LEGAL OPINION TERHADAP PERJANJIAN LAMA

Download Artikel

PERJANJIAN TUHAN DENGAN KAIN/QABIL (BAG. 1)

Oleh: Cakra Ningrat

PENGANTAR:

Luput dari perhatian semua orang sejak zaman dahulu kala hingga sekarang ini bahwa Tuhan pernah mengikat perjanjian dengan Kain (Qabil). Manusia menganggap terbunuhnya Habel (Habil) oleh Kain sebagaimana yang diceritakan dalam alqur’an dan alkitab sebagai pembunuhan biasa sehingga tidak perlu mendapat kajian hukum yang mendalam. Para ahli agama juga tidak tertarik membicarakannya karena menganggap semua orang juga sudah mengetahui cerita ini. Kalaupun dibicarakan, ahli agama juga tidak tahu pelajaran apa yang bisa dipetik dari peristiwa itu.

Cakra Ningrat memiliki pendapat yang berbeda dengan semua ahli agama samawi (yahudi, kristen dan islam) serta seluruh ummat manusia. Cakra Ningrat berpendapat; tragedi pembunuhan antara Kain dan Habel adalah sebuah misteri yang harus diungkap. Jika misteri ini tidak diungkap maka misteri ini akan bersifat kekal. Tidak ada yang kekal kecuali Tuhan!. Seluruh misteri yang selama ini terpendam jauh didasar tanah harus diangkat ke permukaan untuk dibuka kemudian kita lihat bersama-sama. Misteri hanyalah sebuah kegelapan. Bila anda masuk dalam kegelapan maka anda akan tersesat yang pada ahirnya anda tergelincir dan terperosok jauh ke dalam sebuah jurang yang bernama kegelapan.

Kegelapan menyebabkan sulitnya manusia menemukan kebenaran sejati. Klaim sepihak terhadap kebenaran yang dilakukan manusia selama ini dengan bersandar pada keyakinan agamanya masing-masing justru hanya menambah jauhnya jarak akan kebenaran itu sendiri. Manusia tidak boleh marah apalagi benci kepada kegelapan malah sebaliknya manusia justru dituntut harus bersifat arif dan bijak dalam memahami kegelapan oleh karena kegelapan itu tidak terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada yang menciptakannya. Yang menciptakan kegelapan adalah Tuhan!. Pertanyaannya bukan kenapa? Tapi darimana dan bagaimana caranya serta untuk apa sehingga Tuhan menciptakan kegelapan kemudian mengangkat penguasa kegelapan?. Jika Tuhan menciptakan kegelapan apakah Tuhan juga menciptakan yang terang?. Siapakah yang lebih dulu diciptakan apakah yang gelap atau yang terang?. Lantas bagaimanakah cara Tuhan memisahkan keduanya?.

Legal Opinion (pendapat hukum) akan menjawab tuntas seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan hukum dan untuk kepentingan hukum agar tidak ada lagi manusia yang mengatakan “kami tidak tahu” saat hari hukum tiba. Yang dimaksud hari hukum adalah hariNya Tuhan. Itulah hari yang sangat mengerikan dan menakutkan!. Ummat kristen menyebutnya sebagai “hari penghakiman” dan ummat islam mengenalnya sebagai “hari pembalasan”. Tidak ada yang mengetahui kapan waktunya kecuali yang Empunya Hari, Sendiri. Kita hanya sebatas menduga dengan mengamati fenomena alam dan kondisi sosiologis, psikologis ummat manusia pada umumnya hususnya rakyat Indonesia.

Manusia memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanti datangnya “hari Tuhan”. Ummat islam bersikap biasa saja dan cenderung tidak tertarik membicarakannya. Para ahli agama mereka (ustadz, kiyai dan ulama) lebih senang menyampaikan da’wah yang berkisar pada permasalahan syariah, muamalah dan hal-hal yang bersifat duniawi. Mereka menyampaikannya dengan gaya dan retorika sebagai ciri khas kreasi dan kreativitasnya masing-masing. Umumnya mereka mengedepankan penampilan yang cenderung fashionable guna menarik simpati dan perhatian ummat. Kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kebenaran subyektif yang mereka sampaikan.

Ummat nasrani menanti datangnya “hari Tuhan” dengan penuh pengharapan dan rasa suka cita, ibarat pengantin perempuan yang menantikan mempelai laki-laki, yang akan datang menjemputnya. Mereka meyakini Yesus Kristus yang selama ini mereka rindukan akan turun ke bumi memilih mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan mengangkatnya untuk hidup dalam kekekalan di rumah Bapa di Syurga dalam kerajaan Allah. Para ahli agama mereka (pendeta dan pastor) cenderung memberi pengharapan yang sangat berlebih-lebihan kepada ummatnya. Pengharapan yang bersifat dogmatis. Pengharapan itu hanyalah seperangkat pendapat yang bersifat kategorik dan autoritatif. Kelak mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal sebagai bentuk pertanggungjawaban hukum terhadap kebenaran subyektif yang mereka sampaikan dan mereka imani selama ini.

Dalam menyikapi datangnya “hari Tuhan” atau hari Penghakiman/hari Pembalasan Cakra Ningrat berpendapat agar kita tidak bersikap biasa-biasa saja atau mengacuhkannya. Juga janganlah kita menyikapinya secara berlebih-lebihan. Sebaiknya kita mengambil sikap WASPADA dengan mengedepankan logika berfikir kita masing-masing. Kita patut mewaspadai “hari Tuhan” oleh karena manusia adalah sasaran dan obyek yang akan dihakimi. Manusia adalah sasaran dan obyek pembalasan Tuhan. Anda tidak perlu memikirkan soal amalan dan dosa karena Tuhan Yang Maha Pengampun akan mengampuni dosa-dosa manusia KECUALI dosa yang disebabkan karena anda MEMPERSEKUTUKAN Tuhan.

PEMIKIRAN TENTANG TUHAN

Ummat islam mengenal kalimat tauhid dengan sebutan Laa ilaha illallah. Kalimat tauhid adalah kalimat prinsip yang meng-Esa-kan Tuhan yang artinya “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Apakah anda akan mengatakan didalam keyakinan anda bahwa ALLAH adalah TUHAN?. Jika anda berkeyakinan bahwa Allah adalah Tuhan maka anda telah mempersekutukan Tuhan dengan Allah!.

Allah adalah Allah dan Tuhan  adalah Tuhan. Kita tidak bisa menerima begitu saja kalimat tauhid “tidak ada Tuhan selain Allah” secara harfiah tanpa memahami eksistensinya. Dalam alqur’an  surat An-Nur ayat 35 telah dijelaskan defenisi tentang Allah adalah:

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur (sesuatu) dan tidak pula disebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Allah bukan Tuhan. Allah adalah cahaya Tuhan yang juga dapat dimaknai sebagai bayangan Tuhan. Allah dan Tuhan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan meskipun pada hakekatnya mereka terpisah. Allah adalah dzat yang tidak mawujud. Tuhan mawujud. Bagaimana mungkin Allah yang tidak mawujud dapat menciptakan alam beserta seluruh isinya yang mawujud?. Tuhan-lah yang menciptakan segala sesuatunya yang mawujud dengan perantaraan Allah-Nya yang tidak mawujud itu.

Apabila ummat islam tetap berkeyakinan bahwa Allah adalah Tuhan dan tidak melepas keyakinannya itu maka orang itulah yang akan merasakan pembalasan Tuhan di “hari Tuhan”. Ummat islam tidak akan mungkin dapat berlindung kepada Allah karena Allah telah mengeluarkan Pernyataan bahwa Allah bukan Tuhan. Pernyataan dimaksud telah tertulis jelas, terang dan tegas didalam alqur’an Surat Al Imran ayat 18 sebagai berikut:

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Pernyataan di atas adalah pernyataan penting yang datangnya dari Allah sendiri, dimana Allah mengingkari dirinya sebagai Tuhan. Jika Allah adalah Tuhan tentu ayat di atas akan berbunyi “Allah menyatakan tidak ada Tuhan melainkan Allah” atau “Allah menyatakan tidak ada Tuhan melainkan Aku”.  Ayat di atas berkata “Allah menyatakan tidak ada Tuhan melainkan Dia”. Kata “Dia” adalah kata tunjuk. Allah menunjuk “Dia”. Allah adalah subyek yang menunjuk dan “Dia” adalah obyek yang ditunjuk. Obyek yang ditunjuk inilah yang dimaksud dengan Tuhan. Tuhan Yang menegakkan keadilan.

Agar ummat islam tidak ragu-ragu menerima kebenaran pernyataan Allah tersebut maka Allah melanjutkan lagi pernyataannya dengan kalimat “para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Para malaikat dan orang yang berilmu membenarkan pernyataan Allah bahwa Allah bukan Tuhan. “Dia” adalah kata tunjuk. “Dia” inilah yang dimaksud dengan Tuhan. Allah bersama para malaikat dan orang-orang yang berilmu menyatakan bahwa “Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Cakra Ningrat adalah orang berilmu meskipun hanya sebatas ilmu hukum turut serta bersama-sama Allah dan para malaikat menyatakan bahwa Allah BUKAN Tuhan. “Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan DIA. Kata “Dia” inilah yang dimaksud Tuhan, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Sebagai orang hukum Cakra Ningrat berpendapat: “Dia (Tuhan) Yang Menegakkan Keadilan” memiliki alasan hukum yang jelas bagi diriNya jika Dia bermaksud hendak menegakkan keadilan dihari penghakiman/pembalasan karena keadilan itu untuk DiriNya Sendiri bahwa Dia adalah Tuhan dan bukan Allah. Dia yang Ada begitu saja. AKIBATNYA, “Yang Esa itu tidak bernama”.

Apakah ketuhanan Allah dan ketuhanan Yesus, salah didepan hukum?. Cakra Ningrat berpendapat; ketuhanan Allah dan Yesus memiliki jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan Tuhan sehingga ketuhanannya tidak memiliki sifat yang kekal. Ketuhanan Allah dan Yesus berfungsi sebagai perisai untuk memproteksi Tuhan yang sebenar-benarnya, Tuhan.

Manusia bisa saja mengingkari Allah dan Yesus sebagai Tuhan. Bisa menuhankan  berhala-berhala dan segala macam dewa bahkan mengingkari adanya tuhan sekalipun akan tetapi tidak ada satupun manusia yang hidup di dunia ini yang bisa lepas dari hukum Tuhan yang dinamakan sebagai hukum alam dan hukum karma. Hukum alam yang berhubungan langsung dengan manusia adalah tua, sakit dan mati sedangkan hukum karma adalah hukum alam inpersonal yang mengontrol ketat perbuatan baik dan perbuatan jahat manusia semasa hidupnya dan terus berlanjut hingga keturunannya yang ketujuh. Kita akan saksikan bersama-sama bagaimana Tuhan menciptakan hukum alam dan hukum karma dalam artikel Cakra Ningrat yang berjudul “Perjanjian Tuhan dengan Nuh, Hud dan Saleh”.

Itulah sebabnya ajaran Buddha menepis segala bentuk-bentuk pemikiran transendental manusia tentang Tuhan sebab Buddha Gotama telah lebih dulu memahami adanya sebuah wilayah yang disebut nibbana (nirwana) yaitu suatu bentuk keadaan yang tak terdefenisikan. Kalaupun murid-muridnya atau orang-orang dimasa itu mengejar pertanyaan tentang adanya sosok adikuasa (Tuhan), Sang Buddha lebih memilih diam. Diamnya Sang Buddha adalah sebuah sikap bijak dan penuh welas asih yang sepatutnya kita tiru. Bahwa beliau lebih memilih diam karena beliau telah mengetahui bahwa semua tuhan-tuhan yang dikenal oleh manusia (Allah, Yesus, Dewa-Dewa dan sebagainya) bersifat tidak kekal. Buddha Gotama pernah membabarkan dhamma didepan dewa-dewa yang menanti waktu untuk kelahiran berulangnya adalah bukti nyata bahwa tuhan-tuhan ataupun sosok adikuasa yang telah dikenal oleh manusia tetap mengalami kelahiran berulang mengikuti siklus kelahiran manusia sehingga manusia mengenal tuhan-tuhan tersebut karena mengikut pada agama yang dianut oleh orang tua mereka.

