SATRIO (PININGIT) IMAM MAHDI MUNCUL 2015 ? (TANGGAPAN KRITIS TERHADAP JABER BOLUSHI)

Download Artikel

SATRIO (PININGIT) IMAM MAHDI MUNCUL 2015 ?
(TANGGAPAN KRITIS TERHADAP JABER BOLUSHI)
Oleh: Cakra Ningrat

IMAM MAHDI hanyalah sebuah frasa. Frasa didefenisikan sebagai satuan gramatika yang berupa gabungan kata yang bersifat non prediktif atau lazimnya disebut dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis. Dengan kata lain frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melebihi satu batas fungsi. Fungsi tersebut merupakan jabatan berupa subyek, predikat, obyek, pelengkap, dan keterangan.

Contoh Frasa : Imam Mahdi
Contoh Sintaksis : Imam (subyek) Mahdi (predikat)

Jika dikaji secara mendalam maka frasa Imam Mahdi dikategorikan sebagai Frasa Endosentris Atributif, yaitu endosentris yang memiliki unsur pusat dan mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.

Contoh Frasa Endosentris Atributif adalah IMAM MAHDI.
IMAM adalah unsur pusat
MAHDI adalah unsur atribut.
Kata IMAM dapat berdiri sendiri tanpa kata Mahdi oleh karena Imam adalah unsur pusat. Kata Imam dapat ditambahkan dengan kata lain seperti: Kata Mesjid untuk membentuk satu frasa: Imam Mesjid. Mesjid disebut unsur atribut untuk menerangkan unsur pusat (Imam).

Ummat islam baik golongan syiah dan sunni maupun sempalan atau pecahannya selalu berbeda pendapat tentang permasalahan IMAM MAHDI. Masing-masing pihak bersikukuh pada pendapatnya yang menyebabkan mereka terpisah dan terkotak-kotak dalam pemahaman, pengertian, dan keyakinan. Yang lebih memiriskan hati, perbedaan pendapat ini telah berurat berakar di dalam dendam. Ironisnya, kebanyakan di antara kita yang tidak tahu akar permasalahan malah ikut-ikutan menyalahkan orang lain yang tidak sepaham atau bertentangan dengan apa yang selama ini kita dengar dan fahami. Begitu mudahnya kita mengemukakan hadits nabiullah Muhammad SAW, sementara belum tentu kita faham terhadap hakikat dan maknanya.

Hadits-hadits nabi Muhammad tentang Imam Mahdi cukup banyak dan beragam, sehingga dibutuhkan kearifan dan kecerdasan untuk mengklasifikasikannya sebelum menafsirkannya. Jika ditafsirkan secara keseluruhan tanpa dilakukan pemilahan, maka hadits tersebut akan membingungkan kita sendiri. Jika bisa dianalogikan maka dapat dikatakan “Kita hanya meraba-raba di tempat yang gelap” dengan kata lain “ kita meyakini sesuatu yang sesungguhnya tidak kita ketahui.”

Penafsiran Imam Mahdi di kalangan ummat islam sangat beragam, bahkan boleh dikatakan “mengambang” oleh karena tidak adanya suatu ikatan atau pegangan yang pasti. Ini disebabkan karena tidak satupun ayat di dalam alqur’an yang merujuk kepada sosok Imam Mahdi. Satu-satunya bekal kita hanya pada hadits nabi. Namun faktanya bekal ini jadi tersia-siakan sebab kita berbeda dalam memahaminya. Memahami alqur’an dan hadits nabi berkaitan erat dengan banyak faktor, antara lain: lingkungan, kecenderungan pribadi, perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tentu saja tingkat kecerdasan dan pemahaman masing-masing mujtahid.

Cakra Ningrat memandang perbedaan pendapat di kalangan ummat islam tentang sosok IMAM MAHDI akar permasalahannya disebabkan karena penafsir hadits tidak menguasai linguistik. Linguistik teoritis adalah bidang penelitian bahasa (linguistik) yang dilakukan untuk mendapat kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa manusia pada umumnya. Bidang-bidang yang secara umum dianggap sebagai inti linguistik teoritis adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Linguistik teoritis juga terlibat dalam pencarian Universal Linguistik, sifat umum yang dimiliki semua bahasa.

Frasa IMAM MAHDI harus difahami secara linguistik lebih dulu untuk memudahkan kita menafsirkan hadits nabi Muhammad yang kelihatannya sangat sederhana namun rumit. Fakta kerumitannya dibuktikan dengan terpecah-belahnya ummat islam dalam memahaminya. Meskipun linguistik hanya ilmu bahasa, namun seringkali linguistik digolongkan ke dalam ilmu kognitif, psikologi dan antropologi.

TERMINOLOGI IMAM MAHDI

Terminologi (Bahasa latin: Terminus) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya. Istilah (bahasa Arab) adalah kata dan gabungan kata yang digunakan dalam konteks tertentu.

Secara etimologi Imam (bahasa Arab) artinya Pemimpin. Mahdi (bahasa Arab) artinya orang yang diberi petunjuk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Mahdi” diartikan sebagai “penunjuk jalan.” Dengan demikian terminologi Imam Mahdi adalah PEMIMPIN YANG DIBERI PETUNJUK OLEH ALLAH (TUHAN) UNTUK MENUNJUKKAN JALAN YANG BENAR, DAN LURUS UNTUK KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAAN MANUSIA.

Berdasarkan terminologi di atas, maka dapat ditarik satu kesimpulan bahwa Imam Mahdi tidak bisa diartikan sempit atau dibatasi sebagai pemimpin islam saja oleh karena Imam Mahdi adalah PEMIMPIN UMMAT MANUSIA, meliputi ummat yang beragama hindu, buddha, konghu chu, kristen, islam, majusi, zoroasterianisme, dan aliran-aliran kepercayaan atau kebatinan dan seterusnya tanpa kecuali.

DIHARAPKAN KEMUNCULANNYA
Tidak ada satu pun dalil hukum yang dapat membenarkan bahwa ummat islam mengharapkan kemunculan IMAM MAHDI. Perkataan dan keyakinan ummat islam bukanlah sebuah jaminan hukum jika mereka menaruh harapan yang besar terhadap kemunculan Imam Mahdi. Menyebut Imam Mahdi sebagai pemimpin untuk ummat islam saja adalah sebuah kekeliruan fatal yang mementahkan seluruh argumen-argumen yang mereka kemukakan. Ummat islam terjebak dan terbelenggu pada primordialisme mereka sendiri.

HANYA SATU yang mengharapkan dan mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi yaitu Allah, Tuhan Semesta Alam.

Nabi Muhammad bersabda : Andaikan dunia tinggal sehari, sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahlil baitku namanya serupa namaku, nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan (Hadits Riwayat Abu Dawud)

Ahlil Bait (Bahasa Arab) adalah istilah yang berarti “orang rumah” atau keluarga. Muslim syi’ah berpendapat bahwa Ahlil bait mencakup lima orang yaitu Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Mereka menafsirkan Imam Mahdi harus dari keturunan Sayyidina Ali. Muslim sunni berpendapat bahwa ahlil bait adalah keluarga Muhammad dalam arti luas meliputi istri-istri dan cucu-cucunya hingga kadang-kadang ada yang memasukkan mertua-mertua dan menantunya.

Cakra Ningrat berpendapat: Kata “ahlil baitku” memiliki makna adanya sebuah kedekatan yang paling dekat dalam konteks “ilahiah” sehingga kedekatan itu tidak boleh dibatasi oleh sekat-sekat yang bersifat manusiawi (anak, cucu, menantu, mertua, dst). Karena kedekatannya dalam konteks “ilahiah” sehingga nabi mengatakan “lelaki dari ahlil baitku, namanya serupa namaku, nama ayahnya serupa nama ayahku.” Sebuah hubungan dalam ikatan yang tak terpisahkan.

Imam Mahdi bukan Muhammad dan Muhammad bukan Imam Mahdi. Muhammad tidak bisa disamakan dengan Imam Mahdi dan Imam Mahdi tidak bisa disamakan dengan Muhammad. Keterkaitan Imam Mahdi dengan Muhammad ibarat SEKEPING MATA UANG. Alquran diwahyukan kepada Muhammad. Imam Mahdi ditugaskan membuktikan secara nyata kebenaran alqur’an. Oleh karena alqur’an berisikan firman-firman Tuhan, Yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya yaitu injil (perjanjian baru), zabur dan taurat (perjanjian lama) maka Tuhan-lah yang paling mengharapkan dan mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi untuk membuktikan kebenaran firman-firman-Nya.

Sebagai gambaran betapa besarnya harapan dan dambaan Tuhan terhadap kemunculan Imam Mahdi, sampai-sampai dikatakan oleh nabi “andaikan dunia tinggal sehari (dan terjadi kiamat), sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut (menunda terjadinya hari kiamat) demi untuk kemunculan Imam Mahdi.

Seberapa lamakah usia dunia akan dipanjangkan ?
Nabi Muhammad bersabda : Sungguh bumi ini akan dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan, dan apabila kezaliman dan kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari Ummatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana bumi telah dipenuhi sebelum itu oleh kezaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun atau 9 tahun (Hadits Riwayat Thabrani).

Cakra Ningrat berpendapat; nabi Muhammad tidak mengetahui secara pasti berapa lama dunia akan dipanjangkan, dengan kata lain berapa lama Imam Mahdi memimpin kita, apakah 7, 8, atau 9 tahun. Semua itu menjadi rahasia Tuhan. Yang menjadi SEBAB kemunculan Imam Mahdi karena bumi ini telah dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan. Kezaliman dan kesemena-menaan dalam arti sempit selalu dikaitkan dengan sistem pemerintahan atau pemimpin dengan rakyat, akan tetapi dalam arti luas termasuk ummat islam yang begitu mudahnya menganggap ummat yang beragama lain sebagai ummat yang salah, musyrik, kafir, dan sebagainya, bahkan sebagian kelompok ummat islam (teroris) begitu teganya membunuh ummat lain dengan alasan demi perjuangan islam. Semua ini termasuk bentuk-bentuk kezaliman dan kesemena-menaan, sebagai SEBAB dari kemunculan Imam Mahdi, bumi yang tadinya penuh dengan kezaliman dan kesemena-menaan akan dipenuhi dengan keadilan dan kemakmuran. Terwujud tatanan masyarakat adil dan makmur di bawah kepemimpinan seorang PEMIMPIN yang bergelar Imam Mahdi.

Keadilan, sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadits nabi Muhammad, merupakan model kepemimpinan yang hanya dimiliki oleh pemimpin yang bergelar Imam Mahdi. Imam Mahdi tidak lagi melihat manusia berdasarkan latar belakang agama mereka, sebab agama sudah sirna di muka bumi. Dalam iman kristiani disebut dengan DAMAI. Nostrodamus menyebut suasana kehidupan tanpa agama sebagai New World Religion (agama baru dunia). Penulis tidak tahu dengan kalimat apa untuk membahasakannya. Albert Einstein, seorang pencetus teori relativitas membahasakan keadaan tersebut dengan berkata: “Sesungguhnya hari ketika dunia dipenuhi dengan perdamaian dan ketentraman, dan manusia di dalamnya saling mencintai dan bersaudara tidak akan lama lagi.”
Kemakmuran sebagaimana yang dimaksudkan oleh hadits nabi Muhammad adalah satu keadaan kehidupan masyarakat yang berkecukupan namun tidak berlebih-lebihan. Iman kristiani menyebutnya dengan kata SEJAHTERA. Ini dimungkinkan akan terjadi karena kepemimpinan Imam Mahdi akan didukung oleh alam semesta dimana langit tidak akan menahan setetes pun airnya dan bumi tidak akan menahan apa pun yang akan ditanam.

Nabi Muhammad bersabda : Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari ummatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya, dan ia sama sekali tidak menghitung-hitungnya. (Hadits Riwayat Muslim dan Ahmad).

Untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, damai dan sejahtera dibutuhkan dukungan logistik yang sangat besar. Imam Mahdi tidak pernah gentar sedikit pun oleh karena Tuhan akan menurunkan seluruh perbendaharaan langit dan memunculkan semua perbendaharaan bumi, baik yang terpendam di dalam tanah maupun yang ada di dasar lautan untuk mendukung kepemimpinan Imam Mahdi.

Imam Mahdi tidak memiliki hutang budi kepada siapa pun termasuk kepada ummat islam. Andaikan dia memiliki hutang budi maka dipastikan dia tidak dapat memimpin dengan adil. Ummat islam sangat ingin membantunya tapi kesempatan itu tertutup buat mereka. Dari awal hingga akhir, hanya Tuhan yang mendukung dan membantu Imam Mahdi oleh karena hanya Tuhan saja yang mendamba-dambakan kemunculannya.

DIBANGGA-BANGGAKAN
Jika Allah, Tuhan Semesta Alam mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi sebagai pemimpin ummat manusia tanpa membeda-bedakan latar belakang agama mereka maka sangat wajar bila Muhammad dalam kapasitas beliau sebagai hamba dan pesuruh Allah maupun sebagai rasul Allah yang telah meletakkan dasar-dasar fundamental agama islam, logis dan masuk akal jika Muhammad membangga-banggakan Imam Mahdi. Cermatilah perkataan nabi Muhammad berikut ini:

Nabi Muhammad bersabda: Al-Mahdi bersal dari ummatku, dari keturunan anak-cucuku (Hadits Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majas dan al hakim).

Islam adalah agama terakhir. Tidak ada lagi agama yang muncul dan diakui kebenarannya setelah agama islam. Dapat dikatakan islam adalah agama akhir zaman. Imam Mahdi yang hidup di abad 21 M beragama islam, mengikuti agama Muhammad yang hidup di abad 6 M. Muhammad dan Imam Mahdi dipisahkan oleh rentang waktu selama 15 Abad. Dalam konteks bahasa manusia, titian yang menghubungkan Muhammad dengan Imam Mahdi disebut dengan “anak-cucu.” Dalam konteks bahasa “ilahiah” titian yang menghubungkan Muhammad dengan Imam Mahdi adalah alqur’an. Muhammad menerima alqur’an. Imam Mahdi membuktikan secara nyata kebenaran alqur’an. Alqur’an adalah petunjuk untuk seluruh ummat manusia. Imam Mahdi adalah pemimpin untuk seluruh ummat manusia. Jika Tuhan mendamba-dambakan kemunculan Imam Mahdi maka tentu saja Muhammad membangga-banggakan Imam Mahdi sebab Imam Mahdi berasal dari ummatnya.

CIRI-CIRINYA.
Nabi Muhammad bersabda: Al-Mahdi berasal dari ummatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kehalifaan/ kepemimpinannya) berumur tujuh tahun. (Hadits Riwayat Abu Dawud dan al-hakim).

Ciri-ciri yang disampaikan nabi Muhammad sangat spekulatif. Ciri anatomi seperti itu tidak saja dimiliki oleh orang Arab dan Persia, akan tetapi banyak juga dimiliki oleh orang-orang Eropa dan Asia termasuk INDONESIA tentunya. Memang, kebanyakan orang Indonesia berhidung pesek, akan tetapi bila sosok yang bergelar Imam Mahdi ditakdirkan Allah sebagai orang Indonesia maka dapat dipastikan sosok itu memiliki ciri-ciri seperti yang dikatakan oleh nabi; keningnya lebar, hidungnya mancung dan panjang, wajah yang sempurna tanpa kekurangan sedikitpun.

Imam Mahdi adalah sebuah gelar yang diberikan oleh Tuhan Semesta Alam kepada seorang hamba-Nya. Sebelumnya, hamba ini tidak mengetahui sama sekali bahwa kelak di suatu waktu, dia diberi gelar oleh Tuhannya sebagai Imam Mahdi. Hamba ini salah seorang dari sekian banyak ummat Muhammad. Dia seorang muslim yang taat dan sangat mencintai alqur’an. Dia seorang hamba yang mendekati Tuhannya dengan jalan suluk (bersuluk).

Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin hidup dalam melaksanakan aturan-aturan eksoteris (syariat) agama islam sekaligus aturan-aturan esoteris (hakikat) agama islam. Jalan suluk adalah jalan yang penuh dengan pendakian dan berkelok-kelok. Tantangannya sangat berat. Hanya seorang satria tangguh yang dapat bertahan untuk mencapai puncak. Dia menjalani seorang diri tanpa guru dan pembimbing guna memuaskan hasrat spiritualnya untuk; mengenal diri, memahami esensi kehidupan, pencarian Tuhan, pencarian kebenaran sejati, mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan.

Berkat kedisiplinan dan ketekunannya, mengantarnya untuk tiba pada satu capaian tertinggi di dalam agama islam yaitu mendapatkan NURUL MUHAMMAD, di malam kedua puluh tiga ramadhan. Malam itu disebut sebagai malam lailatul qadr. Malam yang penuh dengan kemuliaan. Tingkat kemuliaannya setara dengan beribadat secara terus-menerus selama seribu bulan.

Itulah sebabnya nabi Muhammad mengatakan; namanya sama dengan namaku. Nama bapaknya sama dengan nama bapakku. Makna sesungguhnya adalah NURUL MUHAMMAD atau CAHAYA MUHAMMAD. Cahaya Muhammad adalah Cahaya Gaib Allah. Cahaya ini dimasukkan ke dalam diri seseorang yang kelak bertugas membuktikan kebenaran seluruh wahyu-wahyu Tuhan yang pernah disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad, mulai dari wahyu pertama di gua hira pada malam lailatul qadr sampai wahyu terakhir menjelang kematiannya. Nabi Muhammad mengakui “dia” sebagai keturunanku, sebagai anak-cucuku untuk mengungkapkan rasa bangga nabi terhadap Imam Mahdi.

Sadar bahwa apa yang didapatkannya adalah rahasia Tuhan maka wajib baginya untuk merahasiakan apa yang bersemayam di dalam dirinya. Cahaya Muhammad ada di dalam dirinya dan dia menyembunyikannya. Leluhur kita menyebut “apa yang disembunyikan itu” dengan sebutan “PININGIT.”

Dia bukan ulama, bukan ustadz, bukan pula kiyai. Dia hanya seorang hamba yang menguasai ajaran syariat, hakikat dan ma’rifat yang ditempuhnya dengan jalan suluk. Kemudian dia tinggalkan jalan itu dan menempuh jalan lain yaitu jalan yang dilalui manusia di kehidupan nyata. Dia berkeluarga. Memiliki istri dan anak. Dia mencapai status sosial tinggi di kehidupan nyata. Namun dia membenci dan sangat memusuhi ummat nasrani (kristen).

Sadar bahwa kebencian dan permusuhannya terhadap ummat nasrani dapat membahayakan keselamatan dirinya maka dia meninggalkan kehidupan nyata dan kembali ke jalannya yang pertama dengan bersuluk. Berbekal CAHAYA MUHAMMAD yang PININGIT di dalam dirinya, di jalan suluk, segala ijab terbuka. Dia memasuki dunia gaib. Seluruh wali Allah yang ada di muka bumi ini silih berganti datang menyampaikan salam dan takzim menyambut SANG PENGHULU WALI-WALI ALLAH.

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya seorang diri di suatu malam. Sendiri dia menuju langit. Pintu langit terbuka menyambut JIWA SANG PENGEMBARA. Seratus dua puluh malaikat penjaga langit pertama tertegun melihat kedatangan SANG PEMIMPIN ALAM MAHSYAR. Dia mempersaksikan dirinya di hadapan para malaikat.

Dalam sekejap mata dia pun naik ke langit yang ketujuh. Di Sidratul Muntaha dia berdiri, memandang ke arah pintu syurga. Dia terdiam. Terpaku. Terpesona oleh keindahan dan kecantikan wajah malaikat Jibril alaihissalam. Jibrilpun kagum melihat sosok SANG PEMBUKTI KEBENARAN Tuhan telah hadir di hadapannya. Tak satupun kata yang terucap di antara mereka.

Di Sidratul Muntaha dia berlutut sambil menengadahkan kedua tangannya memandang Arasy tempat Tuhannya bertahta. Dia melaporkan tentang kedatangannya. Dia mendengar suara Tuhannya memerintahkan dia agar kembali ke bumi dan mengislahkannya.

(catatan: Kisah di atas bersumber dari artikel SPTM. Disajikan dalam bentuk narasi oleh Cakra Ningrat).

ISLAH
Nabi Muhammad bersabda: Al-Mahdi berasal dari ummatku, yang akan diislahkan oleh Allah dalam satu malam. (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majid).

Kata “ISLAH” berasal dari bahasa Arab. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “islah” yang berarti perdamaian adalah terjadinya suasana yang aman dan rukun dalam segala bidang. Dalam arti yang lebih luas “islah” terkait dengan persatuan dan persaudaraan dalam kehidupan.

Hadits di atas menyebut kata “Al-Mahdi” dan bukan Imam Mahdi. Cakra Ningrat berpendapat: sebutan Al-Mahdi ditujukan kepada hamba Tuhan secara pribadi saat dimana beliau belum menjadi pemimpin (Imam) atau sebelum diketahui oleh ummat atau sebelum memiliki pengikut.

Sebelum diislahkan, Al-Mahdi memang membenci dan memusuhi ummat nasrani, akan tetapi Al-Mahdi diislahkan oleh Allah dalam satu malam. Yang dimaksud “dalam satu malam” sebagaimana hadits di atas adalah saat ketika Al-Mahdi naik ke langit ketujuh menghambakan diri di Sidratul Muntaha. Sebelum Al-Mahdi turun ke bumi, Allah mengislahkan atau mendamaikan hati dan jiwa Al-Mahdi agar tidak lagi membenci atau memusuhi ummat kristiani.

BAI’AT
Nabi Muhammad bersabda: Akan dibai’at seorang laki-laki antara makam Ibrahim dengan sudut ka’bah (Hadits Riwayat Ahmad).

Bai’at artinya perjanjian atau ikrar bagi penerima dan sanggup memikul atau melaksanakan sesuatu yang akan dibai’atkan (diperjanjikan). Biasanya bai’at dilakukan oleh murid kepada gurunya atau pengikut kepada pemimpinnya.

Makam Ibrahim artinya “tanda” yaitu kedua telapak kaki nabi Ibrahim yang membangun ka’bah. Makam Ibrahim berada di sisi ka’bah. Sudut ka’bah disebut “rukun.” Sudut ka’bah ada empat, yaitu Rukun Aswad, Rukun Iraqi, Rukun Syami, dan Rukun Yamani. Terlalu sulit untuk menafsirkan pada sudut (rukun) mana yang dimaksudkan oleh hadits di atas. Cakra Ningrat memastikan sudut yang dimaksud bukan pada rukun Aswad oleh karena di sudut itu terdapat “hajaratul Aswad.”

Cakra Ningrat berpendapat; sebutan makam (tanda) Ibrahim berkaitan dengan hadits sebelumnya dimana Al-Mahdi diislahkan oleh Allah atau didamaikan oleh Allah agar Al-Mahdi tidak lagi memusuhi ummat nasrani, mengingat ummat nasrani adalah juga keturunan dari nabi Ibrahim.

Pertanyaannya adalah siapakah yang dimaksud oleh hadits di atas “seorang laki-laki yang akan dibai’at ?”

Cakra Ningrat berpendapat; laki-laki yang dibai’at itu adalah seorang SAKSI YANG MENYAKSIKAN. Dia menyaksikan sosok dan wajah Al-Mahdi di salah satu sudut (rukun) ka’bah. Wajah dan sosok Al-Mahdi tergambar jelas seperti ketika kita melihat gambar seorang aktor dalam ukuran setengah badan di layar bioskop. Orang itu mengenal Al-Mahdi dan melaporkan kepada Al-Mahdi tentang apa yang dilihatnya. Lalu Al-Mahdi melakukan bai’at (perjanjian) terhadap orang itu agar tidak memberitahukan kepada siapapun tentang apa yang orang itu lihat dan saksikan sebab yang dilihatnya adalah rahasia Tuhan Semesta Alam.

PENGIKUT
Nabi Muhammad bersabda: Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbai’atlah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi (Hadits Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah).

Hadits di atas berkaitan dengan pengikut. Pengikut memiliki arti yang sangat penting oleh karena tanpa kehadiran mereka, Al-Mahdi tidak akan memiliki dasar hukum yang kuat dan legitimated untuk disebut sebagai Pemimpin atau Imam. Jika Al-Mahdi dipersiapkan oleh Tuhan untuk memimpin, maka dipastikan pengikut-pengikutnya juga dipersiapkan atau ditentukan oleh Tuhan. Para pengikut adalah orang-orang pilihan Allah. Mereka menjalani takdir hidupnya bukan atas dasar keinginan pribadi melainkan atas kehendak Allah, Tuhan Semesta Alam.

Mereka berbai’at kepada Al-Mahdi bahwa Al-Mahdi adalah pemimpinnya (Imamnya). Menjadi pengikut Al-Mahdi bukanlah satu perkara mudah dan gampang. Nabi Muhammad menggambarkan suasana hubungan itu dengan kalimat “walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju.” Kesetiaan bukan berarti terbatas pada pengertian kesiapan melaksanakan dengan cermat seluruh perintah pemimpin, akan tetapi lebih dari itu para pengikut diwajibkan merahasiakan misteri dan jati diri pemimpinnya. Kerahasiaan sangat penting artinya bagi Imam Mahdi mengingat perjalanan hidup dan kehidupannya senantiasa diwarnai dengan gejolak perang dan aroma kematian.

Sebagaimana yang telah kami uraikan sebelumnya bahwa dalam perjalanan hidupnya Imam Mahdi menempuh dua jalan hidup yaitu bersuluk di dunia gaib dan jalan hidup di dunia nyata. Kedua jalan ini ditempuhnya secara bersamaan. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali dirinya sendiri. Ihwal tentang perang dapat dipastikan bila dia menjalaninya di dunia gaib sementara di dunia nyata dia tampil menawan seperti tidak terjadi sesuatu. Itulah sebabnya leluhur kita menyebut dia sebagai seorang satria yang tak terkalahkan namun tetap saja piningit (bersembunyi) terhadap apapun yang dia kerjakan.

Adalah sebuah kekeliruan besar yang dilakukan oleh ummat islam selama ini karena mereka menafsirkan hadits nabi secara harfiah. Mereka terjebak dalam imajinasi mereka sendiri bahwa seakan-akan Imam Mahdi harus berdiri di hadapan mereka dengan menggunakan sorban, berkhotbah memproklamirkan dirinya dan mengajak ummat islam memanggul senjata dan berperang. Sejak berabad-abad yang lalu sejarah telah mencatat begitu banyaknya orang yang mengaku dan menganggap dirinya sebagai Imam Mahdi kemudian membuat kerusakan di muka bumi dan memperatasnamakan islam lalu hidupnya berakhir dengan penghinaan. Seharusnya hal itu menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup di saat sekarang ini.

Demi memuaskan ambisi dan nafsu “kemahdiannya” ummat islam kadang lupa terhadap hakekat utama agamanya sendiri yang mengharamkan segala bentuk-bentuk yang menyerupai gambar-gambar atau patung-patung. Itu berarti agama islam tidak diperbolehkan memuji yang nyata dan mengkultuskan seseorang melainkan diharuskan memuja, menyembah dan menghambakan diri kepada Allah Yang Maha Gaib, Tuhan Yang Menguasai Perkara-Perkara Gaib. Adalah suatu keharusan bagi Imam Mahdi, jika berperang di dunia gaib sebab dunia gaib adalah kegelapan. Hanya dengan memenangi perang di kegelapan Imam Mahdi dapat menerangi bumi dengan keadilan dan mengantar manusia kepada jalan yang terang.

Sadar atau tidak, ummat islam harus mengakui kalau Imam Mahdi adalah sosok yang penuh dengan misteri. Ini disebabkan karena tidak adanya ayat di dalam alqur’an yang dapat mengarahkan fikiran kita ke arah sosok itu. Satu hal yang harus kita sepakati bahwa Imam Mahdi adalah sosok yang sengaja dirahasiakan Tuhan. Sebagai ummat islam patut kiranya kita menyampaikan salam dan shalawat kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW karena beliau telah mewariskan beberapa hadits menyangkut Imam Mahdi, akan tetapi kita tidak boleh menafsirkannya secara harfiah mengingat kalimat-kalimat yang beliau gunakan cenderung bermakna ambigu dengan menggunakan tata bahasa metaforik. Dibutuhkan kecerdasan khusus dan konsentrasi yang betul-betul prima untuk melakukan penelitian, kajian dan analisis khusus terhadap hadits tersebut.

Beberapa penafsir dalam menafsirkan hadits nabi yang menyangkut Imam Mahdi sering menggunakan pendekatan yang merujuk pada pendapat ulama. Cakra Ningrat tidak menggunakan pendekatan seperti itu. Penafsiran kami lakukan secara teliti dan hati-hati melalui pendekatan linguistik sebagaimana yang telah kami uraikan di awal tulisan. Selain pendekatan linguistik, kami juga menggunakan pendekatan nalar burhani, logika dan filsafat. Ketiga pendekatan ini dapat kami uraikan sbb:

  1. Secara sederhana, nalar burhani dapat diartikan sebagai suatu aktifitas berfikir untuk menetapkan kebenaran proposisi melalui metode deduktif dengan mengaitkan proposisi antara yang satu dengan proposisi yang lain untuk membuktikan kebenaran secara aksiomatik. Secara terminologi, nalar burhani adalah nalar paradigma (kerangka) berfikir menggunakan model metodologi berfikir secara rasio, logika, dan silogisme pada proposisi-proposisinya untuk mencapai kebenaran. Yang pertama membangun prinsip-prinsip burhani adalah Aristoteles (384-322SM) yang terkenal dengan metode analitik (tahlili).
  2. Logika berasal dari kata Yunani Kuno yang berarti hasil pertimbangan akal fikiran yang diutarakan lewat kata-kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logika episteme atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan untuk berfikir secara lurus, tepat, dan teratur. Obyek material logika adalah berfikir khususnya penalaran / proses penalaran. Obyek formal logika adalah berfikir / penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
  3. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Dalam filsafat mutlak diperlukan logika berfikir dan logika bahasa.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut kita berharap akan dapat membuka wawasan berfikir yang luas, memberi kecerdasan, kesadaran dan ketercerahan diri menuju capaian sebuah kebenaran universal.

BERHAJI
Berulang-ulang kali nabi Muhammad memberi ketegasan dalam hadits-haditsnya bahwa Imam Mahdi adalah “ummatku, anak cucuku, namanya sama dengan namaku dan nama bapaknya sama dengan nama bapakku.” Ketegasan ini dapat dimaknai bahwa seluruh perilaku nabi akan sama dengan perilaku Imam Mahdi.

Dalam riwayat disebutkan nabi Muhammad memiliki istri bernama Hadijah. Hadijah memiliki peran penting dalam kehidupan nabi, bukan saja karena dia bekas majikan nabi saat nabi berniaga (berdagang), akan tetapi lebih dari itu; Hadijahlah orang pertama yang menjadi saksi atas kenabian dan kerasulan Muhammad. Saat selesai menerima wahyu pertama di gua Hira yang disampaikan oleh malaikat Jibril alaihissalam, Muhammad ketakutan. Beliau berlari pulang ke rumahnya menemui istrinya. Badannya gemetar ketakutan. Menggigil dingin. Keringatnya bercucuran, basah. Di atas tempat tidur, Hadijah memberi selimut kepada suaminya. Belum sempat beliau menceritakan kepada istrinya peristiwa “sakral” yang baru dialaminya, keringat yang membasahi tubuhnya belum juga kering di badannya, dalam keadaan tubuh yang masih dingin menggigil tiba-tiba suara yang sangat dia takuti terdengar lebih dekat lagi menghampirinya. Suara itu lebih keras, tegas dengan intonasi sedikit membentak. Wahyu kedua itu dibuka dengan kata-kata: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah !…” (QS. 73:1-2).

