demi hukum dan keadilan; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam dapat membunuh ad Dajjal oleh karena:

  1. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam yang pernah secara langsung merasakan betapa kejinya fitnah Ad Dajjal. Dajjal menghasut, memprovokasi dan menebar fitnah kepada imam-imam Yahudi sehingga Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus disalib. (Pandangan Cakra Ningrat tentang “penyaliban” Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam, dapat dibaca pada artikel lain yang khusus membahas tantang penyaliban).
  2. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam satu-satunya utusan Allah yang bergelar Maseas / Al Masih. Dengan gelar itu dia dapat membuktikan jati dirinya dan kebenaran sejak kelahirannya hingga wafatnya serta kebangkitannya dan saat dia diangkat naik ke langit. Sampai saat ini fitnah Ad Dajjal tidak pernah sepi dibisikkan ke dalam dada manusia untuk mendiskreditkan Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam agar ummat islam dan ummat kristen terus menerus berada dalam dua koloni yang berjauhan.

Dibunuhnya Ad Dajjal di Gerbang Lud dapat dianggap sebagai sebuah upaya kongkrit perencanaan Tuhan untuk mempersatukan dua kutub yang selama ini berjauhan. Tentu saja untuk mempersatukannya maka Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus lebih dulu membunuh Ad Dajjal di Gerbang Lud. Gerbang Lud adalah pintu masuk bagi Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam mempersatukan kita. Persatuan ini sangat mungkin dapat terwujud oleh karena Allah telah lebih dahulu mengislahkan Imam Mahdi di suatu malam.

Nabi Muhammad bersabda: “Demi diriku yang berada tangan-Nya, sesungguhnya Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil, maka ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menolak upeti, melimpahkan harta sehingga tidak seorang pun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah dan Abu Hurairah).

Nabi Muhammad bersabda: “Sudah dekat orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) sebagai Imam Mahdi dan hakim yang adil. Ia akan memecahkan salib dan membunuh babi.” (HR. Ahmad bin Hambal).

Penafsiran hadits di atas dapat diuraikan sbb:
a. Hakim yang adil dan pemimpin yang adil.
Sebagai hakim yang adil, Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus lebih dahulu adil terhadap dirinya sendiri sebelum dia menegakkan hukum dan keadilan Tuhan. Membunuh Ad Dajjal di gerbang Lud adalah sebuah bentuk keadilan bagi dirinya oleh karena fitnah Ad Dajjallah di masa lalu yang menyebabkan Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus mati di tiang salib. Ad Dajjal harus mati dengan lemparan tombak Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam oleh karena di masa lalu Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam pernah dilempar tombak oleh salah seorang prajurit Roma dan tepat mengenai lambungnya. Keadilan yang akan diterapkan oleh Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam adalah manifestasi diterapkannya “hukum karma” sebagai satu bentuk dari “hukum Tuhan.” Yang jahat akan dibalas kejahatannya dan yang baik akan dibalas kebaikannya. Sebagai pemimpin yang adil, dia mawujud sebagai seorang Raja: leluhur kita memberinya gelar sebagai Ratu Adil oleh karena dia hanya “menggenapi” Daud.

b. Menghancurkan salib
Salib adalah simbol “kematian” bagi Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam. Salib akan hancur dengan sendirinya oleh karena “dia yang pergi kini telah datang kembali. Dia yang naik ke langit kini telah turun kembali. Tidak perlu lagi ada “salib.” Segala ratapan kesedihan harus berganti dengan nyanyian pujian penuh kebahagiaan. Buat ummat nasrani, inilah: Nyanyian syukur karena kemenangan raja (Mazmur 21:2-8)

(21-2) TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita;
betapa besar kegirangannya karena
kemenangan yang dari pada-Mu!
(21-3) Apa yang menjadi keinginan hatinya
telah Kau karuniakan kepadanya,
dan permintaan bibirnya tidak Kau tolak. Sela
(21-4) Sebab Engkau menyambut dia dengan
berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari
emas tua di atas kepalanya.
(21-5) Hidup dimintanya dari pada-Mu;
Engkau memberikannya kepadanya,
dan umur panjang untuk seterusnya
dan selama-lamanya.
(21-6) Besar kemuliaannya karena kemenangan
yang dari pada-Mu; keagungan dan
semarak telah Kau karuniakan kepadanya.
(21-7) Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk
seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan
suka cita di hadapan-Mu.
(21-8) Sebab raja percaya kepada TUHAN,
dan karena kasih setia Yang Maha Tinggi
ia tidak goyang.

Ummat islam perlu mengetahui bahwa Zabur (bahasa Arab) adalah persamaan dengan istilah Ibrani “Zimra” bermaksud “lagu, musik.” Ia, bersama dengan zamir (lagu) dan mizmar atau mazmur merupakan derivasi zamar yang artinya “nyanyi, menyanyikan pujian.”

Dalam islam zabur (mazmur) adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada kaum Bani Israil melalui utusan yang bernama Nabi Daud (Raja Daud).

Dalam alqur’an Tuhan berfirman:

  • Dan sungguh telah Kami tulis di dalam zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai oleh hamba-hamba-Ku yang saleh (QS. 21:105)
  • Dan Kami berikan zabur kepada Daud (QS. 17:55)

c. Membunuh babi
Babi dikenal sebagai binatang yang paling serakah. Membunuh babi tidak bisa diartikan dengan membunuh binatang itu. Membunuh babi bermakna “membunuh sifat “aku,” sifat-sifat ego, nafsu duniawi dan sifat keserakahan manusia.”

d. Menolak upeti
Upeti adalah harta yang diberikan satu pihak ke pihak lainnya, sebagai tanda ketundukan dan kesetaiaan, atau kadang-kadang sebagai tanda hormat. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam akan menolak semua pemberian (upeti) dari pihak mana pun dan oleh siapa pun, oleh karena dialah pemilik segalanya.

e. Melimpahkan harta sehingga tidak seorang pun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.

Kalimat di atas hanya sebuah “analogi” untuk menggambarkan SIFAT KASIH TUHAN yang dibawa oleh Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam.

Nabi Muhammad bersabda: “Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sesungguhnya Isa Ibnu Maryam akan mengucapkan tahlil dengan berjalan kaki untuk melaksanakan haji atau umrah atau kedua-duanya dengan serentak (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Harairah).

Tahlil adalah bacaan kalimat tauhid: Laa Ilaha Illallah yang artinya Tiada Tuhan selain Allah. Hadits di atas secara jelas dan terang-terangan menyebut Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam melaksanakan haji, sementara pada hadits-hadits menyangkut Imam Mahdi saat melaksanakan ibadah haji hanya disampaikan secara tersirat (implisit).

Oleh karena Imam Mahdi dan Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) hanya satu sosok maka hadits di atas disatukan dengan hadits-hadits yang mengisahkan tentang Imam Mahdi yang pergi ke Mekkah melaksanakan ibadah haji.

YA’JUJ DAN MA’JUJ
Dalam alqur’an Tuhan berfirman “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (QS. 21:96).

Setelah Yesus Kristus / Isa Almasih membunuh Dajjal maka tugas beliau selanjutnya adalah menyelamatkan ummat manusia dari fitnah dan serangan Ya’juj dan Ma’juj. Kerusakan yang ditimbulkan oleh Ya’juj dan Ma’juj sangat besar dan mengerikan. Tidak ada seorang pun manusia yang mampu melindungi dirinya dari serangan Ya’juj dan Ma’juj.

Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog) adalah sebutan kepada suatu kaum yang muncul di akhir zaman. Kisah tentang kaum yang muncul di akhir zaman ini terdapat dalam ajaran agama Yahudi, kristen, dan islam. Ya’juj dan Ma’juj juga muncul dalam banyak mitos dan cerita rakyat di banyak negara. Ya’juj dan Ma’juj berkaitan dengan kisah nabi Dzulkarnain sebagaimana yang diceritakan dalam surah al-Kahfi ayat 83-101.

Dzul Qarnain secara harfiah memiliki arti “pemilik Dua Tanduk” atau “Ia Yang Memiliki Dua Tanduk.” Dzul Qarnain adalah julukan seorang raja disebutkan di dalam alqur’an sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana yang membangun tembok besi yang tinggi untuk melindungi kaum lemah dari serangan Ya’juj dan Ma’juj dalam perjalanannya menuju Timur.

Sampai saat ini belum ada pendapat yang benar yang dapat mengungkap siapa sesungguhnya Dzul Qarnain. Ada yang mengatakan Dzul Qarnain adalah Raja Iskandar Yang Agung, akan tetapi tidak ada bukti otentik yang dapat mendukung pendapat tersebut. Ada juga yang berpendapat Dzul Qarnain adalah sepupu nabi Khidr dari pihak ibu yang hidup di masa nabi Ibrahim dan nabi Luth, akan tetapi pendapat ini juga terbantahkan oleh karena tidak adanya bukti-bukti yang jelas yang dapat mengungkap kebenaran pendapat itu.

Cakra Ningrat berpendapat; Dzul Qarnain dan Khidr dua sosok yang misterius yang tidak pernah ada dalam sejarah peradaban kehidupan ummat manusia. Cakra Ningrat akan menulis artikel khusus membahas tentang kedua sosok misterius itu dalam artikel yang berjudul Ya’juj wa Ma’juj / Gog Dan Ma’gog.

TANGGAPAN KRITIS TERHADAP DJABER BOLUSHI
Djaber Bolushi adalah seorang muslim syi’ah yang telah menulis sebuah buku yang berjudul “Ramalan Paling Mengguncang Abad Ini, Oktober 2015 Imam Mahdi Akan Datang,” diterbitkan oleh penerbit Papyrus Publishing, September 2007.

Semua ramalan Djaber Bolushi merujuk pada rahasia bilangan angka 19, seperti yang ditemukan oleh Syayyid Bassa Jarrar dan menggunakan perhitungan angka dengan metode al Jumal al Taqlidi dan al Jumal al Shagir. Bilangan 19 adalah jumlah huruf yang terdapat dalam kata “Basmalah.” Bilangan 19 merupakan bilangan primer dalam sistem matematika, karena terdiri dari angka terkecil 1 dan angka terbesar 9.

Menurut Bolushi, Imam Mahdi muncul pada tahun 2015 berdasar rujukan surah al isra ayat 1 sampai 7 dan ayat 104 yang berceritakan tentang Isra’ Mi’raj dan Bani Israil maka jumlahnya 1.383 kata. Jika ditambah tahun wafatnya nabi Muhammad yaitu 632 M, hasilnya 2015. Dari berbagai hadits dan riwayat yang bersumber dari keluarga nabi Muhammad, menurut Djaber Bolushi, Imam Mahdi akan datang pada hari Jum’at atau Sabtu tanggal 10 Muharram. Jika dihitung penanggalan tahun 2015, maka bertepatan tanggal 23 Oktober 2015.

Djaber Bolushi, sebagaimana keyakinan muslim syiah menganggap Imam Mahdi sudah dilahirkan. Namanya adalah Muhammad bin Hasan Al Askari, lahir pada hari Jum’at 15 Sya’ban 255 H atau 869 M. Pada masa hidupnya Imam Mahdi telah mengalami dua kali gaib. Gaib yang pertama terjadi pada tahun 265 H atau 879 M, biasa disebut gaib as sughra (gaib singkat), sedangkan gaib kedua, biasa disebut gaib al Kubra (gaib panjang) dimulai pada tahun 329 H atau 941 M. Jika dihitung dari masa gaib panjang, Imam Mahdi sudah menginjak usia 72 tahun.

Cakra Ningrat berpendapat:

  1. Tidak ada seorang pun manusia yang dapat mengetahui siapa sesungguhnya Imam Mahdi kecuali Imam Mahdi sendiri bersama pengikut-pengikutnya. Urusan Imam Mahdi adalah urusan Tuhan yang merupakan Rahasia Tuhan. Manusia hanya diberi pengetahuan sebatas memahaminya dengan akal dan fikirannya dan memahami tanda-tanda kemunculannya berdasarkan hadist nabi Muhammad.
  2. Hadits-hadits nabi Muhammad tentang Imam Mahdi tidak bisa diartikan secara harfiah dan tidak bisa dipilah-pilah, akan tetapi penafsirannya harus secara utuh dan keseluruhan dengan mengenyampingkan seluruh pendapat-pendapat ulama yang pernah ada guna mencapai penafsiran yang rasional dan obyektif.
  3. Imam Mahdi harus dapat diterima secara universal tetapi tidak terbatas hanya pada ummat islam (syiah dan sunni) dan ummat nasrani oleh karena Imam Mahdi dan Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) hanya satu sosok.    Ummat islam (syiah dan sunni) tidak bisa menerima Imam Mahdi kemudian menolak Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam demikian pula dengan ummat nasrani (kristen dan katolik) mereka tidak bisa menerima Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam / Maseas / Al Masih lantas menolak Imam Mahdi.
  4.  Gaib as sughra (gaib singkat) yang pernah terjadi atas diri Muhammad bin Hasan Al Askari hanyalah sebuah proses kematian yang disebut mati suri. Mati suri adalah saat usaha-usaha untuk menghidupkan kembali dilakukan sebelum seseorang menjadi hidup kembali. Keadaan tubuh seseorang yang mengalami mati suri secara klinis sama seperti orang meninggal. Mungkin di masa lalu orang yang mengalami mati suri sangat jarang terjadi, sehingga kematian itu dianggap sebagai suatu keajaiban, akan tetapi di masa sekarang ketika ummat manusia bertambah banyak, kejadian “mati suri” dianggap hal yang biasa dan dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Gaib panjang (gaib al kubra) adalah kematian yang sesungguhnya. Muhammad bin Hasan Al Askari meninggal dunia tahun 941 M atau saat ini sudah 1.073 tahun. Dipastikan beliau tidak akan bisa hidup kembali. Dipastikan Muhammad bin Hasan Al Askari TIDAK AKAN MUNCUL pada tanggal 23 Oktober 2015.
  5. Bahwa rahasia angka bilangan 19, bukanlah ditemukan oleh Sayyid Bassa Jarrar (Direktur Moon Centre for Qur’anic Studies and Research). Bassa Jarrar hanya mengadopsi dari hasil penemuan Rashad Kalifah, yang pernah menyatakan dirinya sebagai Rasul Tuhan di awal tahun 1980-an di Tucson Amerika.                 Fenomena keajaiban angka-angka 19 di dalam alqur’an sudah banyak dibahas oleh para sejarawan muslim dunia. Beberapa di antaranya berasal dari Indonesia seperti; Arifin Muttie, Salma Alif Sampayya dan KH. Fahmi Basya. Langkah-langkah kalkulasi Djaber Bolushi yang menggunakan hitung-hitungan ayat-ayat alqur’an untuk merubah masa depan dunia bahkan sampai memastikan hari, tanggal, bulan, dan tahun kedatangan Imam Mahdi, Isa Al Masih (Yesus Kristus), tabrakan asteroid, penghancuran Negara Israil dan sebagainya adalah sebuah pemikiran atau konsep berfikir yang sesat dan menyesatkan.
  6. Imam Mahdi tidak merujuk kepada seseorang yang telah meninggal dunia (mati). Imam Mahdi adalah manusia yang hidup dan menjalani kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya. Nama dan jati dirinya sangat rahasia demikian pula terhadadp semua sifatnya, aksi-aksinya, dan perbuatan-perbuatannya senantiasa dikemas dalam satu kesatuan yang disebut sebagai Rahasia Tuhan.

Leluhur kita menyebut anak manusia itu sebagai SATRIO, dan segala misteri atau Rahasia Tuhan yang ada dalam diri anak manusia itu disebut PININGIT (Bersembunyi) atau Yang disembunyikan oleh anak manusia itu di dalam dirinya. Tidak ada yang mengetahui anak manusia itu kecuali dirinya sendiri dan Tuhan.

Satrio memiliki persamaan sekaligus perbedaan dengan Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam. Persamaan dan perbedaannya adalah sebagai berikut:

a. Sama-sama dilahirkan oleh wanita. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam dilahirkan oleh perawan suci Maria (Maryam) sedangkan Satrio dari rahim wanita Jawa yang sudah berkeluarga atau memiliki suami. Tidak dapat kita ketahui Satrio anak ke berapa yang dilahirkan oleh wanita itu. Suami wanita itu hanya sebagai pelindung dari gangguan manusia, sama dengan fungsi Yusuf yang ada di samping Maria (Maryam).
b. Sama-sama tidak memiliki ayah. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam mengetahui sejak saat kelahirannya, sementara Satrio saat berusia 33-34 tahun, Tuhan mewahyukan kepadanya.
c. Sama-sama memanggul salibnya sendiri. Bedanya; Yesus Kristus memanggul salibnya menuju kematiannya saat dia berusia 33-34 tahun, sedangkan Satrio sudah memanggul salibnya sejak saat kelahirannya. Memanggul salib bagi Satrio diartikan sebagai “terpaku” pada rencana dan kehendak Tuhan. Jalan hidup Satrio adalah jalan Tuhan yang mesti dia lalui betapapun beratnya.
d. Sama-sama menguasai dan membenarkan kitab Tuhan. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam menguasai dan membenarkan Taurat (perjanjian lama), sementara Satrio menguasai dan membenarkan Al qur’an.
e. Sama-sama memiliki nama, akan tetapi namanya itu mengandung misi Tuhan yang diembankan kepada dirinya. Bedanya Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam memiliki nama “Imanuel” yang artinya Allah Beserta Kita, sementara Satrio memiliki nama “Imam Mahdi” yang artinya pemimpin yang mendapat petunjuk Allah.
f. Sama-sama dinantikan namun ternyata dia dihinakan, dianiaya, dan disakiti. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam dinantikan namun dimusuhi oleh orang Yahudi, sedangkan Satrio dinantikan namun dimusuhi oleh ummat islam bahkan oleh ummat nasrani sendiri.

Bahwa orang Yahudi tidak dapat menerima Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam sebab harapan mereka berbeda dengan apa yang diinginkan Tuhan. Yahudi berpandangan Mesiah / Al Masih harus bisa mengusir kerajaan Romawi yang menguasai Israil kemudian Mesiah membangun kembali Kerajaan buat mereka sebagaimana yang pernah dilakukan Daud ketika memerangi bangsa Filistin. Kenyataannya, Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam datang bukan untuk membangun Kerajaan Israil, akan tetapi kedatangannya menjanjikan “kerajaan Tuhan” di syurga.

Sejarah akan terulang kembali untuk “menggenapkan” dimana ummat islam dan ummat nasrani tidak akan menyambut kedatangan Yesus Kristus / Isa Almasih yang kedua.

Bahwa ummat islam akan menolak Satrio (Imam Mahdi) oleh karena ummat islam berpandangan Imam Mahdi akan memimpin ummat islam melawan kaum kafir, musyrik dan Ad Dajjal sambil menunggu turunnya nabi Isa Al Masih. Kenyataannya justru Imam Mahdi akan memerangi segala bentuk-bentuk kesombongan dan keangkuhan yang ada di dalam diri ummat islam karena mereka menganggap dirinya saja yang benar atau islam saja yang benar. Perang yang akan dilakoni Imam Mahdi dalam menegakkan kalimat tauhid “Laa ilaha illallah” (Tidak Ada Tuhan selain Allah) dinamakan “perang semesta” mengingat Allah adalah Tuhan Semesta Alam. Perang semesta adalah perang di “dunia gaib” mengingat Allah adalah Maha Gaib. Peran ini dilakoni oleh Imam Mahdi seorang diri tanpa diketahui ummat islam. Oleh karena itu leluhur kita menyebut dia sebagai “Satrio” yang dapat diartikan sebagai “Yang tak terkalahkan.”

Bahwa ummat nasrani (kristen dan katolik) akan menolak Satrio (Yesus Kristus / Maseas / Isa Al Masih) oleh karena ummat nasrani berpandangan bahwa Kedatangan Yesus Kristus Yang Kedua (epifani atau Parousia) hanya untuk ummat yang percaya pada Kristus saja yaitu golongan mereka (nasrani). Kenyataannya, Kedatangan Yesus Kristus / Mesias atau turunnya Isa Almasih yang kedua adalah untuk menyelamatkan manusia yang dikehendaki Tuhan tanpa memandang seseorang berdasarkan latar belakang agama dan kepercayaannya.

Bahwa orang-orang Yahudi dikenal sebagai orang-orang yang bangga terhadap diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang dimuliakan Tuhan, sebagai orang-orang yang berasal dari keturunan nabi Yakub bin Ishak bin Abraham (Ibrahim). Apa bedanya mereka (Yahudi) dengan ummat islam dan ummat nasrani saat ini yang menganggap diri mereka sebagai ummat yang paling benar dan paling dimuliakan Tuhan?

Sejarah akan terulang kembali untuk mencari “penggenapannya” bahwa di masa lalu orang pertama yang mengetahui kelahiran Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam adalah beberapa orang bijak dan cerdas-cerdas. Mereka adalah orang-orang Majusi (magus) dari Timur.

Dalam Injil Matius 2:1-12 sbb:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.” Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.” Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

ORANG MAJUS DARI TIMUR
Kata “Majusi” (Arab) diadopsi dari kata “ma-gu-sy” atau “magu” kemudian menjadi “magus” setelah diserap ke dalam bahasa Yunani. Orang Majusi adalah orang-orang yang beragama zoroaster sejak zaman Persia kuno. Dalam bahasa kuno Iran Frase Magh (Magusi / majusi) bermakna “pelayan.”

Zoroasterianisme adalah sebuah agama dan ajaran filosofis yang dipelopori oleh Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut zoroaster. Zarathustra berasal dari suku Media yang hidup sekitar abad 6 SM di Persia (Iran). Zarathustra dikenal sebagai seorang nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mu’jizat. Di usianya yang ke tiga puluh tahun Zarathustra menerima sebuah penglihatan gaib. Ia melihat cahaya besar kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda.

Dalam ajaran Zoroasterianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa yaitu “Ahura Mazda.” Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan hanya kepada-Nya. Zoroasterianisme mempunyai prinsip dualisme yang mempercayai bahwa ada dua kekuatan yang bertentangan dan saling beradu, yakni kekuatan “kebaikan” dan kekuatan “kejahatan.” Yang jahat diwakili Angra Mainyu atau Ahriman dan yang baik diwakili oleh Spenta Mainyu. Manusia harus selalu memilih akan berpihak pada kebaikan atau kejahatan selama hidupnya. Pada saatnya Ahura Mazda akan mengalahkan kekuatan jahat. Ahriman dan para pengikutnya akan dimusnahkan untuk selamanya. Setelah itu Ahura Mazda akan berkuasa penuh.

Zarathustra menyebut alam semesta berusia 12.000 tahun, setelah masa 12.000 tahun berakhir, akan terjadi kiamat. Masa 12.000 tahun dibagi dalam beberapa periode.

1. Periode 3.000 tahun pertama yaitu masa ketika Ahura Mazda menciptakan alam semesta. Ahriman kemudian berusaha menyerang dan menghancurkan alam yang diciptakan Ahura Mazda. Hal ini disebabkan karena kehendak Ahriman adalah menyakiti dan merusak alam ciptaan Ahura Mazda.

Kemungkinan periode pertama yang dimaksud oleh Zarathustra adalah masa antara Adam hingga Nuh. Adapun Ahriman yang dimaksud oleh Zarathustra adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Qabil (Kain) yaitu Lamekh.

Lamekh dan keluarganya, serta orang-orang yang mengikutinya dibinasakan oleh Ahura Mazda (Tuhan) saat terjadinya Banjir Semesta di masa nabi Nuh. Nuh adalah anak cucu Adam dari garis keturunan Set (anak ke tiga Adam). Nuh diselamatkan dalam banjir semesta dan dibiarkan melanjutkan keturunan Adam di dunia yang terang ini, sementara Lamekh dibinasakan (mati tenggelam) kemudian rohnya dibiarkan hidup dalam kegelapan. Lamekh tidak dapat melanjutkan keturunan, akan tetapi dapat menggoda manusia untuk mencari pengikut. Cakra Ningrat menyebut Lamekh inilah yang dimaksud Ad Dajjal atau Antikristus.

Filosofi Zarathustra tentang prinsip dualisme yang mempercayai dua kekuatan yang saling bertentangan dan saling beradu yakni kekuatan “baik” dan “jahat” kemungkinan berawal dari peristiwa penyebab terjadinya banjir semesta. Nuh adalah kekuatan baik yang disebut Spenta Mainyu dan Lamekh adalah kekuatan jahat yang disebut sebagai Angra Mainyu atau Ahriman.

Filosofi ini terus bertahan hingga saat ini bahkan menjadi inti ajaran semua agama. Artikel SPTM menyebut pengelompokan manusia hanya dua, yaitu golongan baik dan golongan jahat. Golongan baik akan diurapi sedangkan golongan jahat akan dikasi makan jin dan syetan. Mungkin maksud penulis artikel SPTM, golongan jahat akan dibiarkan menjadi pengikut Ad Dajjal untuk suatu ketika dibinasakan oleh Ahura Mazda.

2. Periode 3.000 tahun kedua, yaitu periode Ahura Mazda dan Angra Mainyu (Ahriman) beradu kekuatan, keduanya berusaha saling kalah mengalahkan. Dalam peristiwa inilah terjadi terang dan gelap serta siang dan malam.

Kemungkinan yang dimaksud 3.000 tahun periode kedua ini adalah saat dimana Tuhan (Ahura Mazda) mengutus nabi-nabi-Nya atau manusia-manusia utama pilihan-Nya untuk membawa dan memberikan ajaran-ajaran-Nya. Semua nabi-nabi yang diutus Tuhan memiliki misi yang sama, yaitu:

  • Memperkenalkan adanya Tuhan, Yang Menciptakan, Yang Berkuasa, Yang Mengatur, Yang Mengendalikan, Yang Memiliki, Yang Berkehendak, dst
  • Mengajarkan tata cara penyembahan dan pemujaan kepada Tuhan
  • Mengajarkan tata cara yang benar dalam interaksi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

Himpunan dari berbagai macam ajaran-ajaran para nabi di belakang hari disimpulkan dalam satu kata yang disebut “agama” dimana keyakinan dan kepercayaan akan adanya Tuhan sudah termasuk di dalamnya. Berita-berita, atau pesan-pesan atau ajaran-ajaran Tuhan yang disampaikan oleh para nabi dan rasul memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat bergantung soal “waktu” saat mereka diutus dan “tempat atau lokasi” dimana mereka ditempatkan. Berkaitan dengan tempat atau lokasi (negara) dimana mereka diutus berhubungan erat dengan bahasa setempat yang digunakan dan penyesuaiannya dengan budaya dan norma-norma yang berlaku di wilayah itu. Tentang “waktu” diutusnya sangat bergantung dan berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan, wawasan berfikir, dan tingkat penerimaan ummat di masa itu. Umumnya para nabi membimbing ummat dengan menggunakan alat bantu visual berupa gambar, lukisan, patung, dan bentuk-bentuk lainnya.

Dalam alqur’an Tuhan berfirman:
“Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. 6:67).

Adalah sebuah ketololan dan kemiskinan budi pekerti jika ummat islam atau ummat nasrani selalu ingin membanding-bandingkan agama yang dianutnya dengan agama orang lain. Seseorang dapat saja dikatakan sebagai orang Yahudi manakala orang itu merasa diri lebih benar dan lebih mulia atau lebih utama dibanding dengan orang lain dalam konteks “di hadapan ilahi.”

Tidak ada nabi (rasul) yang membawa ajaran-ajaran atau pesan-pesan Tuhan yang tidak merasakan penderitaan berat dan menghadapi berbagai rintangan, halangan dan tantangan. Zarathustra menyebutnya sebagai periode dimana Ahura Mazda (Tuhan) dan Angra Mainyu / Ahriman beradu kekuatan dan berusaha untuk saling kalah-mengalahkan.

Dalam alqur’an Tuhan berfirman:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagaian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS . 6:112).

Dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, Tuhan selalu ingin menunjukkan atau mengajarkan jalan yang benar kepada manusia agar mereka menjadi orang “baik,” akan tetapi Lamekh (syaitan dan jin) berusaha sekuat-kuatnya membisikkan “kata-kata indah” yang bertentangan dengan “kata-kata yang disampaikan oleh para nabi” untuk tujuan menipu dan menyesatkan mereka agar mereka menjadi orang “jahat” sebagaimana dengan dirinya. Para nabi dan Lamekh terus beradu kekuatan. Mereka terus berusaha untuk saling mengalahkan. Zarathustra memberi analogi sebagai terjadinya terang dan gelap (siang dan malam).

Nabi dalam pemahaman Yahudi dan Kristen berbeda dengan “nabi” dalam sudut pandang agama islam, meskipun ketiganya disebut sebagai agama samawi (langit). Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, nabi adalah pemimpin ummat yang dipanggil Allah untuk memperingati manusia agar mereka tidak menyimpang dari perintah-perintah Allah. Para teolog sepakat bahwa tradisi kenabian dimulai sejak masa Yosua yang muncul dan memimpin bangsa Israil memasuki Kanaan. Kemudian Samuel, Hakim terakhir memimpin Israil sebelum munculnya sistem Monarkhi. Selain Yoshua dan Samuel, ada pula nabi Natan, Elia, dan Elisa. Mereka dikelompokkan sebagai nabi-nabi awal.

Yang termasuk kelompok nabi-nabi besar adalah Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel, sedangkan yang masuk kelompok nabi-nabi kecil adalah: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagal, Zakarhia, dan Maleakhi.

Kristen umumnya mengikuti pemahaman Yahudi mengenai nabi-nabi. Sebagian aliran kristen memahami “nabi” sebagai orang yang meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang jauh ke depan.

Rasul adalah laki-laki yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada kaumnya pada zamannya. Rasul berasal dari kata “risala” yang artinya “penyampaian.” Sebelum seorang rasul menyampaikan pesan Tuhan, ia lebih dulu diangkat sebagai nabi.
Dalam alqur’an Tuhan berfirman:

“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. 21:7).

Islam mengenal 25 nabi dan rasul, yaitu: Nabi Adam, Nabi Idris (Henokh) di wilayah Babil Irak, Nabi Nuh di wilayah Selatan Irak modern, Nabi Hud, di Timur Hadramaut Yaman, Nabi Saleh di wilayah Hijaz dan Syam, Nabi Ibrahim di Irak, Nabi Ismail di Qabilah Yaman, Mekkah, Nabi Luth di Sadum, Syam dan Palestina, Nabi Ishak di Al Khalib Palestina, Nabi Yakub, Bani Israil di Syam, Nabi Yusuf di Mesir, Nabi Syu’aib di Madyan, Nabi Ayyub di Haran-Syam, Nabi Zulkifli di Damaskus, Nabi Musa di Yordania Modern, Nabi Harun di Mesir, Nabi Daud di Israil, Nabi Sulaiman di Baitul Maqdis-Palestina, Nabi Ilyas (Elia) di Israil-Syam, Nabi Ilyasa’ (Elisa) di Israil-Syam, Nabi Yunus, Nabi Zakariyah, Nabi Yahya (Yohannes), dan Nabi Isa (Yesus Kristus) di Israil-Palestina, Nabi Muhammad di wilayah Arab.

Dari Abi zar Radiallahu Anhu bahwa nabi Muhammad bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, “Jumlah para nabi itu adalah seratus dua puluh empat ribu nabi,” lalu berapa jumlah rasul di antara mereka? Beliau menjawab, “tiga ratus dua belas.” (Hadits Riwayat At-Turmuzy).

Jika jumlah nabi 124.000 nabi dimana 312 di antaranya adalah rasul, apakah kita sebagai ummat islam dan ummat kristen yang hidup di akhir zaman ini akan menyombongkan diri dengan mengingkari kebenaran mereka? Tuhan berfirman:

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. 40:51).

Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) memilih langsung 12 orang terpilih sebagai murid-murid pertama saat memulai dakwahnya atau pelayanannya. Mereka disebut rasul-rasul. Keduabelas rasul tersebut adalah; Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohannes, Filipus, Bartolomeus, Tomas, Matius, Yakobus bin Alfeus, Tadeus, Simon Orang Zelot, dan Yudas Iskariot. Oleh karena Yudas Iskariot berkhianat sebelum penyaliban dan dia menebus penyesalannya dengan kematian (bunuh diri) maka kedudukannya tergantikan oleh Matias yang terpilih berdasarkan undian.

Dua belas rasul-rasul di atas termasuk di dalam tiga ratus dua belas rasul yang disabdakan oleh nabi Muhammad. Tuhan mengakui rasul-rasul-Nya sebagaimana firman-Nya:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” (QS. Ghafir 40:78).

Kita; sebagai ummat islam yang masih dangkal pengetahuannya, apakah masih ingin menyombongkan diri dengan menolak mentah-mentah 124.000 nabi dan 312 rasul yang dikatakan oleh junjungan kita nabi Muhammad SAW dan dibenarkan oleh alqur’an? Fikirkan dan renungkanlah oleh karena 12 rasul yang diimani ummat nasrani dan ummat yang beragama lain sudah termasuk di antara 312 rasul yang disabdakan oleh nabi Muhammad.

Kita; sebagai ummat nasrani (katolik dan kristen) yang selalu mengklaim sepihak dirinya sebagai ummat Yang Dikasihi Tuhan, apakah masih ingin menolak kebenaran dan keagungan Muhammad? Sungguh; betapa sombong dan dangkalnya pengetahuan kita jika tidak memahami akan arti semua ini. Sungguh betapa celakanya kita, bersama istri-istri kita dan anak-anak kita jika mengatakan; alqur’an hanyalah dongengan Muhammad! Fikirkan dan renungkanlah selagi masih ada waktu….