Kebenaran universal yang diajarkan oleh guru agung Buddha Gotama bukan karena mewarisi kebenaran itu dari orang tuanya. Alih-alih mewarisi malah tahta dan harta selaku pewaris tunggal pun beliau tinggalkan. Hal yang lebih frontal dan radikal melawan keyakinan dan meninggalkan orang tua pernah juga dilakukan oleh generasi pendahulu Buddha Gotama yaitu Abram (Abraham/Ibrahim). Apa yang dilakukan kedua tokoh utama ummat manusia memiliki kesamaan yaitu pencarian kebenaran universal, bedanya Abram melakukan Pencarian Kebenaran terhadap hakekat Tuhan Yang Menciptakan sedang Shidatta Gotama melakukan pencarian kebenaran terhadap hakekat yang menyebabkan manusia menderita. Kita akan lihat bersama kebenaran bahwa Shidatta Gotama adalah kelahiran berulang Abram dalam artikel Cakra Ningrat yang berjudul “Perjanjian Tuhan Dengan Abraham (Ibrahim)”.

Kontemplasi yang dilakukan oleh Shidatta Gotama dibawa pohon boedhi di Gaya selama enam tahun tidak boleh dimaknai secara harfiah saja. Pohon kayu boedhi memiliki dimensi alkitabiah sebagai pohon pengetahuan baik dan jahat. Dibawah pohon pengetahuan itulah Shidatta Gotama mendapatkan penyadaran dan pencerahan yang sempurna. Dibawah pohon pengetahuan itulah Buddha Gotama menemukan apa yang dicarinya yaitu kebenaran universal. Sangat beralasan jika Cakra Ningrat menuliskan artikel yang pertama “Yang Sadar dan Tercerahkan adalah Buddha” dan menempatkan artikel itu sebagai fondasi kuat yang diatasnya dibangun sebuah paradigma baru dalam bentuk Legal Opinion guna mereformasi bahkan merestorasi secara menyeluruh pemahaman kita selama ini terhadap hakekat Tuhan. Kita melakukan reformasi paradigma itu secara diam-diam untuk diri kita sendiri dan keluarga kita (istri dan anak-anak) karena tidak ada yang dapat menyelamatkan diri kita kalau bukan diri kita sendiri.

Fondasi sebuah bangunan selalu menggunakan bahan alam yang banyak disediakan oleh alam seperti batu kali, pasir dan semen. Galian fondasi adalah upaya yang serius dan mendalam untuk mencari kebenaran yang berada dibawah tanah. Batu kali dapat dianalogikan sebagai ajaran Buddha, pasir pantai adalah perjanjian lama dan semen adalah alqur’an. Ketiganya musti disatukan guna menghasilkan fondasi yang kuat, kokoh dan permanen. Itulah sebabnya Legal Opinion yang kami sampaikan sangat logis dan tidak mungkin bisa diruntuhkan karena dibangun diatas dasar fondasi yang benar.

Dua ribu lima ratus tahun yang lalu, Buddha Gotama mengatakan; pada hakekatnya manusia hidup adalah menderita. Penderitaan ini disebabkan karena adanya lekatan nafsu. Disebabkan karena nafsu selalu tidak terpuaskan pada ahirnya manusia selalu mengalami siklus kelahiran berulang. Ahir zaman adalah hari ahir untuk mengahiri kelahiran berulang. Itu adalah hari dimana keadilan ditegakkan oleh Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Jika anda menginginkan Tuhan Yang Maha Perkasa mengahiri kelahiran berulang anda bersamaan dengan diahirinya segala apa yang ada dimuka bumi ini silahkan mengacuhkan atau menyepelekan Legal Opinion ini. Akan tetapi jika anda menginginkan Tuhan Yang Maha Bijaksana membantu anda atau menolong anda mengahiri kelahiran berulang anda silahkan ikuti terus, cermati dan fahami Legal Opinion ini. Lekatan nafsu dapat dilepas dengan mudah dari diri kita bilamana kita memahami bagaimana Tuhan menciptakan nafsu tersebut.

KAIN (QABIL) MEMBUNUH HABEL

Logika hukum akan mempertanyakan “kenapa pembunuhan itu terjadi?. Apa motifnya dan untuk kepentingan apa!”. Kain adalah saksi pelaku dan Habel adalah korban. Pembunuhan itu terjadi secara spontanitas atau terjadi begitu saja sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pembunuhan berencana. Motif pembunuhan karena saksi pelaku merasa cemburu, irihati, dengki dan dendam. Mengungkap motif pembunuhan berarti mengungkap misteri penciptaan Tuhan. Tidak ada misteri yang tidak diungkap. Tidak ada misteri yang bersifat kekal. Yang kekal hanya satu. TUHAN.

Tuhan berkepentingan atas pengungkapan misteri PenciptaanNya yang pertama sebelum penciptaanNya yang pertama diahiri. Kita semua yang hidup saat ini dengan segala kemudahan karena kemajuan tekhnologi hanyalah mata rantai yang sangat panjang sebagai akibat dari sebab adanya penciptaan yang pertama. Tuhan akan mengahiri penciptaanNya yang pertama oleh karena Tuhan akan melakukan penciptaan yang kedua untuk menggenapinya. Ummat nasrani mengenal penciptaan Tuhan yang kedua sebagai “hari kebangkitan” sedangkan ummat islam menyebutnya sebagai “hari berbangkit”. Hari itu, Tuhan begitu amat dekatnya dengan manusia. Tuhan berdiri didepan lautan manusia dan manusia berdiri dihadapan Tuhan. Meski begitu, manusia tetap tidak akan dapat melihat wajah dan sosok Tuhan, oleh karena semua kepala hanya tertunduk. Hari itu manusia terdiri atas dua golongan saja yaitu golongan baik dan jahat.

Manusia yang berdiri pada barisan golongan jahat adalah manusia yang memiliki sifat cemburu, irihati, dengki dan dendam yang ia warisi dari Kain. Kain mendapatkan sifat itu dari Hawa, perempuan yang melahirkannya. Karena semua manusia dilahirkan oleh perempuan maka tidak ada satupun manusia yang bisa terbebas dari keempat sifat-sifat tersebut. Bukti bahwa Hawa yang menurunkan sifat-sifat itu dapat kita lihat dalam kitab Kejadian 4:1-2.

Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN”. Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain, dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

Perkataan Hawa “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN” tidak boleh diterima atau diartikan secara harfiah oleh karena dibalik kalimat itu ada pesan Tuhan yang tersembunyi untuk kita semua. Sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam artikel terdahulu bahwa Tuhan menciptakan Adam kemudian dari tulang rusuk kiri Adam, Tuhan menciptakan Hawa lalu melalui Hawa Tuhan menciptakan nafsu birahi dan hawa nafsu. Ada dua pesan Tuhan yang ingin disampaikan yaitu:

  1. Kalimat “Aku telah melahirkan seorang anak laki-laki” bermakna; hawa nafsu yang tadinya Tuhan ciptakan melalui Hawa dimana nafsu tersebut telah diturunkan kepada anak laki-lakinya yang pertama yang bernama Kain. Karena nafsu telah diturunkan kepada Kain berarti didalam diri Hawa masih terdapat “nafsu birahi (syahwat)”. Jika Kain telah mewarisi nafsu, kelak diapun akan mewarisi syahwat.
  2. Kalimat “dengan pertolongan TUHAN” bermakna; hanya dengan bantuan dan pertolongan Tuhan, manusia bisa terbebaskan dari nafsunya oleh karena Tuhan yang pernah mengikat perjanjian dengan Kain.

Untuk mengungkap misteri pembunuhan Kain terhadap Habel dengan benar dan obyektif kita tidak boleh menggunakan alkitab saja atau alqur’an saja akan tetapi kita harus menggunakan kedua kitab Tuhan tersebut sebagai sumber hukum. Perbedaan prinsip dari kedua kitab itu adalah penonjolan sifat dan karakter tokoh yang dikisahkan. Alkitab menonjolkan karakter Kain sementara alqur’an menonjolkan karakter Habil. Melihat perbedaan ini, Cakra Ningrat justru sangat mengagumi kepandaian dan kecerdasan Tuhan dalam menyembunyikan misteri PenciptaanNya. Sungguh celakalah manusia yang membangga-banggakan kebenaran agama yang dianutnya.

Dalam kitab kejadian 4:3-7

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga memper-sembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka Tuhan mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkanNYa. Lalu hati Kain sangat panas dan mukanya muram. Firman Tuhan kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?. Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?. Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip didepan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”.

Korban yang dipersembahkan Habel adalah anak sulung kambing-dombanya sedang Kain memberi korban persembahan berupa hasil pertaniannya (buah-buahan). Tuhan hanya menerima korban yang dipersembahkan oleh Habel. Firman Tuhan kepada Kain “mengapa hatimu panas dan mukamu muram?”. Firman ini tidak bisa dimaknai secara harfiah oleh karena ada pesan Tuhan yang tersembunyi dibalik FirmanNya. “Hati panas” menandakan sifat “nafsu” yang CEMBURU dan IRIHATI. Kain cemburu dan irihati kepada Habel karena korban persembahan Habel saja yang diterima Tuhan. “Muka muram” menandakan sifat “nafsu” yang sudah sampai pada keadaan DENGKI dan DENDAM.

Hawa nafsu memiliki empat sifat terkondisi yaitu cemburu, irihati, dengki dan dendam. Keadaan terkondisi dari sifat cemburu dan irihati adalah HATI PANAS. Semua orang yang cemburu dan irihati dapat merasakan kalau hatinya panas. Apabila rasa cemburu dan irihati tidak cepat dikendalikan maka keadaannya akan meningkat kelevel dengki dan dendam. Keadaan terkondisi dari sifat dengki dan dendam adalah MUKA MURAM. Kita dapat melihat orang yang dengki dan dendam memiliki muka yang muram dan tidak berseri. Apabila manusia telah panas hatinya dan mukanya muram maka ada dosa yang mengintip didepan pintu; dosa itu sangat menggoda. Jika manusia tidak mampu menguasai godaannya maka manusia pasti terjebak dalam perbuatan “melanggar hukum”. Dosa yang dimaksudkan didalam firman Tuhan adalah nafsu AMARAH. Orang yang marah adalah orang yang tidak mampu menguasai dirinya.

Kain adalah personifikasi “nafsu” yang diciptakan Tuhan dari Hawa-nafsu. Hawa identik dengan kata “suhu” dalam satu keadaan tertentu. Suhu memiliki banyak tingkatan mulai yang paling dingin, sejuk, biasa saja, hangat dan panas. Dalam kitab kejadian 3:20 dikatakan:

Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.

Semua yang hidup (manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan) memiliki nafsu. Yang membedakan kita adalah tingkatan hawa-nya. Kain adalah “nafsu” yang berhawa “panas”. Ini diwujudkan dalam sifat-sifat cemburu, irihati, dengki dan dendam.

Dalam alqur’an surah Al-maidah 5:27

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil) ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.

Qabil (Kain) yang telah dikuasai oleh nafsu amarah mengatakan “Aku pasti membunuhmu”. Orang yang sudah dikuasai nafsu amarah adalah orang yang selalu mencari jalan pintas untuk menyelesaikan suatu permasalahan disebabkan karena orang itu sudah tidak lagi menggunakan fikiran akal sehatnya. Berkata Habil “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. Perkataan Habil menunjukkan sikap dirinya yang tenang dan tidak terpengaruh dengan rencana jahat Qabil (Kain). Ketenangan itu justru memberinya kecerdasan untuk menggiring Qabil ketopik permasalahan “korban” siapa yang diterima Tuhan. Hanya korban orang-orang yang bertakwa yang diterima Tuhan.