Hadijah adalah saksi yang menyaksikan peristiwa itu. Hadijah yakin seyakin-yakinnya bahwa suaminya benar-benar adalah seorang nabi dan rasul Allah. Keyakinan Hadijah didasari oleh ramalan-ramalan yang sudah lama santer terdengar di masa itu. Ramalan itu berasal dari rahib yahudi dan pendeta nasrani yang meramalkan tentang munculnya seorang nabi yang telah ditunggu-tunggu yang akan menerima wahyu dari langit. Ramalan itu sudah sering diceritakan jauh sebelum Muhammad lahir. Hadijah yang beragama nasrani dan memiliki usia lebih tua lima belas tahun dari Muhammad dianggap lebih mengetahui dan menguasai ramalan itu daripada Muhammad sendiri.

Merujuk pada ramalan-ramalan itu, telah tertulis dengan tinta emas dalam sejarah islam bahwa ada dua orang Bapa Pendeta yang menebak serta memastikan bahwa Muhammadlah sosok yang dimaksud dalam ramalan itu. Yang pertama adalah mantan yahudi bernama Buhaira. Dia melihat tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu dia mencium tanda itu. Saat itu Muhammad baru berusia 12 tahun. Buhaira berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga baik-baik kemenakannya dari niat jahat orang-orang Yahudi. Allah telah menakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab, sementara semua orang-orang Yahudi menginginkan status kenabian itu selamanya milik bani israil. Bila mendapat kesempatan, orang Yahudi akan membunuh Muhammad sebelum Muhammad ditetapkan oleh Allah sebagai nabi.

Orang kedua yang memastikan kebenaran ramalan (nubuat) mengarah kepada Muhammad adalah Bapa Pendeta Nestor (Nestorius). Dikisahkan; ketika Muhammad bersama Maysarah membawa barang dagangan majikannya Khadijah ke suatu tempat. Sesampainya di sana, Muhammad bersandar di bawah sebatang pohon dekat gereja, kemudian Bapa Pendeta bertanya kepada Maysarah, siapa orang yang berteduh di bawah pohon itu? Maysarah menjawab bahwa dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus al-Haram (Ka’bah). Lalu Bapa Pendeta berkata “Tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut, kecuali dia seorang nabi.”

Menarik untuk kita kaji dan cermati, “pohon” apakah yang dimaksud Bapa Pendeta Nestorius (Nestor) yang tumbuh di dekat gereja? Jika pohon yang ditempati bersandar dan bernaung oleh nabi Muhammad adalah pohon “Boedhi”, maka mau tidak mau, setuju atau tidak setuju ummat islam harus mengakui bahwa Siddharta Gautama adalah seorang nabi. Untuk mengetahui sejarah hidup dan ajaran-ajaran mulia nabiullah Siddharta Gautama silahkan membaca artikel “Yang Sadar dan Tercerahkan Adalah Buddha” yang ditulis oleh Cakra Ningrat dan dipajang di blog SPTM ini.

Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapat julukan dari suku Quraisy (suku tebesar di masa itu) sebagai Al-Amiin yaitu BENAR, LURUS, JUJUR dengan arti yang lebih dipertegas “orang yang dapat dipercaya.” Pedagang besar dan janda kaya Khadijah tertarik dengan julukan itu kemudian mempekerjakan Muhammad untuk menjual barang dagangannya keluar negeri Mekah. Maysarah menyampaikan kepada Khadijah perkataan Bapa Pendeta Nestor bahwa “tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon tersebut (dekat gereja) kecuali dia seorang nabi.” Mendengar penyampaian itu maka Khadijah meminang / melamar nabi. Takdir Allah mempersatukan mereka dalam ikatan suami istri.

Sungguh sangat ironis dan memiriskan hati akibat ulah sebahagian besar ummat islam yang lupa akan sejarah agamanya sendiri. Dengan pemahaman agama yang tidak didasari oleh pengetahuan akal dan budi luhur begitu mudahnya mereka menampik pesan-pesan leluhur seperti ramalan Jayabaya, Uga Wangsit Siliwangi, Sabdo Palon Nayo Genggong, Bagus Burham (Ronggowarsito) dan Joko Lelono tanpa didasari oleh pengetahuan yang jelas. Begitu mudahnya mulut mereka mengucapkan kata-kata “musyrik” bila mempercayai ramalan leluhur. Mereka lupa bila “Ummul Mukminin” (Ibu ummat islam) Sitti Khadijah mempersuamikan Muhammad, pada mulanya hanya didasari oleh kepercayaan dan keyakinan Khadijah kepada ramalan leluhur.

Tidak dapat dipungkiri betapa besar peran Khadijah sebagai istri, baik sebelum maupun setelah Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul Allah. Tentu saja peran dan fungsi semacam itu juga dilakoni oleh istri Imam Mahdi. Dipastikan istrinya sendiri sebagai saksi yang menyaksikan bahwa sesungguhnya suaminya adalah Al-Mahdi. Allah senantiasa akan memilih dan menetapkan dengan cara-Nya sendiri, wanita utama untuk menjadi saksi kunci dan abadi terhadap hamba-Nya yang bergelar Imam Mahdi. Sebagai wanita utama, dia akan menjaga rahasia Tuhan yang diamanahkan kepada dirinya.

Sungguh,
Betapa tingginya rahasia-Mu Ya Allah
Setinggi itulah Engkau merahasiakan Al-Mahdi-Mu

Sungguh,
Betapa dalamnya rahasia-Mu Ya Allah
Sedalam itulah Engkau merahasiakan Al-Mahdi-Mu

Biarkanlah kami mencarinya Ya Allah
dengan kekuatan akal dan fikiran kami
meski kami tidak akan mungkin
menemukan dan mengetahui wujudnya
karena Kamu sendiri yang menyembunyikan dia.

Engkau biarkan dia dalam kegelapan
Engkau biarkan dia dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya
Engkau biarkan dia bertarung sendiri tanpa bantuan kami
Engkau biarkan dia seorang diri
Sebagaimana sendiri-Nya Engkau sebagai Tuhan kami

Engkau biarkan dia dalam kegelapan sebagaimana
Engkau dulunya membiarkan Muhammad dalam masa kegelapan jahiliyah di Mekkah
Engkau biarkan dia dikejar-kejar oleh musuh-musuhnya sebagaiamana
Engkau dulunya membiarkan Muhammad dikejar-kejar oleh orang kafir quraisy

Ya… Allah
Bukankah dulunya Engkau Sendiri Yang Memerintahkan
Muhammad hijrah dari Mekkah ke Yatsrib? (Medinah)
Bukankah dulunya Engkau sendiri yang mengetahui
betapa senangnya kaum Anshar menyambut kedatangan Muhammad?
maka jadikanlah kami seperti kaum Anshar
yang akan menyambut kemunculan Imam Mahdi-MU
Imam Mahdi-Mu adalah Satria-Mu yang bersembunyi (piningit)
Satria-Mu adalah sosok kebanggaan nabi kami

Ya… Allah
Engkaulah Tuhan Yang Esa dan Tunggal
Muhammad hanyalah hamba dan pesuruh-Mu
Dia Tidak tunggal, tidak esa dan tidak menyamai-Mu.
karena Imam Mahdi telah menggenapkan dia (Muhammad)
karena itulah sehingga engkau sangat merahasiakan
sosok dan jati diri Imam Al-Mahdi.

Ya… Allah
Janganlah Engkau takdirkan kami
sebagai orang yang mengingkarinya (Imam Mahdi)
karena kami tahu

Engkau pasti mempermalukan kami
Engkau pasti membuat kami menyesal
Engkau pasti menyiksa kami
Engkau pasti menghancurkan dan membinasakan kami.

Ya… Allah
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Berkehendak
maka jadilah semua Yang Engkau Kehendaki
Amin…

(syair-syair atau puisi di atas hanya ungkapan perasaan penulis. Cakra Ningrat tidak memiliki kemampuan untuk merangkai kata dan menuliskannya lebih dari itu).

Nabi Muhammad bersabda: Suatu pasukan dari ummatku akan datang dari negeri Syam ke Baitullah (Ka’bah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka (Hadits Riwayat Ahmad).

Negeri Syam adalah sebuah daerah yang terletak di timur laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan pegunungan Taurus. Negeri Syam merupakan tempat dari agama samawi yaitu Yudaisme, nasrani, dan islam. Menurut pandangan islam, negeri Syam adalah negeri “kebaikan.”

Nabi Muhammad bersabda: “Kebaikan pada negeri Syam.” Kami bertanya mengapa wahai Rasulullah? Beliau bersabda: “karena malaikat rahmah (pembawa kebaikan) mengembangkan sayap di atasnya.” (Hadits Riwayat Tirmizi).

Negeri Syam sebagaimana yang disebut pada hadits di atas tidak bisa ditafsirkan sebagai negara Libanon, Yordania, Palestina, atau Suriah, akan tetapi negeri “kebaikan” (Syam) adalah negeri yang memberangkatkan atau mengurus rakyatnya untuk pergi ke Baitullah melaksanakan ibadah haji di saat mana di waktu yang bersamaan ada pula Imam Mahdi bersama istrinya melaksanakan ibadah haji.

“Satu pasukan dari ummatku” maknanya adalah “Nafsu orang-orang yang melaksanakan ibadah haji.” Nafsu mereka (ummat Muhammad) mengejar “seorang laki-laki” yaitu Imam Mahdi. Akan tetapi “nafsu” tidak mengetahui bahwa Imam Mahdi berada di dekat ka’bah melakukan tawaf dan sa’i karena Imam Mahdi dijaga Allah dari mereka.

Berhaji adalah rukun islam yang ke lima. Wajib dilaksanakan setidaknya sekali dalam hidup bagi yang mampu. Bila Imam Mahdi sanggup berhaji berarti beliau memiliki kemampuan fisik (sehat) dan kemampuan finansial. Melaksanakan ibadah haji adalah melaksanakan ritual nabi Ibrahim. Ritual nabi Ibrahim sarat dengan nuansa gaib berkaitan dengan gangguan syetan dan jin. Di hampir semua tempat di kota suci Mekkah ada serombongan setan yang menunggu, tetapi tidak terbatas di Musdalifah dan Mina. Jauh sebelum Imam Mahdi berhaji, nabi Muhammad sudah mengetahui bila syetan-syetan akan menyerang Imam Mahdi secara berombongan dari semua arah bila beliau datang ke Mekkah.

Hadits-hadits nabi yang menggambarkan suasana ketika Imam Mahdi bersama istrinya melaksanakan ibadah haji.

  1. Nabi Muhammad bersabda: Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan makam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah (Hadits Riwayat Abu Dawud).
  2. Nabi Muhammad bersabda: Suatu kaum yang mempunyai jumlah dan kekuatan yang tidak berarti akan kembali ke baitullah (oleh penguasa) sekelompok tentara untuk mengejar mereka, sehingga apabila mereka telah sampai pada suatu padang pasir, maka mereka ditelan bumi (Hadits Riwayat Muslim)
  3. Nabi Muhammad bersabda: Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka’bah) maka diutuslah suatu utusan (oleh penguasa) untuk mengejarnya, dan ketika mereka telah sampai di suatu gurun pasir, maka mereka terbenam di telan bumi (Hadits Riwayat Muslim)
  4. Nabi Muhammad bersabda: Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bagian tengah pasukan itu akan ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan depan kepada pasukan bagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seorang yang selamat, yang akan mengabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka (Hadits Riwayat Muslim, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)
  5. Aisyah berkata: “Pada suatu hari tubuh Rasulullah bergetar dalam tidurnya. Lalu kami bertanya “Mengapa engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab “Akan terjadi sesuatu keanehan; yaitu bahwa sekelompok orang dari ummatku akan berangkat menuju Baitullah (Ka’bah) untuk memburu seorang laki-laki Quraisy yang pergi mengungsi ke Ka’bah. Sehingga apabila orang-orang tersebut telah sampai ke padang pasir, maka mereka ditelan bumi, kemudian kami bertanya: Bukankah di jalan padang pasir itu terdapat bermacam-macam orang? Beliau menjawab. Benar, di antara mereka yang ditelan bumi tersebut ada yang sengaja pergi untuk berperang, dan ada pula yang dipaksa untuk berperang, sedang ada pula orang yang sedang berada dalam suatu perjalanan, akan tetapi mereka binasa dalam suatu waktu dan tempat yang sama. Sedangkan mereka berasal dari arah (niat) yang berbeda-beda. Kemudian Allah SWT akan membangkitkan mereka pada hari berbangkit, menurut niat mereka masing-masing (Hadits Riwayat Muslim).

Hadits-hadits yang kami kemukakan di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah, akan tetapi dimaknai dalam konteks “serangan gaib” kepada Imam Mahdi saat beliau berhaji sekaligus mengunjungi negeri dan kampung halaman nabi Muhammad.

PERPECAHAN
Nabi Muhammad bersabda: “Kaum Yahudi telah terpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, sedangkan kaum nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, adapun ummatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Kesemuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja yang selamat.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ahmad).

Hadits di atas menyebut kata “kaum” dan bukan agama. Kaum diartikan sebagai “golongan orang-orang” (suku, bangsa, sanak saudara, kerabat, orang yang sekerja, sepaham). Ummat islam khususnya, banyak terjebak dengan hadits di atas. Mereka menganggap golongannya saja yang benar, sehingga ummat islam terpecah berkeping-keping dengan berbagai macam mashab, aliran, dan sekte-sekte. Sama halnya dengan ummat Yahudi dan nasrani, mereka terpecah dengan berbagai macam golongan. Masing-masing memberi atau melakukan klaim sepihak bahwa golongannya saja yang benar tanpa memiliki dasar hukum yang benar.

Cakra Ningrat berpendapat; hanya satu golongan yang selamat yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah golongan orang-orang yang mengikuti Imam Mahdi. Imam Mahdi tidak membawa ajaran agama. Imam Mahdi hanya berjalan di atas jalan yang benar, jalan yang dibenarkan oleh semua agama-agama, yaitu jalan menuju Tuhan Yang Satu (Maha Esa).

JANJI KEMENANGAN
Nabi Muhammad bersabda: “Kalian perangi Jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian Persia (Iran) dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum (Romawi) dan Allah berikan kemenangan.” (Hadits Riwayat Muslim).

Hadits di atas menggunakan kata “kalian.” Kalian diartikan sebagai “kita semua” termasuk penulis dan pembaca artikel ini, baik yang beragama islam maupun nasrani dan pemeluk agama lainnya. Bila ingin diselamatkan di dunia dan di akhirat maka ikutlah pada Imam Mahdi. Jadilah pengikut Imam Mahdi. Untuk ikut Imam Mahdi maka berperanglah. Perang yang dimaksud oleh hadits di atas bukan perang dengan memanggul senjata dan membunuh orang yang tidak berdosa, akan tetapi berperang melawan diri kita sendiri.

Penafsiran hadits di atas dapat kami uraikan sebagai berikut.
a. Jazirah Arab.
Jazirah Arab adalah sebuah Jazirah (semenanjung besar) di Asia Barat Daya pada persimpangan Afrika dan Asia. Secara politik, yang masuk Jazirah Arab adalah Arab Saudi yang merupakan tempat kota suci Mekkah dan Madinah. Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Bahrain. Secara umum penduduk Jazirah Arab beragama islam (sunni) sama halnya dengan muslim Indonesia penganut ahlussunnah wal jamaah (sunni).
Keselamatan kalian tidak ditentukan karena kalian golongan sunni, akan tetapi keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal, maka Allah akan beri kalian kemenangan.
b. Persia
Kekaisaran Persia adalah sejumlah kekaisaran yang berkuasa di Dataran Tinggi Iran, tanah air bangsa Persia dan sekitarnya termasuk Asia Barat, Asia Tengah dan Kaukasus. Persia identik dengan Republik Islam Iran. Umumnya bangsa Persia adalah muslim syi’ah.
Keselamatan kalian tidak ditentukan karena kalian golongan syi’ah, akan tetapi keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal, maka Allah akan beri kalian kemenangan.
c. Rum (Roma)
Roma adalah ibu kota Italia, ibu kota propinsi Roma dan juga ibu kota daerah lazio. Kota ini terletak di hilir sungai Tibet, dekat laut tengah. Di dalam wilayah kota Roma ada daerah kantong (enklave) berdaulat disebut Vatikan. Vatikan adalah Pusat Gereja Katolik dengan pemimpin negara Sri Paus.
Keselamatan kalian tidak ditentukan karena kalian nasrani (katolik, kristen, protestan), akan tetapi keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal, maka Allah akan beri kalian kemenangan.
d. Dajjal bukan hanya musuh ummat islam dan nasrani, akan tetapi musuh ummat manusia. Apa pun agama, apa pun aliran dan kepercayaan kalian, akan tetapi bukan agama, aliran, dan kepercayaan kalian yang akan membawa keselamatan pada diri kalian. Keselamatan kalian ditentukan oleh kemenangan kalian melawan dajjal. Perangilah dajjal maka Allah akan memberimu kemenangan.