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dan kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Nasrani, Yahudi, atau Majusi.” (HR. Bukhari).

Fitrah dalam hal ini berarti bahwa setiap orang dilahirkan dalam keadaan suci, tidak memiliki dosa apapun karena bayi tidak tahu dari mana, kenapa, dan untuk apa dia lahir. Orang tuanyalah yang berperan untuk memberi pendidikan dan ajaran-ajaran moral pada tataran lebih tinggi yang berhubungan dengan ketuhanan, tata cara penyembahan, dan pemujaan sesuai dengan agama yang dianut oleh orang tuanya, apakah islam, nasrani, yahudi, atau majusi.

Cakra Ningrat berpendapat; sebutan “Majusi” pada hadits nabi Muhammad dan terdapatnya kata “Majusi” dalam alqur’an (22:17) dan dalam alkitab (Injil Matius 2:1) adalah pengakuan Tuhan terhadap eksistensi dan kebenaran agama-agama selain agama Yahudi, Nasrani, dan Islam (Samawi).

Yang termasuk dalam sebutan “Majusi” sebagaimana firman Tuhan dalam alqur’an (2:62 dan 22:17) adalah agama-agama yang muncul antara abad 6 SM (masa Zarathustra) sampai abad 6 M (masa kemunculan nabi Muhammad) meliputi agama Buddha dan Kong Hu Chu dan faham-faham religi atau aliran kepercayaan atau bisa juga disebut agama-agama tradisional.

Adapun yang termasuk dalam sebutan “Shabi’in” sebagaimana firman Tuhan dalam alqur’an (2:62 dan 22:17) adalah agama-agama yang muncul setelah “banjir semesta” (masa nabi Nuh) sampai dengan abad 6 SM (masa Zarathustra). Agama-agama ini meliputi agama Hindu, Shinto, agama Yunani, agama Tiongkok, dan agama-agama tradisional / faham-faham religi.

Dugaan ini didasari oleh pemikiran bahwa dalam haditsnya nabi Muhammad mengatakan bahwa Tuhan pernah mengutus 124.000 nabi dan 312 rasul membawa ajaran-ajaran-Nya. Setelah nabi Muhammad diutus oleh Tuhan, maka tidak ada lagi nabi dan tidak ada lagi rasul yang diutus. Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir. Oleh karena itu, siapa pun yang mengaku-ngaku nabi atau rasul setelah abad 6 M harus dianggap sebagai nabi palsu. Termasuk Mirza Ghulam Ahmad pelopor agama baru Ahmadiyah yang muncul di abad 19. Disebut agama baru oleh karena Ahmadiyah tidak mengakui Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.

Selain Ahmadiyah, agama lain yang muncul di abad 19 adalah agama Baha’i. Pada tahun 1844 Sayyid Ali Muhammad dari Shirat, Iran, yang lebih dikenal dengan gelar Sang Bab (dalam bahasa Arab “Bab” artinya “pintu”) mengumumkan bahwa dia adalah pembawa amanat baru dari Tuhan. Dia juga mengatakan bahwa dia datang untuk membuka jalan bagi wahyu yang lebih besar lagi, yang disebutnya “Dia yang akan Tuhan wujudkan.” Sang Bab memiliki pengaruh luas dan cepat berkembang di masyarakat, namun mendapat pertentangan keras dari pemerintah dan dari pemimpin-pemimpin agama. Tahun 1850, Sang Bab dihukum mati dan dieksekusi di kota Tabriz. Jenazahnya diambil oleh pengikutnya secara diam-diam dan dibawa dari Iran ke bukit Karmel (Palestina), sekarang masuk dalam wilayah Israil, atas perintah Mirza Husayn Ali, seorang bangsawan Iran pendukung fanatik Sang Bab.

Pada tahun 1852, Mirza Husayn Ali ditahan di penjara bawah tanah Siyah Cal (lubang hitam) di kota Teheran. Di dalam penjara itu dia mengaku mendapat wahyu lewat mimpi. Mirza Husayn Ali mengatakan “suatu malam dalam mimpi, firman-firman yang luhur ini terdengar dari segenap penjuru: “Sesungguhnya, kami akan memenangkanmu melalui dirimu serta penamu. Janganlah engkau bersedih hati atas apa yang menimpamu dan janganlah takut pula, sebab engkau ada dalam keadaan selamat. Tak lama lagi Tuhan akan membangkitkan harta-harta bumi, orang-orang yang akan membantumu melalui dirimu dan melalui namamu, dengan nama Tuhan telah menghidupkan kembali hati mereka yang mengenal Dia.”

Mirza Husayn Ali memilih gelar sebagai Bahaullah (dalam bahasa Arab artinya “Kemuliaan Tuhan”). Bahaullah mengakui dirinya sebagai “Dia Yang akan Tuhan Wujudkan” sebagaimana yang pernah diramalkan oleh Sang Bab (Sayyid Ali Muhammad). Bahaullah adalah pendiri agama Baha’i. Dalam ajaran Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi ummat manusia melalui para utusan Tuhan yang disebut “Para Perwujudan Tuhan.” (Maksud Bahaullah; para nabi-nabi dan rasul-rasul). Bahaullah menganggap dirinya sebagai “Perwujudan Tuhan” yang terbaru. Dia mengaku dirinya sebagai pendidik ilahi yang telah dijanjikan bagi semua ummat manusia yang dinubuatkan dalam agama Kristen, Islam, Buddha, dan agama-agama lainnya. Dia mengatakan bahwa misinya adalah untuk meletakkan pondasi bagi persatuan seluruh dunia, serta memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan yang dipercaya ummat Baha’i pasti akan datang.

Dengan bahasa yang lebih halus tersirat pesan dari Bahaullah bahwa dia mengakui dirinya sebagai “Wujud Tuhan” yang ditunggu ummat islam (Imam Mahdi), ummat Kristen (Isa Almasih / Yesus Kristus), Buddha (Buddha Matteya) dan agama lainnya. Bahaullah wafat tahun 1892 di Bahji dekat Akka’ (Palestina-Israil). Akka’ menjadi kiblat agama Baha’i. Sesuai dengan wasiatnya setelah Bahaullah meninggal, kedudukannya digantikan putranya Abdul Baha’ yang wafat tahun 1921. Sesuai dengan wasitnya, Abdul Baha’ digantikan oleh cucunya bernama Soghi Effendi yang ditunjuk sebagai “Wali Agama Tuhan.” Soghi Effendi meninggal dunia tahun 1957. Pengikut agama Baha’i saat ini sekitar 6,7 juta tersebar di seluruh dunia dan mendapat pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Cakra Ningrat berpendapat; Bahaullah (Mirza Husayn Ali) yang mengakui dirinya sebagai “Wujud Tuhan yang terakhir “yang ditunggu-tunggu oleh ummat Islam, Kristen, Buddha, dan agama lainnya adalah NABI PALSU atau MESIAS PALSU. Dengan demikian seluruh ajaran-ajarannya yang terhimpun dalam ajaran agama Baha’i adalah ajaran sesat yang menyesatkan. Sama dan sedemikian rupa dengan Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) yang lahir di Punjab yang mengakui dirinya sebagai Kedatangan Yesus Kristus / Isa Almasih yang kedua kalinya, Mesias yang dijanjikan dan Imam Mahdi adalah NABI PALSU atau MESIAS PALSU. Segala macam ajaran-ajarannya yang terhimpun dalam gerakan “Ahmadiyah” adalah ajaran sesat dan menyesatkan.

Mirza Husayn Ali atau Bahaullah dan Mirza Ghulam Ahmad hanya sebuah PENGGENAPAN dari “wujud Ad Dajjal” di abad 19. Para pengikut Ad- Dajjal (Mirza Husayn Ali dan Mirza Ghulam Ahmad) adalah Almasih Ad-Dajjal. Mereka berhimpun dalam satu agama dan satu pergerakan sebagai sekumpulan orang-orang yang membaktikan hidupnya untuk menebar fitnah-fitnah yang keji dengan maksud menolak dan mengotori kesucian ajaran-ajaran Tuhan yang diajarkan dalam agama islam, kristen, buddha, dan agama tradisional / faham-faham religi lainnya.

Cakra Ningrat berpendapat; Kedatangan Yesus Kristus / Isa Almasih yang kedua kalinya menandakan kemunculan Imam Mahdi; Buddha Mateyya dan Dewa Kalki. Dia hanya satu sosok namun memiliki banyak nama dan gelar. Dia tidak membawa ajaran, tapi membenarkan dan meluruskan ajaran-ajaran Tuhan yang pernah dibawa oleh 124.000 nabi-nabi-Nya dan 312 rasul-rasul-Nya. Dia tidak membawa agama tapi membenarkan semua agama yang muncul sebelum agama islam untuk kemudian menghapus seluruh agama tersebut. Manusia tidak akan mungkin dapat mengetahui nama dan mengenal sosoknya oleh karena nama dan sosok itu sangat dilindungi Tuhan. Nama dan sosok itu sangat terjaga rahasianya, meski dia telah berada di samping kita atau menyapa kita, tidak akan mungkin kita dapat mengetahuinya. Dia tidak akan menyebut dirinya karena dia tidak memiliki kepentingan apapun terhadap kita. Dia ada dan bekerja untuk dan atas nama serta demi semata-mata untuk kepentingan Tuhan.

Kembali kepada ajaran-ajaran Zarathustra, meskipun Zarathustra mengajarkan monotheisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah, namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa tersebut adalah:

  • Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api
  • Vohu Monah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan, ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik.
  • Kesmatra Vairya yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam
  • Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah
  • Haurratat dan Ameratat yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan.

Para penganut zoroastrianisme beribadah di dalam kuil yang disebut dengan kuil api. Disebut demikian karena di dalam kuil, api dibiarkan menyala terus-menerus sebagai lambang kehadiran dewa. Api bukan saja menyimbolkan kehadiran Tuhan tetapi juga sebagai simbol kesucian. Karena itu, orang Majusi atau pemeluk agama Zoroaster sering juga disebut sebagai orang-orang yang memuja api.

Dengan adanya lima dewa dalam ajaran Zarathustra dianggap cukup mengakomodir dewa-dewa yang diakui dalam ajaran Buddha dan Kong Hu Chu, demikian pula terdapat api yang dibiarkan menyala terus-menerus di dalam kuil dianggap mewakili unsur-unsur api yang ada di dalam ajaran Buddha dan Kong Hu Chu. Segala bentuk-bentuk “pedupaan” yang dikenal dalam ajaran-ajaran hindu, buddha, kong hu chu, shinto dan faham-faham tradisional lainnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur api.

3. Periode 3.000 tahun ketiga yaitu masa ketika nabi Zarathustra lahir dan menerima penglihatan dari Ahura Mazda. Selanjutnya penglihatan ini kemudian disebarkannya kepada ummat manusia.

Nabi Zarathustra diperkirakan lahir dan hidup pada abad 6 SM, beliau satu masa dengan nabi Yeheskiel, nabi Kong Hu Chu dan Shidarta Gautama. Dipastikan mereka ini diberi penglihatan, diberi pengetahuan, dan diberi pemahaman oleh Tuhan Semesta Alam.

4. Periode 3.000 tahun terakhir yaitu masa munculnya seorang Saoshyant setiap seribu tahun, yang diyakini sebagai penyelamat yang akan memerintah dan memelihara bumi. Ketiga Saoshyant yang akan datang itu adalah keturunan Zarathustra yang pada akhirnya akan memimpin manusia untuk melawan Ahriman (jahat atau batil) serta para pengikutnya. Barulah setelah itu perdamaian dunia akan terwujud.

Saoshyant (bahasa zendi) bermakna “Yang Terpuji.” Keturunan Zarathustra tidak dimaksudkan sebagai keturunan biologis, akan tetapi “orang-orang terpuji” yang telah diberi penglihatan gaib dan pengetahuan oleh Ahura Mazda (Tuhan).

Cakra Ningrat berpendapat; tiga Saoshyant sebagaimana yang dimaksudkan oleh Zarathustra adalah: Yesus Kristus (nabi Isa Alaihissalam), nabi Muhammad SAW, dan Imam Mahdi.

Saoshyant yang pertama (Yesus Kristus)
Nubuat Zarathustra dalam vendidad, bagian pertama dari zend Avesta dan di Yasht, bagian kedua dari buku yang sama dinubuatkan:

“Seorang perempuan akan mandi di danau Kashva dan akan mengandung. Dia akan melahirkan seorang nabi (Isa Ibnu Maryam) yang dijanjikan Astvat-ereta atau Saoshyant (Yang Terpuji) yang akan membunuh setan, menghapuskan penyembahan berhala dan membersihkan agama majusi dari kekotorannya.”

Cakra Ningrat menafsirkan;
Perempuan yang mandi di danau Kashva adalah Maria (Maryam). Menurut keyakinan zoroasterianisme (pengikut Zarathustra), sumber air danau Kashva dari “air kehidupan.” Raja Parsi Xerxes telah menghilang ketika mandi di danau itu. Xerxes dan Khwaja Khidir (nabi Hidir) diyakini masih hidup di sana mengajarkan kebijaksanaan kepada ummat dan membimbing mereka yang tersesat jalannya. Diduga danau Kashva hanya sebuah penamaan atau peristilahan di alam gaib.

Dikisahkan dalam injil Matius 8:28 saat Yesus Kristus berjalan di daerah orang Gadara, ada dua orang kerasukan setan lalu Yesus Kristus memindahkan setan dari tubuh dua orang itu kepada babi-babi yang ada di dekatnya lalu kawanan babi itu berlari dan melompat masuk ke dalam jurang dan mati bersama setan.

Oleh karena Maria (Maryam) disebut oleh Zarathustra mandi di danau Kashva maka bayi yang akan dilahirkannya tidak akan pernah mati. Dalam iman kristiani, Yesus Kristus disebut “bangkit dari yang mati” di hari ketiga (paskah) kemudian naik ke langit dan akan datang kembali sebelum kiamat. Dalam iman islam diyakini “dia tidak mati, melainkan diangkat ke langit” dan akan turun kembali sebelum kiamat. Dalam keyakinan zoroaster dia tidak mati karena telah diberi minum “air kehidupan” saat ibunya mandi di danau Kashva. Yesus Kristus / Isa Almasih tetap hidup sebagaimana Xerxes dan Khwaja Khidir (nabi Hidir) dan akan datang kembali.

  • Pujian Zarathustra kepada Yesus Kristus dan Maria (Maryam): 

“Kami menyembah Farvashi (Yesus Kristus) dari perawan suci yang disebut Vispataur-Vairi (yang menghancurkan semuanya) karena dia (Maria) akan melahirkan beliau yang akan menghancurkan kejahatan dari daivas dan manusia, menghadapi keburukan yang dilakukan oleh gahi (setan).”

Cakra Ningrat menafsirkan:

“Menghancurkan kejahatan dari daivas dan manusia” ditafsirkan sebagai menghancurkan kejahatan rahib Yahudi dan orang-orang Yahudi di masa itu. “Menghadapi keburukan yang dilakukan oleh gahi (setan)” ditafsirkan sebagai persekongkolan buruk orang-orang Yahudi yang menyebabkan Yesus Kristus disalibkan.

Nubuat Zarathustra tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua atau turunnya Isa Almasih:

“Ini akan memisahkan antara Saoshyant yang jaya (Yesus Kristus) dan para penolong (sahabatnya) di saat dia membaharui dunia ini, yang (sejak itu) tidak pernah bertambah tua dan tak pernah mati, tak pernah merosot atau melapuk, senantiasa hidup dan senantiasa meningkat dan menjadi tuan dari kehendaknya. Di saat orang yang mati ruhaninya akan bangkit, di saat kehidupan dan keabadian akan datang dan dunia akan memperbaharui keinginannya. Di waktu penciptaan menjadi lestari, ciptaan yang makmur dari jiwa yang baik dan obat akan lenyap, meskipun dia boleh menyerbu dari segala arah untuk membunuh beliau yang suci, dia dan ratusan barisan keturunannya akan binasa, seperti itulah kehendak Tuhan. Ketika Astvat-Ereta (Yesus Kristus) akan bangkit dari danau Kashva (ini berarti suci dari dosa) seorang sahabat dari Ahura Mazda, putera dari (Vispataur Vairi) yang mengetahui ilmu kejayaan.” (zamyad Yast 89-90)

Cakra Ningrat menafsirkan:

  • Saoshyant yang jaya (Yesus Kristus) nanti akan datang sendiri. Dia tidak datang bersama sahabatnya. Di masa lalu di saat Yesus Kristus memberi pelayanan, dia sering berjalan dengan ditemani oleh sahabat-sahabatnya (murid-muridnya).
  • Yesus Kristus tidak pernah bertambah tua, tak pernah mati, tak pernah merosot atau melapuk. Yesus Kristus senantiasa hidup dan senantiasa meningkat dan menjadi tuan dari kehendaknya. Maksudnya memiliki kuasa keilahian.
  • Yesus Kristus akan datang “di saat orang yang mati ruhaninya akan bangkit.” Bangkit maksudnya, manusia sudah mulai mencari-cari dan bertanya-tanya dalam batinnya (seperti yang kita lakukan sekarang ini). “Di saat kehidupan dan keabadian akan datang dan dunia akan memperbaharui keinginannya” maksudnya mungkin terjadinya gejolak alam dan gempa-gempa pertanda dunia akan memperbaharui keinginannya.
  • “Di waktu penciptaan menjadi lestari” dimaksudkan sebagai penciptaan Tuhan yang kedua. “Ciptaan yang makmur dari jiwa yang baik dan obat akan lenyap” mungkin maksudnya kehidupan syurga dimana segala kesusahan akan lenyap.
  • “Meskipun dia boleh menyerbu dari segala arah untuk membunuh beliau yang suci” maksudnya mungkin Yesus Kristus dalam kedatangannya yang kedua ini, manusia-manusia (kristen dan islam) ingin membunuhnya sebagaimana yang dulu dilakukan oleh orang-orang Yahudi, akan tetapi “dia dan ratusan keturunannya akan binasa” maksudnya “mungkin” orang-orang islam dan kristen tidak akan dapat mencapai keinginannya oleh karena mereka tidak tahu Yesus Kristus berada di mana dan dalam wujud siapa, “seperti itulah kehendak Tuhan.”
  • “Ketika Astvat-ereta (Yesus Kristus) bangkit dari danau Kashva (ini berarti suci dari dosa)” mungkin maksudnya “hidup kembali” sebagai anak manusia yang suci dari dosa. Dia akan menjadi seorang sahabat dari Ahura Mazda, mungkin maksudnya dia menjadi representasi atau manifestasi Tuhan. “Putera dari Vispataur Vairi (yang menghancurkan segalanya)” maksudnya “mungkin” Kalki Avatar (sang penghancur) putera / titisan Dewa Wisnu “yang mengetahui ilmu kejayaan.”

Oleh karena Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam sudah dinubuatkan oleh Zarathustra, maka logis dan masuk akal bila orang-orang Majusi datang ke Betlehem saat Yesus Kristus baru saja dilahirkan oleh Maria, mereka memberi persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur. Mur adalah getah dari torehan batang dan cabang dari satu pohon yang rendah yang disebut Commiphora myrrha. Pohon ini tumbuh di Arabia Selatan dan bagian Afrika. Mur digunakan untuk minyak urapan kudus. Harum baunya. Biasa digunakan oleh perempuan sebagai wangi-wangian.

Saoshyant yang ke dua (nabi Muhammad SAW)
Dalam Bundahish 32:8 dan Bahwan Yasht 3:62:

“Saoshyant (Muhammad) yang terakhir dari para rasul di masa depan, di masanyalah alam semesta akan diganti dan hari kebangkitan akan terjadi.”

Cakra Ningrat menafsirkan:
Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang terakhir. Tidak ada lagi nabi dan rasul setelah Muhammad. Kita yang masih hidup di saat ini dianggap hidup di masa Muhammad yang dimaksudkan sebagai alam semesta akan diganti dan hari kebangkitan akan terjadi.

  • Nubuat Zarathustra tentang kemunculan Muhammad (Saoshyant).

“Kemudian lelaki yang ideal akan muncul yang rencana-rencana cerdasnya akan bergerak, sehingga mengusir skema yang tercemar dari para pendeta palsu dan para tiran.” (Yashna 48:10).

Cakra Ningrat menafsirkan:

  • “Kemudian lelaki ideal akan muncul yang rencana-rencana cerdasnya akan bergerak” maksudnya lelaki ideal itu adalah nabi Muhammad SAW yang akan membawa ajaran-ajaran yang baru. “sehingga mengusir skema yang tercemar” maksudnya ajaran-ajaran Tuhan (Yahudi, nasrani, dan zoroaster) dianggap sudah tercemar “dari para pendeta palsu.”
  • “dan tiran” maksudnya para penguasa yang berbuat semena-mena termasuk oleh orang-orang Arab Quraisy di masa jahiliyah.

Dalam surat Sasan I Kitab Dasatir:

“Ketika mereka sangat terlena, akan bangkit seorang laki-laki dari Tewarjis (Tazis yaitu bangsa Arab). Oleh para pengikutnya, mahkota, singgasana, pemerintahan, dan agama akan digulingkan dan bukannya kuil berhala atau kuil api, di rumah Abad justru akan terlihat sebuah tempat yang ke arahnya sembahyang akan dihadapkan, namun terlucuti dari berhala-berhalanya. Dan di sekitarnya terdapat perairan payau. Dan setelah itu mereka akan menaklukkan kuil api di Madain beserta apapun di dalamnya, Yenfud dan Newak (Tus dan Balkh), serta tempat-tempat agung lainnya. Dan rasul mereka adalah orang-orang fasih lagi mendalam kata-katanya.”

Cakra Ningrat menafsirkan:

  • “Ketika mereka sangat terlena, akan bangkit seorang laki-laki dari Tewarjis” maksudnya ketika manusia bergelimang kemaksiatan, kesenangan nafsu, pemujaan-pemujaan terhadap berhala. “akan bangkit seorang laki-laki dari Tewarjis” maksudnya nabi Muhammad akan bangkit dan berseru “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah.”
  • “oleh para pengikutnya, mahkota, singgasana, pemerintahan dan agama akan digulingkan” maksudnya bukan hanya agama-agama yang diganti, akan tetapi para pengikutnya akan membentuk pemerintahan atau kekhalifaan (Daulah Islamiyah).
  • “dan bukannya kuil berhala atau kuil api” maksudnya agama islam tidak menyembah berhala dan juga tidak memuja api.
  • “di rumah Abad justru akan terlihat sebuah tempat yang ke arahnya sembahyang akan dihadapkan” maksudnya rumah Abad yaitu rumah yang dibangun oleh Abad (Ibrahim) adalah Ka’bah sebagai kiblat agama ummat islam bersembahyang.
  • “namun terlucuti dari berhala-berhalanya” maksudnya mungkin dulunya Ka’bah dipenuhi berhala, akan tetapi setelah agama islam bangkit, semua berhala yang ada di dalam Ka’bah dilucuti.
  • “dan di sekitarnya terdapat perairan payau” maksudnya di dekat Ka’bah terdapat air zam-zam yang perairannya tidak pernah kering.
  • “Dan setelah itu mereka akan menaklukkan kuil api di Madain beserta apapun di dalamnya, Yenfud dan Newak (Tus da Balleh) serta tempat-tempat agung lainnya” maksudnya perang dikobarkan (jihad fi sabilillah) mulai dari Jazirah Arab, Persia, hingga ke Eropa
  • “Dan rasul mereka adalah orang-orang fasih lagi mendalam kata-katanya” maksudnya Muhammad rasul Allah mendapatkan wahyu dan mukjizat dari Allah yaitu alqur’an.
  • Harapan Zarathustra kepada Tuhan atas kemunculan Muhammad.

“Engkau (wahai Tuhan) di dalam (kekuasaan)-Mu kuserahkan kesusahan dan keraguanku. Biarkanlah kemudian nabi yang Engkau simpan, menemukan dan memperoleh haknya (demi) kebahagiaanku. Fikiran baik-Mu dengan anugerah yang bekerja dengan ajaib, wahai biarlah Saoshyant-Mu melihat betapa karunia dan ganjaran itu akan menjadi miliknya. Kapankah wahai Mazda, orang dengan fikiran sempurna ini akan datang? Dan kapan mereka akan mengusir dari sini, dari tanah ini (yang tercemar) oleh kesenangan para pemabuk.” (Yashna 48:9).

Cakra Ningrat menafsirkan:

Nabi Zarathustra berserah diri kepada Tuhan atas rencana Tuhan mengutus nabi Muhammad sebagai rasul yang ajaran-ajarannya akan menyempurnakan, menata dan menstrukturisasi ajaran-ajaran yang dibawa oleh Zarathustra.

  • Zarathustra bertanya kepada Tuhan kapan munculnya Muhammad

1. “Kapan datang pemberi yang agung! Mereka yang pada terangnya hari memegang teguh tatanan dunia yang benar, dan maju terus menekan? Kapankah skema Saoshyant penyelamat dengan wahyunya yang luhur (muncul)? Kepada siapa pertolongan dia (yakni pemimpin mereka) mendekat, dia yang mempunyai fikiran yang baik?” (Yashna 46:3).

2. “Ini kutanyakan pada-Mu wahai Ahura (Tuhan) katakan sebenarnya, kapan pujian diberikan, bagaimana (saya harus melengkapi) doa dari dia yang seperti-Mu wahai Mazda?” “Biarlah seorang seperti-Mu mendeklarasikannya dengan sungguh-sungguh kepada kawan yang seperti aku, jadi melalui ketulusan-Mu memberikan pertolongan yang bersahabat kepada kita, sehingga dengan demikian seorang seperti-Mu bisa menarik kita ke dekat-Mu melalui fikiran baik-Mu.” (Yashna 44:1).

  • Puji-pujian Zarathustra kepada Muhammad (lebih seribu tahun sebelum kemunculannya)
  1. “Kita memuja Saoshyant, dengan pedang, dengan kejayaan.” (gatha Yashna 59:28)
  2. “Saya berhasrat mendekati orang yang membaca doa; doaku, yang karenanya memelihara fikiran, fikiran yang baik, dan kata-kata yang diucapkan dengan baik, dan perbuatan yang dilakukan dengan baik, dan kesalehan yang dermawan, bahkan dia menjaga Mathra dari Saoshyant dengan amalnya dan kedudukannya akan selalu maju dalam tatanan yang benar.” (Visparad 2:5).
  3. “Anda yang beriman keagamaan yang setiap Saoshyant (Saoshyant dan para sahabatnya) yang akan menyelamatkan (kita), seorang suci yang beramal dengan penuh makna yang nyata.” (Yashna 12:7).
  4. “Dengan lagu ini (yang sepenuhnya) dinyanyikan dan demi Saoshyant yang suci, dermawan, dan abadi.” (Yashna 46:3).
  5. “Kami mengundang Saoshyant yang dermawan abadi serta salih. Dia yang terpuji (Muhammad) dan para sahabatnya untuk menolong kami, yang paling tepat serta benar dalam bicaranya; yang paling berahlak, yang paling mulia dalam pemikirannya, yang paling agung dan perkasa.” (Visparad, 4:5).

Nabi Zarathustra pengikut Muhammad

“Saya datang kepadamu, wahai yang abadi dan dermawan, sebagai seorang pendeta yang terpuji, dan pelindung, sebagai pengikat, mengalunkan (doamu) dan sebagai pendendang atas pengorbanan dan kehormatanmu, kemauan baikmu. Wahai engkau Saoshyant yang suci, dan demi doamu yang tepat waktu untuk rahmat (maksudnya; shalat lima waktu) dan demi penyucianmu, dan demi kejayaan kita dalam menghantam musuh-musuh kita yang manfaat bagi jiwa kita (Saoshyant bersamamu) dan kesucian… Wahai yang abadi penuh kedermawanan, yang memerintah dengan benar dan membukakan (bagi semuanya) yang benar: (Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini semua rahmat kehidupanku juga.” (Visparad 5:21, 11:1, 11-20).

Cakra Ningrat menafsirkan:

Nabi Zarathustra dapat dikatakan sebagai pengikut Muhammad, yang mengakui kerasulan Muhammad dan seluruh risalah yang dibawakannya. Perkataan Zarathustra “(Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini, semua rahmat kehidupanku juga” dapat ditafsirkan bahwa di hadapan Tuhan, Zarathustra adalah seorang muslim meskipun beliau tidak mengucapkan dua kalimat syahadat, mengingat Zarathustra dan Muhammad terpisah oleh jarak waktu seribu tahun lamanya. Kadar kemusliman Zarathustra sendiri melebihi kadar kemusliman sahabat-sahabat Muhammad mengingat sahabat mengakui nabi Muhammad sebagai rasul Allah setelah adanya bukti-bukti nyata, sementara Zarathustra sudah mengakui Muhammad sebagai rasul terakhir sejak seribu tahun sebelum kelahirannya atau ketika Tuhan mewahyukan kepadanya.

Ummat islam berpandangan 25 nabi dan rasul yang disebut namanya dalam alqur’an seluruhnya beragama islam (muslim), akan tetapi faktanya pandangan itu diragukan kebenarannya oleh karena bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Dari penelitian sejarah dan anthropologi dengan didukung bukti-bukti arkeologis ditemukan fakta bahwa sejak nabi Adam sampai nabi Isa (Yesus Kristus) ternyata mereka bukan muslim. Mereka tidak dapat dikatakan menganut agama islam mengingat agama islam belum ada. Apakah alqur’an yang salah dan ilmu pengetahuan yang benar, ataukah ilmu pengetahuan yang salah dan alqur’an yang benar?

Cakra Ningrat berpendapat; alqur’an “benar” dan ilmu pengetahuan “benar.” Kebenaran ilmu pengetahuan didukung oleh bukti-bukti yang nyata, sementara kebenaran alqur’an didukung oleh bukti-bukti yang gaib bagi manusia. Bukti “gaib” ini dapat saja menjadi bukti nyata bilamana kita mau melakukan analisis dan kajian kritis dengan kekuatan logika. Perkataan Zarathustra “(Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini, semua rahmat kehidupanku juga “ dianggap telah mewakili seluruh nabi dan rasul yang nama-namanya tercantum dalam alqur’an mengingat Tuhan yang telah mengutus Zarathustra, itu pula Tuhan yang telah mengangkat dan mengutus para nabi dan para rasul tersebut.

Umat islam dan ummat nasrani berbeda pendapat, bahkan mereka cenderung saling mengejek, saling menyalahkan dan saling mengerdilkan disebabkan oleh ayat alqur’an berikut ini:

“Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: ‘Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka, dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (QS. 61:6)

Seorang muslim yang lahir di Punjab-India bernama Ghulam Ahmad, merasa tersanjung dan ke-ge-er-an dalam memahami ayat tersebut karena nama “Ahmad” disebut dalam ayat itu. Dia pun mengklaim dirinya sebagai “Ahmad” yang dimaksudkan dalam surah Assaff (61:6). Dia juga mengakui dirinya sebagai Imam Mahdi, Yesus Kristus yang datang untuk kedua kalinya dan Avatar (Jelmaan Dewa) agar orang-orang Hindu-India mau menerimanya. Ghulam Ahmad adalah nabi palsu dan Mesias palsu. Dia adalah perwujudan Ad Dajjal dan para pengikutnya (Ahmadiyah) disebut Almasih Ad Dajjal (Antikristus).

Cakra Ningrat berpendapat; Nabi Isa (Yesus Kristus) secara oral tidak pernah mengucapkan kata-kata “memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya “Ahmad.” Bila “benar” nabi Isa (Yesus Kristus) pernah mengucapkan kalimat tersebut maka dipastikan kalimat itu akan tertulis dalam injil. Seluruh perkataan beliau dan seluruh jejak dan langkahnya senantiasa terekam dan tertulis di dalam injil. Ummat islam tidak perlu bertegang leher dan berteriak-teriak bahwa injil yang diimani oleh ummat nasrani adalah injil palsu, apalagi sampai menuduh mereka sengaja menyembunyikan injil yang asli (barnabas). Cakra Ningrat menampik kebenaran adanya injil barnabas.

Ummat islam “salah dan keliru” jika menyalahkan ummat nasrani yang menolak kebenaran perkataan Yesus Kristus (nabi Isa) sebagaimana ayat 61:6, karena memang Yesus Kristus (nabi Isa) tidak pernah mengucapkan perkataan tersebut. Akan tetapi ummat nasrani “salah dan keliru” jika menolak kebenaran alqur’an. Penolakan terhadap alqur’an, dengan demikian dan selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam golongan sebagai “antikristus.”

Cakra Ningrat berpendapat: Firman Tuhan dalam alqur’an (61:6) adalah ucapan Zarathustra yang diadopsi Tuhan seakan-akan nabi Isa (Yesus Kristus) yang mengucapkan kalimat itu. Tuhan ingin agar kita mengkaji dan menganalisis secara mendalam keterkaitan dan keterikatan antara Zarathustra, Yesus Kristus (nabi Isa) dan nabi Muhammad.