Kita tidak bisa menerima kata “orang bertakwa” secara harfiah oleh karena kata takwa sangat subyektif dan tidak terukur. Karakter Habil yang ingin ditonjolkan oleh alqur’an dengan berlindung di balik kata “takwa” sesungguhnya adalah sifat Habil yang SABAR. Sikap Habil yang tidak terpengaruh dengan Qabil yang sedang dikuasai nafsu amarah adalah bukti kesabarannya. Habil tidak menjawab perkataan Qabil yang marah malah sebaliknya dengan kepintarannya Habil justru ingin mengembalikan Qabil kedalam topik yang sebenarnya.

Jangan menghadapi orang marah dengan cara marah oleh karena anda akan hancur dan menyesal. Marah memiliki karakter “buta”. Orang yang marah cenderung selalu mencari jalan pintas karena fikrannya buta. Hadapilah marah dengan sabar. Orang yang sabar adalah orang yang pintar. Sabar dan pintar sama dengan telur dan ayam, sangat sulit menjawabnya jika ditanyakan manakah yang lebih duluan?. Kita dapat menyaksikan orang-orang yang berhasil dalam kehidupannya setidaknya dia memiliki dua potensi dasar didalam dirinya yaitu sabar dan pintar. Entah mana yang duluan; apakah orang itu sabar disebabkan karena kepintarannya ataukah orang itu pintar disebabkan karena kesabarannya. Keberhasilan dan kesuksesan seseorang membutuhkan waktu yang panjang. Sama halnya untuk mengatakan seseorang sabar dan pintar serahkanlah kepada sang waktu yang akan mengujinya yang pasti sabar yang dimaksudkan oleh alqur’an berbeda dan bukan berarti masa bodoh. Habil tidak bermasa bodoh dengan membiarkan dirinya akan dibunuh oleh Qabil akan tetapi Habil mengemukakan argumentasi hukum menandakan Habil orang yang pintar.

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu, sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Q.S. 5:28)

Kita tidak bisa memaknai ayat diatas secara harfiah oleh karena ada pesan Tuhan dibalik perkataan Habil yang ingin disampaikan kepada kita. Karakter yang akan ditonjolkan oleh alqur’an adalah sifat Habil yang kedua yaitu IHLAS. Meskipun Qabil menggerakkan tangannya untuk membunuh Habil akan tetapi Habil tidak akan menggerakkan tangannya untuk membunuh Qabil. Itu berarti; ihlas tidak akan pernah mengharapkan balasan sekalipun itu balasan dari Tuhan. Bagaimana mungkin anda mengharapkan balasan atas keihlasan anda dari Tuhan yang anda tidak ketahui?. Ihlas bukan ucapan atau perkataan semata. Ihlas bukan juga pengharapan. Ihlas adalah bentuk dari sebuah ketenangan jiwa.

“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. (Q.S. 5:29)

Karakter Habil yang ingin ditonjolkan oleh ayat di atas adalah sifat Habil yang PASRAH. Pasrah bukanlah sebuah perasaan yang dapat diungkap melalui perkataan ataupun ucapan. Pasrah adalah bentuk dari sebuah keadaan atau suasana hati yang damai. Tiga sifat yang ditonjolkan oleh alqur’an yang dimiliki oleh Habil yaitu; sabar, ihlas dan pasrah. Ketiga sifat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. SABAR

Sabar terletak didalam darah manusia karena itu hanya orang yang hidup saja yang memungkinkan disebut sabar. Sifat sabar adalah sifat nyata seseorang artinya orang lain dapat melihat dan menyaksikan sifat tersebut oleh karena sifat sabar adalah sifat yang terukur. Tolok ukur untuk menilai seseorang memiliki sifat sabar adalah:

Pertama; Orang sabar harus pintar. Kepintaran menjadi persyaratan mutlak oleh karena hanya kepintaran saja yang dapat membedakan seseorang memiliki sifat sabar atau sifat masa bodoh. Sifat masa bodoh adalah sifat yang dimiliki orang bodoh yang membiarkan “masa” atau waktu berlalu dengan sia-sia. Orang sabar adalah orang yang pintar memanfaatkan waktu kesabarannya, orang pintar adalah orang yang sabar menantikan waktu untuk menunjukkan hasil kepintarannya.

Kedua;  Orang sabar harus mampu meredam amarah orang lain sebagai pembuktian bahwa dirinya terbebas dari nafsu amarah. Hanya orang yang tidak memiliki nafsu amarah yang mampu membebaskan orang lain dari amarah. Orang sabar mampu mengelola amarah orang lain untuk kemudian mengarahkannya kepada jalan yang tidak membahayakan.

2. IHLAS

Sifat ihlas terletak didalam jiwa seseorang. Orang yang memiliki sifat ihlas adalah orang yang memiliki ketenangan jiwa. Wajah orang itu dapat dikatakan berseri-seri.

3. PASRAH

Sifat pasrah terletak didalam hati seseorang. Orang yang memiliki sifat pasrah adalah orang yang memiliki kedamaian hati.

Ketenangan jiwa dan kedamaian hati adalah satu bentuk keadaan seseorang yang normatif dan tidak terukur. Tidak ada yang mengetahui kecuali orang yang memiliki sifat-sifat itu sendiri.

Alkitab menonjolkan karakter Kain (Qabil) yang penuh Nafsu. Sifat dan penampakan nafsu dapat diuraikan sebagai berikut:

1. MARAH

Marah terletak didalam darah manusia. Marah adalah sifat nyata seseorang artinya dapat dilihat dan disaksikan oleh orang lain. Marah adalah api yang berkobar-kobar yang dapat membakar apa saja yang ada dihadapannya atau didekatnya. Orang yang suka marah identik dengan orang bodoh. Karena kebodohannya sehingga nafsu bisa begitu mudah menguasai dirinya dan menggerakkan dirinya untuk melakukan suatu perbuatan yang membuat dirinya menyesali perbuatannya itu.

2. MUKA MURAM

Muka muram adalah satu kondisi yang terukur, dapat dilihat dan disaksikan sebagai refleksi penampakan dari keadaan jiwa seseorang yang memiliki sifat dengki dan dendam.

3. HATI PANAS

Hati panas adalah satu kondisi yang terukur, dapat dilihat dan diketahui sebagai refleksi dari pembiasan dari keadaan hati seseorang yang memiliki sifat cemburu dan irihati.

Selanjutnya dikisahkan dalam Alkitab Kejadian 4:8

Kata Kain kepada Habel, adiknya; “Marilah kita pergi ke padang” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu lalu membunuh dia.

Alqur’an surah Almaidah 5:30

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.

Dengan tegas alqur’an mengatakan HAWA NAFSU (AMARAH) sudah menguasai diri Qabil (Kain) sehingga dia menganggap mudah melakukan pembunuhan atas saudaranya. Alqur’an tidak menjelaskan modus dan locusnya, Alkitab menerangkan Kain (Qabil) melakukan pembunuhan itu dengan cara memukul dan locus peristiwa terjadi disebuah padang.

Alqur’an surah Almaidah 5:31

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”. Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.

Kata “menyuruh” pada ayat 5:31 tersebut harus dimaknai “petunjuk” sebagai bentuk upaya pertolongan Tuhan, kepada Qabil/Kain untuk mengubur saudaranya. Karena petunjuk Tuhan dilaksanakan oleh Qabil/Kain maka petunjuk itu harus dimaknai sebagai “pengetahuan” yang diturunkan Tuhan kepada manusia (Qabil/Kain) dengan perantaraan burung gagak. Selain sebagai pengetahuan, burung gagak ini dapat juga dimaknai sebagai “gagasan” atau “ide/rencana” yang dalam bahasa agama disebut sebagai “niat”. Manusia yang menganut faham animisme dan dinamisme sampai saat ini menjadikan burung gagak sebagai simbol petunjuk Sang Penguasa Alam. Mitos-mitos tentang burung gagak menyebar secara merata dan dipercaya oleh suku-suku tradisional. Orang islam tidak boleh menuduh mereka orang musyrik dan orang nasrani juga tidak boleh mengaggap mereka orang fasik oleh karena keyakinan mereka memiliki dasar yang kuat dalam alqur’an, hususnya pada ayat 5:31 ini.

Setelah Habil dikuburkan ternyata persoalan belum selesai. Alkitab menerangkan kepada kita semua dalam Kejadian 4:9-10

Firman Tuhan kepada Kain (Qabil): “Dimana Habel, adikmu itu?”.Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adiku?.” FirmanNya: “Apakah yang telah kau perbuat ini?”. Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.

Benar, jasad Habil telah dikuburkan oleh kakaknya akan tetapi darahnya berteriak-teriak kepada Tuhan dari tanah. Firman menyebut “dari tanah” bukan “dari dalam tanah”. Apakah benar darah bisa berteriak?. Tidak benar! Darah tidak mungkin bisa berteriak. Firman menggunakan bahasa kiasan yang tidak boleh diartikan secara harfiah. Firman itu harus dimaknai sebagai sebuah pesan Tuhan yang bersembunyi dibalik Firman bahwa manusia itu diciptakan dari tanah dan hendaknya manusia memiliki sifat seperti tanah yaitu SABAR.

Sifat sabar hanya dimiliki oleh manusia yang hidup oleh karena “sabar” terletak didalam “darah” artinya sifat itu dapat dilihat dan disaksikan oleh orang lain. Orang yang memiliki sifat sabar adalah orang yang sangat dekat kepada Tuhan, karena itu untuk dapat disebut sebagai orang yang sabar, manusia harus terlebih dahulu lulus dari ujian atau pencobaan Tuhan. Ujian kesabaran untuk pertamakalinya dilakukan Tuhan secara nyata kepada Abram (Abraham/Ibrahim), ujian yang berhubungan langsung dengan darah manusia.

Abram memiliki istri bernama Sarah. Melihat suaminya sangat ingin memiliki anak dan menyadari bahwa dirinya mandul maka Sarah menyarankan Abram mengawini Hagar (Hajar), budaknya. Dari perkawinannya dengan Hagar, Abram memiliki anak bernama Ismael (Ismail). Abram sangat senang dengan kelahiran Ismael dan rasa sayang Abram terhadap Hagar juga semakin bertambah. Melihat kenyataan itu, Sarah cemburu kepada Hagar. Dia mengusir Hagar bersama putranya. Karena telah dipropokasi oleh Sarah, Abram dengan penuh rasa galau dan AMARAH membawa Hagar dan putranya yang masih bayi pergi jauh meninggalkan Kanaan menuju ke sebuah tempat yang belum pernah dikunjungi orang. Tempat itu penuh dengan bebatuan dan bukit-bukit cadas. Negeri itu bernama Mekkah. Mekkah yang kosong, tandus dan tak berpenghuni. Jangankan manusia, hewan dan tumbuhan saja tidak bisa hidup di negeri itu karena tidak terdapatnya air sebagai sumber utama kehidupan. Di negeri itulah Abram membuang Hagar dan putranya Ismael, lalu dia kembali ke Kanaan. Abram menyerahkan kepada alam untuk melaksanakan keinginan jahatnya membunuh Hagar dan Ismael.

Alam tidak merespon keinginan jahat Abram, malah yang terjadi justru sebaliknya, alam menghidupkan Hagar dan Ismael serta memberi kehidupan semua mahluk hidup lainnya. Tuhan memerintahkan alam untuk membuka “mata air” didekat kaki sibayi (Ismael) yang terus menerus menangis kehausan. Hagar sangat senang melihat kenyataan itu dan berteriak-teriak dalam bahasa Ibrani dengan berkata “zami-zami” yang artinya “mari-mari”. Belakangan manusia menyebut air itu sebagai air zam-zam.

Alam memperdengarkan teriakan Hagar kepada burung gagak. Mendengar teriakan itu burung gagak datang mengunjungi sumber air kemudian diikuti oleh ribuan burung-burung lainnya yang terbang berombongan menuju tempat tersebut. Melihat kenyataan itu, manusia yang tinggal jauh dari Mekkah mengetahui gejala alam bahwa apabila burung gagak diikuti oleh rombongan burung-burung lainnya terbang kesuatu tempat maka dapat dipastikan kalau di tempat itu terdapat air untuk kehidupan.  Berdatanganlah manusia dari negeri yang jauh menuju Mekkah dan menetap di Mekkah. Hagar dan Ismael adalah penghuni pertama Mekkah. Selama bumi ini masih ada, mata air zam-zam tidak akan pernah berhenti mengeluarkan airnya untuk kehidupan manusia hususnya yang hidup di tempat itu oleh karena mata air itu adalah penggenapan dari mata air yang pernah menenggelamkan bumi ini yang menyebabkan seluruh manusia mati kecuali yang berada di atas bahtera Nuh saat peristiwa banjir semesta.