Dari penafsiran di atas maka secara implisit dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya nabi Muhammad akan berlepas tangan dan tidak menjamin keselamatan ummat islam oleh karena Tuhan memperlakukan semua manusia “sama” dihadapan-Nya, sebagaimana firman-Nya di dalam alqur’an surah Al Hajj ayat 17 sbb:

Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Sabi’in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. (QS. 22:17)

Firman di atas tidak menyebut kata “agama” akan tetapi menggunakan kata “orang-orang.” Orang-orang adalah sekelompok orang yang dapat diartikan sebagai “kaum” sebagaimana hadits nabi yang menggunakan kata “kaum.” Hadits nabi tidak akan mungkin bertentangan dengan alqur’an kecuali penafsir yang membuatnya bertentangan. Untuk lebih memperjelasnya kembali kami kutip hadits tersebut:

Nabi Muhammad bersabda: “Kaum Yahudi telah terpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, sedangkan kaum nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, adapun ummatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Kesemuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja yang selamat.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ahmad).

Kata “ummatku” pada hadits di atas memiliki konotasi ambigu, yang bisa diartikan ummat islam saja dan bisa juga diartikan golongan ummat yang lebih luas lagi yaitu: orang-orang islam, orang-orang shabi’in, orang-orang majusi dan orang-orang musyrik.

Dalam surah al baqarah ayat 62, Tuhan Semesta Alam berfirman “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. 2:62).

Sebutan untuk orang-orang yang beriman dalam bahasa Arab disebut orang-orang mukmin. Secara etimologisnya berarti “percaya.” Perkataan iman berasal dari kata kerja “aamana yukminu” yang berarti percaya atau membenarkan. Iman bukan hanya milik ummat islam karena ummat agama lain juga memiliki iman. Dalam bahasa Yunani, iman juga disebut “pisti” yang secara etimologisnya adalah rasa percaya pada Tuhan.

Penulis tidak mengetahui kenapa Tuhan tidak menyebut dalam ayat 22:17 dan 2:62 “orang-orang islam.” Tuhan menggunakan frasa “orang-orang beriman (mukmin)” yang secara generatif tidak bisa diartikan orang-orang islam. Frasa “orang-orang beriman” bisa mengakomodir seluruh orang-orang yang tidak disebutkan dalam ayat tersebut seperti orang hindu, orang buddha, orang Kong Hu Chu, orang Shinto dan lain-lain. Dalam dua ayat yang berbeda, Tuhan dua kali menyebut “orang-orang shabi’in.”

Shabi’in adalah orang-orang yang mengikuti syariat nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau yang menyembah dewa-dewa. Kedudukan hukumnya menjadi sangat jelas bahwa orang Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu, Shinto, dan agama-agama kuno lainnya terakomodir dalam kata “shabi’in” sebab mereka adalah orang-orang yang beriman juga.

Majusi adalah orang-orang yang beragama zoroaster di Persia Kuno yang kini dikenal dengan nama Iran. Nabi mereka bernama Zarathustra (zoroaster) hidup pada 618 SM. Dia menyebut Cahaya Tuhan sebagai Ahura Mazda. Orang Majusi adalah orang pertama yang mengetahui kelahiran nabi Isa as (Yesus Kristus). Sejak agama islam berkembang di Iran, pemeluk agama ini menyingkir ke Bombay-India. Mereka dikenal sebagai orang-orang Parsi. Agama ini masih ada hingga saat ini meski pemeluknya paling kecil di dunia.

Musyrik menurut syariat islam adalah perbuatan mempersekutukan Allah dengan apapun. Kemusyrikan secara personal dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran selain ajaran Allah secara sadar dan suka rela.

“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi’in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (QS. 22:17)

Ummat islam terjebak dalam fatamorgana imaginatif mereka sendiri. Tanpa mereka sadari, terkadang mereka selalu mendahului kehendak Tuhan. Begitu mudahnya mereka menyebut dirinya saja yang paling benar dan agama lainnya salah. Betapa entengnya mulut mereka menyebut kata “kafir” atau “musyrik” sementara mereka sendiri tidak memahami hakikat dari kedua kata-kata itu. Tidak ada manusia yang beriman (percaya) kepada Tuhan yang pantas dikatakan kafir. Ketahuilah, sesungguhnya yang pantas dan layak untuk disebut kafir hanya satu. Dialah Ad-Dajjal.

Agama islam adalah agama yang di awal perkembangannya senantiasa diwarnai dengan peperangan. Doktrin-doktrin islam, baik yang terdapat dalam alqur’an maupun hadits-hadits nabi dianggap cukup dapat membangkitkan heroisme di dalam diri ummat islam. Hikmah dari semua itu adalah “Tuhan mempersiapkan kita melawan “DAJJAL.” Dajjal mengingkari alqur’an, karena itu Dajjal tidak gentar terhadap bacaan alqur’an. Perangilah Dajjal maka Allah akan memberimu kemenangan!.

DEFENISI DAJJAL
Nabi Muhammad bersabda: Tidak ada seorang nabi pun kecuali telah memperingatkan ummatnya tentang Dajjal yang buta sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwa Dajjal buta sebelah matanya, sedangkan Allah tidaklah buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya “kafir” (yang mampu dibaca oleh setiap muslim).

Dajjal (bahasa Arab: ad-Dajjal) dalam iman islam diyakini sebagai seorang tokoh yang akan muncul menjelang akhir zaman. Dajjal disebut kafir (mengingkari Tuhan) dan jahat, pembawa fitnah dan seorang pecak (buta sebelah matanya). Secara etimologi lafadz ad-Dajjal diambil dari perkataan orang Arab, maknanya adalah dicat dengan tertutupi dan menutupi dengannya. Dalam kata ad-Dajjal berarti “mencampuradukkan” yang maknanya merancukan dan mengaduk-aduk.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa defenisi ad-Dajjal adalah: yang mencampuradukkan yang hak dan yang batil (benar dan salah) kemudian merancukan dan mengaduk-aduknya lalu menutupi dengannya maka tertutupilah kebenaran.

DEFENISI AL-MASIH ad-DAJJAL
Almasih ad Dajjal adalah sebutan yang ditujukan kepada seorang penyamar atau seorang pembohong yang mengakui dirinya sebagai nabi atau Imam Mahdi atau Mesiah atau Satrio Piningit, atau Satria Pinandito atau Joko Lelono atau Buddha Matteya atau Kalki.

Almasih ad Dajjal adalah nabi palsu, Imam Mahdi palsu, Mesiah palsu, Satrio Piningit palsu, Satria Pinanditho palsu, Joko Lelono palsu, Buddha Matteya palsu, dan Kalki yang palsu.

Sejatinya Imam Mahdi, Mesiah (ALMASIH), Satrio Piningit, Satria Pinanditho, Joko Lelono, Buddha Matteya dan Kalki maka dia tidak akan mungkin menyebut dirinya atau mengakui dirinya sebelum Tuhan memperlihatkan keajaiban langit kepada seluruh ummat manusia dan mempersaksikannya. Dia hanya satu wujud dalam banyak nama. Satu wujud dalam banyak gelar. Satu wujud dalam banyak julukan.

CIRI-CIRI AL MASIH AD-DAJJAL
Apabila anda bertemu seseorang yang memiliki bentuk phisik yang sempurna (laki-laki atau perempuan) kemudian orang itu mengakui dirinya sebagai Imam Mahdi atau Mesiah (Almasih) atau Satrio Piningit atau Satrio Pinandhito atau Joko Lelono atau Buddha Matteya atau Kalki maka ketahuilah sesungguhnya di dalam wujud phisik yang sempurna bersembunyi sosok seperti Hadits berikut ini:

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya Al Masih Ad Dajjal seorang laki-laki pendek, berkaki bengkok, keriting rambutnya, buta sebelah matanya, dan matanya kabur tidak menonjol dan tidak cekung, jika ia memperdayai kalian maka ketahuilah Tuhan kalian tidaklah buta sebelah.” (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud).

USIA DAJJAL
Nabi Muhammad bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan telah memperingatkan ummatnya tentang Dajjal, dan nabi Nuh telah memperingatkan hal itu kepada ummatnya, juga para nabi yang datang sesudahnya.” (Hadits Riwayat Ahmad).

Berdasarkan hadits di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa usia Dajjal lebih tua dari nabi Nuh alaihisslam. Pertanyaannya siapakah dia?

DAJJAL KETURUNAN ADAM
Nabi Muhammad bersabda: “Ayah dan ibu Dajjal itu melewati perkawinannya selama 30 tahun tanpa melahirkan satu anak pun. Kemudian lahirlah dari mereka seorang anak laki-laki yang buta sebelah matanya. Ia menjadi orang yang paling berbahaya dan paling sedikit manfaatnya (bagi kedua orang tuanya dan bagi ummat manusia). Kedua matanya tertidur tetapi hatinya tetap terjaga.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad).

Pertanyaannya siapakah Dajjal? Ada pendapat yang menyatakan Dajjal adalah manusia dari bani Adam. Sebagian ulama menyatakan Dajjal adalah setan. Sebagian lagi mengatakan bapaknya manusia, ibunya dari bangsa jin. Dajjal butuh makan dan minum oleh karena itu nabi Isa alaihissalam membunuhnya dengan cara membunuh manusia biasa.

Cakra Ningrat berpendapat: Dajjal adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Qabil (Kain) yang bernama Lamekh yang mati tenggelam di saat terjadinya “banjir semesta” di masa nabi Nuh alaihissalam. Pendapat ini sesuai dengan hadits nabi Muhammad di atas “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan telah memperingatkan ummatnya tentang Dajjal, dan nabi Nuh telah memperingatkan hal itu kepada ummatnya, juga para nabi yang datang sesudahnya.” (Hadits Riwayat Ahmad). Dari hadits tersebut dapat dipertegas bahwa nabi Nuh mengenal Lamekh. Nuh adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Set, putra Adam yang ke tiga.

Untuk mengetahui silsilah nabi Adam kita bisa melihat perjanjian lama yang ditulis oleh nabi Musa alaihissalam.

Dalam Kitab Kejadian 4:17-24 sebagai berikut:
Kain bersetubuh dengan istrinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh, kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya. Bagi Henokh lahirlah Irad, dan Irad itu memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael memperanakkan Metusael dan Metusael memperanakkan Lamekh. Lamekh mengambil istri dua orang, yang satu namanya Ada dan yang satu namanya Zila. Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam di dalam kemah dan memelihara ternak. Nama adiknya Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. Zila juga melahirkan seorang anak, yakni Tubal Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi. Adik perempuan Tubal Kain adalah Naama. Berkatalah Lamekh kepada kedua istrinya itu:

“ Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku:
hai istri-istri Lamekh, pasanglah
telingamu kepada perkataanku ini:
Aku telah membunuh seorang laki-laki
karena ia melukai aku,
membunuh seorang muda karena
ia memukul aku sampai bengkak;
sebab jika Kain harus dibalaskan
tujuh kali lipat
maka Lamekh tujuh puluh tujuh
kali lipat.”

Kain (Qabil) membunuh Habel (Habil) dibalas tujuh kali sedangkan Lamekh membunuh orang muda dibalas tujuh puluh tujuh kali. Lamekh marah. Lamekh dendam dan benci kepada Tuhan.

Anak ketiga Adam bernama Set sebagai pengganti Habel (Habil) yang telah dibunuh oleh Kain (Qabil). Set memperanakkan Enos, selanjutnya pada generasi ke enam bernama Henokh. Dalam agama islam, Henokh dikenal dengan nama nabi Idris alaihissalam. Generasi keempat dari Henokh (Idris) atau generasi ke sepuluh dari Adam adalah Nabi Nuh alaihissalam.

Banjir semesta terjadi di masa nabi Nuh. Nabi Nuh selamat bersama putranya, sementara Lamekh bersama istri-istri dan anak-anaknya mati tenggelam. Dendam Lamekh kepada Tuhan semakin membara.

Nuh memiliki tiga orang putra, yakni Sem (Sam), Ham, dan Yafet. Dari ketiga orang inilah anak-cucu Adam dapat beranak pinak dan berkembang biak menguasai dunia nyata. Adapun yang menguasai alam barzah (gaib) adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Kain (Qabil) yaitu Lamekh.

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya Dajjal tidak bisa memiliki keturunan.” (Hadits Riwayat Muslim).

Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa Lamekh (Dajjal) memang sudah tidak bisa lagi menambah keturunan sebab dia adalah manusia yang sudah meninggal. Dia manusia pertama yang mengisi alam barzah. Dia penguasa alam itu. Dialah penguasa kegelapan. Dalam iman Kristiani, Dajjal dikenal sebagai ANTIKRISTUS.

Ummat islam sudah lama mengenal nama Dajjal, akan tetapi mereka tidak tahu dari mana asal muasal sosok tersebut. Sama halnya dengan ummat kristiani juga sudah lama mengenal frasa Antikristus, akan tetapi mereka juga tidak tahu dari mana asal muasal gelar itu. Sesungguhnya Dajjal dan Antikristus adalah Lamekh. Lamekh memiliki dua orang istri dan empat orang anak, tiga anaknya laki-laki dan satu perempuan. Tidak satu pun manusia yang dapat lepas dari pengaruh Dajjal dan Antikristus.

Nabi Muhammad bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada makhluk di muka bumi ini sejak Allah menciptakan Adam sampai hari kiamat yang fitnahnya lebih besar dari pada Dajjal.” (Hadits Riwayat Muslim).

Wahai ummat muslim sedunia, apabila ada yang menganggap dirinya dan mengakui dirinya serta telah memproklamirkan dirinya sebagai Imam Mahdi, nabi Isa Almasih (Mesiah), Buddha Matteyya, Dewa Kalki, Satrio Piningit, Satrio Pinanditho, dan Joko Lelono, maka ketahuilah bahwasanya kalian telah menebar fitnah yang tidak benar. Kalian adalah pengikut Dajjal. Kalianlah yang bergelar Almasih Ad Dajjal. Berapapun besarnya jumlah kalian.

ANTIKRISTUS
Sebagaimana yang telah kami kemukakan sebelumnya bahwa kata Dajjal tidak dikenal dalam alqur’an. Ummat islam mengetahui Dajjal dari hadits nabi Muhammad. Sama halnya dengan Antikristus, gelar itu tidak pernah disebut secara langsung oleh Yesus Kristus (nabi Isa Almasih) semasa hidupnya. Antikristus pertama kali disebut oleh rasul Paulus. Alqur’an mengakui rasul Paulus sebagai Ahlil Kitab.

1. Yohannes 18-19.
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk kepada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.

1. Yohannes 2:22
Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.

1. Yohannes 4:3
Dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini dia sudah ada di dalam dunia.

2. Yohannes 1:7
Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.

Sebagaimana 1. Yohannes 4:3 disebutkan: “…dan sekarang ini dia sudah ada di dalam dunia.” Yang dimaksud dengan kalimat “sekarang ini dia sudah ada di dalam dunia” adalah Lamekh. Dia itulah yang dimaksud SI PENDUSTA. Lamekh adalah manusia, generasi ketujuh Adam dari garis keturunan Kain. Lamekh meninggal saat banjir semesta di masa Nuh. Roh Lamekh disebut tidak berasal dari Allah, karena dia benci, marah, dan dendam kepada Allah. Roh Lamekh adalah roh Antikristus Sang Pendusta.