Dalam ajarannya, Zarathustra menyebut periode 3.000 tahun terakhir adalah masa munculnya Saoshyant setiap seribu tahun sebagai penyelamat yang akan memerintah dan memelihara bumi. Ketiga Saoshyant tersebut adalah keturunan Zarathustra. Saoshyant berasal dari kata Zendi, Persia yang artinya “Terpuji.” Ketiga Saoshyant yang dimaksud oleh Zarathustra adalah:

1. Yesus Kristus atau nabi Isa alaihissalam telah memberi petunjuk pada kita bahwa perkataan Zarathustra “benar” adalah wahyu Tuhan (Ahura Mazda). Hal ini dibuktikan dalam sejarah dengan kedatangan orang-orang Magus (Majusi) dari Timur (Persia) dimana mereka adalah para pengikut Zarathustra yang datang saat Yesus Kristus (nabi Isa) baru saja dilahirkan oleh Maria (Maryam). Pada waktu kelahirannya orang-orang Yahudi belum mengetahui bila “Emanuel” telah lahir di Betlehem. Sejarah mencatat justru para pengikut Zarathustralah yang pertama-tama mengetahui kelahiran beliau. Mereka datang menyambut kelahirannya dan memberi persembahan emas, kemenyan, dan mur. Kedatangan mereka “bukan” untuk beriman dan menjadi pengikut Yesus Kristus (nabi Isa alaihissalam) sebab para pengikut Zarathustra (orang Majusi) meyakini masih ada Saoshyant yang kedua yang dinubuatkan akan muncul.

2. Ahmad, dalam bahasa Arab artinya “Terpuji” memiliki makna yang sama dengan kata “Saoshyant” yang dalam bahasa Zendi, Parsi juga bermakna “Terpuji.” Meski tidak secara langsung diucapkan sendiri oleh Yesus Kristus (nabi Isa), akan tetapi dengan terdapatnya kata “Ahmad” dalam alqur’an (61:6) yang bermakna “terpuji” (Saoshyant) maka secara implisit alqur’an mengakui kebenaran wahyu Tuhan yang pernah diturunkan kepada Zarathustra.

Sejarah mencatat dan ilmu pengetahuan membenarkan seluruh pengikut Zarathustra beriman kepada Saoshyant kedua (nabi Muhammad) setelah nabi Muhammad meletakkan dasar-dasar agama islam. Yang mendasari pengikut Zarathustra memeluk agama islam adalah perkataan Zarathustra “(Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini, semua rahmat kehidupanku juga.” Tidak dapat dipungkiri bahwa pengikut Zarathustra masih ada yang bertahan dengan agamanya, hal ini disebabkan karena mereka menantikan kelahiran Saoshyant yang ketiga (terakhir).

Disebutkannya kata “Ahmad” dalam alqur’an oleh karena alqur’an menggunakan bahasa Arab, sebagaimana bahasa yang digunakan oleh nabi Muhammad. “Terpuji” dalam bahasa Yahudi disebut Himdath, bahasa Ibrani disebut Hamida, bahasa Yunani Parakletos dan bahasa Zendi, Parsi disebut Saoshyant.

Hikmah dari penyebutan “Ahmad” dalam alqur’an (61:6) adalah untuk menjebak Ghulam Ahmad yang merupakan personifikasi dan perwujudan dari Ad-Dajjal untuk menggenapkan Lamekh. Oleh karena itu para pengikut Ghulam Ahmad dapat disebut sebagai Almasih Ad Dajjal atau Antikristus.

3. Tuhan terkesan sangat menjaga kerahasiaan wahyu-Nya yang pernah Dia turunkan kepada Zarathustra tentang kemunculan tiga Saoshyant yang dijanjikan. Ini disebabkan karena Zarathustra berpandangan pada periode 3.000 tahun kedua, Ahura Mazda (Tuhan) dan Angra Mainyu (Ahriman) beradu kekuatan, keduanya berusaha saling kalah-mengalahkan. Dalam menghadapi Ahriman (Ad Dajjal), Ahura Mazda (Tuhan) senantiasa diwakili oleh Saoshyant, sehingga wajar dan sangat beralasan jika Saoshyant sangat dijaga kerahasiaannya oleh Ahura Mazda (Tuhan).

Tuhan memakai pengikut Zarathustra untuk menyambut kelahiran dan memberi persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur kepada Saoshyant yang pertama (Yesus Kristus / nabi Isa). Kemudian Tuhan memakai dan mengatasnamakan Yesus Kristus / nabi Isa (Saoshyant yang pertama) untuk menyampaikan pesan akan “datangnya” seorang rasul yang namanya Ahmad (Saoshyant). Ahmad adalah Muhammad rasul Allah. Muhammad adalah Saoshyant (Ahmad) yang kedua. Adapun Ahmad (Saoshyant) yang pertama adalah Yesus Kristus / nabi Isa alaihissalam. Ummat islam keliru bila berasumsi bahwa Ahmad adalah nama kecil Muhammad. Ahmad bukan nama seseorang, tapi Saoshyant (Terpuji) yang dalam bahasa Arabnya disebut Ahmad (Terpuji).

Masih dalam mata rantai Saoshyant, selanjutnya Tuhan memakai nabi Muhammad (Ahmad yang kedua atau Saoshyant yang kedua) untuk menyampaikan pesan kepada ummat manusia melalui hadits-haditsnya bahwa Saoshyant yang ketiga (terakhir) akan muncul menjelang akhir dunia ini . nabi Muhammad menamakan Saoshyant terakhir sebagai Imam Mahdi.

Dalam bahasa Arab; “Imam Mahdi” bermakna Pemimpin Yang Diberi Petunjuk. Imam Mahdi tidak dapat disebut Ahmad (terpuji) oleh karena manusia tidak dikehendaki Tuhan untuk mengetahui sosoknya dan di mana keberadaannya. Ahmad (Terpuji) yang pertama adalah Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam). Beliau telah digenapkan oleh Ahmad (Terpuji) yang kedua yaitu nabi Muhammad. Karena “Ahmad” telah digenapkan maka Imam Mahdi tidak memiliki hak untuk disebut Ahmad (Terpuji). Dalam nubuatnya (ramalannya) leluhur kita Jayabaya mengatakan: “Dia tidak ingin dipuji oleh orang setanah Jawa (Indonesia dan dunia) tapi dia hanya memilih beberapa orang saja.”

Sampai kapanpun Tuhan tetap merahasiakan keberadaan Imam Mahdi. Imam Mahdi bertugas menghancurkan Ahriman (ad Dajjal) dan seluruh pengikut-pengikutnya agar YANG MAHA TERPUJI (TUHAN SEMESTA ALAM) dapat muncul dan mempersaksikan diri-Nya sebagai satu-satunya TUHAN YANG MAHA ESA. Kemunculan Tuhan disebut sebagai Hari Berbangkit atau Hari Penghakiman.

Dan marilah kita cermati bagaimana wahyu Tuhan kepada Zarathustra tentang Imam Mahdi (Saoshyant terakhir) dan wahyu Tuhan yang berhubungan dengan hari berbangkit / penghakiman.

Saoshyant yang ke tiga (terakhir)
Saoshyant yang ke tiga atau Saoshyant yang terakhir adalah Imam Mahdi. Imam Mahdi menggenapkan Muhammad sekaligus menggenapkan Yesus Kristus Yang datang Kedua atau dalam iman islam disebut Turunnya Isa Almasih. Penggenapan-penggenapan ini di luar konteks sebagai “Yang Terpuji” (Ahmad). Orang-orang zoroasterianisme mengenal Imam Mahdi dalam sebutan Bahramsyah (Bahramshah).

Keadaan ummat manusia sebelum Imam Mahdi muncul.

1. “Yang paling berkuasa di antara Farvarshis dari kaum beriman, wahai spitma! Adalah orang dari hukum yang primitif, atau mereka yang pada saat Saoshyant belum dilahirkan, siapakah yang memperbaiki dunia?” (Fravadin Yasht 13:17). Dalam sarosh yasht mereka disebut kawan dari Saoshyant (Sarosh yasht 4:17).

2. “Jalan ini telah diwahyukan oleh Ahura (Tuhan) sebagai fikiran Tuhan sendiri, dibuat dari perintah yang diwahyukan dari Saoshyant, kebijakan yang tertinggi. Seperti juga dari kata-kata dari perbuatan tulus dari Saoshyant tidak hanya diumumkan dan dibuat, melainkan jalan itu dijadikan hukum.” (Gatha Yashna 34:13).

Ditafsirkan sebagai hukum-hukum agama seperti pelaksanaan syariah, ibadah dan muamalah yang dijalankan oleh ummat sejak dulu sampai sekarang ini. Kawan dari Saoshyant ditafsirkan sebagai pemuka-pemuka agama, kristen maupun islam, (paus, pastor, pendeta, ulama, ustads, kiyai, dsb.).

Nubuat Zarathustra akan kelahiran Imam Mahdi.

“Saoshyant dilahirkan di Khavniras, yang membuat jiwa yang jahat tak berdaya dan menyebabkan kebangkitan (eksistensi spiritual dan masa depan).” (Bundahish 11:5)

Wahyu Tuhan tentang sosok Imam Mahdi (Saoshyant ke tiga).

“Kita memuja semua Farvashis yang baik, heroik, dermawan dari para wali dari Gaya Meretan (yang diciptakan pertama) sampai Saoshyant yang jaya.” Tanya: “Mazda (Tuhan) membuat proklamasi; kepada siapa itu diumumkan? Jawab: Seseorang yang suci, dan orang bumi yang berhubungan dengan langit. Tanya: Bagaimana sifatnya, Dia yang membuat emansipasi suci ini? Jawab: Dia yang terbaik dari seluruh penguasa. Tanya: Karakter yang bagaimana? (apakah dia memproklamasikan dirinya sebagai dia yang akan datang ?) Jawab: Sebagai yang suci dan terbaik, seorang penguasa, yang menjalankan kekuasaannya tanpa kekerasan dan tanpa kediktatoran.” (Yashna 19:20).

Cakra Ningrat menafsirkan:
Imam Mahdi adalah seorang yang suci dan orang bumi. Dia lahir, tumbuh, dan berkembang seperti manusia biasa yang ada di bumi. Dia berhubungan dengan langit. Maksudnya dia pernah naik ke langit. Mengetahui rahasia langit. Segala perkataan dan perbuatannya senantiasa berhubungan dengan langit. Sifatnya; Dia yang terbaik dari seluruh penguasa. Sebagai yang suci dan terbaik, seorang penguasa yang menjalankan kekuasaannya tanpa kekerasan dan kediktatoran. Dia tidak akan memproklamasikan dirinya sebagai “dia yang dinantikan.” Dia selalu menyembunyikan dirinya (piningit). Meskipun dia sebagai yang suci dan terbaik, akan tetapi dia tidak ingin dipuji. Dia bukan yang terpuji. Agar manusia tidak memujinya, maka dia terus menerus menyembunyikan dirinya. Baginya; Tuhan adalah pemilik segala kesucian yang terjaga dan pemilik segala puji-pujian yang terbaik.

   Kekuasaan Imam Mahdi (alam gaib dan alam nyata).

Saoshyant yang akan menurunkan, dengan sepenuh perintah dari dunia, dengan pengagungan dari mahkluk-mahkluk gaib, dan dengan kepuasan dari malaikat dalam kemurtadan dan kekolotan dari segala macam yang tidak terampuni, dan penggenap dari perbaikan melalui kesinambungan agama yang murni. Dan melalui karya persaudaraan yang mulia tanpa cela, penguasa semacam itu bila dilihat di atas matahari dengan kudanya yang sangat cepat, cahaya dari zaman dahulu, dan yang menyingkirkan semua kegelapan, kemajuan pencahayaan yang memperagakan siang dan malam dari dunia, berkaitan dengan kelengkapan yang sama dari renovasi alam semesta, dikatakan bahwa dalam wahyu Mazda (Tuhan) memuji, bahwa cahaya yang besar ini pakaian ketulusan yang disukai” (Dadistan I Dinik Bab 2:13-15).

Ditafsirkan: Imam Mahdi, penguasa dua alam yaitu alam gaib dan alam nyata. Di alam gaib dia diagungkan oleh mahkluk-mahkluk gaib. Malaikat merasa puas karena dia menghapus dosa yang tidak terampuni yaitu “kemusyrikan” (kemurtadan dan kekolotan). Dia adalah seorang “penggenap” dari semua keyakinan agama yang murni. Dia menciptakan dan membangun suasana “persaudaraan” tanpa cela, tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya. Dia melakukan semua itu dengan segenap “ketulusan” tanpa berharap diberi imbalan. Dia menyingkirkan semua kegelapan dunia, berkaitan dengan kelengkapan (penyempurnaan) renovasi alam semesta.

    Imam Mahdi memimpin perang.

“Kita menyampaikan pujian kepada Farvarshis yang baik, perkasa, dari kaum beriman yang berjuang di tangan kanan pangeran yang memerintah. Mereka datang beterbangan kepadanya, seolah mereka burung-burung yang bersayap baik. Mereka datang sebagai senjata dan perisai, menjaga di belakang dan di hadapannya, dari musuh yang tak terlihat, dari perempuan Varenya yang ditemuinya, dari pembuat kejahatan, cenderung kepada kerusakan dan dari musuh yang sungguh mematikan, Angra-Mainyu. Ini seolah ada seribu orang yang memusatkan perhatian kepada seorang, namun demikian tak ada pedang yang terhujam, atau penggada yang memukulnya, atau panah yang mengenainya, atau busur yang ditusukkan atau batu yang terlempar dari tangan yang bisa menghancurkannya” (Farfadin Yasht 63:70-72).

Cakra Ningrat menafsirkan:
Imam Mahdi berperang dan memimpin peperangan di dunia gaib, Imam Mahdi dikepung di semua arah. Di hadapan dan di belakangnya. Di samping kiri dan kanannya. Meski peperangan itu berlangsung di dunia gaib, akan tetapi nyawa Imam Mahdi menjadi taruhan sebab yang dia hadapi adalah musuh yang sungguh dapat mematikannya yaitu Angra-Mainyu. (Iblis laknatullah atau Ad Dajjal) namun Imam Mahdi selamat dan tetap jaya.

Pengharapan Zarathustra atas kemunculan Imam Mahdi.

“Saoshyant yang jaya, semoga Fravarshis dari kaum beriman datang secepatnya kepada kita: “Semoga dia datang membantu kita.” (Farvardin Yasht 29:145).

Pengikut Imam Mahdi menurut Zarathustra.

“Dan kawan-kawannya akan maju ke depan, sahabat dari Astvat-ereta (Saoshyant) yang menebas iblis, berfikir baik, berbicara baik, berbuat baik, mengikuti syariat yang baik, dan yang lidahnya tak pernah mengucapkan kata palsu sepatah pun.” (Zamyad yasht).

Hari Berbangkit (Hari Penghakiman)

“Dalam tahun ke 57 dari Saoshyant mereka mempersiapkan semua yang mati dan semua manusia berdiri; siapa pun yang tulus maupun siapa pun yang jahat, setiap makhluk manusia, mereka bangkit dari titik dimana hidup berpisah. Setelah itu ketika semua makhluk hidup memakai lagi jasad dan bentuk mereka. Kemudian mereka mengelompokkan (Bara yeha bund) menjadi satu kelas tunggal.” (Bunda hish Bab 30:6-27).

KESIMPULAN
Sesungguhnya Saoshyant ke tiga yang dinanti oleh ummat zoroasterianisme bukan hanya untuk mereka, akan tetapi untuk seluruh ummat manusia. Bahramsyah (Bahramshah) juga bukan untuk orang-orang Majusi saja, Imam Mahdi tidak diperuntukkan hanya untuk ummat islam tapi untuk seluruh ummat manusia. Ummat nasrani keliru jika beranggapan Kedatangan Yesus Kristus yang kedua hanya untuk mereka saja. Kedatangan Yesus Kristus yang kedua atau turunnya Isa Almasih untuk menyelamatkan ummat manusia tanpa memandang agama apa yang mereka anut. Demikian pula terhadap munculnya Buddha Matteya, kemunculannya bukan hanya untuk tujuan mencerahkan dan mengajarkan “dhamma” kepada ummat Buddha, akan tetapi dhamma akan dibabarkan kepada seluruh ummat manusia.

Turunnya Awatara Wisnu yaitu Kalki Awatara tidak dimaksudkan hanya untuk ummat hindu saja, akan tetapi Kalki Awatara akan turun untuk menyelamatkan ummat manusia yang melaksanakan Dharma Kebenaran.

Tuhan Semesta Alam bersifat universal dari sisi mana pun kita memandangnya, oleh karena itu sosok yang akan muncul ini yang merupakan representasi atau manifestasi Tuhan harus bersifat universal, dari sisi mana pun kita memandangnya.

Begitu banyak artikel-artikel tentang Imam Mahdi yang beredar di internet atau buku-buku edisi lux yang telah diterbitkan, akan tetapi semua itu masih bersifat sektarian semata. Satu di antaranya buku yang berjudul IMAM MAHDI MUNCUL 2015 yang ditulis oleh Djabber Bolushi dan diterbitkan oleh Papyrus Publishing 2007. Seluruh materi yang terdapat dalam artikel ini merupakan tanggapan kritis penulis terhadap Djabber Bolushi yang telah banyak meresahkan ummat terutama ummat islam (sunni).

Artikel sederhana ini hanya sebuah pengantar untuk menuntun kita kepada pintu untuk berfikir yang benar dalam memahami keberadaan “sosok” yang dijanjikan Tuhan kepada kita. Sosok misteri yang oleh leluhur kita menyebutnya sebagai SATRIO PININGIT. Nabi Zarathustra mengatakan Saoshyant ke tiga (Satrio Piningit) tidak akan memproklamasikan dirinya bahwa “dialah yang dijanjikan Tuhan.”

Tentu saja kita tidak dapat menafikan bahwa ada segelintir orang yang mungkin saja hitungannya hanya berbilang jari yang telah mengetahui sosok yang selalu “menyembunyikan dirinya.” Dalam hadits nabi Muhammad SAW; segelintir orang tersebut adalah pengikut Imam Mahdi yang telah dibai’at. Berharap kepada mereka, sungguh mustahil bila mereka mau membantu kita menunjukkan siapa sesungguhnya pemimpin (imam) mereka. Dalam injil, mereka itu menggenapi murid-murid Yesus Kristus atau dalam alqur’an mereka disebut sebagai penggenapan kaum Khawariyyun. Dalam Zamyed Yast, nabi Zarathustra menyebut mereka sebagai kawan-kawan atau sahabat-sahabat Saoshyant.” Dan kawan-kawannya akan maju ke depan, sahabat dari Astvat-ereta (Saoshyant) yang menebas iblis, berfikir baik, berbicara baik, berbuat baik, mengikuti syariat yang baik dan yang lidahnya tak pernah mengucapkan kata palsu sepatah pun.”

Iblis yang selalu menyesatkan manusia di jalan yang benar akan tertebas dengan sendirinya bilamana kita berfikir baik, berbicara baik, dan berbuat baik. Mengikuti syariat yang baik tidak dimaksudkan sebagai melaksanakan shalat lima waktu atau rajin ke gereja setiap Minggu, tapi syariat yang baik adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan kita yang positif dan membawa manfaat yang baik buat diri sendiri dan keluarga kita. Dan janganlah mengucapkan kata-kata palsu. Kata-kata palsu diartikan sebagai perkataan dusta atau pun fitnah. Orang yang suka berkata dusta, suka bergosip, suka bergunjing, dan senang menebar fitnah dapat dimasukkan ke dalam golongan sebagai orang yang disukai atau disenangi oleh Ad Dajjal.

PENUTUP
Cakra Ningrat dan keluarga menyampaikan salam dan takzim kepada segelintir orang yang ditakdirkan Allah sebagai pengikut Imam Mahdi. Kalianlah yang menggenapkan murid-murid Yesus Kristus. Kalian adalah saksi yang menyaksikan segala mu’jizat keilahian dari seseorang yang suci, orang bumi yang berhubungan dengan langit, yang terbaik dari seluruh penguasa yang menjalankan kekuasaannya tanpa kekerasan dan kediktatoran. (Yashna 19:20).

Dalam alqur’an (5:82) Tuhan berfirman:

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya, terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya, kamu dapati yang paling dekat persahabatannya, dengan orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Yang demikian itu, disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani), terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (QS.5:82)

Cakra Ningrat menafsirkan:

Yang paling keras permusuhannya terhadap orang yang beriman (islam) ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Musyrik menurut syariat islam adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan apa pun. Dalam arti yang lebih luas, sikap berlebih-lebihan terhadap kehidupan dunia, terlalu mencintai seseorang atau sangat taat atau sangat takut kepada seseorang atau kekuatan lain, dapat digolongkan sebagai musyrik. Sifat-sifat orang musyrik sama dengan sifat orang-orang Yahudi yang bersikap berlebih-lebih terhadap golongannya dan entitas suku bangsanya dalam kehidupan dunia. Orang Yahudi memiliki kesamaan sifat dengan orang-orang musyrik yang tidak meyakini adanya kehidupan Akhirat.

Dan sesungguhnya, kamu dapati yang paling dekat persahabatannya, dengan orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Orang nasrani meyakini adanya TUHAN Allah, adanya kekuasaan Allah dan adanya kehidupan akhirat yaitu kerajaan Tuhan di syurga.

Yang demikian itu, disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani), terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Bahwa persahabatan yang paling dekat antara orang-orang Nasrani dan orang islam disebabkan karena adanya pendeta-pendeta dan rahib-rahib (juga) yang tidak menyombongkan diri.

Cakra Ningrat berpendapat:

  1. “Persahabatan yang paling dekat” dapat diartikan sebagai sebuah ikatan yang terbina, terjalin, dan terjaga dalam sebuah hubungan persahabatan dalam nuansa keilahian. Persahabatan yang paling dekat ini dapat dianalogikan sebagaimana seperti “sekeping mata uang.”
  2. Alqur’an mengakomodir, menerima, dan mengakui peran aktif seluruh Bapa-Bapa Pendeta dan rahib-rahib Nasrani yang selama ini membimbing ummatnya sebagaimana prinsip ajaran Nasrani, secara implisit (tersirat) dan secara intrinsik (hakiki), alqur’an membenarkan ajaran-ajaran dan agama Nasrani. Hukum membenarkan ajaran-ajaran Nasrani adalah ajaran Tuhan dan agama Nasrani adalah agama Tuhan.
  3. Apabila ummat Nasrani berfikir atau melakukan perbuatan yang “bermusuhan” terhadap ummat islam seperti memperolok-olok nabi Muhammad dan atau merendahkan dan mengotori ayat-ayat suci alqur’an, maka yang salah bukan ummat Nasrani, akan tetapi para pendeta dan rahib Nasrani. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban para pendeta dan para rahib Nasrani atas pelanggaran perbuatan mereka yang telah menyombongkan diri.
  4. Apabila ummat islam mengingkari “persahabatan yang paling dekat” dengan ummat nasrani dengan cara memperolok-olokkan Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) dan tidak mengakui kebenaran Alkitab (Taurat, Zabur / Mazmur dan Injil / Perjanjian Baru) maka yang salah bukan ummat islam, akan tetapi para ulama yang telah berbuat melampaui batas-batas kepatutan.
  5. Guna membuktikan kebenaran alqur’an dan mengakhiri permusuhan antara ummat islam dan ummat nasrani sebagai akibat dari perbuatan Bapa Pendeta yang telah menyombongkan diri dan para ulama yang terbatas pengetahuannya tentang alqur’an, maka Tuhan mendambakan kemunculan seorang sosok yang bergelar Imam Mahdi / Yesus Kristus untuk mempersatukan mereka ke dalam tangan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Demikianlah artikel sederhana ini kami tuliskan, semoga membawa manfaat dan dapat menyadarkan serta mencerahkan logika dan akal fikiran kita. Amin.

Senin, 31-3-2014

(Hari Raya Nyepi)

SATRIA (PININGIT), PRESIDEN KE-7 ADALAH JOKO LELONO

Download Artikel

SATRIA (PININGIT), PRESIDEN KE-7 ADALAH JOKO LELONO
Oleh: Cakra Ningrat

Bangsa Indonesia sebentar lagi akan melaksanakan perhelatan akbar, pesta demokrasi berupa penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR, DPD, DPRD Tk.I Propinsi dan DPRD Tk. II Kabupaten/ kota. Tanggal 9 April 2014 kemudian setelah itu bangsa Indonesia kembali mengikuti pemilihan umum tanggal 9 Juli 2014 untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Itu berarti bangsa Indonesia akan mengikuti pemilihan umum sebanyak 2 (dua) kali.
Tentu saja hal itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 oleh karena dalam pasal 22E disebutkan:

1)      Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali

2)      Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Setelah diadakan uji materi (judicial review) UU no. 42 Tahun 2008 tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden terhadap UUD 45 oleh Mahkamah Konstitusi maka hakim konstitusi  di satu sisi berpandangan, berberapa Pasal UU no. 42/2008 tentang pemilu Presiden dan Wakil Presiden bertentangan dengan UUD 1945, sehingga pasal-pasal tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Namun di sisi lain Mahkamah Konstitusi berpandangan bahwa pemilu serentak baru akan diberlakukan tahun 2019 dan seterusnya.

Keputusan MK No. 14/PUU-XII/2013 tanggal 23 Januari 2014 menyatakan bahwa pasal-pasal dalam UU N0. 42 Tahun 2008 tentang pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan setelah pemilu legislatif dianggap tidak berlaku lagi. Namun di sisi lain MK memutuskan pemilu serentak baru bisa dilaksanakan 2019. Jelas keputusan MK ini bertentangan dengan UU MK Pasal 4F yang memerintahkan keputusan MK berlaku sejak keputusan hakim dibacakan. Keputusan tersebut bersifat mengikat.

Bila keputusan MK ditunda pelaksanaanya ke tahun 2019 maka keputusan itu tidak mengikat. Siapapun pemimpin (Presiden) yang dihasilkan dalam pemilu kali ini sifatnya tidak mengikat, tidak legal dan tidak kontitusional. Ini semua disebabkan oleh ulah segelintir orang yang haus akan kekuasaan. Terlena oleh pangkat dan kedudukan yang menyilaukan mata. Terlena dengan empuknya duduk di kursi dan menikmati fasilitas jabatan.

Kenikmatan hidup yang berkecukupan. Kemewahan fasilitas yang termanjakan dipersembahkan dan disediakan oleh rakyat yang sebagian besar masih hidup dalam derita dan penderitaan. Rakyat yang sabar dan lugu. Rakyat yang serba salah dan bingung dalam memilih buah simalakama. Bila ikut pemilu maka ikut serta memilih pemimpin inkonstitusional. Bila tidak ikut pemilu maka membiarkan pemimpin yang inkonstutisional terpilih dan berkuasa. Namanya pesta demokrasi, maka rakyatpun tahunya ikut serta larut dalam pesta meski tidak tahu akan adanya bahaya di depan mata.

Ratusan tahun lalu, leluhur-leluhur kita sudah memprediksi bakal terjadinya bahaya yang bakal menimpa anak-cucunya. Leluhur kita menyebut bahaya besar itu sebagai GORO-GORO yang menyebabkan bangsa ini chaos. GORO-GORO atau GARA-GARA dapat diartikan sebagai sebuah kasus hukum atau perkara hukum yang keputusannya menyalahi hukum dan pelaksanaannya berdasarkan ketetapan hukum yang salah. Kita akan memilih pemimpin (Presiden) yang inkonstitusional. Kelak pemimpin yang salah akan memimpin rakyat yang salah. Inilah goro-goronya.

Oleh karena kesalahan kita sudah sangat mendasar dan menyeluruh maka leluhur-leluhur kita akan bangkit dari kuburnya. Tuhan akan membangkitakan leluhur kita dengan dasar hukum:

  1. Kita telah salah memilih pemimpin sebagai mana yang diamanahkan oleh UUD 1945 yang dibuat oleh leluhur kita. Kemerdekaan bangsa ini bukan hadiah atau pemberian akan tetapi perjuangan panjang para leluhur yang telah mengorbankan nyawa dan hidupnya dimasa lalu.
  2. Kita telah menyia-nyiakan dan mempermain-mainkan nasehat leluhur seakan-akan kita lebih tahu segalanya. Kita ingin mendapatkan pujian meski itu hanya sesaat sementara kita tidak tahu bahwa sesungguhnya kita salah dalam menerjemahkan nasehat leluhur.

Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia tidak akan mampu mengatasi dan mengamankan keadaan sebab mereka juga punya leluhur. Leluhur kita sangat banyak. Mereka seperti benang kusut karena adanya ikatan kawin-mawin di masa lalu sampai kita ini ada sekarang. Jumlah mereka lebih banyak di banding kita yang hidup saat ini.

Mereka semua merasa berhak atas diri kita. Mereka memperebutkan kita untuk dibawa ke jalan yang benar. Yaitu jalan untuk menemukan pemimpin yang benar. Tidak dapat dibayangkan kekacauan yang ditimbulkannya. Tidak ada lagi hukum yang dapat mengatur dan menertibkan keadaan itu. Sungguh mengerikan!.

Keadaan mengerikan itu sudah lama diwasiatkan oleh leluhur kita, akan tetapi kitalah yang mengabaikannya. Kita terlalu sombong dan sok tahu dalam menafsirkan nasehat-nasehat mereka. Nasehat mereka saya sebut sebagai PESAN LELUHUR. Pesan ini saya copy-paste dari blog SPTM seperti berikut ini:

Pakem yang kami uraikan ini hampir tidak pernah didengar atau dibicarakan oleh publik karena tidak pernah dipublikasikan. Pakem ini hanya diketahui oleh orang-orang tertentu yang jumlahnya pun sangat terbatas karena penyampaiannya hanya dilakukan secara temurun dari orangtua kepada anak-anaknya. Pakem ini disampaikan oleh Imam Masdariyanto, seorang mantan Kepala Desa di Jember, Jawa Timur. Ia memperoleh pakem ini dari ayahnya, Syamsul, seorang carik (sekretaris desa) Desa Srengat Blitar, pada 1972.
 
ROJO HERU COKRO KASIO-SIO
 
Timbule Rojo Kapisan, Besuk ing tanah Jawa ono rojo tanpa serat kang paring asma Heru Cokro, yaiku Raja kang isa ngangkat martabate bangsa. Lengsere Heru Cokro besuk yen ono gunung-gunung padha jugrug wong wadon angger wani.
 
Munculnya Raja pertama, besok ditanah Jawa ada raja tanpa serat yang bernama Heru Cokro yaitu Raja yang bisa mengangkat martabat bangsa. Lengsernya Heru Cokro kalau ada Gunung-gunung pada meletus dan wanita menjadi berani.
 
ROJO ASMORO KINGKIN ANGKORO ARTO
 
Timbule Raja Kapindho, Gara-gara anane udan salah mangsa, lintang kemukus ing wetan parane, yen parak esuk nagtanake sunare. Patondho Jawa bakal ana perkara kang luwih gede saka pagebluk wulan sura bareng karo metuni macan loreng aran Asmara Kingkin.
 
Munculnya raja kedua gara-gara adanya hujan salah musim, komet disebelah selatan pada saat hampir pagi hari memunculkan cahayanya pertada jawa akan ada perkara yang lebih besar daripada kelaparan (krisis pangan) dibulan suro bersamaan dengan keluarnya Macan belang bergelar Asmoro Kingkin.
 
Asmara Kingkin dadi raja ing tanah Jawa akeh kawula kang ora ngerti apa-apa dadi tumbaling Negara, lampus saka tangane Asmara Kingkin. Asmara Kingkin dadi raja ing Tanah Jawa misuwur tumekane monco negara.
 
Asmoro Kingkin menjadi raja ditanah jawa banyak masyarakat yang tidak tahu apa-apa menjadi tumbalnya Negara yang dilakukan oleh tangannya sendiri Asmoro Kingkin. Asmoro Kingkin menjadi raja ditanah jawa tersohor sampai keluar negeri.
 
Besuk yen wis teko titi mangsa lengsere Asmara Kingkin yo kuwi soko turune dhewe. Lan yen wis ono wong kang kerokan lan glindingan. Senuk-senuk padha mlaku yaiku pratandha lengsere Asmara Kingkin.
 
Besok pada waktunya, lengsernya Asmoro Kingkin disebabkan oleh turunan (anaknya) sendiri. Dan kalau sudah ada orang yang mengeruk dan menggilas. Senuk-senuk berjalan, itulah pertanda lengsernya Asmoro Kingkin.
 
ROJO SOKO SEBERANG
 
Timbule Raja Katelu, Besuk ing Tanah Jawa ono raja anyar kang ora disangka-sangka pawongan iku saka tanah sebrang peparap Mak Kasar. Dadi raja ing Tanah Jawa suwene mung sak umur bayem, nanging Tanah Jawa ora malah tenterem mung ndadekne kocar-kacire bangsa lan negara. Akeh wong Jawa padha keplayu metu saka negarane dewe. Raja Mak Kasar nyuwil negara kang ana sisih wetan panggone. Yoiki pratandha lengsere Raja Mak Kasar.
 
Munculnya raja ketiga, kelak ditanah jawa ada raja baru yang tidak disangka. Orang tersebut dari seberang (luar jawa) bernama Mak kasar. Menjadi Raja ditanah jawa Umurnya hanya sebentar (tanaman bayam), namun Tanah jawa jadi tidak aman (tentram) malah menjadi kacau balau, banyak orang jawa berlarian meninggalkan Tanah jawa karena Raja Makkasar Minta negara bagian Timur. sebagai pertanda jatuhnya Raja Makkasar. (Lengser keprabon)
 
ROJO TANPO NETRO
 
Timbule Raja Kapapat, Ono raja saka tanah Arab kang peparab Samsudin. Raja tanpa netra bisa maca, tanpa suku bisa mlaku ngupadi turune Heru Cokro.
 