Sekitar dua belas tahun kemudian Abram mendengar kabar berita bahwa telah banyak orang yang masuk dan berdiam di Mekkah, disebabkan karena adanya seorang ibu bersama bayinya yang menangis kehausan membuat ibunya itu berlari-lari mencari air buat bayinya. Saking paniknya ibu itu berlari-lari antara dua bukit Syafa dan Marwah ternyata didekat tumit bayi itu muncul sebuah mata air. Mata air itulah yang menyebabkan manusia berdatangan ketempat itu. Abram meyakini bahwa ibu dan bayi itu adalah istri dan putranya. Tanpa berfikir panjang lagi, Abram mempersiapkan perjalanan menuju Mekkah. Dibutuhkan waktu berhari-hari dari negeri Kanaan ke Mekkah dengan mengendarai unta. Sepanjang perjalanan air mata Abram mengalir terus. Perasaannya dipenuhi rasa syukur, senang, bahagia dan kerinduan yang mendalam terhadap istri dan anaknya bercampur menjadi satu dengan perasaan heran dan menyesali dirinya yang pernah bernafsu dan berniat jahat dengan meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang gersang.

Hagar adalah wanita yang sabar dan tidak banyak menuntut. Kesabaran Hagar adalah sifat bawaan lahiriah mengingat dirinya hanya seorang budak. Budak tidak boleh bertanya, tidak boleh menuntut meskipun akan dibunuh, budak harus menerimanya dengan sabar. Kesabaran Hagar diturunkan kepada putranya Ismael. Hagar dan Ismael merasa senang dengan kedatangan Abram karena sebelumnya mereka berdua sudah tidak pernah lagi berharap akan dikunjungi oleh Abram.

Rasa suka cita dan kegembiraan, kesenangan meluap-luap dihati Abram melihat kenyataan istrinya Hagar masih hidup dan putranya Ismael tetap tumbuh sehat dan lebih bagus dari anak-anak seusianya kala itu. Belum habis rasa suka citanya, suatu malam Abram bermimpi menyembelih putranya, Ismael. Abram menepis dan tidak menghiraukan mimpi itu karena Abram telah sangat mengasihi putranya. Abram tidak ingin lagi melakukan kesalahan atau kekeliruan dalam menyikapi istri dan anaknya. Mimpi dengan cerita yang sama terulang kembali, menyembelih putra tunggal yang dia kasihi. Mimpi kedua ini membuat Abram bertanya-tanya didalam dirinya “jangan-jangan mimpi ini adalah sebuah petunjuk dari Tuhan yang telah memberi kehidupan kepada putranya”. Abram merasa yakin bahwa mimpi itu, benar dari Tuhan, setelah mimpi itu terulang kembali untuk yang ketigakalinya.

Mimpi itu harus dilaksanakan secara nyata oleh Abram oleh karena Tuhan ingin agar Abram memiliki sifat SABAR. Rencana penyembelihan ini diterima dengan IHLAS oleh Ismael dan Hagar oleh karena didalam darah ibu dan putranya itu telah terdapat sifat SABAR yang merupakan bawaan lahir mereka. Kesabaran mereka telah diuji oleh alam sejak awal pembuangan sampai masa penantian dan kedatangan Abram. Penyembelihan terlaksana dengan baik sesuai rencana Tuhan, meski pada ahirnya Ismael digantikan dengan seekor domba (kibas, biri-biri). Darah domba yang keluar akibat sembelihan parang Abram, memancing nafsu yang ada didalam darah Abram keluar mengikut pada darah domba. Karena nafsu telah keluar dari darah Abram, sebagai gantinya muncullah sifat SABAR. Darah Habil yang tadinya berteriak-teriak dari dalam tanah, telah diakomodir dan ditampung oleh Abram maka jadilah Abram sebagai orang yang SABAR sebagaimana Habil yang SABAR.

Terlalu sulit untuk melaksanakan perintah-perintah Tuhan, jika Abram tidak memiliki sifat SABAR secara nyata didalam darahnya mengingat perintah-perintah Tuhan yang akan dia kerjakan bersifat nyata. Perintah Tuhan yang pertama kepada Abram setelah peristiwa penyembelihan adalah membangun Ka’bah. Ka’bah adalah bangunan batu alam yang tersusun berbentuk kubus. Dibangun oleh Abram dengan dibantu oleh putranya Ismael. Setelah membangun Ka’bah, Abram tinggal beberapa lama di Mekkah, kemudian kembali ke Kanaan bersama istrinya Hagar dan putranya Ismael melanjutkan lagi kehidupannya. Kita akan saksikan bersama-sama bagaimana kehidupan Abram dalam artikel “Perjanjian Tuhan dengan Abraham (Ibrahim).

Ummat islam meyakini bahwa ka’bah adalah rumah Allah (Baitullah). Rumah Allah bukan berarti rumah Tuhan, bukan pula sebagai simbol tentang Tuhan. Ka’bah tidak lebih dari sekedar simbol KASIH TUHAN kepada manusia yang hidup. AIR ZAM-ZAM adalah mata air kehidupan yang merupakan wujud nyata Kasih Tuhan kepada Hagar (Hajar) dan Ismael (Ismail) yang sabar. Kebenaran universal tentang Kasih Tuhan dalam wujud air zam-zam (mata air kehidupan) dapat diartikan sebagai rezeki yang menghidupi manusia. Rezeki Tuhan tidak boleh dibatasi dalam pengertian “Uang” oleh karena “Uang” tidak lebih dari sekedar sebagai alat tukar semata. Rezeki Tuhan harus diartikan sebagai “ditumbuhkannya bulir-bulir padi dan tanaman gandum dari tanah serta dimunculkannya mata air-mata air guna memenuhi kebutuhan utama manusia yang hidup yaitu makan dan minum”. Selama air zam-zam masih mengalir, manusia tidak perlu hawatir tidak bisa makan dan minum.

Anda tidak mungkin menemukan kebenaran mutlak didalam ka’bah akan tetapi anda akan menemukan kebenaran sejati manakala anda dapat mengerti dan memahami betapa besar KASIH TUHAN kepada manusia, sebagaimana firmanNya dalam alqur’an surah Almaidah 5:32

Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.

Selanjutnya marilah kita saksikan bagaimana besarNya Kasih Tuhan kepada Habel, yang telah dibunuh oleh saudaranya sebagaimana penjelasan Alkitab kejadian 4 : 11-12.

Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila Engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.

Kita tidak bisa menafsirkan firman Tuhan di atas secara harfiah, mengingat terdapatnya pesan penting dibalik firman tersebut. Kain “terbuang jauh dari tanah” maknanya “orang yang penuh dengan hawa nafsu jauh dari sifat SABAR sebagaimana sifat tanah”. Semua manusia yang hidup berpotensi memiliki sifat SABAR, hanya saja sifat sabar itu terpendam jauh didalam diri manusia. Ini disebabkan karena firman menyebut “tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu dari tanganmu”. Itu sebabnya sifat sabar berada dibawah dan tersembunyi. Tidak mudah untuk menyebut seseorang memiliki sifat sabar. Ada rentang waktu yang panjang yang diwarnai oleh ujian dan pencobaan-pencobaan yang mesti dijalani atau dilalui oleh seseorang sebelum orang itu menyandang predikat sebagai orang yang sabar.

Acap kali manusia sulit membedakan antara “Sabar” dengan “Masa bodoh” sehingga manusia terjebak dengan sendirinya dalam upaya mencapai tingkat kesabaran. Meskipun manusia ingin berusaha mencapai kepada sifat sabar maka hasilnya tidak akan sepenuhnya bisa diperoleh sebab telah difirmankan “Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberi hasil sepenuhnya lagi kepadamu”. Mustahil manusia dapat disebut “SABAR” tanpa bantuan dan pertolongan Tuhan, oleh karena sifat sabar itu adalah sifat Tuhan. Orang yang sabar adalah orang yang dekat kepada Tuhan dan Tuhan dekat kepadanya karena sabar adalah sifatNya. Semua nabi-nabi dan rasul-rasul Tuhan, harus melalui perjalanannya masing-masing untuk sampai kesebuah terminal ahir yang disebut SABAR, setelah itu barulah Tuhan akan memberikan muji’zat kepadanya sebagai pembuktian akan kedekatan mereka.

Orang yang penuh dengan hawa nafsu adalah orang yang memiliki sifat terburu-buru dan tergesa-gesa sebab telah difirmankan “engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi”. Anda bisa menyaksikan sendiri bagaimana sifat orang yang penuh hawa nafsu. Orang itu tidak memiliki ketenangan, orang itu seperti seorang pengembara dan pelarian yang diburu-buru dan dikejar-kejar oleh musuh yaitu hawa nafsunya sendiri.

CLAUSUL PERJANJIAN ANTARA TUHAN DAN KAIN

Clausul perjanjian ini termuat didalam Alkitab Kejadian 4 : 13-16 sebagai berikut:

Kata Kain kepada TUHAN: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapanMu, seorang pelarian dan pengembara di bumi, maka barang siapa yang bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku”.

Firman Tuhan kepadanya: “Sekali-kali tidak!. Barang siapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat”. Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barang siapapun yang bertemu dengan dia. Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, sebelah timur Eden.

Karakter Kain yang ditonjolkan oleh Alkitab adalah sifatnya yang MELAWAN Tuhan, dengan cara MEMBANTAH perkataan Tuhan. Karakter Kain sama dengan karakter iblis yang ditonjolkan oleh alqur’an yaitu MELAWAN dengan cara MEMBANTAH perkataan Tuhan saat iblis diperintahkan bersujud kepada Adam.

Dalam kejadian awal, alqur’an menceriterakan karakter iblis dan malaikat sebagaimana terdapat pada ayat-ayat sebagai berikut:

  1. (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat “sujudlah kamu kepada Adam” maka sujudlah mereka kecuali iblis ia enggan dan takabur, dan ia termasuk golongan yang kafir (QS 2 : 34).
  2. (Ingatlah) tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, “sujudlah kamu semua kepada Adam”, lalu mereka sujud, kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah” (QS 17 : 61).
  3. Apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (Adam), dan sudah meniupkan kedalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud, “Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama (QS 15 : 29-30).
  4. Ingatlah ketika Kami berkata kepada malaikat, “sujudlah kamu kepada Adam” lalu mereka sujud, kecuali iblis adalah dia dari (golongan) jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. (QS 18 : 50).

Ummat islam keliru dalam memahami ayat-ayat di atas karena mereka menafsirkannya secara harfiah sehingga terekam dalam ingatan mereka bahwa malaikat dan iblis lebih dulu diciptakan Tuhan dari pada Adam. Setelah Adam diciptakan mereka diperintahkan untuk bersujud. Para malaikat menaati perintah dengan bersujud sedang iblis melawan perintah Tuhan. Ummat nasrani juga keliru karena menganggap iblis sebagai malaikat pembangkang, sementara jika kita kaji secara cermat dan mendalam tidak ada satupun firman Tuhan dalam alkitab yang menerangkan tentang kehadiran malaikat dan iblis dalam kejadian awal.

Ayat-ayat di atas tidak bisa ditafsirkan secara harfiah oleh karena terdapat pesan Tuhan yang bersembunyi dibalik firman. Sebutan malaikat pada hakekatnya Tuhan ingin berpesan bahwa Dia menciptakan SIFAT MENURUT dan sebutan iblis pada hakekatnya adalah SIFAT MELAWAN. Ketika Tuhan menciptakan sesuatu bersifat MELAWAN maka sesuatu itu harus MENURUT dengan terus menerus MELAWAN sampai dengan batas yang Dia Kehendaki dan apabila Tuhan menciptakan sesuatu dengan sifat MENURUT maka sesuatu itu harus MENURUT dengan terus menerus MENURUT sampai kapanpun. Itu berarti sifat MENURUT lebih dulu diciptakan Tuhan kemudian sifat MELAWAN oleh karena sifat MELAWAN harus MENURUT dengan cara MELAWAN.