Wahai seluruh ummat kristen sedunia, berhati-hatilah dan waspada oleh karena Yohannes telah mengingatkan kita bahwa Antikristus berada di antara ummat kristiani sendiri. Banyak di antara kalian (ummat kristen) adalah Antikristus.

Ummat kristiani akan menolak pendapat ini sebab mereka beranggapan bahwa selama ini mereka adalah orang-orang yang beriman dan percaya kepada Yesus Kristus. Akan tetapi jika dikatakan Imam Mahdi adalah Yesus Kristus, apakah kalian dapat menerimanya? Jika kalian menolak pendapat ini maka kalian itulah yang dimaksud oleh Yohannes sebagai Antikristus yang berada di antara kita. Anda adalah Maseas palsu. Sang pendusta.

Kepada ummat islam yang menerima Imam Mahdi tapi menolak Yesus Kristus, atau masih mempertentangkan Yesus Kristus dengan Isa Almasih maka ketahuilah bahwa roh Dajjal ada di dalam diri kalian. Andalah yang bergelar Almasih ad Dajjal. Dajjal memakai diri kalian tanpa kalian sadari untuk menebar fitnah.

(Cakra Ningrat akan menulis artikel khusus tentang Isa adalah Yesus Kristus dan Yesus adalah Isa dengan satu pemikiran, jika Al Mahdi diislahkan (didamaikan) oleh Allah dalam satu malam, maka ummat islam dan ummat kristen pasti akan didamaikan juga. Tinggal menunggu waktu saja).

BUTA SEBELAH
Nabi Muhammad bersabda: Tiadalah Allah mengutus seorang nabi pun kecuali pasti para nabi itu telah mengingatkan ummatnya akan orang yang buta sebelah dan sesungguhnya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah. (Hadits Riwayat Buhari, Muslim).

Kita tidak bisa menafsirkan “buta sebelah” secara harfiah bahwa yang dimaksud dengan “buta sebelah” adalah mata lahiriahnya atau mata jasadnya. Para sahabat berkata: Dajjal ini lebih menyerupai Ibnu Qathan, laki-laki dari Khuza’ah (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: Jika dia (Ibnu Qatham) memang Dajjal maka engkau tidak akan pernah bisa membunuhnya. (HR. Muslim).

Dari hadits di atas dapat disebutkan bahwa buta sebelah tidak bisa diartikan secara fisik (jasad) oleh karena Tuhan Semesta Alam telah memberi karunia besar kepada ummat manusia berupa dua mata yang lain. Kedua mata tersebut adalah MATA HATI DAN JIWA serta MATA AKAL DAN FIKIRAN.

Mata Hati dan Jiwa memiliki arti yang sangat luas, akan tetapi tidak terbatas pada iman dan kepercayaan seseorang terhadap agama yang dianutnya.

Mata Hati dan Jiwa berkaitan juga dengan semua hal yang berhubungan dengan perasaan emosional dan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi psikologi seseorang.

Mata Akal dan Fikiran adalah mata manusia dalam arti yang luas tetapi tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat eksakta atau yang bersifat kongkrit yang dapat diketahui dan diselidiki berdasarkan percobaan atau analisis serta dapat dibuktikan kebenarannya dengan pasti.

Sebagai ummat yang beragama (kristen dan islam) pada hakekatnya kita menerima agama kita hanya sebatas pada KEYAKINAN. Kita menerima keyakinan itu dalam bentuk dogma agama. Dogma dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua penganut agama tersebut. Sebagai unsur dasar dari agama, istilah dogma diberikan kepada ajaran-ajaran yang dianggap telah terbukti baik, sedemikian rupa sehingga usul bantahan atau revisinya berarti bahwa orang itu tidak menerima lagi agama tersebut sebagai agamanya sendiri, atau ia mengalami keragu-raguan pribadi. Penolakan terhadap dogma berarti dianggap sebagai ajaran sesat. Dogma di dalam islam dikandung dalam aqidah islamiyah.

Cakra Ningrat berpendapat; manusia yang mempercayai Tuhan berdasarkan dogma agamanya maka manusia itulah yang disebut dengan Bermata Satu oleh karena mereka hanya menerima Tuhan hanya berdasarkan keyakinan semata. Mereka meraba-raba Tuhan dengan menggunakan satu penglihatan yaitu hanya menggunakan mata hati dan jiwanya, atau meyakini Tuhan hanya dengan satu penglihatan dianggap sama saja dengan meraba-raba atau menerka-nerka atau menebak-nebak dalam kegelapan. Kebenaran yang diyakini dalam kegelapan adalah sebuah kebenaran yang tidak memiliki kepastian hukum. Mereka yang menerima Tuhan dengan hanya sebelah mata memiliki potensi yang cukup besar dan sangat berpeluang untuk disebut sebagai Almasih ad Dajjal atau Antikristus.

Nabi Muhammad bersabda: Aku benar-benar akan memperingatkan kalian tentang Dajjal. Tidak ada seorang nabi melainkan ia pernah memperingatkan kaumnya tentang masalah tersebut. Tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelumku. Dia itu (Dajjal) picak sedangkan Allah tidaklah picak (Hadits Riwayat Bukhari).

Picak artinya “gepeng.” Suatu benda yang keadaannya tidak sempurna, contoh; ban pada kendaraan, bola, atau kepala yang tidak sempurna bentuknya sebutannya adalah “gepeng.” Dajjal itu “picak” artinya Allah ingin manusia menggunakan akal untuk memahami Tuhannya. Bila memahami Tuhan hanya sebatas keyakinan maka keyakinan itu dianggap “picak” atau tidak sempurna. Allah Maha Sempurna dan kita harus menerima dan memahami Tuhan dengan sempurna, baik dengan keyakinan kita maupun dengan akal fikiran kita. Sempurnanya sebuah keyakinan kepada Tuhan bilamana akal dan fikiran telah membenarkannya. Itulah kebenaran mutlak yang bersifat universal.

Nabi Muhammad bersabda: “Dajjal akan keluar dari bumi sebelah Timur yang disebut Khurasan. Dajjal akan diikuti oleh kaum yang wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit.” (Hadits Riwayat Tirmidzi).

Hadits di atas tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalimat “wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit” bermakna orang-orang yang akal fikirannya tertutup. Wajah orang-orang itu diibaratkan seperti tameng yang dilapisi kulit. Mereka yang tidak menggunakan akal dan fikirannya dalam memahami Tuhan, itulah yang disebut sebagai pengikut-pengikut Dajjal.

Nabi Muhammad bersabda: “Akan muncul sekelompok pemuda yang (pandai) membaca Alqur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka. Setiap kali keluar sekelompok mereka, maka akan tertumpas sehingga muncul Dajjal di tengah-tengah mereka.” (HR. Ibnu Majah).

Hadits di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah. Pemuda yang pandai membaca Alqur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka maknanya adalah pemuda yang hanya meyakini Alqur’an. Keyakinan mereka hanya sebatas dada, tidak melewati tenggorokan mereka artinya tidak sampai ke atas kepala menyebabkan mereka tidak memahami Alqur’an dengan akal fikirannya.

Sebutan “pemuda” pada hadits di atas bukan dalam konteks usia muda, akan tetapi lebih dimaksudkan pada “kuatnya keyakinan ummat islam kepada kebenaran alqur’an.” Betapapun kuatnya keyakinan itu, bila ummat islam tidak menggunakan akal fikirannya untuk memahaminya maka dipastikan Dajjal akan hadir di tengah-tengah mereka. Satu-satunya cara untuk memproteksi (melindungi) diri dari hasutan fitnah Dajjal adalah “gunakan akal fikiran anda dalam memahami Tuhan.” Kelemahan Dajjal hanya satu yaitu “Dajjal tidak memiliki akal dan fikiran.” Senjata kita hanya satu, “Akal dan fikiran.” Gunakanlah senjata itu.

Nabi Muhammad bersabda: “Tidak ada satu negeri pun, melainkan semua diinjak oleh Dajjal, kecuali Mekkah dan Madinah. Semua jalan yang menuju ke sana dijaga dengan malaikat dengan berbaris. Maka berhentilah Dajjal di sebuah kebun (di pinggir kota Madinah). Madinah berguncang tiga kali maka keluarlah semua orang-orang kafir dan munafik dari kota Madinah menemui Dajjal.” (Hadits Riwayat Al Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas tidak bisa dimaknai secara harfiah. Hadits di atas adalah contoh sebuah keyakinan yang dibenarkan oleh akal fikiran yaitu: Madinah dan Mekkah. Di Madinah terdapat Mesjid Nabawi (mesjid nabi) di dalam mesjid itu terdapat kuburan nabi Muhammad yang disebut Raodah. Bukti kuburan nabi dapat kita saksikan dan masih terpelihara sampai sekarang. Berdasarkan alat bukti (kuburan) tersebut maka akal dan fikiran kita membenarkannya. Karena akal dan fikiran sudah membenarkannya maka Dajjal tidak bisa masuk untuk menebar fitnah dan merubahnya.

Demikian halnya terhadap Mekkah. Di Mekkah terdapat Ka’bah. Ummat islam meyakini bahwa Ka’bah dibangun oleh nabi Ibrahim. Keyakinan ini dibenarkan oleh akal dan fikiran karena adanya bukti sejarah yaitu maqam nabi Ibrahim. Dajjal tidak bisa mengubahnya dengan menebar fitnah oleh karena akal fikiran telah membenarkan berdasarkan bukti bekas telapak kaki orang yang membangunnya (nabi Ibrahim).

DAJJAL BERADA DI INDONESIA
Nabi Muhammad bersabda: “Ketahuilah bahwa dia (Dajjal) berada di Laut Syam atau Laut Yaman. Oh tidak, bahkan ia datang dari arah timur. Apa itu dari arah timur? Apa itu dari arah timur……. Dan beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah timur.” (Hadits Riwayat Muslim).

Cakra Ningrat berpendapat: Arah timur yang ditunjuk oleh nabi adalah negeri kita Indonesia. Keyakinan ini berdasarkan bukti yang ada bahwa jumlah pemeluk agama islam terbanyak di dunia adalah Indonesia. Bila Imam Mahdi / Masseas ada di Indonesia, dipastikan Dajjal juga berada di Indonesia.

TAMIM ad Daari
Diriwayatkan dari Fatimah binti Qais bahwa Rasulullah menceritakan kisah Tamim ad Daari tersebut dan pengalamannya di tengah lautan ketika bertemu dengan sesosok makhluk yang terbelenggu. Rasulullah membenarkan kisah Tamim ad Daari tersebut adalah Dajjal yang keluar di akhir zaman. Di dalam kisah tersebut disebutkan bahwa Dajjal berkata: “…maka aku akan keluar dan mengelilingi dunia. Tidak ada satupun daerah kecuali aku masuki dalam waktu 40 malam, kecuali Makkah dan Thoyyibah (nama lain Madinah), karena keduanya diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki salah satunya, maka akan dihalangi malaikat-malaikat yang di tangan-tangan mereka tergenggam pedang-pedang terhunus menghalangku dari keduanya…” maka Rasulullah mengatakan sambil menunjuk tongkat ke tanah “Inilah yang dimaksud Thoyibah (2x), inilah yang disebut sebagai Thoyibah yakni Al Madinah. Bukankah aku pernah mengatakannya kepada kalian?” maka manusia menjawab: “Ya!” Rasulullah pun bersabda: “Sungguh sangat mengagumkan aku berita dari Tamim ad Daari ini, sesungguhnya ia cocok dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Makkah. Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) ada di Laut Syam atau Laut Yaman. Tidak! Bahkan di arah Timur, bahkan di arah Masyriq sambil mengisyaratkan dengan tangannya ke arah Timur (Hadits Riwayat Muslim).

Tamim bin Aws ad-Dari, awalnya adalah seorang pendeta Nasrani, ia tinggal di selatan Palestina dan daerah tersebut dikuasai oleh Bani al-Dar. Pertemuan pertama dengan nabi Muhammad saat ia memimpin sepuluh delegasi Bani al Dar, lalu nabi memberinya sebagian pendapatan tanah yang telah di taklukkan pihak Muslim di pertempuran Khaybar. Al Dari kemudian memeluk islam dan tinggal di Madinah. Tamim ad Daari dikenal sebagai narator pertama untuk cerita-cerita islam termasuk tentang Dajjal sebagaimana hadits di atas.

Ada beberapa kelompok islam menyebut dirinya sebagai Bani Tamim dengan identitas bendera atau Panji Hitam. Mereka siap berjihad untuk berperang membantu Imam Mahdi melawan Dajjal dan musuh-musuh islam. Tidak berlebih-lebihan jika dikatakan siapapun yang mengakui kelompoknya Bani Tamim maka kita dapat menyebut kelompok itu terjebak dengan narasi Tamim ad Daari. Tidak ada yang memahami persoalan Dajjal kecuali Imam Mahdi sendiri. Nabi Muhammad saja tidak mengetahui secara persis dimana munculnya, akan tetapi dengan isyarat-isyarat tangannya yang selalu menunjuk ke arah timur semakin menguatkan dugaan kita bahwa beliau menunjuk Indonesia.

Nabi Muhammad bersabda: Dajjal akan turun dari daerah dataran yang bergaram yang bernama Marriqanah. Maka yang banyak mengikutinya adalah para wanita, sampai seorang laki-laki pulang ke rumahnya menemui istrinya, ibu, dan anak perempuan serta saudara perempuan dan bibinya kemudian mereka ikat karena khawatir kalau-kalau keluar rumah menemui Dajjal dan mengikutinya. (Hadits Riwayat Ahmad)

WANITA
Kita tidak dapat mengetahui daerah mana yang dimaksud Marriqanah. Apakah sebutan Marriqanah sama dengan sebutan Amriqanah (bahasa Arab) untuk menyebut sebuah negara Amerika? Jika dugaan penulis benar maka bukan Amerikanya yang perlu kita kaji secara mendalam tapi “siapa” yang berada di balik Amerika. Yang berada di belakang Amerika adalah “Yahudi.”

Yahudi adalah sebuah suku dari dua belas suku yang pernah ada dari garis keturunan Yehuda putra nabi Yakub alaihissalam. Karena Yehuda memiliki keturunanan yang paling banyak maka seluruh keturunan Israil (nabi Yakub) mengacu pada sebutan “Yahudi.” Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa.

Agama Yahudi menepis seluruh keyakinan islam dan kristen tentang Dajjal dan Antikristus. Yahudi tidak mengakui Yesus Kristus (Isa Almasih) sebagai Mesiah. Ummat Yahudi berkeyakinan, Mesiah adalah Raja dan nanti akan muncul untuk membangun kembali Bait Allah yang didirikan oleh Raja Salomo (nabi Sulaiman). Semua Yahudi yang hidup di pembuangan kembali ke Israil untuk dipimpin oleh Raja Mesiah. Israil akan menjadi pusat kerajaan Allah dimana Allah sendiri duduk sebagai Raja, yang secara unik dipegang oleh Mesiah.

Entitas suku bangsa dan agama Yahudi dikenal sangat kuat memegang teguh keyakinan bahwa golongan merekalah yang paling diberi kemuliaan dan diberkati Allah. Yudaisme umumnya memandang Yesus sebagai salah satu dari sekian banyak Mesiah palsu yang muncul dalam sejarah. Yesus dianggap sebagai yang paling berpengaruh dan paling banyak membuat kerusakan di antara semua Mesiah-Mesiah palsu yang tercatat dalam sejarah Yahudi.

Oleh karena orang Yahudi tidak segan-segan menyebut Yesus Kristus sebagai Messiah palsu maka orang-orang kristen tidak usah ragu untuk mengatakan bahwa orang-orang Yahudi adalah Antikristus. Kebanyakan ummat islam mengambil sikap tegas dengan mengatakan Yahudi adalah ad Dajjal.