Munculnya raja keempat, ada raja dari Arab yang bernama Samsudin. Raja tanpa mata bisa membaca, tanpa kaki bisa berjalan mencari keturunan Heru Cokro.
 
Samsudin dadi raja para kawula alit lir kados medale laron sing kurang duga, tumpang suh mabure. Opo wae digampangake. Para manggalaning praja mantra bupati ora ana ajine. Ya kuwi lengsere Samsudin.
 
Samsudin menjadi raja rakyat kecil bagaikan keluarnya laron yang berserakan, terbang tak beraturan. Apa saja digampangkan. Para abdi Negara tidak menghormati ucapan bupati. Itulah lengsernya samsudin.
 
ROJO TUNO WICORO
 
Timbule Raja Kaping Limo, Raja Samsudin nuli nimbali mego ingkang sampun kacandhak. Ature Raja Samsudin, “Panjenengan sejatine turune Heru Cakra kang bisa nentremake negara ing Tanah Jawa. Aku enggal pamit marang sliramu, aku arep bali nang negaraku. Iki wis rampung anggonku ngupadi sliramu. Ayo padha samat-sinamatan, kajen-kinajenan. Sliramu wis jumeneng dadi ratu ing Tanah Jawa, kula semanten ugi mugi-mugi saged damel sireping negari sak mentawis.
 
Munculnya raja kelima, samsudin kemudian memanggil mega/awan yang sudah didapatnya. Raja samsudin berkata “anda sebenarnya adalah keturunan Heru Cokro yang bisa mententramkan Negara tanah jawa. Aku segera pamit kepadamu, aku akan kembali ke negaraku. Ini sudah selesai pencarianku terhadapmu. Mari kita saling memperhatikan dan saling menghargai. Anda sudah menjadi ratu di tanah jawa, demikian juga saya semoga bisa menjadi damainya Negara ini sementara.
 
ROJO NOTO KUSUMO
 
Timbule Raja Kaping Enem, Bebarengan karo ki dhalang mundhut lakone lahire Batharakala, ana satriya kang sulistya ing rupa kang gentur tapane akeh prihatine anduweni gegaman saka wong tuwane jejuluk Kyai Samber Nyawa, ya kuwi raja ing Tanah Jawa peparap Nata Kusuma kang bebarengan satriya saka Tanah Sebrang sing kasusupan sukmane batharakala. Jumenenge Natakusuma dadi raja ananing negara akeh prahara. Kawula padha kaweden, yaiku pratandha lengsere Natakusuma.
 
Munculnya raja keenam, bersamaan dengan kidalang mengambil lakon lahirnya Batharakala, ada satria yang berwajah tampan yang rajin bertapa banyak prihatinnya (tingkat spiritual yang tinggi) mempunyai senjata dari orangtuanya yaitu kiyai Sambar Nyawa, inilah raja ditanah Jawa bergelar Noto Kusumo yang bersamaan dengan satria dari seberang yang ke susupan sukmanya Bhatarakala. Pada saat Noto Kusumo menjadi raja Negara banyak terjadi prahara, rakyat pada ketakutan, itulah pertanda lengsernya Noto Kusumo.
 
ROJO JOKO LELONO PRANOTO NUSWANTORO
Raja Pemuda Pengembara Penata Nusantara
 
Timbule Raja Kaping Pitu, Ing Tanah Jawa ana sawijining padepokan sisih kulone Gunung Jamur Dipo. Ana Begawan kang apeparap Begawan Srikilokilo. Begawan Sriklokilo kagungan putra kakung aran jaka Lelana.
 
Munculnya raja ketujuh, ditanah jawa ada suatu padepokan disebelah barat gunung Jamur Dipo. Ada guru bernama Begawan Srikilokilo. Begawan Srikilokilo mempunyai anak lelaki bernama Joko Lelono.

Begawan Srikilo-kilo mlayu saka Tanah jawa , kalunta-linta uripe ing negara manca. Ora pati-pati bali ing tanah Jawa yen during Raja Heru Cakra lengser kepabron saka Tanah Jawa. Sak lengsereipun Raja heru Cakra, begawa Sriklokilo bali ing Tanah Jawa madhepok ing sukuning Gunung Jamur Dipo. Nggulawentah kang putra jaka Lelana kagambleng wonten kawah candradimuka dadiyo satria pilihan kang besuke ngabdi marang Asmara Kingkin.

Begawan Srikilokilo lari dari tanah jawa, hidup terluntah-luntah diluar negeri. Tidak akan kembali ketanah jawa sebelum raja Heru Cokro lengser dari tanah jawa. Setelah lengsernya Heru Cokro, Begawan Srikilokilo kembali ketanah jawa mendirikan padepokan dikaki gunung Jamur Dipo. Mendidik sang putra Joko Lelono sehingga menjadi satria tangguh yang kelak mengabdi kepada Asmoro Kingkin.

Uripe Jaka Lelana ora beja, malah nemuhi rubida lan tansah urip kalunta-lunta kasiya-siya. Ananging Gusti Kang Maha Kuwasa kang njangkung satindake Jaka Lelana kang besuke bakal dadi Raja ing Tanah Jawa ngganti lengsere Raja Natakusuma.
Hidup Joko Lelono kurang beruntung, selalu menemui halangan, terluntah-luntah dan selalu tersia-siakan, tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa yang membimbing perjalanan Joko Lelono yang kelak akan menjadi Raja ditanah jawa menggantikan Raja Noto Kusumo.

PENAFSIRAN CAKRA NINGRAT
Rojo Heru Cokro Kasio-sio adalah presiden ke-1 Ir. Soekarno
Rojo Asmoro Kingkin Angkoro Arto adalah presiden ke-2 Soeharto
Rojo Soko Seberang adalah presiden ke-3 B.J. Habibie
Rojo Tanpo Netro adalah presiden ke-4 Abdul Rahman Wahid
Rojo Tuno Wicoro adalah presiden ke-5 Megawati Soekarno Putri
Rojo Noto Kusumo adalah presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono

Pesan leluhur mengatakan:

Munculnya raja keenam, bersamaan dengan kidalang mengambil lakon lahirnya Batharakala, ada satria yang berwajah tampan yang rajin bertapa banyak prihatinnya (tingkat spiritual yang tinggi) mempunyai senjata dari orangtuanya yaitu kiyai Sambar Nyawa, inilah raja ditanah Jawa bergelar Noto Kusumo yang bersamaan dengan satria dari seberang yang kesusupan sukmanya Bhatarakala. Pada saat Noto Kusumo menjadi raja Negara banyak terjadi prahara, rakyat pada ketakutan, itulah pertanda lengsernya Noto Kusumo.

Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (Rojo Noto Kusumo) dilantik dan diambil sumpahnya tanggal 20 Oktober 2004 di depan sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Bersamaan dengan itu kidalang mengambil lakon lahirnya Batharakala. Bersamaan dengan itu pula ada satria dari seberang yang kesusupan sukmanya Batharakala.

Apa yang dimaksud Batharakala dan siapakah yang dimaksud satria dari seberang yang kesusupan sukmanya Batharakala. 

Dalam pewayangan Jawa. Batharakala disebutkan sebagai putera Bathara Guru dengan istrinya Dewi Uma. Hubungan terlarang keduanya terjadi di atas kendaraan Lembu Nandini. Sadar dengan apa yang baru saja dilakukannya, Bathara Guru menyumpah-nyumpah bahwa tindakannya seperti perbuatan “Butho” (bangsa raksasa) seketika itu juga Dewi Uma yang tengah mengandung berubah menjadi raksasa dan berganti nama sebagai Batari Durga. Batara Guru mengusir Batari Durga dari kayangan kemudian Batari Durga melahirkan anak yang juga raksasa dan dinamakan “kala.”

Dalam dunia raksasa tidak dikenal adanya norma-norma perkawinan. Batharakala pun menjadikan Batari Durga sebagai isterinya. Keduanya selalu membuat onar marcapada (bumi) karena mereka dendam pada Bathara Guru. Karena khawatir dengan kerusakan yang ditimbulkannya maka Bathara Guru mengakuinya sebagai anak dan memberinya nama sebagai Batharakala. Batharakala meminta makanan dan Bathara Guru memberinya makanan yaitu manusia dengan aturan-aturan dan ketentuan yang diatur oleh Bathara Guru. Untuk menghindari diri dari dimangsa oleh Batharakala harus diadakan upacara-upacara ruwatan. Di dalam pedalangan untuk lakon-lakon seperti itu disebut lakon murwakala atau lakon ruwatan.

Raksasa Batharakala memiliki wajah yang sangat menyeramkan dan menakutkan. Suka memakan manusia. Bila ada manusia yang akan mendapatkan karma jahat maka pasti dia berurusan dengan Batharakala. Batharakala bersifat memaksa semua orang untuk tunduk pada batas usianya. Dimana ada kematian, di situ ada Batharakala. Selain sebagai waktu “kala” juga berarti hitam.

Kembali kepada para leluhur yang mengatakan “munculnya raja ke enam bersamaan dengan ki dalang mengambil lakon lahirnya Batharakala.” Pesan ini mengandung nilai kebenaran universal. Fakta hukumnya; Hanya dua bulan setelah dilantik, tepatnya tanggal 26 Desember 2004, di luar perkiraan semua orang gempa dan tsunami Aceh terjadi. Bencana itu disusul dengan bencana-bencana lainnya. Sampai saat ini bencana terus berlanjut hingga berakhirnya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono. Sudah ratusan ribu nyawa melayang, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain mati begitu saja menjadi santapan lezat Dewa Batharakala.

SATRIA DARI SEBERANG KESUSUPAN SUKMANYA BATHARAKALA.

  • Satria dimaksud adalah seorang pemuda. Pemuda bukan berarti anak muda. Umur 20 ke bawah dianggap anak-anak. Umur 20-40 disebut anak muda. Umur 40-60 digolongkan Pemuda. Usia 60-80 dinamakan orang tua. 80-up disebut manula atau sepuh. Satria diartikan sebagai seorang laki-laki yang gagah, berani, cerdas dan kuat.

Dari seberang diartikan sebagai tempat Satria itu berasal. Kita tidak tahu di seberang laut mana Satria itu berada. Kita hanya bisa memastikan bahwa Satria itu tidak berada di pulau Jawa sebagai asal munculnya pesan leluhur ini. Bisa saja Satria itu berasal dari tempat yang sama dengan ROJO SOKO SEBERANG, yaitu MAKASSAR.

  • Satria yang berada di seberang pulau Jawa itu kesusupan sukmanya Batharakala. Sukma diartikan sebagai jiwa atau roh. Jiwa Satria disusupi oleh jiwa atau roh Batharakala. Bila Batharakala yang menang maka yang disusupi akan mati dimakan oleh raksasa kejam, seram dan menakutkan. Bila Batharakala yang kalah maka yang mengalahkannya disebut SATRIA (Yang Tak Terkalahkan). Kemenangan Satria disebabkan karena dia bersenjatakan TRISULA WEDA. Senjata itu milik Bathara Guru (Dewa Siwa), atau ayah dari Batharakala.

Batharakala harus menjalani karmanya sendiri. Jika awalnya dia berulah membuat onar di muka bumi untuk menarik perhatian dan diakui sebagai anak oleh Bathara Guru (Dewa Siwa), maka sekarang Batharakala harus terus berulah membuat masalah dan memakan korban untuk menarik perhatian orang agar orang-orang mengakui SATRIA DARI SEBERANG SEBAGAI SATRIA (PININGIT) SEJATI yang telah mengalahkannya.

ROJO JOKO PRANOTO NUSWONTORO.

Munculnya raja ketujuh, di tanah Jawa ada suatu padepokan di sebelah barat gunung Jamur Dipo. Ada guru bernama Begawan Srikilo-kilo. Begawan Srikilo-kilo mempunyai anak lelaki bernama Joko Lelono.

Gunung Merapi yang kita kenal sekarang ini awalnya hanya tungku perapian. Di dekatnya ada dua orang empu kakak beradik bernama Empu Rama dan Permadi membuat keris pusaka Tanah Jawa. Para dewa sudah memperingatkan pada kedua empu tersebut agar memindahkan kegiatannya, tetapi keduanya bersikeras menolak. Keduanya teguh pada pendiriannya untuk membuat pusaka di tengah pulau Jawa. Karena sudah diperintahkan dan mereka tetap menolak maka para dewa mengangkat gunung Jamur Dipo yang berada di laut selatan dan dijatuhkan ke perapian. Empu Rama dan Empu Permadi terkubur hidup-hidup. Untuk mengenang peristiwa itu maka gunung Jamur Dipo yang jatuh di perapian disebut dengan nama GUNUNG MERAPI. Roh kedua empu yang mati diangkat sebagai raja terhadap mahkluk-mahkluk halus yang menempati gunung merapi.

Gunung Jamur Dipo adalah intisari (saripati) yang merupakan cikal bakal atau asal muasal Gunung Merapi. Dapat dikatakan Gunung Jamur Dipo merupakan Gunung Sari (inti)daripada Gunung Merapi. Di sebelah barat GUNUNG SARI (Gunung Jamur Dipo) itulah berdiri sebuah padepokan yang merupakan tempat tinggal Joko Lelono. Joko Lelono adalah putera tunggal atau titisan dari Guru Agung yang bernama Begawan Srikilo-kilo. Begawan Srikilo-kilo adalah  nabi Hidir alaihissalam. Mahaguru dari guru segalanya.

Begawan Srikilo-kilo lari dari tanah Jawa, hidup terluntah-luntah di luar negeri. Tidak akan kembali ke tanah Jawa sebelum raja Heru Cokro (Soekarno) lengser dari tanah Jawa.

Begawan Srikilo-kilo tidak suka bahkan sangat membenci Heru Cokro (Soekarno) karena Presiden Soekarno membiarkan orang-orang atheis (tidak mempercayai Tuhan) yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI) menguasai tanah Jawa dan orang-orang Jawa.

Setelah lengsernya Heru Cokro, diperkirakan antara tahun 1967-1969, nabi Hidir alaihissalam (Begawan Srikilo-kilo) sudah berada di Indonesia mendirikan padepokan di kaki Gunung Jamur Dipo atau di kaki GUNUNG SARI.
Begawan Srikilo-kilo mendidik sang putera Joko Lelono sehingga menjadi satria tangguh yang kelak mengabdi kepada Asmoro kingkin.

Asmoro Kingkin diartikan sebagai “gemar berperang.” Kegemaran ini melekat dalam diri pribadi Presiden Soeharto. Karir militernya mulai menanjak sejak perang melawan agresi kedua Belanda Tahun 1948 di Yogyakarta bersama-sama dengan Panglima Jendral Soedirman. Tahun 1962, Presiden Soekarno mengangkat Soeharto sebagai panglima perang Operasi Mandala untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Pusat Komando Operasi bertempat dan berkedudukan di Makassar. Menetapkan dirinya selaku panglima perang menumpas G 30 S/PKI hingga ke akar-akarnya. Saat menjabat presiden memerintahkan perang untuk merebut Timor-Timur. Memerintahkan perang melawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sejarah mencatat, Soeharto akan membungkam, menumpas dan memerangi siapapun yang bersebrangan atau tidak mendukungnya. Pemerintahannya disebut fasis otoriter yang dikemas dalam sebuah sistem yang disebut “demokrasi pancasila.”

Pengabdian Joko Lelono kepada Asmoro Kingkin dimaksudkan sebagai satu bentuk kepribadian yang melekat dan menyatu dalam kehidupannya yang senantiasa diwarnai dengan aroma perang sejak masa kecil, dewasa hingga Joko Lelono dapat mengalahkan Batharakala. Selain sebagai dewa waktu, Batharakala juga diartikan sebagai hitam. Dalam iman kristiani, Batharakala diartikan sebagai MALAIKAT KEGELAPAN. Oleh karena Satria tangguh telah mengalahkan malaikat kegelapan (penguasa kegelapan) maka di suatu waktu kelak segalanya menjadi terang benderang. Saat itulah kita akan mengenal siapa yang sesungguhnya satria kebanggaan seluruh dewa-dewa, Maha Putra, Putra Tunggal Begawan Srikilo-kilo (titisan nabi Hidir alaihissalam).

“Hidup Joko Lelono kurang beruntung, selalu menemui halangan, terluntah-luntah dan selalu tersia-siakan.”

Itu disebabkan karena semua orang memusuhinya. Tidak ada yang mendukungnya. Segala bentuk-bentuk penghinaan telah diterimanya. Segala bentuk-bentuk penderitaan telah dirasakannya. Namun begitu Joko Lelono tetap tangguh, kuat, tabah, dan sabar dalam menjalani takdir hidupnya. Dia sangat cerdas, banyak akal dan panjang akal dalam bersiasat. Disebut Joko Lelono (pemuda pengembara) karena kegemarannya mengembara. Dia gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain, dari satu alam ke alam lain. Dia tidak piningit (bersembunyi), justru sebaliknya dia aktif dan sangat reaktif. Dia memiliki naluri yang sangat bagus, insting yang sangat tajam terhadap pergerakan siapapun yang dianggapnya musuh atau memusuhinya. Dia selalu memberi sinyal-sinyal tentang kehadiran dan keberadaanya, akan tetapi hanya anak-anak indigo saja yang mampu menangkap sinyal gelombang elektromagnetik yang dipancarkannya.

  • Dikatakan hidupnya kurang beruntung tapi selalu untung pada akhirnya
  • Selalu menemui halangan tapi semua aral yang merintangi jalannya bisa dilaluinya dengan selamat
  • Dianggap hidupnya terluntah-luntah tapi tinggal di dalam mahligai istana dengan penuh fasilitas dan segala kemewahan
  • Disebut selalu tersia-siakan tetapi mendapatkan pelayanan dan penghormatan melebihi pejabat apapun
  • Itu semua disebabkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membimbing perjalanan Joko Lelono yang kelak akan menjadi Raja di tanah Jawa menggantikan Raja Noto Kusumo.

Dia disebut ROJO JOKO LELONO PRANOTO NUSWANTORO
Pemuda pengembara penata Nusantara
Pemuda pengembara pembawa sifat Keagungan Tuhan
Pemuda pengembara pembawa sifat Kemuliaan Tuhan
Pemuda pengembara yang mengabdikan dirinya hanya pada Tuhan.

Demikian penafsiran kami terhadap PESAN LELUHUR sebagaimana yang Admin blog SPTM harapkan. Diduga pesan leluhur yang kami kaji dan tafsirkan di atas sudah berusia ratusan tahun melebihi usia ramalan Ronggowarsito yang kita kenal selama ini. Cakra Ningrat berpendapat, pesan leluhur tersebut berasal dari leluhur kita yang memiliki latar belakang keyakinan agama Hindu atau sinkretisme Syiwa-Buddha. Terkesan pesan ini “terpinggirkan” padahal di dalam pesan itu banyak terpendam mutiara hikmah yang dapat kita petik untuk kita jadikan pelajaran yang sangat berharga. Pesan ini menjadi aktual untuk diperbincangkan mengingat banyaknya pendapat-pendapat orang-orang yang menyebut dirinya memiliki keahlian akan tetapi kajian dan penafsirannya terkesan seperti hand phone usang yang berganti casing.

Demi menjunjung tinggi asas rasionalitas dan obyektifitas artikel ini, dianggap patut tentunya bila “pesan leluhur” kita sandingkan dan perbandingkan dengan Ramalan Ronggowarsito.

Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873) seorang pujangga besar dan terlahir di tanah Jawa. Nama aslinya adalah BAGUS BURHAM, di masa mudanya pernah nyantri dan berguru agama islam pada Kiyai Imam Besaire, di pondok pesantren Gerbang Tinatar, Tegalsari-Ponorogo. Mendapat pencerahan di sungai Kedungwati sehingga dikenal sebagai pemuda alim yang pandai mengaji. Puncak karir Bagus Burham saat diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom bergelar Raden Ngabehi Ronggowarsito.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa BAGUS BURHAM (Ronggowarsito) meramalkan ada 7 Satrio yang dikemudian hari memimpin wilayah seluas wilayah bekas kerajaan “Majapahit” yaitu:

  1. SATRIO KINUNJURO MURWO KUNCORO. Ditafsirkan sebagai Soekarno
  2. SATRIO MUKTI WIBOWO KESANDUNG KESAMPAR. Ditafsirkan sebagi Soeharto
  3. SATRIO JINUMPUT SUMELAATUR. Ditafsirkan sebagai B.J Habibie
  4. SATRIO LELONO TAPA NGRAME. Ditafsirkan sebagai Abdul Rahman Wahid
  5. SATRIO PININGIT HAMONG TUWUH. Ditafsirkan sebagai Megawati
  6. SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO. Ditafsirkan sebagai Susilo Bambang Yudhoyono. Semua penafsir memiliki pandangan yang sama bahwa Presiden dapat saja selamat memimpin bangsa ini bilamana dapat bersinergi dengan Satrio Piningit.

Cakra Ningrat berpendapat penafsiran mereka sungguh sangat keliru. Bagaimana mungkin presiden dapat bekerja sama dengan sosok yang tidak diketahuinya. Penafsir terjebak dengan kata-kata “pambukaning Gapuro” menuju zaman keemasan. Mereka menganggap kemunculan Satrio (piningit) sebagai satu perkara mudah dan gampang.

PAMBUKANING GAPURO diartikan sebagai pembuka pintu gerbang. Gerbang yang dibuka itu bukan di awal masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, akan tetapi di ahir masa jabatannya atau 20 Oktober 2014, barulah gerbang itu terbuka yang menandakan bangsa Indonesia telah memasuki suatu masa atau zaman yang disebut sebagai zaman Kalabendu.

“Jaman Kalabendu werdinipun, estu Bebendu wahananeki, keh Jalma saluyeng rembug, dumadya prang lair batos.”

Jaman Kalabendu (diartikan) seNYATAnya seperti hukuman atas perbuatan buruk atau kekalutan keadaannya, banyak manusia saling bertengkar, menjadikan perang lahir dan bathin.

Jaman Kalabendu inilah yang ditafsirkan sebagai GORO-GORO. Aroma bau busuk goro-goro sudah mulai terasa sekarang ini dengan torehan segudang prestasi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantas Korupsi dengan menangkapi para pembual, penipu, dan perampok uang rakyat. Menarik untuk dicermati prestasi yang telah diukir oleh putera dari MAKASSAR (Ketua KPK) yang telah menangkap dan memenjarakan:

  • JENG PUTRI INDONESIA (Angelina Sondakh)
  • SANG PENGADIL TERTINGGI YANG PEMADAT (Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia)
  • SANG RATU (Ratu Atut Chosyiah, Gubernur Banten & dinastinya)
  • SANG PUTRA YANG MAU JADI PRESIDEN (Anas Urbaningrum)

Silahkan pembaca tafsirkan sendiri hikmah apa atau misteri apa yang terkandung di balik simbol-simbol atau julukan yang saya berikan terhadap keempat orang itu. Silahkan pembaca gothak- gathik- gathuk dan simpulkan sendiri.

7.   SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU

Pinandito diartikan sebagai seorang yang sangat alim seperti begawan namun bukan begawan, seperti ulama namun bukan ulama, seperti pendeta namun bukan pendeta, seperti pastor namun bukan pastor, seperti bikku namun bukan bikku, tegasnya seseorang yang sangat dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa, mewakili Tuhan (khalifatullah) didampingi (sinisihan) wahyu.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU adalah: SATRIA (PININGIT) SEBAGAI REPRESENTASI (MEWAKILI) TUHAN, DIDAMPINGI WAHYU. Setiap perkataan dan perbuatannya adalah wahyu. Semua yang dia lakukan semata-mata atas kehendak dan perintah Tuhan. Pemimpin itu tidak memiliki kepentingan kecuali apa yang dianggap penting oleh Tuhan. Pemimpin itu adalah Wahyu Tuhan, yang berjalan.

Pemimpin itu adalah Satria tangguh. Dia adalah Joko Lelono. Putera Begawan Srikilo-kilo. Satria perkasa andalan para dewa. Satria pandai dan pemberani yang dikagumi oleh para malaikat. Padepokannya disebelah baratnya GUNUNG SARI (Gunung Jamur Dipo). Dia akan memimpin bangsa Indonesia memasuki Jaman Kalasuba, Jaman Kalasumbaga dan Jaman Kalasutara. Gambaran suasana atau keadaan nusantara dan bangsa Indonesia yang akan ditata oleh Joko Lelono dapat diuraikan sbb:

a.   Jaman Kalasuba tegesipun, jaman suka wahananira keh jalmi, antuk kabungahan estu, rena lejar sakehing wong.

Jaman Kalasuba yang artinya, jaman suka ria keadaannya banyak orang mendapat kegembiraan, semua orang lega dan bahagia.

b.   Jaman Kalasumbaga puniku, werdi jaman misuwur wahananineki, keh jalma gawe misuwur, mrih kasusra ing kalakon.

Jaman Kalasumbaga itu artinya, jaman terkenal keadaannya, banyak orang mendapatkan nama, tercapai keinginan menjadi terkenal.

c.   Jaman Kalasutara rannipun, werdi jaman Alus wahananoreki, akeh jalma sabiyantu, ing budining karahayon.

Jaman Kala sutara artinya jaman halus keadaannya, banyak orang membantu, agar bertingkah laku menuju keselamatan.

Ketiga jaman di atas itulah yang dimaksud dengan jaman keemasan. Jaman keemasan hanya dapat terjadi apabila bangsa Indonesia sudah melalui jaman Kalabendu (goro-goro). Jaman keemasan itu dapat terwujud oleh karena Joko Lelono telah mengalahkan Batharakala, sang penguasa “Waktu Kegelapan.”

Interval waktu antara Kalabendu, Kalasuba, Kalasumbaga dan Kalasutara dapat dikatakan relatif singkat. Rentang waktunya tidak begitu lama sebagaimana yang selama ini kita bayangkan oleh karena Joko Lelono telah berhasil mengalahkan Batharakala (Dewa Kegelapan).

Dalam hukum sebab-akibat, bila “penguasa kegelapan” telah tersingkir maka dipastikan “penguasa terang” akan muncul menerangi kita. Saat itulah kita semua akan mengetahui, melihat dan menyaksikan siapa sesungguhnya Joko Lelono-Satrio Pinanditho Sinisihan Wahyu. Pemimpin Masa Depan Indonesia Jaya. Pemimpin yang akan menata nusantara menuju masyarakat adil dan makmur, masyarakat yang damai dan sejahtera di dalam Kasih Tuhan, baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur, toto tentrem kerto raharjo.

Demikian penafsiran kami terhadap Pesan Leluhur dan Ramalan Bagus Burham (Ronggowarsito). Semoga artikel ini dapat memberi kebaikan, membawa manfaat yang positif serta dapat mencerahkan kita semua. Amin.

Penutup:
Penulis bersikap skeptis dan masih menyisakan beberapa pertanyaan sbb:

  1. Leluhur kita berpesan, hanya 7 (tujuh) orang raja yang akan memerintah Indonesia. Jumlah ini sama dengan umlah yang diramalkan oleh Bagus Burham (Ronggowarsito) dengan sebutan 7 (tujuh) orang Satrio. Kenapa harus tujuh, bukan delapan, sembilan, atau sepuluh dan seterusnya.
  2. Jika BENAR memang hanya 7 (tujuh) orang raja atau Satrio, berarti saat ini kita sudah berada di dalam era “menjelang ahir zaman.” Kemunculan Raja atau Satrio ketujuh nanti, berarti sekaligus menandakan masa Ahir zaman.
  3. Jika BENAR saat-saat sekarang sudah masuk masa menjelang ahir zaman, lantas kapan waktu kemunculan tokoh yang dinanti oleh seluruh agama? Masing-masing agama sudah memiliki pakem tersendiri terhadap kemunculan tokoh pujaan mereka yang selama ini mereka nanti-nantikan. Ummat islam menanti kemunculan IMAM MAHDI, ummat Kristiani menanti turunnya YESUS KRISTUS (Isa Al-masih), ummat Hindu menunggu DEWA KALKI dan ummat Buddha menanti kehadiran BUDDHA METTEYYA.

Beberapa ahli yang memiliki kompetensi di bidangnya berpendapat: Satrio (piningit) merupakan personifikasi perwujudan nyata dari semua tokoh pujaan yang dinanti oleh ummat manusia. Setelah kemunculannya, Satrio (piningit) diberi julukan sebagai RATU ADIL oleh karena dalam kepemimpinannya dia mengaplikasikan sifat-sifat feminim Tuhan. Sifat-sifat feminim Tuhan diartikan sebagai sifat KASIH. KASIH TUHAN tidak diperuntukkan untuk satu golongan saja, tapi untuk seluruh ummat manusia yang dikehendaki Tuhan. Karena itulah Dia dijuluki RATU (sifat feminim Tuhan). Satrio (piningit) akan memperlakukan manusia secara ADIL tanpa melihat latar belakang agama mereka sebab Satrio (piningit) memiliki kedudukan/ tempat di atas semua agama-agama dan aliran kepercayaan.

Pendapat para ahli mendapat pertentangan dari sebagian kecil orang-orang spiritual dan orang-orang dangkal pengetahuan. Umumnya mereka membatasi bahwa Satrio (piningit) hanya sebatas duduk sebagai presiden saja, sementara orang-orang yang dangkal pengetahuannya menolak Satrio (piningit) dengan alasan nama atau gelar atau julukan Satrio (piningit) tidak dikenal dalam keyakinan agama yang mereka anut.

4.   Cakra Ningrat akan melakukan hipotesa sendiri terhadap sosok fenomenal Satrio (piningit) guna menjembatani perbedaan pendapat yang tengah berkembang. Satrio (piningit) bukan hanya milik suku Jawa, Madura, Makassar, Dayak, Sunda, Papua, dsb, tapi menjadi milik dan masalah bagi seluruh suku-bangsa yang ada di bumi dengan berbagai macam latar belakang agama dan kepercayaan mereka. Kajian dan penafsiran Cakra Ningrat akan ditulis dalam bentuk artikel dan diposting di blog SPTM ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi kemudahan dan kekuatan kepada kami guna mengungkap misteri sosok fenomenal sejagad raya dengan harapan agar kita semua  memiliki visi yang sama dalam memandang kebenaran-Nya. Amin. (Kamis, 13-2-2014).

LEGAL OPINION

Download Artikel

LEGAL OPINION TERHADAP PERJANJIAN LAMA

PERJANJIAN TUHAN DENGAN KAIN/QABIL (BAG. 2)

Oleh: Cakra Ningrat

PENGANTAR:

Pada bagian pertama telah diungkap bagaimana Tuhan mengawali penciptaanNya dari SIFAT MENURUT. Wujud nyata sifat menurut pada alam semesta ini adalah BINTANG. Dari sifat menurut, Tuhan menciptakan SIFAT MELAWAN. Wujud nyata sifat melawan pada alam semesta ini adalah MATAHARI. Matahari melawan kegelapan maka terbitlah fajar, teranglah bumi. Manusiapun bangun untuk “melawan“ tidurnya. Mereka bangkit melakukan aktivitas dan mencari rezeki serta karunia Tuhan, dan sebagainya. Matahari tidak akan mungkin terus menerus melawan. Jika tiba waktunya matahari akan menurut. Matahari akan masuk kembali ketempat peraduannya. Sifat melawan akan kembali kepada awal penciptaannya yakni sifat menurut. Bumi digelapi oleh malam. Bintang gemintang bersinar terang menghiasi angkasa raya pertanda masuknya waktu “sifat menurut”. Manusiapun harus menurut dengan tidur/istirahat akibat kantuk yang tak tertahankan. Alqur’an mengatakan.

“Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (3 : 190).

Ummat islam diwajibkan mengerjakan shalat (sembahyang) sebanyak lima kali dalam sehari semalam dimana waktu pelaksanaannya telah ditetapkan sesuai firmanNya sebagai berikut:

1. “ Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat “ (QS 11 : 114)

Kata “tepi” memiliki dua makna yaitu tepi pada bagian awal dan tepi pada bagian ahir. Tepi siang (awal) waktunya jam 1200. Bila jam telah menunjukkan pukul 1200 maka ummat islam sudah bersiap-siap melaksanakan shalat dhuhur. Tepi siang (ahir) waktunya jam 1500 pertanda waktu telah masuk pelaksanaan shalat azhar. Jam 1800 pertanda waktu telah memasuki bagian permulaan dari pada malam. Ummat islam melaksanakan shalat magrib.

2. “Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam, (dan dirikanlah pula sholat subuh). Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan oleh malaikat (QS 17 : 78).

Yang dimaksud sesudah matahari tergelincir adalah bilamana bianglala yang berwarna merah sudah tidak tampak lagi oleh mata kita di batas pandang cakrawala (ufuk barat). Waktunya jam 1900, ini adalah pertanda mulai masuknya waktu untuk shalat isha. Batas waktu shalat isha sampai gelap malam. Kata gelap malam dapat dimaknai sebagai waktu sebelum anda tidur. Sebelum matahari (fajar) terbit, pada jam 0500, ummat islam bangun untuk mendirikan shalat subuh.

Firman yang menyebut “sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh para malaikat” tidak bisa dimaknai secara harfiah oleh karena firman di atas hanya mempertegas bahwa “subuh” atau jam 0500 pagi adalah batas waktu “SIFAT MENURUT” terhitung dimulai sejak jam 1900 atau waktu shalat isha. Adapun waktu SIFAT MELAWAN” adalah jam 0600 waktu permulaan pagi sampai dengan waktu permulaan malam jam 1800. Selisih waktu antara subuh dan permulaan pagi adalah satu jam demikian pula selisih waktu antara permulaan malam (magrib) dengan waktu tergelincirnya matahari juga adalah satu jam.