Iblis MELAWAN, dengan argumentasi sebagai berikut:

  1. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu tidak sujud (kepada Adam) ketika Aku memerintahkanmu?”. Iblis menjawab “Aku lebih baik dari padanya. Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” (QS 7 : 12).
  2. Allah berfirman: “Hai iblis, apa sebabnya engkau tidak bersama mereka yang sujud”. Iblis berkata, “Aku tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau menciptakannya dari tanah liat kering, dan lumpur hitam yang diberi bentuk  (QS 15 : 32-33).
  3. Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada apa yang telah Aku ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu dari golongan yang tinggi?”. Iblis menjawab, “Aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api, dan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS 38 : 75-76).

Kita tidak bisa menafsirkan ayat di atas secara harfiah sebab secara logika mana mungkin Tuhan menciptakan sesuatu kemudian sesuatu yang diciptakannya itu hanya untuk melakukan  bantahan-bantahan terhadap diriNya?. Iblis menyebut dirinya diciptakan Tuhan dari api itu berarti iblis berada diatas oleh karena sifat api selalu mengarah keatas. Iblis BENAR kalau tidak mau sujud kepada tanah (Adam) mengingat tanah berada dibawah.

Alqur’an menyebut kata “iblis” untuk merahasiakan penciptaan Tuhan bahwa sesungguhnya yang dimaksud “iblis” pada ayat diatas adalah MATAHARI. Matahari adalah api yang sangat panas. Matahari harus MENURUT untuk terus menerus MELAWAN sampai hari kiamat tiba. Jika matahari tidak melawan maka bumi ini akan gelap gulita dan kehidupan di bumi tidak akan pernah ada. Adapun kata “para malaikat” pada ayat-ayat tersebut di atas adalah untuk merahasiakan penciptaan Tuhan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan kata “para malaikat” (Kata jamak) adalah Tuhan menciptakan BINTANG-BINTANG.

Manusia tidak akan mungkin mampu menatap (melawan) matahari oleh karena matahari bersifat MELAWAN. Akan tetapi jika anda menatap bintang-bintang di langit maka bintang-bintang itu seakan membalas tatapan anda dengan kedipannya. Itu disebabkan karena bintang-bintang bersifat MENURUT.

Alkitab juga merahasiakan kata “MATAHARI” tanpa alasan yang jelas. Ini dapat kita lihat pada kitab kejadian 1 : 14-16:

Berfirman Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda menerangi bumi. Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.

Kita bisa saksikan bersama bagaimana firman Tuhan di atas selalu menghindar untuk menyebut kata MATAHARI. Bukan hanya itu, bahkan sebutan kata BULAN juga dihindari oleh karena bulan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari cahaya matahari.

Meskipun alqur’an dan alkitab merahasiakan sifat melawan MATAHARI akan tetapi ada saja golongan manusia yang mampu menembus dinding rahasia ini. Mereka itu adalah orang-orang yang beragama shinto. Manusia Jepang adalah manusia yang memuja matahari. Mereka berkeyakinan bahwa kaisar (raja) mereka adalah titisan dewa matahari. Sejarah dunia mencatat bagaimana kuatnya Jepang, negara pulau kecil Asia dengan penduduk yang sedikit akan tetapi diera 1940-an mampu menguasai dan menjajah negara-negara di Asia Fasifik. Jepang bersekutu dengan Kanselir Jerman Adolf Hitler yang menguasai seluruh daratan Eropa. Hitler adalah seorang pemuja matahari. Jepang dan Jerman dikalahkan oleh pasukan sekutu dalam perang Dunia II yang membawa berkah tersendiri bagi negara-negara lain untuk merdeka, tentunya termasuk Indonesia. Meskipun Jepang kalah dan hancur akibat bom atom tentara sekutu yang meluluh lantakkan Nagasaki dan Hirosima akan tetapi sejarah menyaksikan betapa cepatnya Jepang bangkit dan bangun kembali. Ini semua dapat terjadi karena adanya spirit kekuatan “melawan” (matahari) didalam darah orang-orang berkebangsaan Jepang. Jepang adalah negara kreditor (pemberi pinjaman) terbesar bagi Indonesia sampai saat ini.

Ummat islam sangat mengenal adanya mahluk gaib yang bernama iblis, jin dan syetan akan tetapi mereka bingung dan tidak memahaminya. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah menciptakan ketiga mahluk tersebut. Tuhan hanya menciptakan sifat MELAWAN dalam wujud MATAHARI. Ayat-ayat alqur’an di bawah ini lebih memperjelas bahwa sebutan iblis dan jin awalnya adalah sifat “MELAWAN” (MATAHARI) sebagai berikut:

a.  IBLIS

1.  Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari syurga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”. (QS 15 : 34-35).

Maknanya: matahari akan tetap bersinar sampai hari kiamat tiba.

2.  Dia (Iblis) berkata, “ Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?. Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil”. (QS 17 : 62)

3.   Iblis berkata, “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di bumi, dan pasti aku akan menyesatkan semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis  diantara mereka”. (QS 15 : 39-40).

Makna kedua ayat tersebut: Semua manusia memiliki “SIFAT MELAWAN” kecuali orang yang ihlas. Yaitu mereka yang memiliki jiwa yang tenang.

4.  Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman. (QS 34 : 20).

Ayat 34 : 20 di atas tidak bisa diartikan secara harfiah. Ayat di atas justru menyimpulkan bahwa semua manusia menyangka bahwa iblis benar-benar ada dan iblis benar-benar pernah diciptakan Tuhan, kecuali sebagian orang yang beriman atau orang yang percaya kepada Legal Opinion ini bahwa IBLIS TIDAK ADA dan TIDAK PERNAH DICIPTAKAN TUHAN..

b.   JIN

1.   Ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat “sujudlah kamu kepada Adam”. Maka sujudlah  mereka, kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin. (QS 18 : 50).

Maknanya: iblis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jin. Mereka sama-sama memiliki “sifat melawan” yang diciptakan Tuhan dalam wujud matahari.

2.   Dan Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas. (QS 15 : 27).

3.   Dia menciptakan jin dari  nyala api. (QS 55 : 15)

Makna kedua ayat tersebut adalah: Tuhan menciptakan matahari (jin) dari api panas yang menyala-nyala. Kebenaran ini didukung oleh ilmu pengetahuan. Prominensa adalah salah satu ciri khas matahari, berupa bagian matahari menyerupai lidah api yang sangat besar dan terang yang mencuat keluar dari bagian permukaan serta seringkali berbentuk lop (putaran). Prominensa disebut juga sebagai filamen matahari karena meskipun juluran apinya yang sangat terang bila dilihat diangkasa yang gelap, namun tidak lebih terang dari keseluruhan matahari itu sendiri. Area terdalam matahari disebut Inti, memiliki suhu panas sekitar 15 juta derajat Celcius (27 juta derajat Fahrenheit).

Berdasarkan perbandingan/diameter, bagian Inti berukuran seperempat jarak  dari pusat ke permukaan dan 1/64 total volume matahari. Kepadatannya adalah 150g/cm3. Suhu dan tekanan yang sedemikian tingginya memungkinkan adanya pemecahan atom-atom menjadi elektron, proton dan neutron. Neutron yang tidak bermuatan akan meninggalkan inti menuju bagian matahari yang lebih luar. Sementara itu, energi panas didalam inti menyebabkan pergerakan elektron dan proton sangat cepat dan bertabrakan satu dengan yang lain menyebabkan reaksi fusi nuklir (sering juga disebut termonuklir). Inti matahari adalah tempat berlangsungnya reaksi fusi nuklir helium menjadi hidrogen. Energi hasil reaksi termonuklir di inti berupa sinar gamma dan neutrino memberi tenaga sangat besar sekaligus menghasilkan seluruh energi panas dan cahaya yang diterima di bumi. Energi tersebut dibawa keluar dari matahari melalui radiasi.

Radiasi matahari lebih dikenal sebagai cahaya matahari adalah campuran gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang elektromagnetik infra merah, cahaya tampak, sinar ultraviolet. Semua gelombang elektromagnetik ini bergerak dengan kecepatan 3,0×108 m/S.  Oleh karena itu radiasi atau cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk sampai ke bumi. Matahari juga menghasilkan sinar gamma, namun frekwensinya semakin kecil seiring dengan jaraknya meninggalkan inti.

Matahari adalah bola raksasa yang terbentuk dari gas hidrogen dan helium. Matahari termasuk BINTANG berwarna putih yang berperan sebagai pusat tata surya. Seluruh komponen tata surya termasuk 8 planet dan satelit masing-masing planet-planet kerdil, asteroid, komet dan debu angkasa berputar mengelilingi matahari. Disamping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan sumber energi untuk kehidupan yang berkelanjutan. Panas matahari menghangatkan bumi dan membentuk iklim, sedangkan cahayanya menerangi bumi serta dipakai oleh tumbuhan untuk proses fotosintetis. Tanpa matahari, tidak ada kehidupan di bumi karena banyak reaksi kimia yang tidak dapat berlangsung.

4.   Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. (QS 72 : 8)

Maknanya: Posisi matahari ditempat yang sangat tinggi akan tetapi belum mencapai langit.

5.  Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (QS 72 : 9).

Maknanya: Matahari (jin) mengetahui hakekat dirinya dan tujuan Tuhan menciptakannya.

6.   Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan diantara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS 72 : 11).

Maknanya: Semua manusia memiliki sifat melawan hanya saja tingkatannya yang berbeda-beda.

7.  Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan nyang lurus. (QS 72 : 14)

Maknanya: Manusia yang memiliki sifat melawan ada yang beragama islam ada juga yang bukan orang islam.

8.  Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya, hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (QS 72 : 19).

Maknanya: Banyaknya manusia yang memiliki sifat melawan sampai-sampai mereka berdesak-desakan mengelilingi nabi Muhammad saat nabi bersembahyang.

9.  Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan alqur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah  selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (QS 46:29).

Maknanya: Rombongan manusia yang memiliki sifat melawan memperhatikan dengan seksama saat alqur’an dibacakan oleh nabi lalu mereka kembali kepada kaumnya (kelompoknya atau suku-sukunya atau kerabat keluarganya) untuk mengabarkannya.

10.  Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (alqur’an)”, lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan alqur’an yang menakjubkan”, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali  tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami.. (QS 72 : 1-2)

11.  Dan sesungguhnya kami tatkala mendengarkan petunjuk (alqur’an), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan (QS 72 : 13).

Makna kedua ayat tersebut adalah: Sekelompok manusia yang memiliki sifat melawan dimasa hidupnya nabi Muhammad telah tunduk dan menerima kebenaran alqur’an.

12.   Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (QS 27 : 39).

Maknanya: Ifrit adalah penamaan segolongan manusia yang memiliki sifat melawan dan penyembah berhala dimasa nabi Sulaiman.

13.   Dan bahwasanya ada beberapa orang lelaki dari manusia meminta perlindungan kepada beberapa lelaki diantara jin, maka jin-jin menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS 72 : 6).

Maknanya: Laki-laki penakut/pengecut berlindung kepada laki-laki yang memiliki sifat melawan lebih kuat yang menyebabkan laki-laki itu semakin merasa hebat dan besar kepala. Contoh: laki-laki yang berlindung  kepada preman, centeng, jawara atau aparat/oknum polisi dan tentara.

14.     Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman) “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya  kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”. Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian kami telah dapat kesenangan dari sebagian (yang lain), dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”, Allah berfirman, “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS 6 : 128).

Maknanya: Dihari kebangkitan; manusia telah dipisahkan dengan sifat melawannya (jin). Jika (sifat melawan) yang diciptakan dari api akan disatukan kembali keasal penciptaannya yaitu api (neraka). Setelah itu manusia menantikan keputusan Sang Pencipta. Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.

15.   Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepada kamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberimu peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?. Mereka berkata “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS 6 : 130).