Saling tuduh-menuduh antara Yahudi, Kristen, dan Islam terhadap permasalahan-permasalahan di ranah Gaib adalah sebuah bentuk permusuhan klasik yang sudah berjalan ribuan tahun. Karena akar masalahnya tentang Gaib (Allah) maka logis jika ummat kristen dan islam membutuhkan kehadiran seorang tokoh atau sosok yang meskipun sosok / tokoh itu gaib dimana ummat kristen dan ummat islam tidak melihatnya atau berjumpa dengannya akan tetapi kemunculannya sangat diharapkan untuk mengakhiri permusuhan ini. Namun sebelum tokoh / sosok itu muncul, manusia sangat membutuhkan adanya pencerahan pemikiran agar kita tidak berputar-putar dalam sebuah lorong bernama “kegelapan.”

Suku bangsa dan agama Yahudi tidak memasukkan “kehidupan syurga” dalam keimanan mereka. Tema sentral tujuan mereka adalah “kejayaan Israil” menguasai kehidupan manusia di dunia ini. Pemikiran Yahudi hanya semata-mata untuk kesenangan duniawi. Sangat beralasan jika nabi Muhammad mengatakan yang banyak mengikuti Dajjal adalah para wanita yaitu istri, ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan bibi kita karena wanita memiliki kecenderungan dalam kehidupan dunia yang penuh dengan perhiasan dan materi. Selain itu wanita juga memiliki kondisi emosional dalam bersikap saat mengambil keputusan, wanita selalu didominasi oleh perasaannya. Kelemahan-kelemahan wanita seperti ini selalu dimanfaatkan dan dieksploitasi oleh Dajjal dengan tujuan untuk menyesatkan mereka. Salah satu kesenangan wanita yang paling disukai Ad Dajjal adalah kegemarannya bergosip. Gosip adalah obrolan tentang orang lain, yang berhubungan dengan cerita negatif tentang seseorang atau pergunjingan. Terkadang pembicaraan gosip memberi ruang khusus kepada hal-hal yang berbau fitnah. Adalah menjadi kewajiban bagi laki-laki untuk membantu memberi penguatan kepada wanita dalam melawan pengaruh-pengaruh Dajjal oleh karena laki-laki memiliki potensi akal yang lebih bagus dalam memahami Tuhan.

YAHUDI
Nabi Muhammad bersabda: “Dajjal akan keluar dari Yahudiyah Ashbahan dan 70.000 orang Yahudi memakai mahkota akan menjadi pengikutnya. (Hadits Riwayat Ahmad).

Secara geografis Ashbahan terletak di provinsi Isfahan, Iran, tepatnya di sebelah barat provinsi Khurasan. Dalam provinsi Isfahan terdapat sebuah kota bernama Isfahan. Salah satu desa dalam kota Isfahan disebut Yahudiyyah karena penduduknya khusus orang Yahudi.

Nabi Muhammad bersabda: Para pengikut Dajjal adalah dari kelompok Yahudi, Isfahan, 70.000 orang memakai thayalisah (topi penutup kepala). (Hadits Riwayat Muslim).

Kedua hadits di atas tidak bisa diartikan secara harfiah bahwa Dajjal adalah sosok nyata, berperang secara nyata dengan memimpin pengikut sebanyak 70.000 orang Yahudi Ashbahan atau Isfahan. Dajjal adalah sosok gaib yang tidak dapat dilihat mata. Pengikutnya adalah manusia nyata yang memiliki sifat yang sama dengan sifat-sifat orang Yahudi. Orang Yahudi suka memfitnah orang lain, suka berdusta dan suka berbohong. Siapapun di antara kita yang suka memfitnah, berdusta dan suka berbohong, apapun suku dan bangsa kita, serta agama apapun yang kita anut jika memiliki ketiga sifat-sifat tersebut dapat disebut sebagai pengikut setia Dajjal.

Oleh karena Dajjal adalah sosok yang gaib bagi manusia maka lawan tangguh Dajjal adalah manusia yang nyata, akan tetapi manusia itu tidak diketahui oleh ummat manusia (gaib). Orang itu bergelar Imam Mahdi / Yesus Kristus (Isa Almasih). Dia ada di Indonesia namun kita tidak mungkin dapat mengetahui dimana keberadaannya, karena itulah sehingga leluhur kita menamakannya sebagai Satrio Piningit.

GORO-GORO
Leluhur kita telah memberi pegangan kepada kita bahwa sebelum Indonesia memasuki masa keemasannya di bawah kepemimpinan Satrio Piningit (Imam Mahdi / Yesus Kristus) yang bergelar Ratu Adil, maka Jawa (Indonesia dan Dunia) akan dilanda kerusuhan dan kesurupan massal yang disebut “Goro-Goro.” Goro-goro adalah suatu keadaan yang kacau balau karena bangkitnya arwah orang-orang yang sudah meninggal dunia.

Nabi Muhammad bersabda: “Keluarlah pada hari itu seorang yang terbaik di antara yang terbaik. Dia berkata “Aku bersaksi engkau adalah Dajjal yang telah disampaikan kepada kami oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.” Dajjal berkata (kepada pengikutnya)” Apa pendapat kalian jika aku bunuh dia dan aku hidupkan kembali, apakah kalian masih ragu kepadaku?” Mereka berkata “Tidak” maka Dajjal membunuhnya dan menghidupkannya kembali…” (Hadits Riwayat Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Dajjal akan menggeregaji seseorang kemudian akan membangkitkannya kembali.” (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Dia datang kepada satu kaum mendakwahi mereka. Mereka pun beriman kepadanya, menerima dakwahnya. Maka Dajjal memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka turunlah hujan dan tumbuhlah tanaman…” (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Dia memilliki keledai yang ditungganginya, lebar antara dua telinganya 40 hasta.” (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad bersabda: “Sungguh Dajjal akan keluar dan bersamanya ada air dan api. Apa yang dilihat manusia air sebenarnya api yang membakar. Apa yang dilihat manusia api sesungguhnya adalah air minum dingin yang segar. Barang siapa di antara kalian yang mendapatinya, hendaknya memilih yang dilihatnya api, karena itu adalah air segar yang baik. (HR. Muslim)

Nabi Muhammad bersabda: “Di antara fitnah-fitnah Dajjal adalah bahwa bersamanya ada surga dan neraka. Padahal sesungguhnya nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka. Barang siapa mendapatkan cobaan dengan nerakanya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dan hendaknya ia membaca ayat-ayat di awal surah Al-Kahfi (HR. Majah).

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya bersama dia ada surga dan nerakanya, sungai dan air, serta gunung roti. Sesungguhnya surganya Dajjal adalah neraka dan nerakanya Dajjal adalah surga.” (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad bersabda: “Dia (Dajjal) mendatangi reruntuhan dan berkata: “Keluarkanlah perbendaharaanmu.” Maka keluarlah perbendaharaannya mengikuti Dajjal seperti sekelompok lebah.” (HR. Muslim).

Nabi Muhammad bersabda: “Barang siapa yang mendengar tentang Dajjal hendaklah ia menjauh darinya. Demi Allah! Sesungguhnya ada seorang laki-laki akan mendatanginya dan ia menyangka dirinya beriman, lalu ia justru mengikutinya karena pengaruh syubhat (kerancuan yang membingungkan yang ditimbulkan Dajjal) (HR. Abu Dawud).

Nabi Muhammad bersabda: antara fitnah Dajjal adalah ia akan berkata pada orang-orang “Bagaimana menurutmu jika aku membangkitkan ayah dan ibumu lalu engkau bersaksi aku adalah Tuhanmu, apakah engkau mau?” “Iya mau,” jawab orang tersebut. Lalu dua setan menyerupai bentuk ayah dan ibunya lantas keduanya berkata “wahai anakku, ikutlah dia (yaitu Dajjal) karena dia adalah Rabbmu.” (HR. Ibnu Majah).

Hadits-hadits yang kami kemukakan di atas adalah suasana kebingungan manusia saat terjadinya goro-goro. Kebingungan mereka disebabkan karena telinga mereka mendengar begitu banyaknya suara-suara gaib yang entah darimana sumber bisikan itu. Semua yang dibisikkan dan diperdengarkan berisikan fitnah, dusta dan kebohongan-kebohongan tentang kebenaran. Dajjal bersama seluruh pembantu-pembantunya yaitu roh-roh orang mati yang tersesat, setan-setan, dan jin akan dibangkitkan untuk menipu dan menyesatkan semua manusia. Setan-setan akan bercakap-cakap dengan manusia.

Nabi Muhammad bersabda: “Di antara fitnah-fitnah Ad Dajjal adalah, bahwa bersamanya ada surga dan neraka. Padahal sesungguhnya neraka adalah surga dan surga adalah neraka. Barang siapa mendapatkan cobaan dengan nerakanya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dan kehendakilah ia membaca ayat-ayat di awal surah Al Kahfi.” (HR. Ibnu Majah).

AL-KAHFI
Yang dimaksud ayat-ayat di awal Surah Al-Kahfi sebagaimana yang disabdakan oleh nabi Muhammad adalah ayat 1 sampai 8, yang terjemahannya sebagai berikut:

  1. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;
  2. sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,
  3. mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
  4. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak.”
  5. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
  6. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).
  7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
  8. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.

Cakra Ningrat mengajak kepada seluruh pembaca khususnya warga setia blog SPTM agar menghayati dan mencermati, menganalisis dan mengkaji hakikat dan makna serta pesan-pesan Tuhan yang tersembunyi di balik ayat-ayat tersebut di atas untuk diambil sebuah hikmah dan pelajaran dengan menggunakan logika, akal, dan fikiran kita masing-masing. Sebagai ilustrasi kami contohkan hakikat, makna, dan pesan Tuhan yang tersembunyi di ayat ke 8 sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang rata lagi tandus.”

Pesan Tuhan yang tersirat pada ayat di atas hanya dapat kita ketahui bila kita menggunakan logika, akal, dan fikiran kita untuk menemukan hakikat dan maknanya yaitu:

    1. “Kami benar-benar akan menjadikan (pula)” maksudnya Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu akan menciptakan secara nyata (menjadikan) pula… “apa yang di atasnya” maksudnya adalah langit yang ada di atas kita sekarang. Langit akan runtuh bersamaan dengan runtuhnya tanah yang kita pijak sekarang ini.
    2. menjadi tanah yang rata lagi tandus.” Maksudnya langit akan menjadi tanah yang rata lagi tandus. Tanah yang rata lagi tandus namanya adalah PADANG MAHSYAR. Di Padang Mahsyar itulah Tuhan akan mengadili kita.

Pembaca dan ummat islam tidak dianjurkan untuk menghafal ayat 1-8 atau ayat pembuka Suratulkahfi oleh karena Dajjal bersama pengikut-pengikutnya sama sekali tidak takut apalagi gentar sedikitpun terhadap ayat-ayat atau bacaan alqur’an. Satu-satunya kekuatan kita adalah kekuatan logika, akal, dan fikiran kita sendiri. Kekuatan itu bersifat aksiomatik. Kekuatan yang kebal terhadap hasutan dan fitnah Dajjal. Kekuatan itu sebagai perlindungan diri dari segala macam tipu muslihat dan kebohongan Antikristus, Mesiah palsu, Ad Dajjal Sang Pendusta.

IMAM MAHDI ADALAH ISA (YESUS KRISTUS)
Nabi Muhammad bersabda: “Tidaklah ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus).” (HR. Ibnu Majah).

Ummat islam keliru jika menganggap Imam Mahdi dan Isa Ibnu Maryam dua sosok yang berbeda. Kekeliruan yang sama jika ummat islam menganggap Isa Ibnu Maryam dan Yesus Kristus dua tokoh yang berlainan. Imam Mahdi adalah Isa Ibnu Maryam (Isa Almasih). Isa Ibnu Maryam (Isa Almasih) adalah Yesus Kristus (Maseas) karena itu Imam Mahdi adalah Yesus Kristus (Maseas).

Nabi Muhammad bersabda: “Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) itulah Imam Mahdi,” (HR. Ibnu Majah)

CIRI-CIRI YESUS KRISTUS (ISA ALMASIH)
Nabi Muhammad bersabda: “Tidak ada seorang nabi antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun (dari langit), apabila kamu telah melihatnya, maka ketahuilah; bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” (HR. Abu Dawud).

Bandingkan hadits di atas dengan hadits yang menggambarkan ciri-ciri Imam Mahdi berikut ini:
Nabi Muhammad bersabda: “Al-Mahdi berasal dari ummatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kehalifaan) berumur tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).

Dari kedua hadits di atas, kita tidak menemukan perbedaan, apalagi pertentangan terhadap ciri-ciri Imam Mahdi dan ciri-ciri Yesus Kristus (Isa). Kita mendapatkan kedua hadits di atas saling melengkapi dan menggenapkan. Berdasarkan kedua hadits di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri Imam Mahdi / Yesus Kristus (Isa) adalah:

“Seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung.”

Hadits menyebutkan: “Ia akan turun dengan dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” Tidak bisa ditafsirkan secara harfiah. Hadits tersebut seharusnya ditafsirkan seperti berikut ini:

“dua lapis pakaian” maksudnya pakaian pada lapis pertama adalah GAIB yang disebut Imam Mahdi dan pakaian pada lapis kedua adalah NYATA yang disebut Yesus Kristus (Isa Al Masih).

“yang dicelup dengan warna merah” warna merah diartikan sebagai “darah.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pakaian pada lapis pertama (Imam Mahdi) dan pakaian pada lapis kedua (Yesus Kristus / Isa Almasih) adalah satu sosok manusia yang hidup, memiliki darah dan darahnya berwarna “merah” sama seperti manusia lainnya.

Hadits menyebutkan “kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” Tidak bisa ditafsirkan secara harfiah. Penafsirannya harus tetap mengacu pada arti Mahdi dan hakikat kejadian Isa Almasih / Yesus Kristus.

Mahdi artinya: Orang yang mendapat petunjuk Allah. Hakikat kejadian Isa Almasih / Yesus Kristus adalah Ruhullah (Roh Allah) Kalimatullah (Kalimat Allah). “ kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah” makananya “Roh Allah (Ruhullah) berada di dalam kepalanya.”

Anak manusia itu sama dengan manusia lainnya. Di dalam kepala anak manusia itu ada Roh Allah (Ruhullah). Tuhan Semesta Alam memberi petunjuk, memberi perintah dan mengendalikan langsung anak manusia itu dengan perantaraan Roh Allah (Ruhullah) yang berada di dalam kepalanya sehingga segala perkataan-perkataan yang diucapkan anak manusia itu adalah firman Allah (kalimatullah) yaitu perkataan yang benar yang akan dibuktikan kebenarannya.

Berdasarkan ciri-ciri Imam Mahdi / Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) sebagaimana yang disampaikan oleh nabi Muhammad dalam dua haditsnya yaitu “Seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung”akan semakin memperkuat dugaan kita bahwa Imam Mahdi / Isa Ibnu Maryam / (Yesus Kristus) berada di sebelah Timur tepatnya di Indonesia. Setinggi-tinggi dan sebesar-besarnya laki-laki Indonesia bila dibandingkan dengan laki-laki Arab, Israil, Eropa, dan Afrika maka tetap saja laki-laki Indonesia berada dalam postur “berperawakan tubuh sedang.”

TANDA-TANDA KEMUNCULANNYA

a. Imam Mahdi
Nabi Muhammad bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenangan-wenangan dan kezaliman (HR. Ahmad).

b. Yesus Kristus / Isa Almasih
Dalam injil Markus 13:8
Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

Tanda kemunculan Imam Mahdi menurut hadits nabi Muhammad “ketika banyak terjadi perselisihan antar manusia dan gempa-gempa” memiliki kesamaan dengan tanda kedatangan (kemunculan) Yesus Kristus / Isa Almasih yaitu “bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan akan melawan kerajaan (banyak terjadi perselisihan antar manusia). Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat (gempa-gempa) dan akan ada kelaparan.”

Nabi Muhammad bersabda: Sekelompok dari ummatku akan tetap berperang dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat, sehingga turunlah Isa bin Maryam, maka berkatalah pemimpin mereka (Al Mahdi): “kemarilah dan imamilah shalat kami.” Ia menjawab; “Tidak, sesungguhnya kamu adalah sebagai pemimpin terhadap sebagian yang lain, sebagai satu kemuliaan yang diberikan Allah kepada ummat ini (ummat islam).” (HR. Muslim dan Ahmad).