Sebagai seorang muslim hendaknya kita harus bersikap arif, bijak dan kritis menggunakan logika kita masing-masing sebelum mengklaim sepihak diri sendiri sebagai pihak yang paling benar tanpa memahami substansi yang sangat mendasar atau inti masalahnya. Celakalah diri anda jika anda menyebut orang lain “salah” sementara anda juga bingung atau ragu untuk mengatakan bahwa diri anda “benar”. Karena itu; janganlah terlena dengan mulut manis ustadz atau untaian kalimat-kalimat indah yang anda baca di buku-buku karangan para ahli agama. Kalaupun anda tetap pada klaim subyektif anda maka jawablah pertanyaan di bawah ini:

Dalam alqur’an difirmankan: Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS 4 : 103).

Waktu-waktu shalat telah ditentukan sebanyak lima kali sehari semalam. Pertanyaannya; kenapa Tuhan menempatkan waktu-waktu shalat tersebut di dua surah dan ayat yang berbeda yaitu S11:114 dan S17:78 ???.

Silahkan anda jawab atau tanyakan kepada ustadz atau cari jawabannya di buku-buku karangan. Saya menjamin anda tidak akan mungkin mendapatkan sebuah jawaban yang pasti dan benar-benar dapat membuat intelektual anda tercerahkan.

A. SIFAT MENURUT

Cakra Ningrat memberi pendapat hukum bahwa: Penentuan waktu shalat pada surah dan ayat yang berbeda sebagaimana firmanNya di dalam alqur’an; karena Tuhan ingin menyampaikan pesan bahwa yang pertama-tama diciptakan Tuhan dalam penciptaan awal adalah SIFAT MENURUT. Wujud “sifat menurut” di alam semesta ini adalah BINTANG-BINTANG. Waktu “sifat menurut” di alam semesta ini adalah WAKTU MALAM. Firman Tuhan dalam alkitab (Kejadian 1 : 2) “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-melayang di atas permukaan air”. Dari firman tersebut dapat dikatakan kalau Roh Allah, air dan bintang-bintang memiliki SIFAT MENURUT. Oleh karena mulanya bumi ini gelap gulita maka “sifat menurut” memiliki waktu pada bagian MALAM. “Awal waktu sifat menurut ditandai dengan masuknya waktu shalat isha dan ahir waktu sifat menurut ditandai dengan masuknya waktu pelaksanaan shalat subuh.

Sifat menurut memiliki dua pengertian yaitu menurut untuk kebaikan dan menurut untuk kejahatan. Pada malam hari banyak tempat maksiat dibuka untuk memberi kemudahan dan kebebasan orang MENURUT pada pemuasan hawa nafsunya selain itu banyak juga orang yang MENURUT pada tipu muslihat syetan untuk berbuat kejahatan baik dengan cara berbisik penuh dengan bujuk rayu maupun dengan ilmu-ilmu sihir atau santet.

Untuk melindungi diri kita dari kejahatan malam alqur’an mengatakan: Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan mahlukNya dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” (QS 113 : 1 – 5).

Firman di atas memberi penegasan kepada kita agar kita tidak ragu-ragu memposisikan TUHAN dan ALLAH pada posisinya masing-masing. Firman di atas memberi perintah kepada kita: Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, ….”. Firman tidak menyebut: Katakanlah; “Aku berlindung kepada Allah yang menguasai subuh, …..”. Tapi firman memerintahkan kita untuk mengatakan: Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh….”. Kenapa? Karena TUHAN YANG MAHA MENCIPTAKAN. Cakra Ningrat tidak mengatakan Tuhan menciptakan Allah akan tetapi Cakra Ningrat mengatakan Allah adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan Tuhan. Allah memproteksi dan menjaga kerahasiaan Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan. Tuhan ada di dalam Allah. Tapi Allah bukan Tuhan. Sungguh amat sangat tipis jaraknya bagaikan sehelai rambut dibelah tujuh akan tetapi justru ketipisannya itulah yang dapat menjauhkan anda dari jalan yang benar yaitu jalan menuju Tuhan.

Syetan mengetahui kalau Allah bukan Tuhan karena itu syetan sama sekali tidak takut apalagi gentar kepada Allah. Fakta hukum yang dapat kami kemukakan adalah betapa banyaknya orang-orang yang merasa dekat dengan Allah atau memuja dan menyembah Allah sebagai Tuhan yang justru melakukan kemaksiatan dan membuat kerusakan secara nyata. Bahkan kebanyakan dari mereka yang justru mempraktekkan ilmu-ilmu sihir yang diajarkan oleh syetan yang mereka kerjakan secara sadar dengan memperatasnamakan Allah.

Firman Tuhan pada surat Al Falaq (113:1-5) bukanlah sebuah bacaan biasa atau ucapan biasa yang perlu dikatakan oleh manusia. Firman di atas bersifat perintah, akan tetapi perintah itu tidak ditujukan kepada manusia. Perintah itu ditujukan kepada ALAM hususnya pada WAKTU MALAM. Waktu adalah bagian yang tak terpisahkan dengan ALAM SEMESTA ini. Perintah itu telah dilaksanakan dengan baik oleh alam sejak dulu, sekarang, nanti dan selamanya.

Guna mempertebal SIFAT MENURUT PADA KEBAIKAN, alqur’an menganjurkan kepada ummat islam untuk melaksanakan SHALAT MALAM. Sebagaimana firmanNya: Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (QS 17 : 79).

Penggunaan kata “mudah-mudahan” pada firman di atas dapat dimaknai sebagai sesuatu yang tidak dapat memberi kepastian bahwa bila seseorang sering melaksanakan shalat tahajjud lantas Tuhan harus menempatkan mereka ketempat yang terpuji. Shalat malam semata-mata hanya bertujuan agar orang yang melaksanakannya dapat mempertebal “sifat menurut pada kebaikan”. Hal ini didasari oleh firman Tuhan berikut ini:

“Hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Juga orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (QS 25: 63 – 64).

Orang-orang yang baik adalah orang yang memiliki SIFAT MENURUT PADA KEBAIKAN. Kepribadian orang itu adalah memiliki sifat dan bersikap rendah hati serta selalu mengucapkan kata-kata yang baik. Sifat menurut kepada kebaikan tidak hanya milik ummat islam saja, akan tetapi semua orang bisa saja masuk dalam kategori itu meskipun orang itu tidak beragama islam dan tidak pernah melaksanakan shalat malam.

SHALAT bukan tolok ukur sebuah Kebenaran. Tidak ada satupun ayat di dalam alqur’an baik secara terang-terangan maupun samar-samar yang dapat mengarahkan fikiran kita untuk menyimpulkan bahwa orang yang mendirikan shalat adalah orang yang benar. Shalat bertujuan agar orang yang mendirikannya atau melaksanakannya dapat tercegah dari perbuatan jahat atau mencegah diri dari berbuat jahat.

Difirmankan di dalam alqur’an:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 29:45).

Firman di atas dengan jelas menyebutkan bahwa shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.

B. SIFAT MELAWAN

Wujud nyata sifat melawan di alam semesta ini adalah MATAHARI. Pada siang hari manusia bangkit melawan tidur dengan melakukan aktivitas untuk hidup dan kehidupannya. Dalam alqur’an (Allah berfirman) “Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS 51:56).

Makna “Jin” pada firman di atas adalah tingkat panasnya matahari pada jam 12.00 sampai dengan jam 15.00. Ummat islam wajib melaksanakan shalat di dua tepi siang yaitu shalat dhuhur pada jam 12.00 dan azhar pada jam15.00. Meskipun seluruh ummat islam melaksanakan shalat pada jam-jam itu, akan tetapi shalat tersebut tidak akan dapat mengurangi derajat panas teriknya matahari.

Firman di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah sebab firman tersebut berkaitan dengan panas teriknya matahari antara dhuhur dan azhar atau waktu JIN. Manusia harus bisa menerima kenyataan tersengat oleh Jin atau terbakar oleh panas teriknya matahari sebagai bentuk kepasrahan manusia kepada apa yang diciptakan Tuhan. Pada jam-jam yang telah ditentukan Jin harus menyengat dan membakar karena pada awalnya memang seperti itulah yang diciptakan Tuhan. Hanya dengan tingkat panas seperti Jin itu saja yang dapat menyebabkan air di lautan menguap ke atas menjadi uap air di udara. Bila uap air ini sudah menyatu dalam bentuk gumpalan air maka air itu kembali diturunkan ke bumi dalam bentuk hujan.

Difirmankan: dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.(QS 45:5)

Sekali dalam sepekan ummat islam melaksanakan shalat Jum’at. Waktunya setelah masuk waktu “Jin” atau sekitar jam 12.30 – 13.00 siang. Dalam alqur’an difirmankan: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu pada mengingat Allah, dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka betebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karuniah Allah. Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS 62:9-10)

Pada hakekatnya shalat Jum’at bertujuan agar ummat islam dapat mengaplikasikan SIFAT MENURUT yang ada di dalam dirinya pada saat berlangsungnya waktu JIN. Agar “sifat menurut” manusia tidak salah arah di waktu berlangsungnya waktu “sifat melawan” maka telah difirmankan: Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang (membisikkan) kejahatan ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS 114:1-6).

Firman di atas tidak ditujukan kepada manusia untuk mengatakannya atau mengucapkannya. Firman tersebut bersifat perintah dan perintah itu ditujukan kepada alam. Bukan manusia yang harus melaksanakan perintah itu. Yang melaksanakan perintah itu adalah ALAM hususnya yang mengatur waktu pada SIANG HARI. Perintah itu telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang dikehendaki oleh TUHAN SANG PENCIPTA sejak dulu, sekarang, nanti dan selamanya.

Firman Tuhan dalam surah An-Nass (114: 1-6) banyak menyebut kata “manusia” oleh karena hanya pada siang hari saja manusia banyak melakukan aktivitas jual-beli dengan kata lain mengurus kehidupannya. Adalah sebuah ketidaklaziman dan tidak dapat dipungkiri bahwa dalam berintraksi terhadap sesamanya manusia (habluminannas) sangat sering manusia melupakan Tuhan bahkan acapkali meniadakan Tuhan. Ini disebabkan karena syaitan yang biasa bersembunyi membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia sehingga seorang bawahan menggantungkan nasibnya kepada atasannya, seorang prajurit kepada komandannya, murid kepada gurunya, menteri kepada presiden, dsb.

Firman yang mengatakan “Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia” tidak bisa dimaknai secara harfiah. Demikian pula terhadap kata “Jin” tidak bisa diartikan sebagai suatu sosok gaib atau dimaknai sebagai panas teriknya matahari. Kata “Jin” yang dimaksud pada ayat ini adalah tingkatan “panasnya” dari NAFSU DUNIAWI dan AMBISI manusia. Nafsu yang ada di dalam diri manusia tersebut terkadang mendapat pengaruh atau penguatan dari manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya.

Manusia bisa saja menggantungkan semua pengharapannya kepada sesamanya manusia baik menggantungkan nasibnya maupun rezekinya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, namun hal itu tidak akan memberi pengaruh sedikitpun terhadap existensi Tuhan. Ini disebabkan karena Tuhan telah memerintahkan alam yang memiliki kekuasaaan pada WAKTU SIANG untuk memproteksi diri-Nya.

PERINTAH TUHAN KEPADA ALAM SEMESTA

Berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum “penggenapan” maka alam semesta terdiri atas dua alam yaitu alam langit dan alam fana. Alam langit adalah alam yang tidak diketahui oleh manusia (gaib) sedangkan alam fana adalah alam yang diketahui oleh manusia (nyata). Dunia nyata beserta seluruh isinya adalah alam fana termasuk seluruh alam ruang angkasa, bintang-bintang, matahari dan bulan dsb sepanjang dapat dilihat atau diketahui oleh manusia dikategorikan termasuk di dalam wilayah alam nyata.

a. Perintah Tuhan kepada alam langit (gaib)

Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.” (QA 112: 1-4).

Firman di atas merupakan perintah Tuhan kepada alam langit. Perintah itu sama sekali tidak ditujukan kepada manusia. Manusia tidak akan mungkin memahami dengan benar perintah itu sebab tidak ada manusia yang memahami alam langit dengan sebenar-benarnya. Meskipun begitu, ummat islam bisa saja mempelajari atau menafsirkannya akan tetapi dapat dipastikan bahwa apa yang mereka pelajari dan tafsirkan tidak dapat dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Referensi Langit

Dalam alqur’an difirmankan “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat. (QS 17:1).

Masjidil Haram terletak di kota Mekkah dan Masjidil Aqsha terletak di Palestina. Kedua kota itu terpisah oleh jarak sepanjang ribuan kilo meter, yang membutuhkan waktu berbulan-bulan bila kita MENJALANINYA secara nyata (phisik) dengan mengendarai Unta. Oleh karena Tuhan MEMPERJALANKAN hambaNya yaitu Nabi Muhammad maka waktu yang dibutuhkan hanya hitungan detik saja. Perjalanan di malam hari ini dikenal dengan nama ISRA’. Pada malam itu juga perjalanan nabi Muhammad di lanjutkan dari Al Masjidil Aqsha di Palestina naik ke langit hingga mencapai Sidratul Muntaha. Perjalanan menuju langit dikenal dengan nama MI’RAJ. Ummat islam memahami mi’raj berdasarkan kisah atau riwayat yang diceritakan oleh sahabat-sahabat nabi. Sampai saat ini ummat islam masih berbeda pendapat tentang perjalanan Isra’ dan Mi’raj ini. ada yang mengatakan nabi diperjalankan dengan jasadnya, namun ada juga yang berpendapat nabi diperjalankan secara batin. Isra’ dan Mi’raj adalah doktrin yang diimani oleh seluruh ummat islam.

Cakra Ningrat berpendapat; Isra’ dan mi’raj memiliki kedudukan hukum yang berbeda. Isra’ memiliki dasar hukum alqur’an, berarti berlaku untuk seluruh ummat manusia sedangkan Mi’raj dasar hukumnya hadist (kisah atau riwayat) nabi, berarti peruntukannya semata-mata hanya untuk internal ummat islam saja. Ummat islam tidak boleh menyalahkan ummat lain bila mereka menolak kebenaran alam langit termasuk perintah-perintah shalat sebagaimana yang diriwayatkan oleh nabi Muhammad. Ibadah shalat yang dilaksanakan oleh Ummat islam bukanlah sebuah KEBENARAN yang bersifat universal. Shalat tidak memberi jaminan keselamatan bagi yang melaksanakannya oleh karena shalat hanya bertujuan agar mereka yang mengerjakannya dapat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Shalat bukan satu-satunya cara untuk mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan tercela atau yang dilarang oleh aturan, baik oleh aturan agama maupun etika, budaya, norma dan hukum positif.

Firman yang menyebut “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya…” tidak bisa dimaknai secara harfiah oleh karena pada saat turunnya ayat tersebut Masjidil Haram di Mekkah belum ada dan Masjidil Aqsha di Palestina juga belum ada. Jika kedua mesjid itu belum ada, pertanyaannya adalah “apa yang dimaksud telah Kami berkahi sekelilingnya ?”. Penggunaan kata “TELAH” menandakan sesuatu yang sudah terjadi dalam bentuk lampau, akan tetapi fakta hukumnya Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha belum ada saat firman ini diturunkan. Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha hanyala AKIBAT. Patut bagi kita semua untuk mencari tahu apa yang menjadi SEBAB yang selama ini sengaja dirahasiakan Tuhan. Kita harus berangkat dari dasar hipotesa yang sama bahwa sedangkan yang ada di bumi saja dirahasiakan Tuhan apalagi yang di langit!.

Cakra Ningrat berpendapat bahwa yang menjadi SEBAB adalah karena terdapatnya BAIT Allah (Baitullah). Bait Allah inilah yang “telah” diberkahi di sekelilingnya kemudian dinamakan Al Masjidil Haram dan Al Masjidil Aqsha. Berangkat dari prinsip dasar hukum “PENGGENAPAN”, terdapat dua Bait Allah yang ada di Mekkah dan Bait Allah yang ada di Betelehem.

“Dalam alqur’an difirmankan: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat baribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS 3:96).

Firman di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah oleh karena firman menyebut “rumah yang MULA-MULA dibangun untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah). Jika ada yang MULA-MULA atau yang PERTAMA maka pasti ada yang KEDUA. Pertanyaannya dimanakah Bait Allah yang kedua ? Al Kitab menerangi kita dalam kitab Kejadian 28: 10-22 pada bagian MIMPI YAKUB DI BETEL. Firman tersebut adalah sebagai berikut:

Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan memakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu. Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: “Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara, dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi ini akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”

Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: “Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” Ia takut dan berkata: ”Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.” Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.

Lalu bernazarlah Yakub: “Jika Allah akan menyertai dan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” (Kej. 28:10-22)

Bait Allah (Baitullah) atau Ka’batullah yang ada di Mekkah dan Bait Allah yang ada di Betelehem memiliki kedudukan hukum yang sama karena sama-sama diberkahi di sekelilingnya. Bait Allah yang ada di Mekkah dibangun oleh nabi Ibrahim bersama putranya Ismail, pada bangunan itu terdapat tanda-tanda yang nyata sebagaimana difirmankan dalam alquran sebagai berikut:

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (diantaranya) maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS 3:97)

Berbeda halnya dengan Bait Allah yang ada di Betelehem. Berawal dari mimpi Yakub bin Ishak bin Abraham (Ibrahim) yang bermimpi melihat tangga dari bumi yang berujung di langit. Nampak bagi Yakub malaikat naik-turun melalui tangga itu. Berdirilah Tuhan di sampingnya dan berfirman; Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenek-mu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engaku akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara, dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi ini akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”

Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” Ia takut dan berkata: ”Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.” Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.

Tugu yang didirikan Yakub adalah Tanda bahwa di situlah BAIT Allah yang KEDUA. Dibelakang hari kawasan itu diperluas oleh Nabi Daud kemudian dilanjutkan oleh nabi Sulaeman dan alqur’an menamakannya sebagai Al-Masjidil Aqsha.

Ummat nasrani meyakini bahwa Yesus Kristus (Isa Almasih) bangkit dari yang mati di hari yang ketiga kemudian ia datang mengunjungi murid-muridnya dan menyampaikan pesan-pesan kepada mereka. Beberapa hari kemudian Yesus Kristus naik ke langit. Pertanyaannya bagaimanakah cara Yesus Kristus naik ke langit ?

Cakra Ningrat berpendapat; Yesus Kristus (Isa Almasih) naik ke langit melalui sebuah tangga dari bumi yang ujungnya sampai di langit sebagaimana yang disaksikan Yakub di dalam tidurnya.

Ummat islam meyakini bahwa nabi Muhammad Mi’raj dari Al Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha di langit ke tujuh dengan mengendarai Bouraq. Bouraq digambarkan sebagai kuda terbang memiliki dua sayap dan kepalanya menyerupai wanita yang cantik jelita. Ini adalah pemahaman yang keliru dan mengada-ngada. Pertanyaannya dengan cara apakah nabi Muhammad naik ke langit ?

Cakra Ningrat berpendapat bahwa nabi Muhammad naik ke langit melalui sebuah tangga dari bumi yang ujungnya sampai di langit sebagaimana yang disaksikan Yakub di dalam tidurnya. Oleh karena itu Cakra Ningrat dengan tegas MEMBENARKAN bahwa nabi Muhammad benar-benar telah melakukan mi’raj atau naik ke langit ke tujuh.

Dalam alqur’an difirmankan: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS 53: 13-18).

Seluruh kisah-kisah ataupun riwayat saat nabi Muhammad berada di langit yang selama ini diimani oleh ummat islam sepatutnya ditolak kebenarannya karena tidak memiliki landasan hukum yang kuat dan bertentangan dengan firman pada surah 53: 13-18 tersebut di atas. Logikanya sangat sederhana; dikisahkan bahwa nabi Muhammad melihat orang disiksa di dalam neraka di langit ke dua, ke tiga, ke empat, ke lima, dan ke enam. Imposible! Neraka tidak mungkin berada di langit!. Dikisahkan pula bahwa nabi Muhammad naik turun dari langit pertama ke langit ke tujuh untuk menerima perintah shalat hingga tercapai kesepakatan shalat diwajibkan sehari semalam. Sebagai seorang moderat, Cakra Ningrat berpendapat bahwa kisah-kisah tersebut memiliki tujuan agar ummat islam mau mengerjakan shalat sebab shalat itu bertujuan mencegah seseorang dari berbuat keji dan mungkar. Jika seseorang selalu berbuat keji dan mungkar maka kelak orang itu akan merasakan siksaan neraka. Kisah tersebut sangat subyektif dan tidak memenuhi unsur-unsur Kebenaran yang bersifat universal. Cakra Ningrat dengan tegas menolak kebenaran kisah itu.

Catatan: Bila pembaca ingin mengetahui keadaan rahasia langit yang sesungguhnya; Cakra Ningrat menyarankan kepada anda untuk membaca artikel SATRIO PININGIT TELAH MUNCUL, di blog SPTM ini. penulis artikel itu tidak mencantumkan namanya.

Berangkat dari prinsip-prinsip hukum PENGGENAPAN maka dapat dikatakan bahwa tangga dari bumi yang ujungnya sampai ke langit sebagaimana yang disaksikan oleh Yakub di dalam tidurnya dapat disimpulkan bahwa tangga tersebut telah dua kali dinaiki yaitu yang pertama oleh Yesus Kristus (Isa Almasih) dan yang ke dua oleh nabi Muhammad SAW. Oleh karena tangga itu telah memenuhi kaidah hukum penggenapan maka tangga tersebut dianggap HAPUS DEMI HUKUM.

Tangga yang disaksikan oleh Yakub bukan tangga yang nyata. Tangga itu tidak dapat dilihat secara kasat mata. Tangga itu adalah TANGGA GAIB. Yesus Kristus dapat menaiki tangga gaib tersebut setelah beliau menemui kematiannya di tiang salib. Kematian Yesus semata-mata bertujuan untuk melepaskan dirinya dari belenggu jasadnya. Kebangkitannya adalah tanda Jasad melebur menjadi satu dengan jiwanya. Jiwa Yesus-lah yang menaiki tangga gaib itu. Bukan jasadnya.

Sama halnya dengan nabi Muhammad ketika mi’raj, yang naik ke langit bukan jasadnya akan tetapi jiwanya. Jiwanya keluar meninggalkan jasad beliau kemudian jiwa itu menaiki tangga gaib tersebut. Jasad sama sekali tidak bisa menembus langit.

Firman Tuhan dalam alqur’an: “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun “ (QS 70:4)

Firman tersebut tidak dapat dimaknai secara harfiah. Firman tersebut harus dimaknai bahwa perbandingan waktu di bumi dan di langit adalah sehari di langit sama dengan lima puluh ribu tahun di bumi. Tidak ada satupun manusia yang memiliki umur puluhan ribu tahun. Alqur’an menerangkan bahwa nabi yang paling panjang umurnya adalah nabi Nuh yaitu Sembilan ratus lima puluh tahun. Firman di atas memberi ketegasan kepada kita bahwa jasad tidak bisa naik ke langit. Yang bisa ke langit hanya Jiwa. Jiwa yang gaib memiliki tangga yang gaib. Yesus Kristus yang pertama menaiki tangga gaib tersebut kemudian yang kedua dan menggenapinya adalah nabi Muhammad SAW.

Dalam segala hal, semua yang diciptakan Tuhan senantiasa memiliki pasangan-pasangan untuk menggenapinya sebagaimana difirmankan dalam alqur’an: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah” (51:49).

Cakra Ningrat menjadikan ayat tersebut di atas sebagai landasan berfikir untuk menyatakan PENGGENAPAN (pasang-pasangan) adalah DASAR HUKUM KETAUHIDAN ( Meng-esaan Tuhan).

b. Perintah Tuhan kepada alam fana (dunia nyata)

Alam langit (gaib) dan alam fana (dunia nyata) memiliki perbedaan prinsip dan mendasar yaitu:

• Alam langit memiliki KETERBEBASAN TERHADAP WAKTU. Di alam langit tidak ada waktu siang dan tidak ada waktu malam. Penghuni alam langit tidak memiliki nafsu dan kehendak.

• Alam fana (dunia nyata) memiliki KETERBATASAN TERHADAP WAKTU. Di alam fana berlaku ketentuan waktu “pergantian siang dan malam”. Penghuni alam fana (manusia dan syetan) memiliki KEBEBASAN NAFSU DAN KEHENDAK. Kebebasan ini disebabkan karena adanya sifat menurut dan sifat melawan.

Oleh karena manusia dan syetan yang menghuni alam fana ini memiliki kebebasan nafsu dan kehendak maka Tuhan mewahyukan dalam bentuk perintah kepada alam yang mengatur waktu malam dan siang sbb:

1. Perintah Tuhan kepada alam (waktu malam)

Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan mahkluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” (113: 1-5).

2. Perintah Tuhan kepada alam (waktu siang)

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia. (114: 1-6).

 

Perintah Tuhan kepada WAKTU (malam dan siang) mulai berlaku sejak penciptaan yang pertama, jauh sebelum alquran diturunkan. Manusia tidak akan mungkin dapat memahami alquran dan alqitab secara benar dan sebenar-benarnya bilamana tidak mengetahui rahasia Tuhan terhadap penciptaan yang pertama.

Dasar hukum penciptaan yang pertama

Dalam alquran difirmankan: “Maka apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama?” Sebenarnya mereka ragu-ragu tentang penciptaan yang baru (QS 50:15).

Firman di atas tidak dapat dimaknai secara harfiah. Secara samar-samar Tuhan bertanya kepada kita: “Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama?” firman dengan tegas menerangkan tentang adanya penciptaan yang pertama. Bila penciptaan yang pertama tidak kita ketahui maka dapat dipastikan kita akan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru atau penciptaan yang kedua.

Cakra Ningrat akan menuliskan seluruh rahasia Tuhan berkaitan dengan penciptaan yang pertama agar manusia dapat memahaminya dengan logikanya masing-masing bahwa Tuhan tidak pernah merasa letih dengan penciptaan yang pertama. Bahwa seluruh yang kita lihat dan saksikan sekarang ini hanya sebuah mata rantai yang penjang dari penciptaan yang pertama dan penciptaan yang pertama itu akan diakhiri karena Tuhan akan melakukan penciptaan yang baru atau penciptaan yang kedua.

Difirmankan dalam alquran: Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua) ? (QS 56:62)

Firman di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah. Kalimat “Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama” adalah kalimat untuk menjebak orang-orang yang sok tahu, sok pintar dan sombong! Pertanyaanya “apa yang anda ketahui tentang rahasia penciptaan yang pertama?” firman di atas justru merupakan pintu masuk yang dibenarkan secara hukum untuk menghukum orang-orang yang sok tahu dan sok pintar seperti misalnya ustads-ustads, ulama, pastor, pendeta dan orang-orang sombong lainnya.

Cakra Ningrat meminta kepada seluruh pembaca terutama warga setia blog SPTM ini agar:

1. Bersyukurlah kepada Tuhan Semesta Alam karena telah mengizinkan dan memberi kesempatan, kesabaran dsb. kepada Cakra Ningrat sehingga dapat menulis di blog yang terhormat ini.

2. Bersabarlah dalam menanti, membaca, menyimak, mempelajari dsb artikel-artikel Cakra Ningrat. Tulisan-tulisan Cakra Ningrat adalah tulisan yang hidup, tulisan yang didasari oleh firman Tuhan untuk memunculkan kebenaran Tuhan.

 Bersambung ke bagian ketiga.

 Ditulis tanggal: 13-11-13.

LEGAL OPINION TERHADAP PERJANJIAN LAMA

Download Artikel

PERJANJIAN TUHAN DENGAN KAIN/QABIL (BAG. 1)

Oleh: Cakra Ningrat

PENGANTAR:

Luput dari perhatian semua orang sejak zaman dahulu kala hingga sekarang ini bahwa Tuhan pernah mengikat perjanjian dengan Kain (Qabil). Manusia menganggap terbunuhnya Habel (Habil) oleh Kain sebagaimana yang diceritakan dalam alqur’an dan alkitab sebagai pembunuhan biasa sehingga tidak perlu mendapat kajian hukum yang mendalam. Para ahli agama juga tidak tertarik membicarakannya karena menganggap semua orang juga sudah mengetahui cerita ini. Kalaupun dibicarakan, ahli agama juga tidak tahu pelajaran apa yang bisa dipetik dari peristiwa itu.

Cakra Ningrat memiliki pendapat yang berbeda dengan semua ahli agama samawi (yahudi, kristen dan islam) serta seluruh ummat manusia. Cakra Ningrat berpendapat; tragedi pembunuhan antara Kain dan Habel adalah sebuah misteri yang harus diungkap. Jika misteri ini tidak diungkap maka misteri ini akan bersifat kekal. Tidak ada yang kekal kecuali Tuhan!. Seluruh misteri yang selama ini terpendam jauh didasar tanah harus diangkat ke permukaan untuk dibuka kemudian kita lihat bersama-sama. Misteri hanyalah sebuah kegelapan. Bila anda masuk dalam kegelapan maka anda akan tersesat yang pada ahirnya anda tergelincir dan terperosok jauh ke dalam sebuah jurang yang bernama kegelapan.

Kegelapan menyebabkan sulitnya manusia menemukan kebenaran sejati. Klaim sepihak terhadap kebenaran yang dilakukan manusia selama ini dengan bersandar pada keyakinan agamanya masing-masing justru hanya menambah jauhnya jarak akan kebenaran itu sendiri. Manusia tidak boleh marah apalagi benci kepada kegelapan malah sebaliknya manusia justru dituntut harus bersifat arif dan bijak dalam memahami kegelapan oleh karena kegelapan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada yang menciptakannya. Yang menciptakan kegelapan adalah Tuhan!. Pertanyaannya bukan kenapa? Tapi darimana dan bagaimana caranya serta untuk apa sehingga Tuhan menciptakan kegelapan kemudian mengangkat penguasa kegelapan?. Jika Tuhan menciptakan kegelapan apakah Tuhan juga menciptakan yang terang?. Siapakah yang lebih dulu diciptakan apakah yang gelap atau yang terang?. Lantas bagaimanakah cara Tuhan memisahkan keduanya?.

Legal Opinion (pendapat hukum) akan menjawab tuntas seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan hukum dan untuk kepentingan hukum agar tidak ada lagi manusia yang mengatakan “kami tidak tahu” saat hari hukum tiba. Yang dimaksud hari hukum adalah hariNya Tuhan. Itulah hari yang sangat mengerikan dan menakutkan!. Ummat kristen menyebutnya sebagai “hari penghakiman” dan ummat islam mengenalnya sebagai “hari pembalasan”. Tidak ada yang mengetahui kapan waktunya kecuali yang Empunya Hari, Sendiri. Kita hanya sebatas menduga dengan mengamati fenomena alam dan kondisi sosiologis, psikologis ummat manusia pada umumnya hususnya rakyat Indonesia.

Manusia memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanti datangnya “hari Tuhan”. Ummat islam bersikap biasa saja dan cenderung tidak tertarik membicarakannya. Para ahli agama mereka (ustadz, kiyai dan ulama) lebih senang menyampaikan da’wah yang berkisar pada permasalahan syariah, muamalah dan hal-hal yang bersifat duniawi. Mereka menyampaikannya dengan gaya dan retorika sebagai ciri khas kreasi dan kreativitasnya masing-masing. Umumnya mereka mengedepankan penampilan yang cenderung fashionable guna menarik simpati dan perhatian ummat. Kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kebenaran subyektif yang mereka sampaikan.

Ummat nasrani menanti datangnya “hari Tuhan” dengan penuh pengharapan dan rasa suka cita, ibarat pengantin perempuan yang menantikan mempelai laki-laki, yang akan datang menjemputnya. Mereka meyakini Yesus Kristus yang selama ini mereka rindukan akan turun ke bumi memilih mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengangkatnya untuk hidup dalam kekekalan di rumah Bapa di Syurga dalam kerajaan Allah. Para ahli agama mereka (pendeta dan pastor) cenderung memberi pengharapan yang sangat berlebih-lebihan kepada ummatnya. Pengharapan yang bersifat dogmatis. Pengharapan itu hanyalah seperangkat pendapat yang bersifat kategorik dan autoritatif. Kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal sebagai bentuk pertanggungjawaban hukum terhadap kebenaran subyektif yang mereka sampaikan dan mereka imani selama ini.

Dalam menyikapi datangnya “hari Tuhan” atau hari Penghakiman/hari Pembalasan Cakra Ningrat berpendapat agar kita tidak bersikap biasa-biasa saja atau mengacuhkannya. Juga janganlah kita menyikapinya secara berlebih-lebihan. Sebaiknya kita mengambil sikap WASPADA dengan mengedepankan logika berfikir kita masing-masing. Kita patut mewaspadai “hari Tuhan” oleh karena manusia adalah sasaran dan obyek yang akan dihakimi. Manusia adalah sasaran dan obyek pembalasan Tuhan. Anda tidak perlu memikirkan soal amalan dan dosa karena Tuhan Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa manusia KECUALI dosa yang disebabkan karena anda MEMPERSEKUTUKAN Tuhan.

PEMIKIRAN TENTANG TUHAN

Ummat islam mengenal kalimat tauhid dengan sebutan Laa ilaha illallah. Kalimat tauhid adalah kalimat prinsip yang meng-Esa-kan Tuhan yang artinya “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Apakah anda akan mengatakan didalam keyakinan anda bahwa ALLAH adalah TUHAN?. Jika anda berkeyakinan bahwa Allah adalah Tuhan maka anda telah mempersekutukan Tuhan dengan Allah!.