Maknanya: Manusia yang tetap memiliki sifat melawan sampai hari kiamat akan dinamakan jin. Ciri-cirinya manusia itu terlalu mengejar kehidupan dunia dengan cara berlebih-lebihan dan melampaui batas. Manusia yang telah dipisahkan sifat melawannya dengan dirinya sebelum hari kiamat akan disebut sebagai manusia. Ciri-ciri manusia ini lebih mengharapkan perjumpaannya dengan Tuhan dibanding kesenangan kehidupan dunia yang menipu.

Legal Opinion ini menempatkan alqur’an dan alkitab sebagai dasar hukum dalam memberi pendapat hukum. Dari seluruh ayat-ayat alqur’an tentang iblis dan jin dapat disimpulkan tidak terdapat dasar hukum yang kuat untuk menyebut bahwa Tuhan pernah menciptakan iblis dan jin. Bila manusia tetap beranggapan bahwa Tuhan menciptakan iblis dan jin terhitung sejak Legal Opinion ini disampaikan maka anggapan atau pendapat/pemahaman dan atau perkataan manusia tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum dalam pasal melakukan perkataan (perbuatan) yang tidak menyenangkan terhadap Tuhan.

Manusia  hususnya (ummat islam) tentu saja memahami bahwa iblis dan jin adalah mahluk hina, kotor, menjijikkan dan menyesatkan. Pertanyaannya; apakah pantas tangan Tuhan bekerja untuk menciptakan mahluk seperti itu?. Wajarkah mahluk seperti itu pernah berada di hadapan Tuhan Yang Maha Suci?. Jagalah mulut anda bung!. Mulutmu adalah harimaumu. Jangan dengar dan jangan percaya dengan apa yang dikatakan oleh ustaz, kiyai, ulama, pendeta dan pastor. Mereka tidak tahu apa-apa TENTANG RAHASIA PENCIPTAAN TUHAN. Celakanya lagi, mereka itu akan cuci tangan melepas tanggungjawab dengan balik menuduh kalian bahwa kalianlah yang bodoh karena mau mempercayai perkataan mereka.

Iblis dan jin tidak pernah ada karena tidak pernah diciptakan Tuhan. Pada kejadian awal, Tuhan hanya menciptakan SIFAT MENURUT. Wujud sifat menurut adalah penciptaan BINTANG-BINTANG. Sifat menurut dalam wujud bintang-bintang dirahasiakan Tuhan dalam ungkapan kata “para malaikat”. Malaikat pada waktu itu belum ada, karena memang belum diciptakan!. Setelah sifat menurut diciptakan, Tuhan menciptakan lagi SIFAT MELAWAN. Wujud sifat melawan adalah penciptaan MATAHARI. Ilmu pengetahuan mengatakan; matahari termasuk bintang berwarna putih yang berperan sebagai pusat tata surya. Pendapat itu benar, karena matahari (sifat melawan) diciptakan Tuhan dari bintang (sifat menurut). Sifat melawan dalam wujud matahari dirahasiakan Tuhan dalam ungkapan kata “iblis adalah golongan jin”, maksudnya tingkatan panasnya matahari (api). Matahari yang baru terbit dan matahari yang akan terbenam tingkatan panas apinya dapat ditahan oleh manusia, derajat panasnya dirahasiakan dalam kata “iblis” sedangkan panas teriknya matahari disiang bolong, derajat panasnya dirahasiakan dalam kata “jin”.

Seluruh manusia memiliki SIFAT MENURUT dan SIFAT MELAWAN didalam dirinya. Kebenaran universal ini dapat dibuktikan dalam keadaan kita sehari-hari. Apabila malam tiba, ketika BINTANG-BINTANG berkedap-kedip diangkasa adalah pertanda waktu bahwa manusia HARUS MENURUT. Entah jam berapa rasa kantuk mendera anda, yang pasti anda harus tidur!. Kenapa anda harus tidur?. Karena anda menurut. Jika anda melawan untuk tidak tidur beristirahat maka anda akan merusak kesehatan diri anda sendiri. Apabila MATAHARI telah terbit di ufuk timur maka itulah pertanda anda harus bangun dan bangkit dari tidur. Entah jam berapa, yang pasti anda harus bangun. Kenapa anda harus bangun?. Karena anda MENURUT. Anda menurut untuk MELAWAN. Bangkit untuk melakukan aktivitas sehari-hari adalah pencerminan dari SIFAT MELAWAN yang anda punyai.

Yang pertama diciptakan Tuhan adalah SIFAT MENURUT. Tuhan merahasiakanNya dalam sebutan “malaikat”. Wujud “sifat menurut” adalah BINTANG-BINTANG. Dari sifat menurut, Tuhan menciptakan “SIFAT MELAWAN”. Tuhan merahasiakanNya dalam sebutan  iblis dan jin. Wujud “sifat melawan” adalah MATAHARI. Tuhan menciptakan sifat melawan bukan untuk melawan Tuhan. Adalah sebuah kemustahilan dan tidak rasional jika yang diciptakan akan melawan Yang Menciptakan. Sifat MELAWAN diciptakan Tuhan untuk MENURUT kepada Tuhan karena sifat MELAWAN diciptakan dari sifat MENURUT. Karena itu MATAHARI adalah bagian yang tidak terpisahkan dari BINTANG.

Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah obyek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).

Menurut ilmu astronomi, defenisi bintang adalah: semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. BINTANG terdekat dengan bumi adalah MATAHARI pada jarak sekitar 149.680.000 kilometer.

Karena jaraknya yang sangat jauh, semua bintang (kecuali matahari) hanya tampak sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfir bumi. BINTANG terdekat dengan MATAHARI adalah Proxima Centauri, berjarak 39,9 triliun (1012) kilometer, atau 4,2 tahun cahaya. Cahaya dari Proxima Centauri memakan waktu 4,2 tahun untuk mencapai bumi. Jarak ini adalah jarak antar bintang tipikal didalam sebuah piringan galaksi. Bintang-bintang dapat berada pada jarak yang lebih dekat satu sama lain di daerah sekitar pusat galaksi dan di dalam gugus bola atau pada jarak yang lebih jauh di halo galaksi. Karena kerapatan yang rendah didalam sebuah galaksi, tumbukan antar bintang jarang terjadi. Namun di daerah yang sangat padat seperti di inti sebuah gugus bintang atau lingkungan sekitar pusat galaksi tumbukan dapat sering terjadi. Astronom memperkirakan terdapat 70 sekstillun (7×1022) bintang diseluruh alam semesta yang teramati. Ini berarti 70.000.000.000.000.000.000.000. bintang atau 230 milyar kali banyaknya bintang di galaksi bima sakti yang berjumlah 300 milyar.

Bintang-bintang telah menjadi bagian dari setiap kebudayaan. Bintang-bintang digunakan dalam praktek keagamaan, dalam navigasi dan bercocok tanam. Kalender Gregorian, yang digunakan hampir disemua bagian dunia, adalah kalender matahari, mendasarkan diri pada posisi bumi relatif terhadap bintang terdekat, matahari.

Apakah tidurnya manusia dimalam hari untuk beristirahat dan bangunnya disiang hari untuk beraktivitas, terjadi begitu saja?. Tidak!, semua itu disebabkan karena diciptakan oleh Tuhan Yang Penuh Kasih. Dia-lah Yang menciptakan malam lebih dahulu kemudian siang, sebagaimana firmanNya dalam alkitab, kitab Kejadian 1 : 1-2:

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi . Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Firman di atas menjelaskan kepada kita bahwa malam (gelap gulita) lebih dahulu yang diciptakan Tuhan kemudian siang. Itu berarti SIFAT MENURUT lebih dahulu diciptakan kemudian dari sifat menurut diciptakan SIFAT MELAWAN agar sifat melawan tetap menurut kepada Tuhan.

Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (Kejadian 1 : 3-5).

Untuk membuktikan bahwa gelap gulita lebih dulu lalu siang atau sifat menurut lebih dulu diciptakan kemudian sifat melawan kita dapat lihat pada keadaan bayi yang ada dalam kandungan. Meskipun bayi itu memiliki mata akan tetapi matanya terpejam. Bayi tertidur terus (malam/gelap gulita). Keadaan itu adalah saat dimana bayi menerima SIFAT MENURUT. Ketika bayi telah lahir, bayi itu menangis. Tangisan bayi menandakan bahwa sibayi telah mendapatkan SIFAT MELAWAN. Beberapa hari kemudian, mata sibayi dapat melihat keadaan terang di sekelilingnya. Bayi akan tersenyum karena ternyata terang itu baik.

Cakra Ningrat berpendapat; iblis dan jin tidak ada karena memang tidak pernah diciptakan Tuhan. Malaikat juga tidak ada karena memang belum diciptakan Tuhan. Itu berarti tidak ada saksi yang pernah menyaksikan Tuhan atau tidak ada saksi yang mengetahui Tuhan, termasuk ketika Tuhan menciptakan semuanya. Adam dan Hawa juga tidak pernah melihat dan menyaksikan Tuhan. Karena mereka tidak pernah melihat dan menyaksikan Tuhan berarti mereka tidak mengetahui wujud Tuhan. Dialog-dialog antara Tuhan dengan Adam dan Hawa adalah dialog yang berkaitan dengan apa yang akan diciptakan Tuhan. Kalaupun dialog-dialog itu benar adanya maka Adam dan Hawa hanya mendengar suara tanpa menyaksikan wujud nyata sumber suara (Tuhan).

Tuhan sangat menjaga rahasia diriNya sebab bila ada yang pernah melihat atau mengetahui diriNya, maka sifat Maha Suci-Nya akan gugur dengan sendirinya. Legal Opinion ini hanya sebatas mengungkap fakta-fakta hukum yang berkaitan dengan apa yang Dia ciptakan yang selama ini merupakan rahasia yang terjaga, karena fakta-fakta ini berkaitan dengan diriNya sendiri. Mengetahui rahasia penciptaan awal berarti dekat dengan sumber segala penciptaan yakni Tuhan.

Pada awalnya adalah Tuhan. Dia ada dengan sendiriNya, sebab itu Dia tidak Bernama. Dia berwujud. Dan wujudNya adalah laki-laki Yang Maha Sempurna. Maha Pandai. Maha Kuat. Maha Perkasa. Dia menutup diriNya dengan pakaian. PakaianNya itu disebut IHRAM. Dia Maha Mulia. Warna pakaianNya adalah putih. Dia Maha Bersih. Dia Maha Suci. Dia Maha Agung. Tuhanku Sangat Sederhana. Dia Maha Sabar.

Setelah Tuhan ada, maka bayanganNya juga ada. Tuhan memberi nama bayanganNya itu Dengan Nama “Allah”. Bayangan Tuhan tidak berwujud akan tetapi hidup. Karena bayangan Tuhan hidup meski tidak berwujud maka disebut Roh Allah. Roh Allah memiliki sifat yaitu MENURUT kepada Tuhan. Alqur’an menyebut Roh Allah sebagai Arasy dan Tuhan berada di atas Arasy.

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya (singgasana-Nya) di atas air (QS 11 : 7).

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1 : 1-2)

Kanonisasi alkitab dibuka dengan kitab kejadian 1 : 1-2 untuk menggambarkan penciptaan awal yang sangat rahasia dimana bumi belum berbentuk dan kosong, keadaan gelap gulita yang menutupi samudera raya dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Alqur’an menggambarkan keadaan rahasia ini dengan mengatakan Arasy-Nya berada di atas air.

Ummat islam mengetahui bahwa Arasy adalah singgasana Tuhan. Mereka meyakini bahwa Arasy di atas langit ketujuh di atas Sidratul Muntaha tempat nabi Muhammad menerima perintah shalat ketika beliau mi’raj. Ketahuilah bahwa Arasy pernah berada di bumi, di atas air ketika langit dan bumi masih satu. Ketahuilah bahwa alqur’an dan alkitab saling menerangi karena kedua kitab itu berasal dari Tuhan Yang Satu.