Tiba-tiba Isa sudah berada di antara mereka dan dikumandangkanlah shalat, maka dikatakan kepadanya, majulah kamu (menjadi imam shalat) wahai Ruh Allah.” Ia menjawab: “Hendaklah yang maju itu pemimpin kamu dan hendaklah ia yang mengimami shalat kamu.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Menurut pandangan islam, hal pertama yang dilakukan Isa (Yesus Kristus) setelah turun dari langit adalah menunaikan shalat sebagaimana yang dijelaskan oleh kedua hadits di atas. Isa akan menjadi makmum dalam shalat yang diimami oleh Imam Mahdi.

Pandangan ummat islam keliru bila beranggapan nabi Isa (Yesus Kristus) menjadi makmum dalam shalat yang diimami oleh Imam Mahdi. Imam dan makmum adalah dua orang sosok yang berbeda. Pandangan ini jelas bertentangan dengan hadits nabi yang mengatakan: “Tidaklah ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus).” Nabi Muhammad menegaskan “Imam Mahdi dan Isa (Yesus Kristus) hanya satu sosok.”

Nabi Muhammad bersabda: “Almasih bin Maryam (Yesus Kristus) dari antara kamu yang akan menjadi imam (pemimpin) kamu.” (HR. Bukhari, Muslim).

Hadits-hadits di atas tidak bisa ditafsirkan secara harfiah. “Berperang dalam kebenaran secara terang-terangan sampai hari kiamat” bukan berarti berperang dengan memanggul senjata dan berdakwah. Yang dimaksud sekelompok dari ummatku” adalah Imam Mahdi bersama pengikutnya yang sudah secara terang-terangan menunjukkan jati diri dan kebenarannya. Mereka sudah mendapat kemudahan-kemudahan di berbagai tempat. Panji-panji atau lambang-lambang kelompok / komunitas “kemahdian” yang selama ini tersembunyikan sudah dikenakan secara terang-terangan yang merupakan lambang persatuan, persaudaraan, dan persahabatan mereka. Meskipun lambang-lambang atau panji-panji mereka seragam, akan tetapi ada satu di antara mereka yang merupakan pemimpin (Imam). Kebersamaan Imam Mahdi dengan pengikutnya inilah yang dikemas dalam kata “shalat.”

Nabi Muhammad bersabda: “Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) akan turun di “menara putih” (Al Mannaratul Baidha’) di Timur Damsyik.”

Kita tidak bisa menafsirkan hadits di atas bahwa Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) akan turun di menara putih di Timur Damsyik (Damaskus), Suriah. Kemungkinan yang dimaksud dengan “menara putih” adalah simbol “terang” atau “menerangi.” Beberapa orang berpendapat “Menara Putih di Timur Damsyik” adalah mesjid Al Jami’. Pendapat ini jelas keliru oleh karena Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) dalam kemunculannya tidak akan berpihak atau membawa salah satu agama entah agama islam, agama kristen, atau agama lainnya.

Damsyik (Damaskus) adalah ibu kota negara Suriah yang saat ini tengah dilanda perang saudara. Ratusan ribu ummat islam dan kristen telah dibantai di negara yang dipimpin oleh presiden Bashar Al Assad. Keluarga Assad yang mendominasi pemerintahan adalah penganut faham Alawi. Agama Alawi merupakan salah satu sekte syiah yang cukup sinkretis karena juga menyerap beberapa unsur keagamaan lain di sekitarnya mulai kekristenan, zoroastrianimisme hingga paganisme (penyembah berhala). Alawi memiliki keyakian “reinkarnasi” yaitu pada saat seseorang wafat, ia dapat berubah wujud menjadi makhluk lain. Keyakinan terhadap reinkarnasi kemungkinan diadiopsi faham-faham yang berkembang di sekitar Suriah. Alawi secara harfiah berarti “mereka yang menganut ajaran Ali.”

Mengacu pada hadits nabi Muhammad yang menyebut “banyak terjadi perselisihan antara manusia” telah memenuhi syarat dengan keadaan di Damaskus (Damsyik) saat ini, akan tetapi “gempa-gempa” tidak terjadi di negara itu. “Gempa-gempa” (versi hadits) “dan terjadi gempa bumi di berbagai tempat” (versi Injil Markus) hanya terjadi di Indonesia dan memungkinkan untuk terus terjadi di negara ini mengingat Indonesia berada dalam wilayah cincin api (ring of fire), selain gempa-gempa, fenomena lain yang menarik dicermati yaitu banyaknya perselisihan antara manusia yang saban hari bisa kita saksikan di layar kaca (televisi) dan baca pemberitaannya di masmedia, akun twiter, dan jejaring sosial lainnya. Jika ad Dajjal berada di Indonesia, maka dipastikan Imam Mahdi / Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) juga berada di Indonesia. Timur Damsyik adalah Timur Indonesia tempat dimana Sang Surya (matahari) terbit menerangi dunia yang disimbolkan sebagai “menara putih.”

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya Isa Bin Maryam (Yesus Kristus) akan membunuh Dajjal di Bab Lud.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Mu’ain bin Hamad).

Bab Lud (Gerbang Lud) atau Lod, sebuah kota di Distrik Tengah Israil, sekitar 22 kilometer di tenggara Tel Aviv atau 3 km utara Ramallah. Kota ini menjadi tempat tinggal suku Benyamin yaitu salah satu suku dari 12 suku keturunan Israil. Di kota Lod terdapat 1 gereja yaitu Gereja Santo Georgius dan 1 mesjid, yakni Mesjid El-Chodr. Bagian tempat peribadatan membentuk kompleks bangunan, gereja dan mesjid itu masing-masing memiliki pintu masuk yang unik.

Hadits di atas tidak bisa diartikan secara harfiah. Sebutan Bab Lud (Gerbang Lud) dapat saja dimaksudkan dengan menyatunya Gereja Santo Georgius sebagai tempat peribadatan ummat kristen dengan Mesjid El-Chodr yang merupakan tempat peribadatan ummat islam yang masing-masing memiliki pintu masuk (gerbang) yang unik. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam diimani dan sangat dimuliakan oleh ummat kristen dan islam.

Demi hukum dan keadilan; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam dapat membunuh ad Dajjal oleh karena:

  1. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam yang pernah secara langsung merasakan betapa kejinya fitnah Ad Dajjal. Dajjal menghasut, memprovokasi dan menebar fitnah kepada imam-imam Yahudi sehingga Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus disalib. (Pandangan Cakra Ningrat tentang “penyaliban” Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam, dapat dibaca pada artikel lain yang khusus membahas tantang penyaliban).
  2. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam satu-satunya utusan Allah yang bergelar Maseas / Al Masih. Dengan gelar itu dia dapat membuktikan jati dirinya dan kebenaran sejak kelahirannya hingga wafatnya serta kebangkitannya dan saat dia diangkat naik ke langit. Sampai saat ini fitnah Ad Dajjal tidak pernah sepi dibisikkan ke dalam dada manusia untuk mendiskreditkan Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam agar ummat islam dan ummat kristen terus menerus berada dalam dua koloni yang berjauhan.

Dibunuhnya Ad Dajjal di Gerbang Lud dapat dianggap sebagai sebuah upaya kongkrit perencanaan Tuhan untuk mempersatukan dua kutub yang selama ini berjauhan. Tentu saja untuk mempersatukannya maka Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus lebih dulu membunuh Ad Dajjal di Gerbang Lud. Gerbang Lud adalah pintu masuk bagi Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam mempersatukan kita. Persatuan ini sangat mungkin dapat terwujud oleh karena Allah telah lebih dahulu mengislahkan Imam Mahdi di suatu malam.

Nabi Muhammad bersabda: “Demi diriku yang berada tangan-Nya, sesungguhnya Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) hampir akan turun di tengah-tengah kamu sebagai pemimpin yang adil, maka ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menolak upeti, melimpahkan harta sehingga tidak seorang pun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah dan Abu Hurairah).

Nabi Muhammad bersabda: “Sudah dekat orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam (Yesus Kristus) sebagai Imam Mahdi dan hakim yang adil. Ia akan memecahkan salib dan membunuh babi.” (HR. Ahmad bin Hambal).

Penafsiran hadits di atas dapat diuraikan sbb:
a. Hakim yang adil dan pemimpin yang adil.
Sebagai hakim yang adil, Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus lebih dahulu adil terhadap dirinya sendiri sebelum dia menegakkan hukum dan keadilan Tuhan. Membunuh Ad Dajjal di gerbang Lud adalah sebuah bentuk keadilan bagi dirinya oleh karena fitnah Ad Dajjallah di masa lalu yang menyebabkan Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam harus mati di tiang salib. Ad Dajjal harus mati dengan lemparan tombak Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam oleh karena di masa lalu Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam pernah dilempar tombak oleh salah seorang prajurit Roma dan tepat mengenai lambungnya. Keadilan yang akan diterapkan oleh Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam adalah manifestasi diterapkannya “hukum karma” sebagai satu bentuk dari “hukum Tuhan.” Yang jahat akan dibalas kejahatannya dan yang baik akan dibalas kebaikannya. Sebagai pemimpin yang adil, dia mawujud sebagai seorang Raja: leluhur kita memberinya gelar sebagai Ratu Adil oleh karena dia hanya “menggenapi” Daud.

b. Menghancurkan salib
Salib adalah simbol “kematian” bagi Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam. Salib akan hancur dengan sendirinya oleh karena “dia yang pergi kini telah datang kembali. Dia yang naik ke langit kini telah turun kembali. Tidak perlu lagi ada “salib.” Segala ratapan kesedihan harus berganti dengan nyanyian pujian penuh kebahagiaan. Buat ummat nasrani, inilah: Nyanyian syukur karena kemenangan raja (Mazmur 21:2-8)

(21-2) TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita;
betapa besar kegirangannya karena
kemenangan yang dari pada-Mu!
(21-3) Apa yang menjadi keinginan hatinya
telah Kau karuniakan kepadanya,
dan permintaan bibirnya tidak Kau tolak. Sela
(21-4) Sebab Engkau menyambut dia dengan
berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari
emas tua di atas kepalanya.
(21-5) Hidup dimintanya dari pada-Mu;
Engkau memberikannya kepadanya,
dan umur panjang untuk seterusnya
dan selama-lamanya.
(21-6) Besar kemuliaannya karena kemenangan
yang dari pada-Mu; keagungan dan
semarak telah Kau karuniakan kepadanya.
(21-7) Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk
seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan
suka cita di hadapan-Mu.
(21-8) Sebab raja percaya kepada TUHAN,
dan karena kasih setia Yang Maha Tinggi
ia tidak goyang.

Ummat islam perlu mengetahui bahwa Zabur (bahasa Arab) adalah persamaan dengan istilah Ibrani “Zimra” bermaksud “lagu, musik.” Ia, bersama dengan zamir (lagu) dan mizmar atau mazmur merupakan derivasi zamar yang artinya “nyanyi, menyanyikan pujian.”

Dalam islam zabur (mazmur) adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada kaum Bani Israil melalui utusan yang bernama Nabi Daud (Raja Daud).

Dalam alqur’an Tuhan berfirman:

  • Dan sungguh telah Kami tulis di dalam zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai oleh hamba-hamba-Ku yang saleh (QS. 21:105)
  • Dan Kami berikan zabur kepada Daud (QS. 17:55)

c. Membunuh babi
Babi dikenal sebagai binatang yang paling serakah. Membunuh babi tidak bisa diartikan dengan membunuh binatang itu. Membunuh babi bermakna “membunuh sifat “aku,” sifat-sifat ego, nafsu duniawi dan sifat keserakahan manusia.”

d. Menolak upeti
Upeti adalah harta yang diberikan satu pihak ke pihak lainnya, sebagai tanda ketundukan dan kesetaiaan, atau kadang-kadang sebagai tanda hormat. Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam akan menolak semua pemberian (upeti) dari pihak mana pun dan oleh siapa pun, oleh karena dialah pemilik segalanya.

e. Melimpahkan harta sehingga tidak seorang pun yang mau menerima pemberian dan sehingga satu kali sujud lebih baik dari dunia dan segala isinya.

Kalimat di atas hanya sebuah “analogi” untuk menggambarkan SIFAT KASIH TUHAN yang dibawa oleh Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam.

Nabi Muhammad bersabda: “Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sesungguhnya Isa Ibnu Maryam akan mengucapkan tahlil dengan berjalan kaki untuk melaksanakan haji atau umrah atau kedua-duanya dengan serentak (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Harairah).

Tahlil adalah bacaan kalimat tauhid: Laa Ilaha Illallah yang artinya Tiada Tuhan selain Allah. Hadits di atas secara jelas dan terang-terangan menyebut Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam melaksanakan haji, sementara pada hadits-hadits menyangkut Imam Mahdi saat melaksanakan ibadah haji hanya disampaikan secara tersirat (implisit).

Oleh karena Imam Mahdi dan Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) hanya satu sosok maka hadits di atas disatukan dengan hadits-hadits yang mengisahkan tentang Imam Mahdi yang pergi ke Mekkah melaksanakan ibadah haji.

YA’JUJ DAN MA’JUJ
Dalam alqur’an Tuhan berfirman “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (QS. 21:96).

Setelah Yesus Kristus / Isa Almasih membunuh Dajjal maka tugas beliau selanjutnya adalah menyelamatkan ummat manusia dari fitnah dan serangan Ya’juj dan Ma’juj. Kerusakan yang ditimbulkan oleh Ya’juj dan Ma’juj sangat besar dan mengerikan. Tidak ada seorang pun manusia yang mampu melindungi dirinya dari serangan Ya’juj dan Ma’juj.

Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog) adalah sebutan kepada suatu kaum yang muncul di akhir zaman. Kisah tentang kaum yang muncul di akhir zaman ini terdapat dalam ajaran agama Yahudi, kristen, dan islam. Ya’juj dan Ma’juj juga muncul dalam banyak mitos dan cerita rakyat di banyak negara. Ya’juj dan Ma’juj berkaitan dengan kisah nabi Dzulkarnain sebagaimana yang diceritakan dalam surah al-Kahfi ayat 83-101.

Dzul Qarnain secara harfiah memiliki arti “pemilik Dua Tanduk” atau “Ia Yang Memiliki Dua Tanduk.” Dzul Qarnain adalah julukan seorang raja disebutkan di dalam alqur’an sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana yang membangun tembok besi yang tinggi untuk melindungi kaum lemah dari serangan Ya’juj dan Ma’juj dalam perjalanannya menuju Timur.

Sampai saat ini belum ada pendapat yang benar yang dapat mengungkap siapa sesungguhnya Dzul Qarnain. Ada yang mengatakan Dzul Qarnain adalah Raja Iskandar Yang Agung, akan tetapi tidak ada bukti otentik yang dapat mendukung pendapat tersebut. Ada juga yang berpendapat Dzul Qarnain adalah sepupu nabi Khidr dari pihak ibu yang hidup di masa nabi Ibrahim dan nabi Luth, akan tetapi pendapat ini juga terbantahkan oleh karena tidak adanya bukti-bukti yang jelas yang dapat mengungkap kebenaran pendapat itu.

Cakra Ningrat berpendapat; Dzul Qarnain dan Khidr dua sosok yang misterius yang tidak pernah ada dalam sejarah peradaban kehidupan ummat manusia. Cakra Ningrat akan menulis artikel khusus membahas tentang kedua sosok misterius itu dalam artikel yang berjudul Ya’juj wa Ma’juj / Gog Dan Ma’gog.

TANGGAPAN KRITIS TERHADAP DJABER BOLUSHI
Djaber Bolushi adalah seorang muslim syi’ah yang telah menulis sebuah buku yang berjudul “Ramalan Paling Mengguncang Abad Ini, Oktober 2015 Imam Mahdi Akan Datang,” diterbitkan oleh penerbit Papyrus Publishing, September 2007.