Allah adalah Allah dan Tuhan  adalah Tuhan. Kita tidak bisa menerima begitu saja kalimat tauhid “tidak ada Tuhan selain Allah” secara harfiah tanpa memahami eksistensinya. Dalam alqur’an  surat An-Nur ayat 35 telah dijelaskan defenisi tentang Allah adalah:

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur (sesuatu) dan tidak pula disebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Allah bukan Tuhan. Allah adalah cahaya Tuhan yang juga dapat dimaknai sebagai bayangan Tuhan. Allah dan Tuhan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan meskipun pada hakekatnya mereka terpisah. Allah adalah dzat yang tidak mawujud. Tuhan mawujud. Bagaimana mungkin Allah yang tidak mawujud dapat menciptakan alam beserta seluruh isinya yang mawujud?. Tuhan-lah yang menciptakan segala sesuatunya yang mawujud dengan perantaraan Allah-Nya yang tidak mawujud itu.

Apabila ummat islam tetap berkeyakinan bahwa Allah adalah Tuhan dan tidak melepas keyakinannya itu maka orang itulah yang akan merasakan pembalasan Tuhan di “hari Tuhan”. Ummat islam tidak akan mungkin dapat berlindung kepada Allah karena Allah telah mengeluarkan Pernyataan bahwa Allah bukan Tuhan. Pernyataan dimaksud telah tertulis jelas, terang dan tegas didalam alqur’an Surat Al Imran ayat 18 sebagai berikut:

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Pernyataan di atas adalah pernyataan penting yang datangnya dari Allah sendiri, dimana Allah mengingkari dirinya sebagai Tuhan. Jika Allah adalah Tuhan tentu ayat di atas akan berbunyi “Allah menyatakan tidak ada Tuhan melainkan Allah” atau “Allah menyatakan tidak ada Tuhan melainkan Aku”.  Ayat di atas berkata “Allah menyatakan tidak ada Tuhan melainkan Dia”. Kata “Dia” adalah kata tunjuk. Allah menunjuk “Dia”. Allah adalah subyek yang menunjuk dan “Dia” adalah obyek yang ditunjuk. Obyek yang ditunjuk inilah yang dimaksud dengan Tuhan. Tuhan Yang menegakkan keadilan.

Agar ummat islam tidak ragu-ragu menerima kebenaran pernyataan Allah tersebut maka Allah melanjutkan lagi pernyataannya dengan kalimat “para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Para malaikat dan orang yang berilmu membenarkan pernyataan Allah bahwa Allah bukan Tuhan. “Dia” adalah kata tunjuk. “Dia” inilah yang dimaksud dengan Tuhan. Allah bersama para malaikat dan orang-orang yang berilmu menyatakan bahwa “Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Cakra Ningrat adalah orang berilmu meskipun hanya sebatas ilmu hukum turut serta bersama-sama Allah dan para malaikat menyatakan bahwa Allah BUKAN Tuhan. “Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan DIA. Kata “Dia” inilah yang dimaksud Tuhan, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Sebagai orang hukum Cakra Ningrat berpendapat: “Dia (Tuhan) Yang Menegakkan Keadilan” memiliki alasan hukum yang jelas bagi diriNya jika Dia bermaksud hendak menegakkan keadilan dihari penghakiman/pembalasan karena keadilan itu untuk DiriNya Sendiri bahwa Dia adalah Tuhan dan bukan Allah. Dia yang Ada begitu saja. AKIBATNYA, “Yang Esa itu tidak bernama”.

Apakah ketuhanan Allah dan ketuhanan Yesus, salah didepan hukum?. Cakra Ningrat berpendapat; ketuhanan Allah dan Yesus memiliki jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan Tuhan sehingga ketuhanannya tidak memiliki sifat yang kekal. Ketuhanan Allah dan Yesus berfungsi sebagai perisai untuk memproteksi Tuhan yang sebenar-benarnya, Tuhan.

Manusia bisa saja mengingkari Allah dan Yesus sebagai Tuhan. Bisa menuhankan  berhala-berhala dan segala macam dewa bahkan mengingkari adanya tuhan sekalipun akan tetapi tidak ada satupun manusia yang hidup di dunia ini yang bisa lepas dari hukum Tuhan yang dinamakan sebagai hukum alam dan hukum karma. Hukum alam yang berhubungan langsung dengan manusia adalah tua, sakit dan mati sedangkan hukum karma adalah hukum alam inpersonal yang mengontrol ketat perbuatan baik dan perbuatan jahat manusia semasa hidupnya dan terus berlanjut hingga keturunannya yang ketujuh. Kita akan saksikan bersama-sama bagaimana Tuhan menciptakan hukum alam dan hukum karma dalam artikel Cakra Ningrat yang berjudul “Perjanjian Tuhan dengan Nuh, Hud dan Saleh”.

Itulah sebabnya ajaran Buddha menepis segala bentuk-bentuk pemikiran transendental manusia tentang Tuhan sebab Buddha Gotama telah lebih dulu memahami adanya sebuah wilayah yang disebut nibbana (nirwana) yaitu suatu bentuk keadaan yang tak terdefenisikan. Kalaupun murid-muridnya atau orang-orang dimasa itu mengejar pertanyaan tentang adanya sosok adikuasa (Tuhan), Sang Buddha lebih memilih diam. Diamnya Sang Buddha adalah sebuah sikap bijak dan penuh welas asih yang sepatutnya kita tiru. Bahwa beliau lebih memilih diam karena beliau telah mengetahui bahwa semua tuhan-tuhan yang dikenal oleh manusia (Allah, Yesus, Dewa-Dewa dan sebagainya) bersifat tidak kekal. Buddha Gotama pernah membabarkan dhamma didepan dewa-dewa yang menanti waktu untuk kelahiran berulangnya adalah bukti nyata bahwa tuhan-tuhan ataupun sosok adikuasa yang telah dikenal oleh manusia tetap mengalami kelahiran berulang mengikuti siklus kelahiran manusia sehingga manusia mengenal tuhan-tuhan tersebut karena mengikut pada agama yang dianut oleh orang tua mereka.

Kebenaran universal yang diajarkan oleh guru agung Buddha Gotama bukan karena mewarisi kebenaran itu dari orang tuanya. Alih-alih mewarisi malah tahta dan harta selaku pewaris tunggal pun beliau tinggalkan. Hal yang lebih frontal dan radikal melawan keyakinan dan meninggalkan orang tua pernah juga dilakukan oleh generasi pendahulu Buddha Gotama yaitu Abram (Abraham/Ibrahim). Apa yang dilakukan kedua tokoh utama ummat manusia memiliki kesamaan yaitu pencarian kebenaran universal, bedanya Abram melakukan Pencarian Kebenaran terhadap hakekat Tuhan Yang Menciptakan sedang Shidatta Gotama melakukan pencarian kebenaran terhadap hakekat yang menyebabkan manusia menderita. Kita akan lihat bersama kebenaran bahwa Shidatta Gotama adalah kelahiran berulang Abram dalam artikel Cakra Ningrat yang berjudul “Perjanjian Tuhan Dengan Abraham (Ibrahim)”.

Kontemplasi yang dilakukan oleh Shidatta Gotama dibawa pohon boedhi di Gaya selama enam tahun tidak boleh dimaknai secara harfiah saja. Pohon kayu boedhi memiliki dimensi alkitabiah sebagai pohon pengetahuan baik dan jahat. Dibawah pohon pengetahuan itulah Shidatta Gotama mendapatkan penyadaran dan pencerahan yang sempurna. Dibawah pohon pengetahuan itulah Buddha Gotama menemukan apa yang dicarinya yaitu kebenaran universal. Sangat beralasan jika Cakra Ningrat menuliskan artikel yang pertama “Yang Sadar dan Tercerahkan adalah Buddha” dan menempatkan artikel itu sebagai fondasi kuat yang diatasnya dibangun sebuah paradigma baru dalam bentuk Legal Opinion guna mereformasi bahkan merestorasi secara menyeluruh pemahaman kita selama ini terhadap hakekat Tuhan. Kita melakukan reformasi paradigma itu secara diam-diam untuk diri kita sendiri dan keluarga kita (istri dan anak-anak) karena tidak ada yang dapat menyelamatkan diri kita kalau bukan diri kita sendiri.

Fondasi sebuah bangunan selalu menggunakan bahan alam yang banyak disediakan oleh alam seperti batu kali, pasir dan semen. Galian fondasi adalah upaya yang serius dan mendalam untuk mencari kebenaran yang berada dibawah tanah. Batu kali dapat dianalogikan sebagai ajaran Buddha, pasir pantai adalah perjanjian lama dan semen adalah alqur’an. Ketiganya musti disatukan guna menghasilkan fondasi yang kuat, kokoh dan permanen. Itulah sebabnya Legal Opinion yang kami sampaikan sangat logis dan tidak mungkin bisa diruntuhkan karena dibangun diatas dasar fondasi yang benar.

Dua ribu lima ratus tahun yang lalu, Buddha Gotama mengatakan; pada hakekatnya manusia hidup adalah menderita. Penderitaan ini disebabkan karena adanya lekatan nafsu. Disebabkan karena nafsu selalu tidak terpuaskan pada ahirnya manusia selalu mengalami siklus kelahiran berulang. Ahir zaman adalah hari ahir untuk mengahiri kelahiran berulang. Itu adalah hari dimana keadilan ditegakkan oleh Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Jika anda menginginkan Tuhan Yang Maha Perkasa mengahiri kelahiran berulang anda bersamaan dengan diahirinya segala apa yang ada dimuka bumi ini silahkan mengacuhkan atau menyepelekan Legal Opinion ini. Akan tetapi jika anda menginginkan Tuhan Yang Maha Bijaksana membantu anda atau menolong anda mengahiri kelahiran berulang anda silahkan ikuti terus, cermati dan fahami Legal Opinion ini. Lekatan nafsu dapat dilepas dengan mudah dari diri kita bilamana kita memahami bagaimana Tuhan menciptakan nafsu tersebut.

KAIN (QABIL) MEMBUNUH HABEL

Logika hukum akan mempertanyakan “kenapa pembunuhan itu terjadi?. Apa motifnya dan untuk kepentingan apa!”. Kain adalah saksi pelaku dan Habel adalah korban. Pembunuhan itu terjadi secara spontanitas atau terjadi begitu saja sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pembunuhan berencana. Motif pembunuhan karena saksi pelaku merasa cemburu, irihati, dengki dan dendam. Mengungkap motif pembunuhan berarti mengungkap misteri penciptaan Tuhan. Tidak ada misteri yang tidak diungkap. Tidak ada misteri yang bersifat kekal. Yang kekal hanya satu. TUHAN.

Tuhan berkepentingan atas pengungkapan misteri PenciptaanNya yang pertama sebelum penciptaanNya yang pertama diahiri. Kita semua yang hidup saat ini dengan segala kemudahan karena kemajuan tekhnologi hanyalah mata rantai yang sangat panjang sebagai akibat dari sebab adanya penciptaan yang pertama. Tuhan akan mengahiri penciptaanNya yang pertama oleh karena Tuhan akan melakukan penciptaan yang kedua untuk menggenapinya. Ummat nasrani mengenal penciptaan Tuhan yang kedua sebagai “hari kebangkitan” sedangkan ummat islam menyebutnya sebagai “hari berbangkit”. Hari itu, Tuhan begitu amat dekatnya dengan manusia. Tuhan berdiri didepan lautan manusia dan manusia berdiri dihadapan Tuhan. Meski begitu, manusia tetap tidak akan dapat melihat wajah dan sosok Tuhan, oleh karena semua kepala hanya tertunduk. Hari itu manusia terdiri atas dua golongan saja yaitu golongan baik dan jahat.

Manusia yang berdiri pada barisan golongan jahat adalah manusia yang memiliki sifat cemburu, irihati, dengki dan dendam yang ia warisi dari Kain. Kain mendapatkan sifat itu dari Hawa, perempuan yang melahirkannya. Karena semua manusia dilahirkan oleh perempuan maka tidak ada satupun manusia yang bisa terbebas dari keempat sifat-sifat tersebut. Bukti bahwa Hawa yang menurunkan sifat-sifat itu dapat kita lihat dalam kitab Kejadian 4:1-2.

Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN”. Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain, dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

Perkataan Hawa “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN” tidak boleh diterima atau diartikan secara harfiah oleh karena dibalik kalimat itu ada pesan Tuhan yang tersembunyi untuk kita semua. Sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam artikel terdahulu bahwa Tuhan menciptakan Adam kemudian dari tulang rusuk kiri Adam, Tuhan menciptakan Hawa lalu melalui Hawa Tuhan menciptakan nafsu birahi dan hawa nafsu. Ada dua pesan Tuhan yang ingin disampaikan yaitu:

  1. Kalimat “Aku telah melahirkan seorang anak laki-laki” bermakna; hawa nafsu yang tadinya Tuhan ciptakan melalui Hawa dimana nafsu tersebut telah diturunkan kepada anak laki-lakinya yang pertama yang bernama Kain. Karena nafsu telah diturunkan kepada Kain berarti didalam diri Hawa masih terdapat “nafsu birahi (syahwat)”. Jika Kain telah mewarisi nafsu, kelak diapun akan mewarisi syahwat.
  2. Kalimat “dengan pertolongan TUHAN” bermakna; hanya dengan bantuan dan pertolongan Tuhan, manusia bisa terbebaskan dari nafsunya oleh karena Tuhan yang pernah mengikat perjanjian dengan Kain.

Untuk mengungkap misteri pembunuhan Kain terhadap Habel dengan benar dan obyektif kita tidak boleh menggunakan alkitab saja atau alqur’an saja akan tetapi kita harus menggunakan kedua kitab Tuhan tersebut sebagai sumber hukum. Perbedaan prinsip dari kedua kitab itu adalah penonjolan sifat dan karakter tokoh yang dikisahkan. Alkitab menonjolkan karakter Kain sementara alqur’an menonjolkan karakter Habil. Melihat perbedaan ini, Cakra Ningrat justru sangat mengagumi kepandaian dan kecerdasan Tuhan dalam menyembunyikan misteri PenciptaanNya. Sungguh celakalah manusia yang membangga-banggakan kebenaran agama yang dianutnya.

Dalam kitab kejadian 4:3-7

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga memper-sembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka Tuhan mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkanNYa. Lalu hati Kain sangat panas dan mukanya muram. Firman Tuhan kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?. Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?. Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip didepan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”.

Korban yang dipersembahkan Habel adalah anak sulung kambing-dombanya sedang Kain memberi korban persembahan berupa hasil pertaniannya (buah-buahan). Tuhan hanya menerima korban yang dipersembahkan oleh Habel. Firman Tuhan kepada Kain “mengapa hatimu panas dan mukamu muram?”. Firman ini tidak bisa dimaknai secara harfiah oleh karena ada pesan Tuhan yang tersembunyi dibalik FirmanNya. “Hati panas” menandakan sifat “nafsu” yang CEMBURU dan IRIHATI. Kain cemburu dan irihati kepada Habel karena korban persembahan Habel saja yang diterima Tuhan. “Muka muram” menandakan sifat “nafsu” yang sudah sampai pada keadaan DENGKI dan DENDAM.

Hawa nafsu memiliki empat sifat terkondisi yaitu cemburu, irihati, dengki dan dendam. Keadaan terkondisi dari sifat cemburu dan irihati adalah HATI PANAS. Semua orang yang cemburu dan irihati dapat merasakan kalau hatinya panas. Apabila rasa cemburu dan irihati tidak cepat dikendalikan maka keadaannya akan meningkat kelevel dengki dan dendam. Keadaan terkondisi dari sifat dengki dan dendam adalah MUKA MURAM. Kita dapat melihat orang yang dengki dan dendam memiliki muka yang muram dan tidak berseri. Apabila manusia telah panas hatinya dan mukanya muram maka ada dosa yang mengintip didepan pintu; dosa itu sangat menggoda. Jika manusia tidak mampu menguasai godaannya maka manusia pasti terjebak dalam perbuatan “melanggar hukum”. Dosa yang dimaksudkan didalam firman Tuhan adalah nafsu AMARAH. Orang yang marah adalah orang yang tidak mampu menguasai dirinya.

Kain adalah personifikasi “nafsu” yang diciptakan Tuhan dari Hawa-nafsu. Hawa identik dengan kata “suhu” dalam satu keadaan tertentu. Suhu memiliki banyak tingkatan mulai yang paling dingin, sejuk, biasa saja, hangat dan panas. Dalam kitab kejadian 3:20 dikatakan:

Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.

Semua yang hidup (manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan) memiliki nafsu. Yang membedakan kita adalah tingkatan hawa-nya. Kain adalah “nafsu” yang berhawa “panas”. Ini diwujudkan dalam sifat-sifat cemburu, irihati, dengki dan dendam.

Dalam alqur’an surah Al-maidah 5:27

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil) ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.

Qabil (Kain) yang telah dikuasai oleh nafsu amarah mengatakan “Aku pasti membunuhmu”. Orang yang sudah dikuasai nafsu amarah adalah orang yang selalu mencari jalan pintas untuk menyelesaikan suatu permasalahan disebabkan karena orang itu sudah tidak lagi menggunakan fikiran akal sehatnya. Berkata Habil “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. Perkataan Habil menunjukkan sikap dirinya yang tenang dan tidak terpengaruh dengan rencana jahat Qabil (Kain). Ketenangan itu justru memberinya kecerdasan untuk menggiring Qabil ketopik permasalahan “korban” siapa yang diterima Tuhan. Hanya korban orang-orang yang bertakwa yang diterima Tuhan.

Kita tidak bisa menerima kata “orang bertakwa” secara harfiah oleh karena kata takwa sangat subyektif dan tidak terukur. Karakter Habil yang ingin ditonjolkan oleh alqur’an dengan berlindung di balik kata “takwa” sesungguhnya adalah sifat Habil yang SABAR. Sikap Habil yang tidak terpengaruh dengan Qabil yang sedang dikuasai nafsu amarah adalah bukti kesabarannya. Habil tidak menjawab perkataan Qabil yang marah malah sebaliknya dengan kepintarannya Habil justru ingin mengembalikan Qabil kedalam topik yang sebenarnya.

Jangan menghadapi orang marah dengan cara marah oleh karena anda akan hancur dan menyesal. Marah memiliki karakter “buta”. Orang yang marah cenderung selalu mencari jalan pintas karena fikrannya buta. Hadapilah marah dengan sabar. Orang yang sabar adalah orang yang pintar. Sabar dan pintar sama dengan telur dan ayam, sangat sulit menjawabnya jika ditanyakan manakah yang lebih duluan?. Kita dapat menyaksikan orang-orang yang berhasil dalam kehidupannya setidaknya dia memiliki dua potensi dasar didalam dirinya yaitu sabar dan pintar. Entah mana yang duluan; apakah orang itu sabar disebabkan karena kepintarannya ataukah orang itu pintar disebabkan karena kesabarannya. Keberhasilan dan kesuksesan seseorang membutuhkan waktu yang panjang. Sama halnya untuk mengatakan seseorang sabar dan pintar serahkanlah kepada sang waktu yang akan mengujinya yang pasti sabar yang dimaksudkan oleh alqur’an berbeda dan bukan berarti masa bodoh. Habil tidak bermasa bodoh dengan membiarkan dirinya akan dibunuh oleh Qabil akan tetapi Habil mengemukakan argumentasi hukum menandakan Habil orang yang pintar.

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu, sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Q.S. 5:28)

Kita tidak bisa memaknai ayat diatas secara harfiah oleh karena ada pesan Tuhan dibalik perkataan Habil yang ingin disampaikan kepada kita. Karakter yang akan ditonjolkan oleh alqur’an adalah sifat Habil yang kedua yaitu IHLAS. Meskipun Qabil menggerakkan tangannya untuk membunuh Habil akan tetapi Habil tidak akan menggerakkan tangannya untuk membunuh Qabil. Itu berarti; ihlas tidak akan pernah mengharapkan balasan sekalipun itu balasan dari Tuhan. Bagaimana mungkin anda mengharapkan balasan atas keihlasan anda dari Tuhan yang anda tidak ketahui?. Ihlas bukan ucapan atau perkataan semata. Ihlas bukan juga pengharapan. Ihlas adalah bentuk dari sebuah ketenangan jiwa.

“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. (Q.S. 5:29)

Karakter Habil yang ingin ditonjolkan oleh ayat di atas adalah sifat Habil yang PASRAH. Pasrah bukanlah sebuah perasaan yang dapat diungkap melalui perkataan ataupun ucapan. Pasrah adalah bentuk dari sebuah keadaan atau suasana hati yang damai. Tiga sifat yang ditonjolkan oleh alqur’an yang dimiliki oleh Habil yaitu; sabar, ihlas dan pasrah. Ketiga sifat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. SABAR

Sabar terletak didalam darah manusia karena itu hanya orang yang hidup saja yang memungkinkan disebut sabar. Sifat sabar adalah sifat nyata seseorang artinya orang lain dapat melihat dan menyaksikan sifat tersebut oleh karena sifat sabar adalah sifat yang terukur. Tolok ukur untuk menilai seseorang memiliki sifat sabar adalah:

Pertama; Orang sabar harus pintar. Kepintaran menjadi persyaratan mutlak oleh karena hanya kepintaran saja yang dapat membedakan seseorang memiliki sifat sabar atau sifat masa bodoh. Sifat masa bodoh adalah sifat yang dimiliki orang bodoh yang membiarkan “masa” atau waktu berlalu dengan sia-sia. Orang sabar adalah orang yang pintar memanfaatkan waktu kesabarannya, orang pintar adalah orang yang sabar menantikan waktu untuk menunjukkan hasil kepintarannya.

Kedua;  Orang sabar harus mampu meredam amarah orang lain sebagai pembuktian bahwa dirinya terbebas dari nafsu amarah. Hanya orang yang tidak memiliki nafsu amarah yang mampu membebaskan orang lain dari amarah. Orang sabar mampu mengelola amarah orang lain untuk kemudian mengarahkannya kepada jalan yang tidak membahayakan.

2. IHLAS

Sifat ihlas terletak didalam jiwa seseorang. Orang yang memiliki sifat ihlas adalah orang yang memiliki ketenangan jiwa. Wajah orang itu dapat dikatakan berseri-seri.

3. PASRAH

Sifat pasrah terletak didalam hati seseorang. Orang yang memiliki sifat pasrah adalah orang yang memiliki kedamaian hati.

Ketenangan jiwa dan kedamaian hati adalah satu bentuk keadaan seseorang yang normatif dan tidak terukur. Tidak ada yang mengetahui kecuali orang yang memiliki sifat-sifat itu sendiri.

Alkitab menonjolkan karakter Kain (Qabil) yang penuh Nafsu. Sifat dan penampakan nafsu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. MARAH

Marah terletak didalam darah manusia. Marah adalah sifat nyata seseorang artinya dapat dilihat dan disaksikan oleh orang lain. Marah adalah api yang berkobar-kobar yang dapat membakar apa saja yang ada dihadapannya atau didekatnya. Orang yang suka marah identik dengan orang bodoh. Karena kebodohannya sehingga nafsu bisa begitu mudah menguasai dirinya dan menggerakkan dirinya untuk melakukan suatu perbuatan yang membuat dirinya menyesali perbuatannya itu.

2. MUKA MURAM

Muka muram adalah satu kondisi yang terukur, dapat dilihat dan disaksikan sebagai refleksi penampakan dari keadaan jiwa seseorang yang memiliki sifat dengki dan dendam.

3. HATI PANAS

Hati panas adalah satu kondisi yang terukur, dapat dilihat dan diketahui sebagai refleksi dari pembiasan dari keadaan hati seseorang yang memiliki sifat cemburu dan irihati.

Selanjutnya dikisahkan dalam Alkitab Kejadian 4:8

Kata Kain kepada Habel, adiknya; “Marilah kita pergi ke padang” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu lalu membunuh dia.

Alqur’an surah Almaidah 5:30

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.

Dengan tegas alqur’an mengatakan HAWA NAFSU (AMARAH) sudah menguasai diri Qabil (Kain) sehingga dia menganggap mudah melakukan pembunuhan atas saudaranya. Alqur’an tidak menjelaskan modus dan locusnya, Alkitab menerangkan Kain (Qabil) melakukan pembunuhan itu dengan cara memukul dan locus peristiwa terjadi disebuah padang.

Alqur’an surah Almaidah 5:31

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”. Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.

Kata “menyuruh” pada ayat 5:31 tersebut harus dimaknai “petunjuk” sebagai bentuk upaya pertolongan Tuhan, kepada Qabil/Kain untuk mengubur saudaranya. Karena petunjuk Tuhan dilaksanakan oleh Qabil/Kain maka petunjuk itu harus dimaknai sebagai “pengetahuan” yang diturunkan Tuhan kepada manusia (Qabil/Kain) dengan perantaraan burung gagak. Selain sebagai pengetahuan, burung gagak ini dapat juga dimaknai sebagai “gagasan” atau “ide/rencana” yang dalam bahasa agama disebut sebagai “niat”. Manusia yang menganut faham animisme dan dinamisme sampai saat ini menjadikan burung gagak sebagai simbol petunjuk Sang Penguasa Alam. Mitos-mitos tentang burung gagak menyebar secara merata dan dipercaya oleh suku-suku tradisional. Orang islam tidak boleh menuduh mereka orang musyrik dan orang nasrani juga tidak boleh mengaggap mereka orang fasik oleh karena keyakinan mereka memiliki dasar yang kuat dalam alqur’an, hususnya pada ayat 5:31 ini.

Setelah Habil dikuburkan ternyata persoalan belum selesai. Alkitab menerangkan kepada kita semua dalam Kejadian 4:9-10

Firman Tuhan kepada Kain (Qabil): “Dimana Habel, adikmu itu?”.Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adiku?.” FirmanNya: “Apakah yang telah kau perbuat ini?”. Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.

Benar, jasad Habil telah dikuburkan oleh kakaknya akan tetapi darahnya berteriak-teriak kepada Tuhan dari tanah. Firman menyebut “dari tanah” bukan “dari dalam tanah”. Apakah benar darah bisa berteriak?. Tidak benar! Darah tidak mungkin bisa berteriak. Firman menggunakan bahasa kiasan yang tidak boleh diartikan secara harfiah. Firman itu harus dimaknai sebagai sebuah pesan Tuhan yang bersembunyi dibalik Firman bahwa manusia itu diciptakan dari tanah dan hendaknya manusia memiliki sifat seperti tanah yaitu SABAR.

Sifat sabar hanya dimiliki oleh manusia yang hidup oleh karena “sabar” terletak didalam “darah” artinya sifat itu dapat dilihat dan disaksikan oleh orang lain. Orang yang memiliki sifat sabar adalah orang yang sangat dekat kepada Tuhan, karena itu untuk dapat disebut sebagai orang yang sabar, manusia harus terlebih dahulu lulus dari ujian atau pencobaan Tuhan. Ujian kesabaran untuk pertamakalinya dilakukan Tuhan secara nyata kepada Abram (Abraham/Ibrahim), ujian yang berhubungan langsung dengan darah manusia.

Abram memiliki istri bernama Sarah. Melihat suaminya sangat ingin memiliki anak dan menyadari bahwa dirinya mandul maka Sarah menyarankan Abram mengawini Hagar (Hajar), budaknya. Dari perkawinannya dengan Hagar, Abram memiliki anak bernama Ismael (Ismail). Abram sangat senang dengan kelahiran Ismael dan rasa sayang Abram terhadap Hagar juga semakin bertambah. Melihat kenyataan itu, Sarah cemburu kepada Hagar. Dia mengusir Hagar bersama putranya. Karena telah dipropokasi oleh Sarah, Abram dengan penuh rasa galau dan AMARAH membawa Hagar dan putranya yang masih bayi pergi jauh meninggalkan Kanaan menuju ke sebuah tempat yang belum pernah dikunjungi orang. Tempat itu penuh dengan bebatuan dan bukit-bukit cadas. Negeri itu bernama Mekkah. Mekkah yang kosong, tandus dan tak berpenghuni. Jangankan manusia, hewan dan tumbuhan saja tidak bisa hidup di negeri itu karena tidak terdapatnya air sebagai sumber utama kehidupan. Di negeri itulah Abram membuang Hagar dan putranya Ismael, lalu dia kembali ke Kanaan. Abram menyerahkan kepada alam untuk melaksanakan keinginan jahatnya membunuh Hagar dan Ismael.

Alam tidak merespon keinginan jahat Abram, malah yang terjadi justru sebaliknya, alam menghidupkan Hagar dan Ismael serta memberi kehidupan semua mahluk hidup lainnya. Tuhan memerintahkan alam untuk membuka “mata air” didekat kaki sibayi (Ismael) yang terus menerus menangis kehausan. Hagar sangat senang melihat kenyataan itu dan berteriak-teriak dalam bahasa Ibrani dengan berkata “zami-zami” yang artinya “mari-mari”. Belakangan manusia menyebut air itu sebagai air zam-zam.

Alam memperdengarkan teriakan Hagar kepada burung gagak. Mendengar teriakan itu burung gagak datang mengunjungi sumber air kemudian diikuti oleh ribuan burung-burung lainnya yang terbang berombongan menuju tempat tersebut. Melihat kenyataan itu, manusia yang tinggal jauh dari Mekkah mengetahui gejala alam bahwa apabila burung gagak diikuti oleh rombongan burung-burung lainnya terbang kesuatu tempat maka dapat dipastikan kalau di tempat itu terdapat air untuk kehidupan.  Berdatanganlah manusia dari negeri yang jauh menuju Mekkah dan menetap di Mekkah. Hagar dan Ismael adalah penghuni pertama Mekkah. Selama bumi ini masih ada, mata air zam-zam tidak akan pernah berhenti mengeluarkan airnya untuk kehidupan manusia hususnya yang hidup di tempat itu oleh karena mata air itu adalah penggenapan dari mata air yang pernah menenggelamkan bumi ini yang menyebabkan seluruh manusia mati kecuali yang berada di atas bahtera Nuh saat peristiwa banjir semesta.

Sekitar dua belas tahun kemudian Abram mendengar kabar berita bahwa telah banyak orang yang masuk dan berdiam di Mekkah, disebabkan karena adanya seorang ibu bersama bayinya yang menangis kehausan membuat ibunya itu berlari-lari mencari air buat bayinya. Saking paniknya ibu itu berlari-lari antara dua bukit Syafa dan Marwah ternyata didekat tumit bayi itu muncul sebuah mata air. Mata air itulah yang menyebabkan manusia berdatangan ketempat itu. Abram meyakini bahwa ibu dan bayi itu adalah istri dan putranya. Tanpa berfikir panjang lagi, Abram mempersiapkan perjalanan menuju Mekkah. Dibutuhkan waktu berhari-hari dari negeri Kanaan ke Mekkah dengan mengendarai unta. Sepanjang perjalanan air mata Abram mengalir terus. Perasaannya dipenuhi rasa syukur, senang, bahagia dan kerinduan yang mendalam terhadap istri dan anaknya bercampur menjadi satu dengan perasaan heran dan menyesali dirinya yang pernah bernafsu dan berniat jahat dengan meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang gersang.

Hagar adalah wanita yang sabar dan tidak banyak menuntut. Kesabaran Hagar adalah sifat bawaan lahiriah mengingat dirinya hanya seorang budak. Budak tidak boleh bertanya, tidak boleh menuntut meskipun akan dibunuh, budak harus menerimanya dengan sabar. Kesabaran Hagar diturunkan kepada putranya Ismael. Hagar dan Ismael merasa senang dengan kedatangan Abram karena sebelumnya mereka berdua sudah tidak pernah lagi berharap akan dikunjungi oleh Abram.

Rasa suka cita dan kegembiraan, kesenangan meluap-luap dihati Abram melihat kenyataan istrinya Hagar masih hidup dan putranya Ismael tetap tumbuh sehat dan lebih bagus dari anak-anak seusianya kala itu. Belum habis rasa suka citanya, suatu malam Abram bermimpi menyembelih putranya, Ismael. Abram menepis dan tidak menghiraukan mimpi itu karena Abram telah sangat mengasihi putranya. Abram tidak ingin lagi melakukan kesalahan atau kekeliruan dalam menyikapi istri dan anaknya. Mimpi dengan cerita yang sama terulang kembali, menyembelih putra tunggal yang dia kasihi. Mimpi kedua ini membuat Abram bertanya-tanya didalam dirinya “jangan-jangan mimpi ini adalah sebuah petunjuk dari Tuhan yang telah memberi kehidupan kepada putranya”. Abram merasa yakin bahwa mimpi itu, benar dari Tuhan, setelah mimpi itu terulang kembali untuk yang ketigakalinya.

Mimpi itu harus dilaksanakan secara nyata oleh Abram oleh karena Tuhan ingin agar Abram memiliki sifat SABAR. Rencana penyembelihan ini diterima dengan IHLAS oleh Ismael dan Hagar oleh karena didalam darah ibu dan putranya itu telah terdapat sifat SABAR yang merupakan bawaan lahir mereka. Kesabaran mereka telah diuji oleh alam sejak awal pembuangan sampai masa penantian dan kedatangan Abram. Penyembelihan terlaksana dengan baik sesuai rencana Tuhan, meski pada ahirnya Ismael digantikan dengan seekor domba (kibas, biri-biri). Darah domba yang keluar akibat sembelihan parang Abram, memancing nafsu yang ada didalam darah Abram keluar mengikut pada darah domba. Karena nafsu telah keluar dari darah Abram, sebagai gantinya muncullah sifat SABAR. Darah Habil yang tadinya berteriak-teriak dari dalam tanah, telah diakomodir dan ditampung oleh Abram maka jadilah Abram sebagai orang yang SABAR sebagaimana Habil yang SABAR.