Air tidak dapat diartikan secara harfiah semata oleh karena air adalah sumber hidup yang menghidupkan. Tuhan menciptakan dengan perantaraan Arasy atau Roh Allah agar yang diciptakan itu menjadi hidup dan nyata.

Apakah orang-orang yang ingkar tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulu keduanya menyatu lalu Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman? (QS 21 : 30).

Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan perantaraan Allah-Nya yang menurut kepada Tuhan oleh karena itu segala yang diciptakanNya harus memiliki SIFAT MENURUT.

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh”. (QS 41 :11).

Ayat di atas tidak bisa diartikan secara harfiah, kalimat “kami datang dengan patuh” harus diartikan sebagai SIFAT MENURUT.

Dia yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy (QS 25 : 59).

Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy (QS 32 : 4).

Alqur’an tidak menjelaskan kepada kita apa saja yang Tuhan ciptakan selama enam masa dalam penciptaan langit dan bumi serta apa saja yang ada diantara  keduanya. Alkitab menerangi kita dengan firman Allah bahwa rangkaian-rangkain penciptaan selama enam masa (hari) adalah sebagai berikut:

Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang”. Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada dibawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering”. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi”. Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi”. Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah dalam air berkeriapan mahluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala”. Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis mahluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah  serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak”. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.

Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis mahluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar”. Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”.

Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji diseluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang  bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya”.  Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1 : 3-31)

Alkitab telah menjelaskan berbagai hal penciptaan selama enam masa (hari) sebagaimana firman tersebut di atas.

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah” Lalu jadilah ia. (QS 2 : 117)

Dan Dialah yang menciptkan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataanNya diwaktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS 6 :73).

Firman didalam alkitab dan alqur’an tidak bisa diartikan secara harfiah. Dalam kalimat “jadilah” LALU “terjadilah”, harus menjadi perhatian kita pada kata penghubung “lalu”. Kata “lalu” adalah predikat yang menghubungkan antara subyek dan obyek. Kata “lalu” harus ditafsirkan sebagai SIFAT MENURUT. Obyek apapun yang hendak diciptakan Tuhan maka obyek harus menurut pada subyek tersebut.

Subyek yang hendak diciptakan Tuhan telah tersusun dengan baik selama enam masa (hari) dan pada hari ketujuh Tuhan beristirahat.

Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. (Kejadian 2 : 2)

Apakah benar Tuhan beristirahat?. Kata “beristirahat” hanya untuk mengaburkan rahasia Tuhan bahwa yang terjadi dibalik kata “istirahat” justru saat dimulainya aktivitas sifat menurut. Subyek penciptaan adalah Allah dengan kata lain Allah adalah SEBAB penciptaan. Setiap fase penciptaan selama enam masa (hari) alkitab membukanya dengan kalimat “Berfirmanlah Allah”. Kalimat ini terus menerus diulangi sebanyak sepuluh kali. Apakah penciptaan telah terjadi?. Belum!. Penciptaan belum terjadi. Semua yang difirmankan Allah masih sebatas ranah HUKUM SEBAB. Hukum AKIBAT belum terjadi. Hukum sebab adalah GAIB. Disebut Gaib karena belum terjadi dan Hukum Akibat adalah NYATA. Disebut Nyata karena sudah terjadi. Fakta ini dipertegas pada Kanon berikutnya:

Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu. (Kejadian 2 : 5).

Kita dapat menyaksikan sebuah fakta hukum bahwa alkitab untuk pertama kalinya menggunakan kata sambung “TUHAN Allah”. Ini adalah “Kata kunci” bahwa TUHAN-lah Sang Pencipta Hukum SEBAB. Oleh karena rumitnya dan beraneka ragamnya serta panjangnya mata rantai kait mengait antara satu dengan lainnya rencana penciptaan yang dikehendaki Tuhan maka seluruhnya dihimpun didalam satu kata yang disebut ALLAH. Allah adalah SEBAB penciptaan BUKAN pencipta SEBAB. Allah penyebab AKIBAT akan tetapi BUKAN pencipta AKIBAT. Allah BUKAN Tuhan!. Tuhan adalah Tuhan!.

Tuhan dengan kalimat terselubung mangatakan “belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang. Sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu”. Kita tidak bisa menafsirkan secara harfiah firman tersebut oleh karena dibalik firman itu, Tuhan  menyampaikan fakta hukum bahwa belum ada yang hidup dengan kata lain belum ada kehidupan akan tetapi TANAH sudah diciptakan. Pertanyaannya dari manakah awal penciptaan Tanah?.

Firman selanjutnya:

tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu-ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup (Kejadian 2 : 6-7)

Kita tidak bisa terlena dengan firman di atas tanpa berusaha memikirkannya. Bagaimana mungkin kabut bisa naik ke atas tanpa ada yang menyebabkannya lagi pula “atas” dan “bawah” belum ada mengingat langit dan bumi masih menjadi satu, Firman di atas tidak ada bedanya dengan firman Tuhan dalam alqur’an QS 41 : 11.

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi; “Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa. “Keduanya menjawab, “kami datang dengan patuh”.

Alkitab menyebut “kabut” dan alqur’an mengatakan “asap” Pertanyaannya; dari manakah kabut dan asap berasal?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Dalam alqur’an dikatakan:

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ArasyNya (SinggasanaNya) di atas air (11:7).

Alkitab menjelaskan:

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1 : 1-2).

Dari kedua firman tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang pertama-tama diciptakan Tuhan adalah AIR. Logika kita tentu saja akan mempertanyakan dari manakah air itu berasal?. Perhatikan dan cermatilah firman Tuhan dalam alqur’an surah Al-Anbiya (QS 21 : 30 – 35) sebagai berikut:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebanar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Ummat islam mengenal dan meyakini adanya nabi yang bernama nabi Hidir. Nabi ini tidak diketahui sejarah hidupnya dan dimana keberadaannya. Dia dikenal sebagai NABI-NYA AIR. Oleh karena air ada dimana-mana maka nabi ini ada dimana-mana. Cakra Ningrat akan menulis artikel husus untuk mengungkap misteri YANG MULIA NABI HIDIR. Nabi yang diciptakan Tuhan, bersamaan saat Tuhan menciptakan air. Ada dua fakta hukum tentang jati diri beliau yang dapat kami kemukakan yaitu:

1.    Peristiwa banjir Nuh dapat terjadi karena Tuhan memerintahkan nabi Hidir, nabi yang menguasai air untuk membuka pintu-pintu air agar air dapat menenggelamkan bumi.

2.    Peristiwa munculnya mata air zam-zam di Mekkah yang sampai saat ini airnya mengalir terus menerus oleh karena Tuhan memerintahkan nabi penguasa air untuk memunculkan mata air tersebut.

Air adalah sumber utama kehidupan. Dua pertiga bumi ini dipenuhi oleh air. Sungguh betapa berbahayanya manusia jika menyepelekan nabi “Sang Penguasa Air” ini. Nabi ini adalah nabi gaib sebagaimana gaibNya Allah. Jika air adalah wujud Allah maka nabi ini dinamakan Allah karena nabi ini ada dalam wujud air. Oleh karena Allah tidak dapat dilihat (gaib) maka nabi ini tidak dapat di lihat (gaib). Bila mana nabi ini berwujud nyata, sama bentuknya dan sebagaimana manusia biasa dan dapat di lihat dan diketahui oleh manusia maka nabi ini akan disebut sebagai ARASY. Arasy artinya “Singgasana” Tuhan.

Legal Opinion ini berpendapat; BUKAN Yesus Kristus, bukan pula Imam Mahdi dan Isa Almasih yang akan muncul diahir zaman oleh karena manusia sudah mengenal nama-nama itu. Logikanya sangat sederhana; dengan cara apa mereka menyebut dirinya dan dengan cara bagaimana manusia bisa mengenalnya?. Dapat dipastikan nama-nama itu hanya akan menimbulkan polemik yang berkepanjangan, perdebatan dan perbedaan pendapat yang tak berkesudahan. Nama-nama suci itu hanya akan menjadi sumber keonaran, keributan yang menyebabkan manusia justru saling bermusuh-musuhan bahkan saling berbunuh-bunuhan.

Cakra Ningrat berpendapat; sosok yang akan muncul (atau telah muncul) adalah sosok NABI HIDIR. Alqur’an dan alkitab menyebut Dia sebagai AIR. Ummat islam mengenal Dia sebagai Nabi-Nya Air. Nabi ini tidak pernah memiliki jasad. Apabila nabi ini telah berjasad seperti manusia pada umumnya maka nabi ini disebut ROH ALLAH YANG NYATA atau ARASY YANG NYATA. Nabi ini tidak “bersembunyi” (TIDAK “PININGIT”). Tuhan menempatkan nabi-Nya ini sebagai SEBAB agar AKIBAT dapat tercipta. Segala akibat yang akan tercipta adalah PENCIPTAAN TUHAN YANG KEDUA.

Cakra Ningrat tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang apa saja yang masuk dalam kategori “Penciptaan Tuhan Yang Kedua”.  Pengetahuan kita hanya sebatas menelusuri rahasia Penciptaan Tuhan Yang Pertama melalui alqur’an dan alkitab kemudian mengungkapnya dalam bantuk tulisan artikel agar dapat kita ketahui bersama.

1.    BINTANG

Tuhan menempatkan Roh Allah yang pertama-tama sebagai SEBAB dan Air sebagai AKIBAT. Karena Roh Allah bersifat menurut kepada Tuhan maka akibat yang tercipta Air memiliki sifat menurut. Selanjutnya Tuhan menciptakan SIFAT MENURUT dalam wujud BINTANG-BINTANG. Tuhan menciptakan Bintang sangat banyak sekali. Astronom memperkirakan jumlahnya sekitar 70 sikstillun (7×1022). Jumlah ini setara dengan jumlah penciptaan yang dikehendaki Tuhan.

Tuhan hanya memulai dalam penciptaan pertama yang akan terangkum dalam satu kata yaitu SEBAB. Penciptaan selanjutnya diserahkan kepada manusia untuk mewakili Tuhan. Contoh yang paling sederhana adalah arloji yang kita kenakan. Ada berapa macam merk arloji, jenis, ukuran dan modelnya. Siapakah yang menciptakan arloji tersebut?. Tentu anda mengatakan manusia. Benar, akan tetapi jangan anda lupa bahwa jauh sebelum manusia menciptakan arloji, Tuhan sudah memasukkan arloji dengan segala macam merk, model dan jenisnya di dalam wujud bintang-bintang yang sangat banyak itu. Sangat banyak diciptakan manusia sebagaimana banyaknya rencana penciptaan Tuhan dalam wujud bintang-bintang tersebut. Manusia menerima ide-ide penciptaan dengan perantaraan bintang di langit. Semua penciptaan yang dilakukan oleh manusia dan sudah tidak digunakan lagi; sebagai contoh kereta kuda (delman) yang sudah digantikan dengan mobil maka bintang “kereta kuda” disebut sebagai bintang semu atau bintang yang tidak menghasilkan cahayanya sendiri. Saat pertama kali diciptakan Tuhan, bintang belum berada di ketinggian akan tetapi bintang berada di atas permukaan air. Energi pertama yang diperoleh bintang adalah energi yang berasal dari air. Bintang mulai meninggi saat matahari telah diciptakan.

2.    MATAHARI

Setelah SIFAT MENURUT dalam wujud BINTANG-BINTANG tercipta maka Tuhan menciptakan SIFAT MELAWAN dalam wujud MATAHARI yang sumber penciptaannya dari SIFAT MENURUT, oleh karena itu matahari disebut juga sebagai BINTANG. Matahari adalah api yang amat sangat panas. Inti matahari memiliki suhu 15 juta derajat Celcius atau 27 juta derajat Faranheit. Saat pertama kali diciptakan posisi matahari berada di atas dan menyatu dengan permukaan air.

3.    TANAH

Tuhan memerintahkan MATAHARI untuk MELAWAN AIR. Air yang ada disamudera raya mendidih. Kita tidak tahu berapa luasnya areal yang terkena titik didih matahari pada awalnya. Areal itu mengering, memadat dan membatu yang pada ahirnya tercipta TANAH yang ikutannya adalah GUNUNG-GUNUNG. Segala mineral-mineral alam termasuk segala kandungan logam yang terdapat di dalam perut bumi adalah akibat terjadinya pembakaran oleh matahari.

4.    LANGIT

Perlawanan matahari terhadap air menimbulkan ASAP yang sangat banyak. Asap inilah yang menjadi dasar penciptaan LANGIT

5.    UDARA

Pembakaran yang dilakukan matahari terhadap air menghasilkan UAP AIR. Uap inilah yang menjadi dasar terciptanya UDARA.

Roh Allah (Arasy), Allah dalam wujud air dan bintang-bintang; ketiganya memiliki sifat menurut. Tuhan akan menggenapkan yang tiga ini menjadi empat. Pemilik sifat menurut keempat adalah sebuah alam yang disebut alam barzah. Tuhan menempatkan roh-roh manusia yang sudah mati di alam itu. Alam itu diciptakan Tuhan setelah peristiwa banjir semesta. Kita akan saksikan bersama bagaimana Tuhan menciptakan alam itu dalam artikel “Perjanjian Tuhan Dengan Nuh, Hud dan Saleh”.

Tanah, Udara dan Langit; ketiganya TIDAK MEMILIKI SIFAT. Tuhan akan menggenapkan yang tiga ini menjadi empat dengan menciptakan Adam. Tuhan mengambil tanah untuk menciptakan tubuh Adam. Udara untuk jalur keluar-masuknya nafas dan langit untuk akal-fikirannya. Saat pertama kali diciptakan dari tanah Adam masih seperti sebuah gambar berbentuk patung dengan rupa wajah sebagaimana yang diinginkan Tuhan. Belum bernafas dan belum memiliki darah. Tentu saja Adam tidak memiliki sifat.

ROH

Dalam alqur’an difirmankan:

Apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (Adam), dan sudah meniupkan roh (Ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud, “Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama”. (QS 15 : 29-30).

Firman di atas tidak bisa diartikan secara harfiah oleh karena ada rahasia penciptaan lain di balik firman tersebut. Ada empat makna yang penting kita ketahui yaitu:

a.    “Apabila Aku telah menyempurnakan kejadian (Adam)”. Awalnya Adam hanya sebuah patung yang Tuhan bentuk dari tanah. Patung itu diberi gambar dan rupa sebagaimana yang diinginkan Tuhan. Patung itu tidak hidup. Tidak bergerak dan belum bisa digerakkan oleh Tuhan. Andaikan tanah MEMILIKI SIFAT, entah SIFAT MENURUT atau SIFAT MELAWAN tentu saja patung itu bisa digerakkan oleh Tuhan entah patung itu menurut atau melawan sebagaimana bintang dan matahari yang dapat saja dengan mudah digerakkan.

b.    “Meniupkan roh (Ciptaan)-Ku”. Apakah Roh Allah yang ditiupkan?. Bukan!. Roh Allah memiliki sifat menurut tidak boleh ditiupkan kedalam patung tanah yang tidak memiliki sifat. Roh yang ditiupkan ubun-ubun di kepala patung tanah Adam adalah Roh yang Tuhan Ciptakan dari Langit yang tidak memiliki sifat. Roh itu bentuknya seperti asap berwarna putih bersih. Asap itu sebagai akibat dari pembakaran matahari terhadap air saat tanah diciptakan.

Roh Ciptaan Tuhan  tersebut memiliki fungsi sebagai akal fikiran manusia. Dengan kekuatan akal dan fikirannya kelak manusia akan mampu menembus ruang angkasa. Diawal penciptaan tentu saja Adam tidak secerdas manusia sekarang oleh karena ukuran otak manusia saat pertamakali diciptakan masih sangat kecil, sederhana dan terbatas.

c.    Roh Ciptaan Tuhan yang berfungsi sebagai akal-fikiran manusia yang ditiupkan melalui ubun-ubun patung Adam DIGENAPKAN dengan terciptanya ANGIN. Bila manusia telah mati maka Roh keluar dari jasadnya, Roh itu akan dijemput oleh angin kemudian angin akan mengantar roh itu menuju ke alam barzah. Pemahaman manusia selama ini bahwa roh orang yang mati akan dijemput oleh malaikat adalah pemahaman yang keliru. Cakra Ningrat berpendapat; sifat yang dimiliki oleh “angin” sama dengan sifat yang dimiliki oleh malaikat yakni “sifat menurut”. Iman islam meyakini adanya malaikat yang menjemput nyawa seseorang bila orang itu akan memenuhi ajalnya. Cakra Ningrat berpendapat “malaikat” yang dimaksudkan tersebut adalah “angin” yang memiliki sifat sama dengan malaikat yakni “sifat menurut”. Malaikat terlalu sangat suci untuk berinteraksi langsung dengan manusia yang penuh nafsu.

d.    “Maka bersujudlah para malaikat itu bersama-sama”. Bukan malaikat yang bersujud kepada patung Adam akan tetapi bintang-bintang yang harus bersujud. Bintang-bintang tidak bersujud akan tetapi menurut sebagaimana sifatnya yang menurut sebab Tuhan berkehendak bahwa nantinya manusia yang akan melanjutkan ide-ide penciptaan dengan menggunakan akal-fikiran yang telah Tuhan tiupkan.

Patung Adam belum dapat dikatakan hidup meskipun Roh telah ditiupkan kepadanya. Tuhan masih harus memberinya nafas hidup.

NAFAS HIDUP

Difirmankan dalam alkitab:

Tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup (Kejadian 2 : 6-7).

Kita tidak bisa menafsirkan firman di atas secara harfiah oleh karena terdapat rahasia penciptaan dibalik firman. Kata “kabut” dan kata “debu” pada hakekatnya sama saja. Kedua kata itu digunakan didalam firman guna menyembunyikan rahasia Penciptan Tuhan.

Kabut atau debu memiliki makna sebagai udara. Udara berasal dari uap air yang mendidih akibat pemanasan yang dilakukan oleh matahari terhadap air yang menyebabkan terciptanya tanah. Tuhan mengambil sedikit udara kemudian dihembuskan ke dalam hidung patung Adam sebagai nafas hidup maka hiduplah Adam. Manusia yang hidup adalah manusia yang memiliki nafas. Nafas akan terhenti dengan sendirinya apabila tidak ada udara (oksigen). Manusia akan mati apabila tidak mendapat oksigen (udara) oleh karena nafas hidup diciptakan Tuhan dari sebab adanya udara.

Meskipun patung Adam telah diisi nafas hidup dan dinyatakan hidup akan tetapi patung itu belum dapat dikatakan sebagai manusia oleh karena patung itu belum bisa bergerak, berbicara dan melihat oleh karena Tuhan belum mengisi darah di dalam diri patung tersebut.

DARAH

Difirmankan dalam alqur’an:

Ingatlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS 2 : 30).

Kita tidak bisa menafsirkan firman di atas secara kharfiah yang menggambarkan suatu suasana dialogis antara Tuhan dengan malaikat. Malaikat tidak ada karena belum diciptakan Tuhan dan dialog tersebut juga tidak pernah terjadi. Dalam melakukan Penciptaan Awal, Tuhan hanya sendiri. Dia Tunggal. Dia Esa. Dia tidak memiliki saksi yang menyaksikan Dia Mencipta. Dia tidak memiliki sekutu dalam segala penciptaanNya.

Akan tetapi, disaat-saat waktu menjelang ahir zaman ini, Dia ingin memilih dan mengambil saksi-saksi atas diriNya. Dengan perantaraan tulisan tangan (Cakra Ningrat) ini, Dia ingin kita dapat menerima, mengerti dan memahami bagaimana sistematika perencanaan dan penciptaanNya. Mata kita tidak perlu melihat Dia akan tetapi akal-fikiran kita perlu mengetahui Dia. Dia Tahu bahwa akal-fikiran kita memiliki kekuatan yang dapat menembus langit. Sebab Dia yang menciptakan akal-fikiran kita dari dzat yang sama dengan dzat yang Dia gunakan ketika menciptakan langit. Hanya dengan akal, kita dapat menembus langit guna mengetahui rahasia penciptaanNya yang selama ini Dia jaga kerahasiaanNya.

Anda dapat menyaksikan saat matahari terbit atau terbenam, matahari itu berwarnah merah. Seperti itulah ketika Tuhan pertama kali menciptakannya, kemudian matahari diperintahkan berada di permukaan air dan melawannya. Tentu saja air berubah menjadi warna merah karena tidak kuat menghadapi sifat melawan matahari. Air yang memerah inilah yang Tuhan jadikan sebagai DARAH. Darah yang mengalir di dalam tubuh manusia memiliki SIFAT MELAWAN, sama dengan sifat yang dimiliki oleh matahari. Tanpa matahari tidak ada kehidupan, tanpa darah semua manusia akan mati.

Dimasa Musa, Tuhan pernah menurunkan TULAH DARAH. Seluruh air yang ada di sumur-sumur, sungai-sungai dan lautan berubah menjadi darah. Tulah itu merupakan penggenapan dari air yang berubah menjadi merah saat Tuhan pertamakali menciptakan darah. Tuhan mengabadikan peristiwa Tulah Darah dengan nama sebuah laut yang disebut sebagai LAUT MERAH (RED SEA), agar manusia bisa memahami bagaimana cara Tuhan menciptakan darah kita. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana cara Tuhan memasukkan darah kedalam tubuh patung Adam . Pengetahuan kita sebatas pada bagaimana cara Tuhan menciptakan darah pertama kali, saja.

DAGING

Pembakaran (pemanasan maksimal) matahari terhadap air yang membuat air mengering, mengeras dan membatu mengakibatkan terciptanya TANAH, kemudian dari tanah itu, Tuhan menciptakan tubuh Adam dalam bentuk patung tanah. Setelah patung tanah disuntikkan darah maka patung tanah berubah menjadi DAGING.

TULANG BELULANG

Pembakaran (pemanasan maksimal) matahari terhadap air menimbulkan asap putih dan uap air sehingga menjadi CAIRAN PUTIH. Cairan putih ini disuntikkan ketubuh (daging) Adam sehingga membentuk TULANG BELULANG (RANGKA TUBUH MANUSIA).

Setelah tulang Adam tercipta maka langit mulai ditinggikan. Udara mengantarai langit dan tanah. Langit tidak perlu tiang penyanggah oleh karena tulang-tulang yang menyanggah tubuh Adam memiliki fungsi yang sama sebagai tiang penyanggah langit. Ini disebabkan karena tulang belulalng Adam diciptakan Tuhan dari pencampuran asap putih dan uap air (cairan putih) sebagai dzat yang dijadikan Tuhan menciptakan langit dan udara sama dengan dzat yang digunakan Tuhan dalam menciptakan tulang belulang manusia untuk pertamakali.

Selama manusia masih hidup dan berdiri maka selama itu pula langit tidak akan runtuh oleh karena tiang penyangga langit adalah tulang belulang manusia (rangka) manusia yang tegak berdiri. Langit akan runtuh dengan sendirinya apabila seluruh ummat manusia “mati” secara serentak dan bersamaan (kiamat) oleh karena tidak ada lagi kerangka manusia yang berdiri tegak menopang atau sebagai tiang penyanggah langit.

Artikel ini akan dilanjutkan pada Bagian Kedua.  Pada bagian kedua nanti Cakra Ningrat akan mengungkap rahasia penciptaan binatang, penciptaan Hawa (isteri Adam) dan bulan. Juga akan diungkap berdasarkan hukum alqur’an dan alkitab siapakah sesungguhnya yang disebut malaikat dan iblis. Malaikat dan iblis adalah anak cucu keturunan Adam. Jika malaikat dan iblis bukan anak cucu Adam, mustahil komunitas mereka dapat berinteraksi dengan manusia; Hanya Tuhan saja, SENDIRI yang bukan berasal dari keturunan Adam karena Dia-lah yang menciptakan Adam.

Mudah-mudahan tulisan ini membawa manfaat yang besar bagi seluruh pembaca terutama kepada warga setia blog yang terhormat ini.

Indonesia Timur; 11 – 09 – 2013