Terlalu sulit untuk melaksanakan perintah-perintah Tuhan, jika Abram tidak memiliki sifat SABAR secara nyata didalam darahnya mengingat perintah-perintah Tuhan yang akan dia kerjakan bersifat nyata. Perintah Tuhan yang pertama kepada Abram setelah peristiwa penyembelihan adalah membangun Ka’bah. Ka’bah adalah bangunan batu alam yang tersusun berbentuk kubus. Dibangun oleh Abram dengan dibantu oleh putranya Ismael. Setelah membangun Ka’bah, Abram tinggal beberapa lama di Mekkah, kemudian kembali ke Kanaan bersama istrinya Hagar dan putranya Ismael melanjutkan lagi kehidupannya. Kita akan saksikan bersama-sama bagaimana kehidupan Abram dalam artikel “Perjanjian Tuhan dengan Abraham (Ibrahim).

Ummat islam meyakini bahwa ka’bah adalah rumah Allah (Baitullah). Rumah Allah bukan berarti rumah Tuhan, bukan pula sebagai simbol tentang Tuhan. Ka’bah tidak lebih dari sekedar simbol KASIH TUHAN kepada manusia yang hidup. AIR ZAM-ZAM adalah mata air kehidupan yang merupakan wujud nyata Kasih Tuhan kepada Hagar (Hajar) dan Ismael (Ismail) yang sabar. Kebenaran universal tentang Kasih Tuhan dalam wujud air zam-zam (mata air kehidupan) dapat diartikan sebagai rezeki yang menghidupi manusia. Rezeki Tuhan tidak boleh dibatasi dalam pengertian “Uang” oleh karena “Uang” tidak lebih dari sekedar sebagai alat tukar semata. Rezeki Tuhan harus diartikan sebagai “ditumbuhkannya bulir-bulir padi dan tanaman gandum dari tanah serta dimunculkannya mata air-mata air guna memenuhi kebutuhan utama manusia yang hidup yaitu makan dan minum”. Selama air zam-zam masih mengalir, manusia tidak perlu hawatir tidak bisa makan dan minum.

Anda tidak mungkin menemukan kebenaran mutlak didalam ka’bah akan tetapi anda akan menemukan kebenaran sejati manakala anda dapat mengerti dan memahami betapa besar KASIH TUHAN kepada manusia, sebagaimana firmanNya dalam alqur’an surah Almaidah 5:32

Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.

Selanjutnya marilah kita saksikan bagaimana besarNya Kasih Tuhan kepada Habel, yang telah dibunuh oleh saudaranya sebagaimana penjelasan Alkitab kejadian 4 : 11-12.

Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila Engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.

Kita tidak bisa menafsirkan firman Tuhan di atas secara harfiah, mengingat terdapatnya pesan penting dibalik firman tersebut. Kain “terbuang jauh dari tanah” maknanya “orang yang penuh dengan hawa nafsu jauh dari sifat SABAR sebagaimana sifat tanah”. Semua manusia yang hidup berpotensi memiliki sifat SABAR, hanya saja sifat sabar itu terpendam jauh didalam diri manusia. Ini disebabkan karena firman menyebut “tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu dari tanganmu”. Itu sebabnya sifat sabar berada dibawah dan tersembunyi. Tidak mudah untuk menyebut seseorang memiliki sifat sabar. Ada rentang waktu yang panjang yang diwarnai oleh ujian dan pencobaan-pencobaan yang mesti dijalani atau dilalui oleh seseorang sebelum orang itu menyandang predikat sebagai orang yang sabar.

Acap kali manusia sulit membedakan antara “Sabar” dengan “Masa bodoh” sehingga manusia terjebak dengan sendirinya dalam upaya mencapai tingkat kesabaran. Meskipun manusia ingin berusaha mencapai kepada sifat sabar maka hasilnya tidak akan sepenuhnya bisa diperoleh sebab telah difirmankan “Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberi hasil sepenuhnya lagi kepadamu”. Mustahil manusia dapat disebut “SABAR” tanpa bantuan dan pertolongan Tuhan, oleh karena sifat sabar itu adalah sifat Tuhan. Orang yang sabar adalah orang yang dekat kepada Tuhan dan Tuhan dekat kepadanya karena sabar adalah sifatNya. Semua nabi-nabi dan rasul-rasul Tuhan, harus melalui perjalanannya masing-masing untuk sampai kesebuah terminal ahir yang disebut SABAR, setelah itu barulah Tuhan akan memberikan muji’zat kepadanya sebagai pembuktian akan kedekatan mereka.

Orang yang penuh dengan hawa nafsu adalah orang yang memiliki sifat terburu-buru dan tergesa-gesa sebab telah difirmankan “engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi”. Anda bisa menyaksikan sendiri bagaimana sifat orang yang penuh hawa nafsu. Orang itu tidak memiliki ketenangan, orang itu seperti seorang pengembara dan pelarian yang diburu-buru dan dikejar-kejar oleh musuh yaitu hawa nafsunya sendiri.

CLAUSUL PERJANJIAN ANTARA TUHAN DAN KAIN

Clausul perjanjian ini termuat didalam Alkitab Kejadian 4 : 13-16 sebagai berikut:

Kata Kain kepada TUHAN: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapanMu, seorang pelarian dan pengembara di bumi, maka barang siapa yang bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku”.

Firman Tuhan kepadanya: “Sekali-kali tidak!. Barang siapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat”. Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barang siapapun yang bertemu dengan dia. Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, sebelah timur Eden.

Karakter Kain yang ditonjolkan oleh Alkitab adalah sifatnya yang MELAWAN Tuhan, dengan cara MEMBANTAH perkataan Tuhan. Karakter Kain sama dengan karakter iblis yang ditonjolkan oleh alqur’an yaitu MELAWAN dengan cara MEMBANTAH perkataan Tuhan saat iblis diperintahkan bersujud kepada Adam.

Dalam kejadian awal, alqur’an menceriterakan karakter iblis dan malaikat sebagaimana terdapat pada ayat-ayat sebagai berikut:

  1. (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat “sujudlah kamu kepada Adam” maka sujudlah mereka kecuali iblis ia enggan dan takabur, dan ia termasuk golongan yang kafir (QS 2 : 34).
  2. (Ingatlah) tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, “sujudlah kamu semua kepada Adam”, lalu mereka sujud, kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah” (QS 17 : 61).
  3. Apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (Adam), dan sudah meniupkan kedalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud, “Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama (QS 15 : 29-30).
  4. Ingatlah ketika Kami berkata kepada malaikat, “sujudlah kamu kepada Adam” lalu mereka sujud, kecuali iblis adalah dia dari (golongan) jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. (QS 18 : 50).

Ummat islam keliru dalam memahami ayat-ayat di atas karena mereka menafsirkannya secara harfiah sehingga terekam dalam ingatan mereka bahwa malaikat dan iblis lebih dulu diciptakan Tuhan dari pada Adam. Setelah Adam diciptakan mereka diperintahkan untuk bersujud. Para malaikat menaati perintah dengan bersujud sedang iblis melawan perintah Tuhan. Ummat nasrani juga keliru karena menganggap iblis sebagai malaikat pembangkang, sementara jika kita kaji secara cermat dan mendalam tidak ada satupun firman Tuhan dalam alkitab yang menerangkan tentang kehadiran malaikat dan iblis dalam kejadian awal.

Ayat-ayat di atas tidak bisa ditafsirkan secara harfiah oleh karena terdapat pesan Tuhan yang bersembunyi dibalik firman. Sebutan malaikat pada hakekatnya Tuhan ingin berpesan bahwa Dia menciptakan SIFAT MENURUT dan sebutan iblis pada hakekatnya adalah SIFAT MELAWAN. Ketika Tuhan menciptakan sesuatu bersifat MELAWAN maka sesuatu itu harus MENURUT dengan terus menerus MELAWAN sampai dengan batas yang Dia Kehendaki dan apabila Tuhan menciptakan sesuatu dengan sifat MENURUT maka sesuatu itu harus MENURUT dengan terus menerus MENURUT sampai kapanpun. Itu berarti sifat MENURUT lebih dulu diciptakan Tuhan kemudian sifat MELAWAN oleh karena sifat MELAWAN harus MENURUT dengan cara MELAWAN.

Iblis MELAWAN, dengan argumentasi sebagai berikut:

  1. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu tidak sujud (kepada Adam) ketika Aku memerintahkanmu?”. Iblis menjawab “Aku lebih baik dari padanya. Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS 7 : 12).
  2. Allah berfirman: “Hai iblis, apa sebabnya engkau tidak bersama mereka yang sujud”. Iblis berkata, “Aku tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau menciptakannya dari tanah liat kering, dan lumpur hitam yang diberi bentuk  (QS 15 : 32-33).
  3. Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu dari golongan yang tinggi?”. Iblis menjawab, “Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, dan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS 38 : 75-76).

Kita tidak bisa menafsirkan ayat di atas secara harfiah sebab secara logika mana mungkin Tuhan menciptakan sesuatu kemudian sesuatu yang diciptakannya itu hanya untuk melakukan  bantahan-bantahan terhadap diriNya?. Iblis menyebut dirinya diciptakan Tuhan dari api itu berarti iblis berada diatas oleh karena sifat api selalu mengarah keatas. Iblis BENAR kalau tidak mau sujud kepada tanah (Adam) mengingat tanah berada dibawah.

Alqur’an menyebut kata “iblis” untuk merahasiakan penciptaan Tuhan bahwa sesungguhnya yang dimaksud “iblis” pada ayat diatas adalah MATAHARI. Matahari adalah api yang sangat panas. Matahari harus MENURUT untuk terus menerus MELAWAN sampai hari kiamat tiba. Jika matahari tidak melawan maka bumi ini akan gelap gulita dan kehidupan di bumi tidak akan pernah ada. Adapun kata “para malaikat” pada ayat-ayat tersebut di atas adalah untuk merahasiakan penciptaan Tuhan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan kata “para malaikat” (Kata jamak) adalah Tuhan menciptakan BINTANG-BINTANG.

Manusia tidak akan mungkin mampu menatap (melawan) matahari oleh karena matahari bersifat MELAWAN. Akan tetapi jika anda menatap bintang-bintang di langit maka bintang-bintang itu seakan membalas tatapan anda dengan kedipannya. Itu disebabkan karena bintang-bintang bersifat MENURUT.

Alkitab juga merahasiakan kata “MATAHARI” tanpa alasan yang jelas. Ini dapat kita lihat pada kitab kejadian 1 : 14-16:

Berfirman Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda menerangi bumi. Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.

Kita bisa saksikan bersama bagaimana firman Tuhan di atas selalu menghindar untuk menyebut kata MATAHARI. Bukan hanya itu, bahkan sebutan kata BULAN juga dihindari oleh karena bulan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari cahaya matahari.

Meskipun alqur’an dan alkitab merahasiakan sifat melawan MATAHARI akan tetapi ada saja golongan manusia yang mampu menembus dinding rahasia ini. Mereka itu adalah orang-orang yang beragama shinto. Manusia Jepang adalah manusia yang memuja matahari. Mereka berkeyakinan bahwa kaisar (raja) mereka adalah titisan dewa matahari. Sejarah dunia mencatat bagaimana kuatnya Jepang, negara pulau kecil Asia dengan penduduk yang sedikit akan tetapi diera 1940-an mampu menguasai dan menjajah negara-negara di Asia Fasifik. Jepang bersekutu dengan Kanselir Jerman Adolf Hitler yang menguasai seluruh daratan Eropa. Hitler adalah seorang pemuja matahari. Jepang dan Jerman dikalahkan oleh pasukan sekutu dalam perang Dunia II yang membawa berkah tersendiri bagi negara-negara lain untuk merdeka, tentunya termasuk Indonesia. Meskipun Jepang kalah dan hancur akibat bom atom tentara sekutu yang meluluh lantakkan Nagasaki dan Hirosima akan tetapi sejarah menyaksikan betapa cepatnya Jepang bangkit dan bangun kembali. Ini semua dapat terjadi karena adanya spirit kekuatan “melawan” (matahari) didalam darah orang-orang berkebangsaan Jepang. Jepang adalah negara kreditor (pemberi pinjaman) terbesar bagi Indonesia sampai saat ini.

Ummat islam sangat mengenal adanya mahluk gaib yang bernama iblis, jin dan syetan akan tetapi mereka bingung dan tidak memahaminya. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah menciptakan ketiga mahluk tersebut. Tuhan hanya menciptakan sifat MELAWAN dalam wujud MATAHARI. Ayat-ayat alqur’an di bawah ini lebih memperjelas bahwa sebutan iblis dan jin awalnya adalah sifat “MELAWAN” (MATAHARI) sebagai berikut:

a.  IBLIS

1.  Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari syurga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”. (QS 15 : 34-35).

Maknanya: matahari akan tetap bersinar sampai hari kiamat tiba.

2.  Dia (Iblis) berkata, “ Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?. Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil”. (QS 17 : 62)

3.   Iblis berkata, “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di bumi, dan pasti aku akan menyesatkan semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis  diantara mereka”. (QS 15 : 39-40).

Makna kedua ayat tersebut: Semua manusia memiliki “SIFAT MELAWAN” kecuali orang yang ihlas. Yaitu mereka yang memiliki jiwa yang tenang.

4.  Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman. (QS 34 : 20).

Ayat 34 : 20 di atas tidak bisa diartikan secara harfiah. Ayat di atas justru menyimpulkan bahwa semua manusia menyangka bahwa iblis benar-benar ada dan iblis benar-benar pernah diciptakan Tuhan, kecuali sebagian orang yang beriman atau orang yang percaya kepada Legal Opinion ini bahwa IBLIS TIDAK ADA dan TIDAK PERNAH DICIPTAKAN TUHAN..

b.   JIN

1.   Ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat “sujudlah kamu kepada Adam”. Maka sujudlah  mereka, kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin. (QS 18 : 50).

Maknanya: iblis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jin. Mereka sama-sama memiliki “sifat melawan” yang diciptakan Tuhan dalam wujud matahari.

2.   Dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas. (QS 15 : 27).

3.   Dia menciptakan jin dari  nyala api. (QS 55 : 15)

Makna kedua ayat tersebut adalah: Tuhan menciptakan matahari (jin) dari api panas yang menyala-nyala. Kebenaran ini didukung oleh ilmu pengetahuan. Prominensa adalah salah satu ciri khas matahari, berupa bagian matahari menyerupai lidah api yang sangat besar dan terang yang mencuat keluar dari bagian permukaan serta seringkali berbentuk lop (putaran). Prominensa disebut juga sebagai filamen matahari karena meskipun juluran apinya yang sangat terang bila dilihat diangkasa yang gelap, namun tidak lebih terang dari keseluruhan matahari itu sendiri. Area terdalam matahari disebut Inti, memiliki suhu panas sekitar 15 juta derajat Celcius (27 juta derajat Fahrenheit).

Berdasarkan perbandingan/diameter, bagian Inti berukuran seperempat jarak  dari pusat ke permukaan dan 1/64 total volume matahari. Kepadatannya adalah 150g/cm3. Suhu dan tekanan yang sedemikian tingginya memungkinkan adanya pemecahan atom-atom menjadi elektron, proton dan neutron. Neutron yang tidak bermuatan akan meninggalkan inti menuju bagian matahari yang lebih luar. Sementara itu, energi panas didalam inti menyebabkan pergerakan elektron dan proton sangat cepat dan bertabrakan satu dengan yang lain menyebabkan reaksi fusi nuklir (sering juga disebut termonuklir). Inti matahari adalah tempat berlangsungnya reaksi fusi nuklir helium menjadi hidrogen. Energi hasil reaksi termonuklir di inti berupa sinar gamma dan neutrino memberi tenaga sangat besar sekaligus menghasilkan seluruh energi panas dan cahaya yang diterima di bumi. Energi tersebut dibawa keluar dari matahari melalui radiasi.

Radiasi matahari lebih dikenal sebagai cahaya matahari adalah campuran gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang elektromagnetik infra merah, cahaya tampak, sinar ultraviolet. Semua gelombang elektromagnetik ini bergerak dengan kecepatan 3,0×108 m/S.  Oleh karena itu radiasi atau cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk sampai ke bumi. Matahari juga menghasilkan sinar gamma, namun frekwensinya semakin kecil seiring dengan jaraknya meninggalkan inti.

Matahari adalah bola raksasa yang terbentuk dari gas hidrogen dan helium. Matahari termasuk BINTANG berwarna putih yang berperan sebagai pusat tata surya. Seluruh komponen tata surya termasuk 8 planet dan satelit masing-masing planet-planet kerdil, asteroid, komet dan debu angkasa berputar mengelilingi matahari. Disamping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan sumber energi untuk kehidupan yang berkelanjutan. Panas matahari menghangatkan bumi dan membentuk iklim, sedangkan cahayanya menerangi bumi serta dipakai oleh tumbuhan untuk proses fotosintetis. Tanpa matahari, tidak ada kehidupan di bumi karena banyak reaksi kimia yang tidak dapat berlangsung.

4.   Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. (QS 72 : 8)

Maknanya: Posisi matahari ditempat yang sangat tinggi akan tetapi belum mencapai langit.

5.  Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (QS 72 : 9).

Maknanya: Matahari (jin) mengetahui hakekat dirinya dan tujuan Tuhan menciptakannya.

6.   Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS 72 : 11).

Maknanya: Semua manusia memiliki sifat melawan hanya saja tingkatannya yang berbeda-beda.

7.  Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan nyang lurus. (QS 72 : 14)

Maknanya: Manusia yang memiliki sifat melawan ada yang beragama islam ada juga yang bukan orang islam.

8.  Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya, hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (QS 72 : 19).

Maknanya: Banyaknya manusia yang memiliki sifat melawan sampai-sampai mereka berdesak-desakan mengelilingi nabi Muhammad saat nabi bersembahyang.

9.  Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan alqur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah  selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (QS 46:29).

Maknanya: Rombongan manusia yang memiliki sifat melawan memperhatikan dengan seksama saat alqur’an dibacakan oleh nabi lalu mereka kembali kepada kaumnya (kelompoknya atau suku-sukunya atau kerabat keluarganya) untuk mengabarkannya.

10.  Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (alqur’an)”, lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan alqur’an yang menakjubkan”, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali  tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami.. (QS 72 : 1-2)

11.  Dan sesungguhnya kami tatkala mendengarkan petunjuk (alqur’an), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan (QS 72 : 13).

Makna kedua ayat tersebut adalah: Sekelompok manusia yang memiliki sifat melawan dimasa hidupnya nabi Muhammad telah tunduk dan menerima kebenaran alqur’an.

12.   Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (QS 27 : 39).

Maknanya: Ifrit adalah penamaan segolongan manusia yang memiliki sifat melawan dan penyembah berhala dimasa nabi Sulaiman.

13.   Dan bahwasanya ada beberapa orang lelaki dari manusia meminta perlindungan kepada beberapa lelaki diantara jin, maka jin-jin menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS 72 : 6).

Maknanya: Laki-laki penakut/pengecut berlindung kepada laki-laki yang memiliki sifat melawan lebih kuat yang menyebabkan laki-laki itu semakin merasa hebat dan besar kepala. Contoh: laki-laki yang berlindung  kepada preman, centeng, jawara atau aparat/oknum polisi dan tentara.

14.     Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman) “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya  kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”. Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain), dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”, Allah berfirman, “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS 6 : 128).

Maknanya: Dihari kebangkitan; manusia telah dipisahkan dengan sifat melawannya (jin). Jika (sifat melawan) yang diciptakan dari api akan disatukan kembali keasal penciptaannya yaitu api (neraka). Setelah itu manusia menantikan keputusan Sang Pencipta. Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.

15.   Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepada kamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberimu peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?. Mereka berkata “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS 6 : 130).

Maknanya: Manusia yang tetap memiliki sifat melawan sampai hari kiamat akan dinamakan jin. Ciri-cirinya manusia itu terlalu mengejar kehidupan dunia dengan cara berlebih-lebihan dan melampaui batas. Manusia yang telah dipisahkan sifat melawannya dengan dirinya sebelum hari kiamat akan disebut sebagai manusia. Ciri-ciri manusia ini lebih mengharapkan perjumpaannya dengan Tuhan dibanding kesenangan kehidupan dunia yang menipu.

Legal Opinion ini menempatkan alqur’an dan alkitab sebagai dasar hukum dalam memberi pendapat hukum. Dari seluruh ayat-ayat alqur’an tentang iblis dan jin dapat disimpulkan tidak terdapat dasar hukum yang kuat untuk menyebut bahwa Tuhan pernah menciptakan iblis dan jin. Bila manusia tetap beranggapan bahwa Tuhan menciptakan iblis dan jin terhitung sejak Legal Opinion ini disampaikan maka anggapan atau pendapat/pemahaman dan atau perkataan manusia tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum dalam pasal melakukan perkataan (perbuatan) yang tidak menyenangkan terhadap Tuhan.

Manusia  hususnya (ummat islam) tentu saja memahami bahwa iblis dan jin adalah mahluk hina, kotor, menjijikkan dan menyesatkan. Pertanyaannya; apakah pantas tangan Tuhan bekerja untuk menciptakan mahluk seperti itu?. Wajarkah mahluk seperti itu pernah berada di hadapan Tuhan Yang Maha Suci?. Jagalah mulut anda bung!. Mulutmu adalah harimaumu. Jangan dengar dan jangan percaya dengan apa yang dikatakan oleh ustaz, kiyai, ulama, pendeta dan pastor. Mereka tidak tahu apa-apa TENTANG RAHASIA PENCIPTAAN TUHAN. Celakanya lagi, mereka itu akan cuci tangan melepas tanggungjawab dengan balik menuduh kalian bahwa kalianlah yang bodoh karena mau mempercayai perkataan mereka.

Iblis dan jin tidak pernah ada karena tidak pernah diciptakan Tuhan. Pada kejadian awal, Tuhan hanya menciptakan SIFAT MENURUT. Wujud sifat menurut adalah penciptaan BINTANG-BINTANG. Sifat menurut dalam wujud bintang-bintang dirahasiakan Tuhan dalam ungkapan kata “para malaikat”. Malaikat pada waktu itu belum ada, karena memang belum diciptakan!. Setelah sifat menurut diciptakan, Tuhan menciptakan lagi SIFAT MELAWAN. Wujud sifat melawan adalah penciptaan MATAHARI. Ilmu pengetahuan mengatakan; matahari termasuk bintang berwarna putih yang berperan sebagai pusat tata surya. Pendapat itu benar, karena matahari (sifat melawan) diciptakan Tuhan dari bintang (sifat menurut). Sifat melawan dalam wujud matahari dirahasiakan Tuhan dalam ungkapan kata “iblis adalah golongan jin”, maksudnya tingkatan panasnya matahari (api). Matahari yang baru terbit dan matahari yang akan terbenam tingkatan panas apinya dapat ditahan oleh manusia, derajat panasnya dirahasiakan dalam kata “iblis” sedangkan panas teriknya matahari disiang bolong, derajat panasnya dirahasiakan dalam kata “jin”.

Seluruh manusia memiliki SIFAT MENURUT dan SIFAT MELAWAN didalam dirinya. Kebenaran universal ini dapat dibuktikan dalam keadaan kita sehari-hari. Apabila malam tiba, ketika BINTANG-BINTANG berkedap-kedip diangkasa adalah pertanda waktu bahwa manusia HARUS MENURUT. Entah jam berapa rasa kantuk mendera anda, yang pasti anda harus tidur!. Kenapa anda harus tidur?. Karena anda menurut. Jika anda melawan untuk tidak tidur beristirahat maka anda akan merusak kesehatan diri anda sendiri. Apabila MATAHARI telah terbit di ufuk timur maka itulah pertanda anda harus bangun dan bangkit dari tidur. Entah jam berapa, yang pasti anda harus bangun. Kenapa anda harus bangun?. Karena anda MENURUT. Anda menurut untuk MELAWAN. Bangkit untuk melakukan aktivitas sehari-hari adalah pencerminan dari SIFAT MELAWAN yang anda punyai.

Yang pertama diciptakan Tuhan adalah SIFAT MENURUT. Tuhan merahasiakanNya dalam sebutan “malaikat”. Wujud “sifat menurut” adalah BINTANG-BINTANG. Dari sifat menurut, Tuhan menciptakan “SIFAT MELAWAN”. Tuhan merahasiakanNya dalam sebutan  iblis dan jin. Wujud “sifat melawan” adalah MATAHARI. Tuhan menciptakan sifat melawan bukan untuk melawan Tuhan. Adalah sebuah kemustahilan dan tidak rasional jika yang diciptakan akan melawan Yang Menciptakan. Sifat MELAWAN diciptakan Tuhan untuk MENURUT kepada Tuhan karena sifat MELAWAN diciptakan dari sifat MENURUT. Karena itu MATAHARI adalah bagian yang tidak terpisahkan dari BINTANG.

Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah obyek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).

Menurut ilmu astronomi, defenisi bintang adalah: semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. BINTANG terdekat dengan bumi adalah MATAHARI pada jarak sekitar 149.680.000 kilometer.

Karena jaraknya yang sangat jauh, semua bintang (kecuali matahari) hanya tampak sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfir bumi. BINTANG terdekat dengan MATAHARI adalah Proxima Centauri, berjarak 39,9 triliun (1012) kilometer, atau 4,2 tahun cahaya. Cahaya dari Proxima Centauri memakan waktu 4,2 tahun untuk mencapai bumi. Jarak ini adalah jarak antar bintang tipikal didalam sebuah piringan galaksi. Bintang-bintang dapat berada pada jarak yang lebih dekat satu sama lain di daerah sekitar pusat galaksi dan di dalam gugus bola atau pada jarak yang lebih jauh di halo galaksi. Karena kerapatan yang rendah didalam sebuah galaksi, tumbukan antar bintang jarang terjadi. Namun di daerah yang sangat padat seperti di inti sebuah gugus bintang atau lingkungan sekitar pusat galaksi tumbukan dapat sering terjadi. Astronom memperkirakan terdapat 70 sekstillun (7×1022) bintang diseluruh alam semesta yang teramati. Ini berarti 70.000.000.000.000.000.000.000. bintang atau 230 milyar kali banyaknya bintang di galaksi bima sakti yang berjumlah 300 milyar.

Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang digunakan dalam praktek keagamaan, dalam navigasi dan bercocok tanam. Kalender Gregorian, yang digunakan hampir disemua bagian dunia, adalah kalender matahari, mendasarkan diri pada posisi bumi relatif terhadap bintang terdekat, matahari.

Apakah tidurnya manusia dimalam hari untuk beristirahat dan bangunnya disiang hari untuk beraktivitas, terjadi begitu saja?. Tidak!, semua itu disebabkan karena diciptakan oleh Tuhan Yang Penuh Kasih. Dia-lah Yang menciptakan malam lebih dahulu kemudian siang, sebagaimana firmanNya dalam alkitab, kitab Kejadian 1 : 1-2:

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi . Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Firman di atas menjelaskan kepada kita bahwa malam (gelap gulita) lebih dahulu yang diciptakan Tuhan kemudian siang. Itu berarti SIFAT MENURUT lebih dahulu diciptakan kemudian dari sifat menurut diciptakan SIFAT MELAWAN agar sifat melawan tetap menurut kepada Tuhan.

Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (Kejadian 1 : 3-5).

Untuk membuktikan bahwa gelap gulita lebih dulu lalu siang atau sifat menurut lebih dulu diciptakan kemudian sifat melawan kita dapat lihat pada keadaan bayi yang ada dalam kandungan. Meskipun bayi itu memiliki mata akan tetapi matanya terpejam. Bayi tertidur terus (malam/gelap gulita). Keadaan itu adalah saat dimana bayi menerima SIFAT MENURUT. Ketika bayi telah lahir, bayi itu menangis. Tangisan bayi menandakan bahwa sibayi telah mendapatkan SIFAT MELAWAN. Beberapa hari kemudian, mata sibayi dapat melihat keadaan terang di sekelilingnya. Bayi akan tersenyum karena ternyata terang itu baik.

Cakra Ningrat berpendapat; iblis dan jin tidak ada karena memang tidak pernah diciptakan Tuhan. Malaikat juga tidak ada karena memang belum diciptakan Tuhan. Itu berarti tidak ada saksi yang pernah menyaksikan Tuhan atau tidak ada saksi yang mengetahui Tuhan, termasuk ketika Tuhan menciptakan semuanya. Adam dan Hawa juga tidak pernah melihat dan menyaksikan Tuhan. Karena mereka tidak pernah melihat dan menyaksikan Tuhan berarti mereka tidak mengetahui wujud Tuhan. Dialog-dialog antara Tuhan dengan Adam dan Hawa adalah dialog yang berkaitan dengan apa yang akan diciptakan Tuhan. Kalaupun dialog-dialog itu benar adanya maka Adam dan Hawa hanya mendengar suara tanpa menyaksikan wujud nyata sumber suara (Tuhan).

Tuhan sangat menjaga rahasia diriNya sebab bila ada yang pernah melihat atau mengetahui diriNya, maka sifat Maha Suci-Nya akan gugur dengan sendirinya. Legal Opinion ini hanya sebatas mengungkap fakta-fakta hukum yang berkaitan dengan apa yang Dia ciptakan yang selama ini merupakan rahasia yang terjaga, karena fakta-fakta ini berkaitan dengan diriNya sendiri. Mengetahui rahasia penciptaan awal berarti dekat dengan sumber segala penciptaan yakni Tuhan.

Pada awalnya adalah Tuhan. Dia ada dengan sendiriNya, sebab itu Dia tidak Bernama. Dia berwujud. Dan wujudNya adalah laki-laki Yang Maha Sempurna. Maha Pandai. Maha Kuat. Maha Perkasa. Dia menutup diriNya dengan pakaian. PakaianNya itu disebut IHRAM. Dia Maha Mulia. Warna pakaianNya adalah putih. Dia Maha Bersih. Dia Maha Suci. Dia Maha Agung. Tuhanku Sangat Sederhana. Dia Maha Sabar.

Setelah Tuhan ada, maka bayanganNya juga ada. Tuhan memberi nama bayanganNya itu Dengan Nama “Allah”. Bayangan Tuhan tidak berwujud akan tetapi hidup. Karena bayangan Tuhan hidup meski tidak berwujud maka disebut Roh Allah. Roh Allah memiliki sifat yaitu MENURUT kepada Tuhan. Alqur’an menyebut Roh Allah sebagai Arasy dan Tuhan berada di atas Arasy.

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (singgasana-Nya) di atas air (QS 11 : 7).

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1 : 1-2)

Kanonisasi alkitab dibuka dengan kitab kejadian 1 : 1-2 untuk menggambarkan penciptaan awal yang sangat rahasia dimana bumi belum berbentuk dan kosong, keadaan gelap gulita yang menutupi samudera raya dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Alqur’an menggambarkan keadaan rahasia ini dengan mengatakan Arasy-Nya berada di atas air.

Ummat islam mengetahui bahwa Arasy adalah singgasana Tuhan. Mereka meyakini bahwa Arasy di atas langit ketujuh di atas Sidratul Muntaha tempat nabi Muhammad menerima perintah shalat ketika beliau mi’raj. Ketahuilah bahwa Arasy pernah berada di bumi, di atas air ketika langit dan bumi masih satu. Ketahuilah bahwa alqur’an dan alkitab saling menerangi karena kedua kitab itu berasal dari Tuhan Yang Satu.

Air tidak dapat diartikan secara harfiah semata oleh karena air adalah sumber hidup yang menghidupkan. Tuhan menciptakan dengan perantaraan Arasy atau Roh Allah agar yang diciptakan itu menjadi hidup dan nyata.

Apakah orang-orang yang ingkar tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulu keduanya menyatu lalu Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman? (QS 21 : 30).

Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan perantaraan Allah-Nya yang menurut kepada Tuhan oleh karena itu segala yang diciptakanNya harus memiliki SIFAT MENURUT.

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh”. (QS 41 :11).

Ayat di atas tidak bisa diartikan secara harfiah, kalimat “kami datang dengan patuh” harus diartikan sebagai SIFAT MENURUT.

Dia yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy (QS 25 : 59).

Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy (QS 32 : 4).

Alqur’an tidak menjelaskan kepada kita apa saja yang Tuhan ciptakan selama enam masa dalam penciptaan langit dan bumi serta apa saja yang ada diantara  keduanya. Alkitab menerangi kita dengan firman Allah bahwa rangkaian-rangkain penciptaan selama enam masa (hari) adalah sebagai berikut:

Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada dibawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering”. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi”. Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi”. Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah dalam air berkeriapan mahluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala”. Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis mahluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah  serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak”. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis mahluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar”. Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”.

Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji diseluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang  bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya”.  Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1 : 3-31)

Alkitab telah menjelaskan berbagai hal penciptaan selama enam masa (hari) sebagaimana firman tersebut di atas.

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah” Lalu jadilah ia. (QS 2 : 117)

Dan Dialah yang menciptkan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataanNya diwaktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS 6 :73).

Firman didalam alkitab dan alqur’an tidak bisa diartikan secara harfiah. Dalam kalimat “jadilah” LALU “terjadilah”, harus menjadi perhatian kita pada kata penghubung “lalu”. Kata “lalu” adalah predikat yang menghubungkan antara subyek dan obyek. Kata “lalu” harus ditafsirkan sebagai SIFAT MENURUT. Obyek apapun yang hendak diciptakan Tuhan maka obyek harus menurut pada subyek tersebut.

Subyek yang hendak diciptakan Tuhan telah tersusun dengan baik selama enam masa (hari) dan pada hari ketujuh Tuhan beristirahat.

Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (Kejadian 2 : 2)

Apakah benar Tuhan beristirahat?. Kata “beristirahat” hanya untuk mengaburkan rahasia Tuhan bahwa yang terjadi dibalik kata “istirahat” justru saat dimulainya aktivitas sifat menurut. Subyek penciptaan adalah Allah dengan kata lain Allah adalah SEBAB penciptaan. Setiap fase penciptaan selama enam masa (hari) alkitab membukanya dengan kalimat “Berfirmanlah Allah”. Kalimat ini terus menerus diulangi sebanyak sepuluh kali. Apakah penciptaan telah terjadi?. Belum!. Penciptaan belum terjadi. Semua yang difirmankan Allah masih sebatas ranah HUKUM SEBAB. Hukum AKIBAT belum terjadi. Hukum sebab adalah GAIB. Disebut Gaib karena belum terjadi dan Hukum Akibat adalah NYATA. Disebut Nyata karena sudah terjadi. Fakta ini dipertegas pada Kanon berikutnya:

Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu. (Kejadian 2 : 5).

Kita dapat menyaksikan sebuah fakta hukum bahwa alkitab untuk pertama kalinya menggunakan kata sambung “TUHAN Allah”. Ini adalah “Kata kunci” bahwa TUHAN-lah Sang Pencipta Hukum SEBAB. Oleh karena rumitnya dan beraneka ragamnya serta panjangnya mata rantai kait mengait antara satu dengan lainnya rencana penciptaan yang dikehendaki Tuhan maka seluruhnya dihimpun didalam satu kata yang disebut ALLAH. Allah adalah SEBAB penciptaan BUKAN pencipta SEBAB. Allah penyebab AKIBAT akan tetapi BUKAN pencipta AKIBAT. Allah BUKAN Tuhan!. Tuhan adalah Tuhan!.

Tuhan dengan kalimat terselubung mangatakan “belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang. Sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu”. Kita tidak bisa menafsirkan secara harfiah firman tersebut oleh karena dibalik firman itu, Tuhan  menyampaikan fakta hukum bahwa belum ada yang hidup dengan kata lain belum ada kehidupan akan tetapi TANAH sudah diciptakan. Pertanyaannya dari manakah awal penciptaan Tanah?.

Firman selanjutnya:

tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu-ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup (Kejadian 2 : 6-7)

Kita tidak bisa terlena dengan firman di atas tanpa berusaha memikirkannya. Bagaimana mungkin kabut bisa naik ke atas tanpa ada yang menyebabkannya lagi pula “atas” dan “bawah” belum ada mengingat langit dan bumi masih menjadi satu, Firman di atas tidak ada bedanya dengan firman Tuhan dalam alqur’an QS 41 : 11.

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi; “Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa. “Keduanya menjawab, “kami datang dengan patuh”.

Alkitab menyebut “kabut” dan alqur’an mengatakan “asap” Pertanyaannya; dari manakah kabut dan asap berasal?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Dalam alqur’an dikatakan:

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ArasyNya (SinggasanaNya) di atas air (11:7).

Alkitab menjelaskan:

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1 : 1-2).

Dari kedua firman tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang pertama-tama diciptakan Tuhan adalah AIR. Logika kita tentu saja akan mempertanyakan dari manakah air itu berasal?. Perhatikan dan cermatilah firman Tuhan dalam alqur’an surah Al-Anbiya (QS 21 : 30 – 35) sebagai berikut:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebanar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Ummat islam mengenal dan meyakini adanya nabi yang bernama nabi Hidir. Nabi ini tidak diketahui sejarah hidupnya dan dimana keberadaannya. Dia dikenal sebagai NABI-NYA AIR. Oleh karena air ada dimana-mana maka nabi ini ada dimana-mana. Cakra Ningrat akan menulis artikel husus untuk mengungkap misteri YANG MULIA NABI HIDIR. Nabi yang diciptakan Tuhan, bersamaan saat Tuhan menciptakan air. Ada dua fakta hukum tentang jati diri beliau yang dapat kami kemukakan yaitu:

1.    Peristiwa banjir Nuh dapat terjadi karena Tuhan memerintahkan nabi Hidir, nabi yang menguasai air untuk membuka pintu-pintu air agar air dapat menenggelamkan bumi.

2.    Peristiwa munculnya mata air zam-zam di Mekkah yang sampai saat ini airnya mengalir terus menerus oleh karena Tuhan memerintahkan nabi penguasa air untuk memunculkan mata air tersebut.

Air adalah sumber utama kehidupan. Dua pertiga bumi ini dipenuhi oleh air. Sungguh betapa berbahayanya manusia jika menyepelekan nabi “Sang Penguasa Air” ini. Nabi ini adalah nabi gaib sebagaimana gaibNya Allah. Jika air adalah wujud Allah maka nabi ini dinamakan Allah karena nabi ini ada dalam wujud air. Oleh karena Allah tidak dapat dilihat (gaib) maka nabi ini tidak dapat di lihat (gaib). Bila mana nabi ini berwujud nyata, sama bentuknya dan sebagaimana manusia biasa dan dapat di lihat dan diketahui oleh manusia maka nabi ini akan disebut sebagai ARASY. Arasy artinya “Singgasana” Tuhan.

Legal Opinion ini berpendapat; BUKAN Yesus Kristus, bukan pula Imam Mahdi dan Isa Almasih yang akan muncul diahir zaman oleh karena manusia sudah mengenal nama-nama itu. Logikanya sangat sederhana; dengan cara apa mereka menyebut dirinya dan dengan cara bagaimana manusia bisa mengenalnya?. Dapat dipastikan nama-nama itu hanya akan menimbulkan polemik yang berkepanjangan, perdebatan dan perbedaan pendapat yang tak berkesudahan. Nama-nama suci itu hanya akan menjadi sumber keonaran, keributan yang menyebabkan manusia justru saling bermusuh-musuhan bahkan saling berbunuh-bunuhan.

Cakra Ningrat berpendapat; sosok yang akan muncul (atau telah muncul) adalah sosok NABI HIDIR. Alqur’an dan alkitab menyebut Dia sebagai AIR. Ummat islam mengenal Dia sebagai Nabi-Nya Air. Nabi ini tidak pernah memiliki jasad. Apabila nabi ini telah berjasad seperti manusia pada umumnya maka nabi ini disebut ROH ALLAH YANG NYATA atau ARASY YANG NYATA. Nabi ini tidak “bersembunyi” (TIDAK “PININGIT”). Tuhan menempatkan nabi-Nya ini sebagai SEBAB agar AKIBAT dapat tercipta. Segala akibat yang akan tercipta adalah PENCIPTAAN TUHAN YANG KEDUA.

Cakra Ningrat tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang apa saja yang masuk dalam kategori “Penciptaan Tuhan Yang Kedua”.  Pengetahuan kita hanya sebatas menelusuri rahasia Penciptaan Tuhan Yang Pertama melalui alqur’an dan alkitab kemudian mengungkapnya dalam bantuk tulisan artikel agar dapat kita ketahui bersama.

1.    BINTANG

Tuhan menempatkan Roh Allah yang pertama-tama sebagai SEBAB dan Air sebagai AKIBAT. Karena Roh Allah bersifat menurut kepada Tuhan maka akibat yang tercipta Air memiliki sifat menurut. Selanjutnya Tuhan menciptakan SIFAT MENURUT dalam wujud BINTANG-BINTANG. Tuhan menciptakan Bintang sangat banyak sekali. Astronom memperkirakan jumlahnya sekitar 70 sikstillun (7×1022). Jumlah ini setara dengan jumlah penciptaan yang dikehendaki Tuhan.

Tuhan hanya memulai dalam penciptaan pertama yang akan terangkum dalam satu kata yaitu SEBAB. Penciptaan selanjutnya diserahkan kepada manusia untuk mewakili Tuhan. Contoh yang paling sederhana adalah arloji yang kita kenakan. Ada berapa macam merk arloji, jenis, ukuran dan modelnya. Siapakah yang menciptakan arloji tersebut?. Tentu anda mengatakan manusia. Benar, akan tetapi jangan anda lupa bahwa jauh sebelum manusia menciptakan arloji, Tuhan sudah memasukkan arloji dengan segala macam merk, model dan jenisnya di dalam wujud bintang-bintang yang sangat banyak itu. Sangat banyak diciptakan manusia sebagaimana banyaknya rencana penciptaan Tuhan dalam wujud bintang-bintang tersebut. Manusia menerima ide-ide penciptaan dengan perantaraan bintang di langit. Semua penciptaan yang dilakukan oleh manusia dan sudah tidak digunakan lagi; sebagai contoh kereta kuda (delman) yang sudah digantikan dengan mobil maka bintang “kereta kuda” disebut sebagai bintang semu atau bintang yang tidak menghasilkan cahayanya sendiri. Saat pertama kali diciptakan Tuhan, bintang belum berada di ketinggian akan tetapi bintang berada di atas permukaan air. Energi pertama yang diperoleh bintang adalah energi yang berasal dari air. Bintang mulai meninggi saat matahari telah diciptakan.

2.    MATAHARI

Setelah SIFAT MENURUT dalam wujud BINTANG-BINTANG tercipta maka Tuhan menciptakan SIFAT MELAWAN dalam wujud MATAHARI yang sumber penciptaannya dari SIFAT MENURUT, oleh karena itu matahari disebut juga sebagai BINTANG. Matahari adalah api yang amat sangat panas. Inti matahari memiliki suhu 15 juta derajat Celcius atau 27 juta derajat Faranheit. Saat pertama kali diciptakan posisi matahari berada di atas dan menyatu dengan permukaan air.

3.    TANAH

Tuhan memerintahkan MATAHARI untuk MELAWAN AIR. Air yang ada disamudera raya mendidih. Kita tidak tahu berapa luasnya areal yang terkena titik didih matahari pada awalnya. Areal itu mengering, memadat dan membatu yang pada ahirnya tercipta TANAH yang ikutannya adalah GUNUNG-GUNUNG. Segala mineral-mineral alam termasuk segala kandungan logam yang terdapat di dalam perut bumi adalah akibat terjadinya pembakaran oleh matahari.

4.    LANGIT

Perlawanan matahari terhadap air menimbulkan ASAP yang sangat banyak. Asap inilah yang menjadi dasar penciptaan LANGIT

5.    UDARA

Pembakaran yang dilakukan matahari terhadap air menghasilkan UAP AIR. Uap inilah yang menjadi dasar terciptanya UDARA.

Roh Allah (Arasy), Allah dalam wujud air dan bintang-bintang; ketiganya memiliki sifat menurut. Tuhan akan menggenapkan yang tiga ini menjadi empat. Pemilik sifat menurut keempat adalah sebuah alam yang disebut alam barzah. Tuhan menempatkan roh-roh manusia yang sudah mati di alam itu. Alam itu diciptakan Tuhan setelah peristiwa banjir semesta. Kita akan saksikan bersama bagaimana Tuhan menciptakan alam itu dalam artikel “Perjanjian Tuhan Dengan Nuh, Hud dan Saleh”.

Tanah, Udara dan Langit; ketiganya TIDAK MEMILIKI SIFAT. Tuhan akan menggenapkan yang tiga ini menjadi empat dengan menciptakan Adam. Tuhan mengambil tanah untuk menciptakan tubuh Adam. Udara untuk jalur keluar-masuknya nafas dan langit untuk akal-fikirannya. Saat pertama kali diciptakan dari tanah Adam masih seperti sebuah gambar berbentuk patung dengan rupa wajah sebagaimana yang diinginkan Tuhan. Belum bernafas dan belum memiliki darah. Tentu saja Adam tidak memiliki sifat.

ROH

Dalam alqur’an difirmankan:

Apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (Adam), dan sudah meniupkan roh (Ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud, “Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama”. (QS 15 : 29-30).

Firman di atas tidak bisa diartikan secara harfiah oleh karena ada rahasia penciptaan lain di balik firman tersebut. Ada empat makna yang penting kita ketahui yaitu:

a.    “Apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (Adam)”. Awalnya Adam hanya sebuah patung yang Tuhan bentuk dari tanah. Patung itu diberi gambar dan rupa sebagaimana yang diinginkan Tuhan. Patung itu tidak hidup. Tidak bergerak dan belum bisa digerakkan oleh Tuhan. Andaikan tanah MEMILIKI SIFAT, entah SIFAT MENURUT atau SIFAT MELAWAN tentu saja patung itu bisa digerakkan oleh Tuhan entah patung itu menurut atau melawan sebagaimana bintang dan matahari yang dapat saja dengan mudah digerakkan.

b.    “Meniupkan roh (Ciptaan)-Ku”. Apakah Roh Allah yang ditiupkan?. Bukan!. Roh Allah memiliki sifat menurut tidak boleh ditiupkan kedalam patung tanah yang tidak memiliki sifat. Roh yang ditiupkan ubun-ubun di kepala patung tanah Adam adalah Roh yang Tuhan Ciptakan dari Langit yang tidak memiliki sifat. Roh itu bentuknya seperti asap berwarna putih bersih. Asap itu sebagai akibat dari pembakaran matahari terhadap air saat tanah diciptakan.

Roh Ciptaan Tuhan  tersebut memiliki fungsi sebagai akal fikiran manusia. Dengan kekuatan akal dan fikirannya kelak manusia akan mampu menembus ruang angkasa. Diawal penciptaan tentu saja Adam tidak secerdas manusia sekarang oleh karena ukuran otak manusia saat pertamakali diciptakan masih sangat kecil, sederhana dan terbatas.

c.    Roh Ciptaan Tuhan yang berfungsi sebagai akal-fikiran manusia yang ditiupkan melalui ubun-ubun patung Adam DIGENAPKAN dengan terciptanya ANGIN. Bila manusia telah mati maka Roh keluar dari jasadnya, Roh itu akan dijemput oleh angin kemudian angin akan mengantar roh itu menuju ke alam barzah. Pemahaman manusia selama ini bahwa roh orang yang mati akan dijemput oleh malaikat adalah pemahaman yang keliru. Cakra Ningrat berpendapat; sifat yang dimiliki oleh “angin” sama dengan sifat yang dimiliki oleh malaikat yakni “sifat menurut”. Iman islam meyakini adanya malaikat yang menjemput nyawa seseorang bila orang itu akan memenuhi ajalnya. Cakra Ningrat berpendapat “malaikat” yang dimaksudkan tersebut adalah “angin” yang memiliki sifat sama dengan malaikat yakni “sifat menurut”. Malaikat terlalu sangat suci untuk berinteraksi langsung dengan manusia yang penuh nafsu.

d.    “Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama”. Bukan malaikat yang bersujud kepada patung Adam akan tetapi bintang-bintang yang harus bersujud. Bintang-bintang tidak bersujud akan tetapi menurut sebagaimana sifatnya yang menurut sebab Tuhan berkehendak bahwa nantinya manusia yang akan melanjutkan ide-ide penciptaan dengan menggunakan akal-fikiran yang telah Tuhan tiupkan.

Patung Adam belum dapat dikatakan hidup meskipun Roh telah ditiupkan kepadanya. Tuhan masih harus memberinya nafas hidup.

NAFAS HIDUP

Difirmankan dalam alkitab:

Tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup (Kejadian 2 : 6-7).

Kita tidak bisa menafsirkan firman di atas secara harfiah oleh karena terdapat rahasia penciptaan dibalik firman. Kata “kabut” dan kata “debu” pada hakekatnya sama saja. Kedua kata itu digunakan didalam firman guna menyembunyikan rahasia Penciptan Tuhan.

Kabut atau debu memiliki makna sebagai udara. Udara berasal dari uap air yang mendidih akibat pemanasan yang dilakukan oleh matahari terhadap air yang menyebabkan terciptanya tanah. Tuhan mengambil sedikit udara kemudian dihembuskan ke dalam hidung patung Adam sebagai nafas hidup maka hiduplah Adam. Manusia yang hidup adalah manusia yang memiliki nafas. Nafas akan terhenti dengan sendirinya apabila tidak ada udara (oksigen). Manusia akan mati apabila tidak mendapat oksigen (udara) oleh karena nafas hidup diciptakan Tuhan dari sebab adanya udara.

Meskipun patung Adam telah diisi nafas hidup dan dinyatakan hidup akan tetapi patung itu belum dapat dikatakan sebagai manusia oleh karena patung itu belum bisa bergerak, berbicara dan melihat oleh karena Tuhan belum mengisi darah di dalam diri patung tersebut.

DARAH

Difirmankan dalam alqur’an:

Ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS 2 : 30).

Kita tidak bisa menafsirkan firman di atas secara kharfiah yang menggambarkan suatu suasana dialogis antara Tuhan dengan malaikat. Malaikat tidak ada karena belum diciptakan Tuhan dan dialog tersebut juga tidak pernah terjadi. Dalam melakukan Penciptaan Awal, Tuhan hanya sendiri. Dia Tunggal. Dia Esa. Dia tidak memiliki saksi yang menyaksikan Dia Mencipta. Dia tidak memiliki sekutu dalam segala penciptaanNya.

Akan tetapi, disaat-saat waktu menjelang ahir zaman ini, Dia ingin memilih dan mengambil saksi-saksi atas diriNya. Dengan perantaraan tulisan tangan (Cakra Ningrat) ini, Dia ingin kita dapat menerima, mengerti dan memahami bagaimana sistematika perencanaan dan penciptaanNya. Mata kita tidak perlu melihat Dia akan tetapi akal-fikiran kita perlu mengetahui Dia. Dia Tahu bahwa akal-fikiran kita memiliki kekuatan yang dapat menembus langit. Sebab Dia yang menciptakan akal-fikiran kita dari dzat yang sama dengan dzat yang Dia gunakan ketika menciptakan langit. Hanya dengan akal, kita dapat menembus langit guna mengetahui rahasia penciptaanNya yang selama ini Dia jaga kerahasiaanNya.

Anda dapat menyaksikan saat matahari terbit atau terbenam, matahari itu berwarnah merah. Seperti itulah ketika Tuhan pertama kali menciptakannya, kemudian matahari diperintahkan berada di permukaan air dan melawannya. Tentu saja air berubah menjadi warna merah karena tidak kuat menghadapi sifat melawan matahari. Air yang memerah inilah yang Tuhan jadikan sebagai DARAH. Darah yang mengalir di dalam tubuh manusia memiliki SIFAT MELAWAN, sama dengan sifat yang dimiliki oleh matahari. Tanpa matahari tidak ada kehidupan, tanpa darah semua manusia akan mati.

Dimasa Musa, Tuhan pernah menurunkan TULAH DARAH. Seluruh air yang ada di sumur-sumur, sungai-sungai dan lautan berubah menjadi darah. Tulah itu merupakan penggenapan dari air yang berubah menjadi merah saat Tuhan pertamakali menciptakan darah. Tuhan mengabadikan peristiwa Tulah Darah dengan nama sebuah laut yang disebut sebagai LAUT MERAH (RED SEA), agar manusia bisa memahami bagaimana cara Tuhan menciptakan darah kita. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana cara Tuhan memasukkan darah kedalam tubuh patung Adam . Pengetahuan kita sebatas pada bagaimana cara Tuhan menciptakan darah pertama kali, saja.

DAGING

Pembakaran (pemanasan maksimal) matahari terhadap air yang membuat air mengering, mengeras dan membatu mengakibatkan terciptanya TANAH, kemudian dari tanah itu, Tuhan menciptakan tubuh Adam dalam bentuk patung tanah. Setelah patung tanah disuntikkan darah maka patung tanah berubah menjadi DAGING.

TULANG BELULANG

Pembakaran (pemanasan maksimal) matahari terhadap air menimbulkan asap putih dan uap air sehingga menjadi CAIRAN PUTIH. Cairan putih ini disuntikkan ketubuh (daging) Adam sehingga membentuk TULANG BELULANG (RANGKA TUBUH MANUSIA).

Setelah tulang Adam tercipta maka langit mulai ditinggikan. Udara mengantarai langit dan tanah. Langit tidak perlu tiang penyanggah oleh karena tulang-tulang yang menyanggah tubuh Adam memiliki fungsi yang sama sebagai tiang penyanggah langit. Ini disebabkan karena tulang belulalng Adam diciptakan Tuhan dari pencampuran asap putih dan uap air (cairan putih) sebagai dzat yang dijadikan Tuhan menciptakan langit dan udara sama dengan dzat yang digunakan Tuhan dalam menciptakan tulang belulang manusia untuk pertamakali.

Selama manusia masih hidup dan berdiri maka selama itu pula langit tidak akan runtuh oleh karena tiang penyangga langit adalah tulang belulang manusia (rangka) manusia yang tegak berdiri. Langit akan runtuh dengan sendirinya apabila seluruh ummat manusia “mati” secara serentak dan bersamaan (kiamat) oleh karena tidak ada lagi kerangka manusia yang berdiri tegak menopang atau sebagai tiang penyanggah langit.

Artikel ini akan dilanjutkan pada Bagian Kedua.  Pada bagian kedua nanti Cakra Ningrat akan mengungkap rahasia penciptaan binatang, penciptaan Hawa (isteri Adam) dan bulan. Juga akan diungkap berdasarkan hukum alqur’an dan alkitab siapakah sesungguhnya yang disebut malaikat dan iblis. Malaikat dan iblis adalah anak cucu keturunan Adam. Jika malaikat dan iblis bukan anak cucu Adam, mustahil komunitas mereka dapat berinteraksi dengan manusia; Hanya Tuhan saja, SENDIRI yang bukan berasal dari keturunan Adam karena Dia-lah yang menciptakan Adam.

Mudah-mudahan tulisan ini membawa manfaat yang besar bagi seluruh pembaca terutama kepada warga setia blog yang terhormat ini.

Indonesia Timur; 11 – 09 – 2013

LEGAL OPINION TERHADAP PERJANJIAN LAMA

Download Artikel

PERJANJIAN TUHAN DENGAN ADAM (MANUSIA)

Oleh: Cakra Ningrat

PENGANTAR:

Sesungguhnya Legal Opinion ini sudah pernah kami sampaikan di kolom komentar blog satriopiningitmuncul.wordpress.com pada tanggal 17-1-2013 sampai dengan tanggal 20-2-2013 akan tetapi Tim Admin meminta kami menulis ulang dalam bentuk artikel untuk memberi kemudahan seluruh warga setia dan pembaca mempelajarinya atau membacanya secara berulang-ulang dengan pertimbangan tulisan dalam bentuk artikel dapat dipajang secara permanen di blog tersebut.

Awalnya kami merasa enggan untuk memenuhi permintaan Tim Admin, disebabkan karena banyaknya tugas-tugas rutin yang harus kami kerjakan, yang membutuhkan perhatian dan konsentrasi yang prima. Bukan hanya itu, Legal Opinion yang membahas perjanjian-perjanjian Tuhan memiliki cakupan yang sangat luas yang belum pernah mendapat perhatian para ahli baik dikalangan islam maupun oleh golongan nasrani sehingga tidak ada satupun literatur yang bisa kita jadikan rujukan dalam penulisan artikel ini.

Tuhan menciptakan segala sesuatunya tidak hanya sekali jadi karena tidak sekali jadi, maka Tuhan perlu membuat Perjanjian-Perjanjian antara diriNya dan ciptaanNya. Perjanjian itu bersifat mengikat sejak perjanjian itu disampaikan, sampai kepada hari ini dan waktu yang akan datang hingga perjanjian itu kembali lagi kedalam tanganNya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa “Perjanjian” adalah produk hukum yang mengikat para pihak. Bila salah satu pihak tidak mentaati perjanjian yang telah disepakati maka pihak yang dirugikan akan mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan. Hakim memiliki kewenangan untuk memutuskan perselisihan hukum perjanjian.

Dalam alkitab disebutkan bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi selama enam hari dan pada hari ketujuh Tuhan beristirahat. Alqur’an mengatakan “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa … (QS. 11:7). Secara lengkap kami kutipkan alkitab sebagai berikut: “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dengan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatnya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang dibuatNya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu (Kejadian 2:1-3).

Ummat islam akan menerima firman Tuhan pada surat Hud ayat 7 tanpa koreksi. Ummat nasrani akan menerima firman Tuhan pada kitab kejadian 2:1-3 tanpa bantahan. Sebagai orang hukum Cakra Ningrat tidak bisa berpihak kepada ummat islam atau ummat nasrani meskipun Cakra Ningrat orang islam. Sebagai orang hukum Cakra Ningrat menerima alqur’an dan alkitab dengan catatan berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1.     Apa yang dimaksud dengan “masa”. Jika masa dimaknai sebagai waktu, satuan apakah yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur yang bisa diterima secara hukum, apakah jam, hari,  minggu, bulan, tahun atau abad?. Satuan “masa” sangat penting agar kita dapat mengetahui jarak waktu dari satu masa kemasa berikutnya sampai terpenuhi enam masa. Lebih dari semua itu, jika benar satuan waktu sudah ada, siapakah yang berkepentingan terhadap penggunaan waktu tersebut?

2.     Apa yang dimaksud dengan “hari ketujuh”. Dari mana dasar penghitungannya. Apakah kata “hari” yang dimaksud oleh alkitab sama dengan hari yang kita gunakan sekarang yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu dan Minggu. Jika sama kenapa alkitab tidak menyebut nama harinya agar bisa kita terima secara hukum!.

Dua pertanyaan di atas adalah contoh pertanyaan hukum. Apapun jawaban anda maka hukum akan terus mengejar dengan pertanyaan-pertanyaan hukum sampai ditemukan jawaban yang dapat diterima secara hukum untuk kepastian hukum. Artikel ini berjudul “Perjanjian Tuhan dengan Adam (Manusia)”. Pembaca yang sombong dan hatinya culas akan menganggap sepele judul artikel ini seakan-akan dia sudah mengetahui maksud dan tujuannya. Pembaca seperti itu adalah seorang pecundang sejati. Orang pandai yang membaca judul artikel ini merasa ingin mengetahui materi tulisan untuk kemudian menyimpulkannya sendiri. Pembaca seperti ini adalah orang yang bijaksana dan berbudi pekerti luhur. Orang seperti ini adalah orang yang tahu berterima kasih terhadap orang lain yang telah bersusah payah mengerjakan atau memberi peringatan tanpa berharap mendapatkan imbalan apa-apa.

Belum ada  seorangpun ahli yang mampu mengungkap misteri “enam”. (hari atau masa) secara akurat berdasarkan hukum. Misteri angka “enam” berkaitan dengan terdapatnya enam unsur yang ada didalam tubuh manusia. Keenam unsur-unsur tersebut adalah ruh, hati, jiwa, darah, daging dan tulang. Pertanyaannya sekarang adalah; apakah ketika Tuhan menciptakan Adam, keadaannya sudah sama dengan manusia yang hidup sekarang ini?. Logika hukum  penulis mengatakan BELUM!. Fakta hukumnya; banyaknya temuan-temuan arkeologis yang mampu membuktikan bahwa manusia dulunya sebangsa kera (mirip orang utan) yang berjalan dengan dua kaki. Bentuk tubuhnya, tinggi, besar dan kuat. Baru-baru ini dunia digemparkan dengan penemuan bahtera Nuh di atas gunung Arafat-Turki oleh expedisi tim ahli arkeologis berkebangsaan Cina. Orang islam dan nasrani menganggap hal itu adalah hal biasa saja. Penemuan arkeologis penting itu hanya merupakan pembuktian atas apa yang mereka yakini selama ini karena kisah “bahtera Nuh” tertulis jelas didalam kitab suci alqur’an dan alkitab. Kisah Nuh adalah kisah nyata bukan cerita fiksi atau dongeng.

Sebagai orang hukum saya memiliki pandangan yang berbeda dengan orang islam dan nasrani meskipun saya ini seorang muslim. Hukum mempertanyakan; kalau hanya untuk membuat manusia mati kecuali keluarga Nuh dan binatang yang ada diatas bahtera Nuh, kenapa bumi harus ditenggelamkan dengan air pasang setinggi ribuan meter sampai-sampai seluruh puncak gunung tertutup oleh air?. Pertanyaan kedua adalah; kenapa banjir harus berlangsung lama, sampai memakan waktu berbulan-bulan?. Betapa  mudahnya bila hanya untuk mematikan manusia dengan cara menenggelamkannya. Paling lama satu jam mereka akan mati semua mengingat dimasa itu belum ada yang tahu berenang?. Jawabannya sangat sederhana. Dibutuhkan kedalaman air yang tinggi karena manusia saat itu tinggi-tinggi. Dibutuhkan waktu yang lama karena manusia saat itu besar-besar dan kuat-kuat. Fakta hukumnya; Temuan arkeologis tentang binatang  dinosaurus. Manusia lebih tinggi, lebih besar, lebih kuat dan lebih hebat dibanding dinosourus. Dinosourus punah semua saat terjadinya banjir semesta.

Sebagai orang hukum, penulis hanya ingin mengingatkan kita semua bahwa ternyata Perjanjian-Perjanjian Tuhan bukanlah perjanjian masa lalu. Perjanjian-Perjanjian itu masih berlaku hingga saat ini dan mengikat kita semua. Clausul-clausul perjanjian dimaksud disampaikan dalam bentuk Legal Opinion, agar kita faham dan membenarkannya dengan harapan kita tidak perlu panik bila “hari penghakiman” tiba. Tidak ada yang mengetahui kapan datangnya “hari penghakiman” atau “hari pembalasan” tersebut, namun patut diduga waktunya sudah amat dekat. Dugaan ini didasari oleh fakta adanya fenomena alam berupa gempa bumi akibat letusan gunung berapi baik gunung api yang ada di atas permukaan tanah maupun gunung api yang berada jauh di bawah dasar laut secara berurut dan berkelanjutan, yang ikut berdampak terjadinya anomali cuaca yang membingungkan manusia untuk melakukan prediksi akurat. Fenomena sosiologis berupa terbukanya peluang dan kesempatan yang luas sehingga memicu hawa nafsu manusia untuk berlomba-lomba mengejar dunia dengan menghalalkan segala cara. Pada saat yang bersamaan manusia juga berlomba-lomba menyemarakkan tempat-tempat ibadah untuk mencari kedamaian.

Artikel ini ditulis dengan dua tujuan. Pertama; agar manusia SADAR bahwa dirinya terikat perjanjian dengan Tuhan. Kedua; agar manusia mengetahui Rahasia Perencanaan dan Penciptaan Tuhan. Dengan mengetahui Rahasia Tuhan maka manusia akan menjadi orang yang TERCERAHKAN. Orang yang SADAR dan TERCERAHKAN adalah BUDDHA

Semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan, yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaannya.

Apa yang dimaksud dengan taqwa?. Apa yang menjadi tolok ukur atau barometer untuk disebut sebagai orang yang bertaqwa?. Apakah karena orang rajin shalat lima waktu, puasa, berzakat, berhaji dan umrah sudah dapat disebut sebagai orang yang bertaqwa?. Atau apakah karena orang rajin mengikuti misa di gereja, kebaktian dan melakukan pelayanan sudah dapat disebut sebagai orang yang bertaqwa?. Belum bisa karena semua yang disebutkan diatas masih bersifat subyektif. Sebuah kebenaran harus tunduk pada nilai-nilai obyektifitas dan universalitasnya.

Secara intristik (hakiki), taqwa bermakna dekat. Ketaqwaan dapat dimaknai sebagai “kedekatan” manusia kepada Tuhan. Pertanyaannya bagaimana cara “mendekati” Tuhan?. Jawabnya sangat sederhana; Ketahui Rahasia-Nya. Tanpa mengetahui Rahasia-Nya; MUSTAHIL anda bisa dekat dengan Dia dan Dia dekat dengan anda.

Contoh; seorang suami sangat dekat kepada istrinya dan seorang istri sangat dekat kepada suaminya karena mereka saling mengetahui rahasia mereka yang paling tersembunyi. Anda memiliki teman yang banyak akan tetapi diantara teman anda yang dekat dengan anda yaitu mereka yang tahu rahasia anda dan anda mengetahui rahasia dia. Seorang pemimpin baik di instansi pemerintah maupun swasta akan memperlakukan sama semua bawahannya akan tetapi ada bawahan yang paling diistimewakan oleh sang pemimpin yaitu yang mengetahui rahasia pimpinan meskipun bawahan itu memiliki pangkat yang paling rendah di kantor tersebut.

Legal Opinion ini akan mengantar anda semua. Membimbing logika anda untuk mengetahui Rahasia Tuhan dengan pendekatan hukum. Dengan mengetahui Rahasia-Nya maka anda akan dekat dengan Tuhan dan Tuhan dekat dengan anda. Legal Opinion ini diawali dengan artikel yang pertama yaitu “Perjanjian Tuhan Dengan Adam (Manusia)”. Artikel kedua adalah “PERJANJIAN TUHAN DENGAN KAIN (QABIL)”, menyusul artikel ketiga, keempat, kelima dan seterusnya dan selanjutnya.

Hanya mereka yang “SADAR” dan “TERCERAHKAN” yang mampu memahami artikel-artikel yang akan dipersembahkan oleh Cakra Ningrat. Artikel itu akan dipajang secara permanen di blog satriopiningitmuncul.wordpress.com. Blog yang sangat mulia dan terhormat ini.

Legal Opinion

 

LEGAL OPINION

Baca lebih lanjut