Semua ramalan Djaber Bolushi merujuk pada rahasia bilangan angka 19, seperti yang ditemukan oleh Syayyid Bassa Jarrar dan menggunakan perhitungan angka dengan metode al Jumal al Taqlidi dan al Jumal al Shagir. Bilangan 19 adalah jumlah huruf yang terdapat dalam kata “Basmalah.” Bilangan 19 merupakan bilangan primer dalam sistem matematika, karena terdiri dari angka terkecil 1 dan angka terbesar 9.

Menurut Bolushi, Imam Mahdi muncul pada tahun 2015 berdasar rujukan surah al isra ayat 1 sampai 7 dan ayat 104 yang berceritakan tentang Isra’ Mi’raj dan Bani Israil maka jumlahnya 1.383 kata. Jika ditambah tahun wafatnya nabi Muhammad yaitu 632 M, hasilnya 2015. Dari berbagai hadits dan riwayat yang bersumber dari keluarga nabi Muhammad, menurut Djaber Bolushi, Imam Mahdi akan datang pada hari Jum’at atau Sabtu tanggal 10 Muharram. Jika dihitung penanggalan tahun 2015, maka bertepatan tanggal 23 Oktober 2015.

Djaber Bolushi, sebagaimana keyakinan muslim syiah menganggap Imam Mahdi sudah dilahirkan. Namanya adalah Muhammad bin Hasan Al Askari, lahir pada hari Jum’at 15 Sya’ban 255 H atau 869 M. Pada masa hidupnya Imam Mahdi telah mengalami dua kali gaib. Gaib yang pertama terjadi pada tahun 265 H atau 879 M, biasa disebut gaib as sughra (gaib singkat), sedangkan gaib kedua, biasa disebut gaib al Kubra (gaib panjang) dimulai pada tahun 329 H atau 941 M. Jika dihitung dari masa gaib panjang, Imam Mahdi sudah menginjak usia 72 tahun.

Cakra Ningrat berpendapat:

  1. Tidak ada seorang pun manusia yang dapat mengetahui siapa sesungguhnya Imam Mahdi kecuali Imam Mahdi sendiri bersama pengikut-pengikutnya. Urusan Imam Mahdi adalah urusan Tuhan yang merupakan Rahasia Tuhan. Manusia hanya diberi pengetahuan sebatas memahaminya dengan akal dan fikirannya dan memahami tanda-tanda kemunculannya berdasarkan hadist nabi Muhammad.
  2. Hadits-hadits nabi Muhammad tentang Imam Mahdi tidak bisa diartikan secara harfiah dan tidak bisa dipilah-pilah, akan tetapi penafsirannya harus secara utuh dan keseluruhan dengan mengenyampingkan seluruh pendapat-pendapat ulama yang pernah ada guna mencapai penafsiran yang rasional dan obyektif.
  3. Imam Mahdi harus dapat diterima secara universal tetapi tidak terbatas hanya pada ummat islam (syiah dan sunni) dan ummat nasrani oleh karena Imam Mahdi dan Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) hanya satu sosok.    Ummat islam (syiah dan sunni) tidak bisa menerima Imam Mahdi kemudian menolak Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam demikian pula dengan ummat nasrani (kristen dan katolik) mereka tidak bisa menerima Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam / Maseas / Al Masih lantas menolak Imam Mahdi.
  4.  Gaib as sughra (gaib singkat) yang pernah terjadi atas diri Muhammad bin Hasan Al Askari hanyalah sebuah proses kematian yang disebut mati suri. Mati suri adalah saat usaha-usaha untuk menghidupkan kembali dilakukan sebelum seseorang menjadi hidup kembali. Keadaan tubuh seseorang yang mengalami mati suri secara klinis sama seperti orang meninggal. Mungkin di masa lalu orang yang mengalami mati suri sangat jarang terjadi, sehingga kematian itu dianggap sebagai suatu keajaiban, akan tetapi di masa sekarang ketika ummat manusia bertambah banyak, kejadian “mati suri” dianggap hal yang biasa dan dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Gaib panjang (gaib al kubra) adalah kematian yang sesungguhnya. Muhammad bin Hasan Al Askari meninggal dunia tahun 941 M atau saat ini sudah 1.073 tahun. Dipastikan beliau tidak akan bisa hidup kembali. Dipastikan Muhammad bin Hasan Al Askari TIDAK AKAN MUNCUL pada tanggal 23 Oktober 2015.
  5. Bahwa rahasia angka bilangan 19, bukanlah ditemukan oleh Sayyid Bassa Jarrar (Direktur Moon Centre for Qur’anic Studies and Research). Bassa Jarrar hanya mengadopsi dari hasil penemuan Rashad Kalifah, yang pernah menyatakan dirinya sebagai Rasul Tuhan di awal tahun 1980-an di Tucson Amerika.                 Fenomena keajaiban angka-angka 19 di dalam alqur’an sudah banyak dibahas oleh para sejarawan muslim dunia. Beberapa di antaranya berasal dari Indonesia seperti; Arifin Muttie, Salma Alif Sampayya dan KH. Fahmi Basya. Langkah-langkah kalkulasi Djaber Bolushi yang menggunakan hitung-hitungan ayat-ayat alqur’an untuk merubah masa depan dunia bahkan sampai memastikan hari, tanggal, bulan, dan tahun kedatangan Imam Mahdi, Isa Al Masih (Yesus Kristus), tabrakan asteroid, penghancuran Negara Israil dan sebagainya adalah sebuah pemikiran atau konsep berfikir yang sesat dan menyesatkan.
  6. Imam Mahdi tidak merujuk kepada seseorang yang telah meninggal dunia (mati). Imam Mahdi adalah manusia yang hidup dan menjalani kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya. Nama dan jati dirinya sangat rahasia demikian pula terhadadp semua sifatnya, aksi-aksinya, dan perbuatan-perbuatannya senantiasa dikemas dalam satu kesatuan yang disebut sebagai Rahasia Tuhan.

Leluhur kita menyebut anak manusia itu sebagai SATRIO, dan segala misteri atau Rahasia Tuhan yang ada dalam diri anak manusia itu disebut PININGIT (Bersembunyi) atau Yang disembunyikan oleh anak manusia itu di dalam dirinya. Tidak ada yang mengetahui anak manusia itu kecuali dirinya sendiri dan Tuhan.

Satrio memiliki persamaan sekaligus perbedaan dengan Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam. Persamaan dan perbedaannya adalah sebagai berikut:

a. Sama-sama dilahirkan oleh wanita. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam dilahirkan oleh perawan suci Maria (Maryam) sedangkan Satrio dari rahim wanita Jawa yang sudah berkeluarga atau memiliki suami. Tidak dapat kita ketahui Satrio anak ke berapa yang dilahirkan oleh wanita itu. Suami wanita itu hanya sebagai pelindung dari gangguan manusia, sama dengan fungsi Yusuf yang ada di samping Maria (Maryam).
b. Sama-sama tidak memiliki ayah. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam mengetahui sejak saat kelahirannya, sementara Satrio saat berusia 33-34 tahun, Tuhan mewahyukan kepadanya.
c. Sama-sama memanggul salibnya sendiri. Bedanya; Yesus Kristus memanggul salibnya menuju kematiannya saat dia berusia 33-34 tahun, sedangkan Satrio sudah memanggul salibnya sejak saat kelahirannya. Memanggul salib bagi Satrio diartikan sebagai “terpaku” pada rencana dan kehendak Tuhan. Jalan hidup Satrio adalah jalan Tuhan yang mesti dia lalui betapapun beratnya.
d. Sama-sama menguasai dan membenarkan kitab Tuhan. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam menguasai dan membenarkan Taurat (perjanjian lama), sementara Satrio menguasai dan membenarkan Al qur’an.
e. Sama-sama memiliki nama, akan tetapi namanya itu mengandung misi Tuhan yang diembankan kepada dirinya. Bedanya Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam memiliki nama “Imanuel” yang artinya Allah Beserta Kita, sementara Satrio memiliki nama “Imam Mahdi” yang artinya pemimpin yang mendapat petunjuk Allah.
f. Sama-sama dinantikan namun ternyata dia dihinakan, dianiaya, dan disakiti. Bedanya; Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam dinantikan namun dimusuhi oleh orang Yahudi, sedangkan Satrio dinantikan namun dimusuhi oleh ummat islam bahkan oleh ummat nasrani sendiri.

Bahwa orang Yahudi tidak dapat menerima Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam sebab harapan mereka berbeda dengan apa yang diinginkan Tuhan. Yahudi berpandangan Mesiah / Al Masih harus bisa mengusir kerajaan Romawi yang menguasai Israil kemudian Mesiah membangun kembali Kerajaan buat mereka sebagaimana yang pernah dilakukan Daud ketika memerangi bangsa Filistin. Kenyataannya, Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam datang bukan untuk membangun Kerajaan Israil, akan tetapi kedatangannya menjanjikan “kerajaan Tuhan” di syurga.

Sejarah akan terulang kembali untuk “menggenapkan” dimana ummat islam dan ummat nasrani tidak akan menyambut kedatangan Yesus Kristus / Isa Almasih yang kedua.

Bahwa ummat islam akan menolak Satrio (Imam Mahdi) oleh karena ummat islam berpandangan Imam Mahdi akan memimpin ummat islam melawan kaum kafir, musyrik dan Ad Dajjal sambil menunggu turunnya nabi Isa Al Masih. Kenyataannya justru Imam Mahdi akan memerangi segala bentuk-bentuk kesombongan dan keangkuhan yang ada di dalam diri ummat islam karena mereka menganggap dirinya saja yang benar atau islam saja yang benar. Perang yang akan dilakoni Imam Mahdi dalam menegakkan kalimat tauhid “Laa ilaha illallah” (Tidak Ada Tuhan selain Allah) dinamakan “perang semesta” mengingat Allah adalah Tuhan Semesta Alam. Perang semesta adalah perang di “dunia gaib” mengingat Allah adalah Maha Gaib. Peran ini dilakoni oleh Imam Mahdi seorang diri tanpa diketahui ummat islam. Oleh karena itu leluhur kita menyebut dia sebagai “Satrio” yang dapat diartikan sebagai “Yang tak terkalahkan.”

Bahwa ummat nasrani (kristen dan katolik) akan menolak Satrio (Yesus Kristus / Maseas / Isa Al Masih) oleh karena ummat nasrani berpandangan bahwa Kedatangan Yesus Kristus Yang Kedua (epifani atau Parousia) hanya untuk ummat yang percaya pada Kristus saja yaitu golongan mereka (nasrani). Kenyataannya, Kedatangan Yesus Kristus / Mesias atau turunnya Isa Almasih yang kedua adalah untuk menyelamatkan manusia yang dikehendaki Tuhan tanpa memandang seseorang berdasarkan latar belakang agama dan kepercayaannya.

Bahwa orang-orang Yahudi dikenal sebagai orang-orang yang bangga terhadap diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang dimuliakan Tuhan, sebagai orang-orang yang berasal dari keturunan nabi Yakub bin Ishak bin Abraham (Ibrahim). Apa bedanya mereka (Yahudi) dengan ummat islam dan ummat nasrani saat ini yang menganggap diri mereka sebagai ummat yang paling benar dan paling dimuliakan Tuhan?

Sejarah akan terulang kembali untuk mencari “penggenapannya” bahwa di masa lalu orang pertama yang mengetahui kelahiran Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam adalah beberapa orang bijak dan cerdas-cerdas. Mereka adalah orang-orang Majusi (magus) dari Timur.

Dalam Injil Matius 2:1-12 sbb:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.” Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.” Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

ORANG MAJUS DARI TIMUR
Kata “Majusi” (Arab) diadopsi dari kata “ma-gu-sy” atau “magu” kemudian menjadi “magus” setelah diserap ke dalam bahasa Yunani. Orang Majusi adalah orang-orang yang beragama zoroaster sejak zaman Persia kuno. Dalam bahasa kuno Iran Frase Magh (Magusi / majusi) bermakna “pelayan.”

Zoroasterianisme adalah sebuah agama dan ajaran filosofis yang dipelopori oleh Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut zoroaster. Zarathustra berasal dari suku Media yang hidup sekitar abad 6 SM di Persia (Iran). Zarathustra dikenal sebagai seorang nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mu’jizat. Di usianya yang ke tiga puluh tahun Zarathustra menerima sebuah penglihatan gaib. Ia melihat cahaya besar kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda.

Dalam ajaran Zoroasterianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa yaitu “Ahura Mazda.” Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan hanya kepada-Nya. Zoroasterianisme mempunyai prinsip dualisme yang mempercayai bahwa ada dua kekuatan yang bertentangan dan saling beradu, yakni kekuatan “kebaikan” dan kekuatan “kejahatan.” Yang jahat diwakili Angra Mainyu atau Ahriman dan yang baik diwakili oleh Spenta Mainyu. Manusia harus selalu memilih akan berpihak pada kebaikan atau kejahatan selama hidupnya. Pada saatnya Ahura Mazda akan mengalahkan kekuatan jahat. Ahriman dan para pengikutnya akan dimusnahkan untuk selamanya. Setelah itu Ahura Mazda akan berkuasa penuh.

Zarathustra menyebut alam semesta berusia 12.000 tahun, setelah masa 12.000 tahun berakhir, akan terjadi kiamat. Masa 12.000 tahun dibagi dalam beberapa periode.

1. Periode 3.000 tahun pertama yaitu masa ketika Ahura Mazda menciptakan alam semesta. Ahriman kemudian berusaha menyerang dan menghancurkan alam yang diciptakan Ahura Mazda. Hal ini disebabkan karena kehendak Ahriman adalah menyakiti dan merusak alam ciptaan Ahura Mazda.

Kemungkinan periode pertama yang dimaksud oleh Zarathustra adalah masa antara Adam hingga Nuh. Adapun Ahriman yang dimaksud oleh Zarathustra adalah anak-cucu Adam dari garis keturunan Qabil (Kain) yaitu Lamekh.

Lamekh dan keluarganya, serta orang-orang yang mengikutinya dibinasakan oleh Ahura Mazda (Tuhan) saat terjadinya Banjir Semesta di masa nabi Nuh. Nuh adalah anak cucu Adam dari garis keturunan Set (anak ke tiga Adam). Nuh diselamatkan dalam banjir semesta dan dibiarkan melanjutkan keturunan Adam di dunia yang terang ini, sementara Lamekh dibinasakan (mati tenggelam) kemudian rohnya dibiarkan hidup dalam kegelapan. Lamekh tidak dapat melanjutkan keturunan, akan tetapi dapat menggoda manusia untuk mencari pengikut. Cakra Ningrat menyebut Lamekh inilah yang dimaksud Ad Dajjal atau Antikristus.

Filosofi Zarathustra tentang prinsip dualisme yang mempercayai dua kekuatan yang saling bertentangan dan saling beradu yakni kekuatan “baik” dan “jahat” kemungkinan berawal dari peristiwa penyebab terjadinya banjir semesta. Nuh adalah kekuatan baik yang disebut Spenta Mainyu dan Lamekh adalah kekuatan jahat yang disebut sebagai Angra Mainyu atau Ahriman.

Filosofi ini terus bertahan hingga saat ini bahkan menjadi inti ajaran semua agama. Artikel SPTM menyebut pengelompokan manusia hanya dua, yaitu golongan baik dan golongan jahat. Golongan baik akan diurapi sedangkan golongan jahat akan dikasi makan jin dan syetan. Mungkin maksud penulis artikel SPTM, golongan jahat akan dibiarkan menjadi pengikut Ad Dajjal untuk suatu ketika dibinasakan oleh Ahura Mazda.

2. Periode 3.000 tahun kedua, yaitu periode Ahura Mazda dan Angra Mainyu (Ahriman) beradu kekuatan, keduanya berusaha saling kalah mengalahkan. Dalam peristiwa inilah terjadi terang dan gelap serta siang dan malam.

Kemungkinan yang dimaksud 3.000 tahun periode kedua ini adalah saat dimana Tuhan (Ahura Mazda) mengutus nabi-nabi-Nya atau manusia-manusia utama pilihan-Nya untuk membawa dan memberikan ajaran-ajaran-Nya. Semua nabi-nabi yang diutus Tuhan memiliki misi yang sama, yaitu:

  • Memperkenalkan adanya Tuhan, Yang Menciptakan, Yang Berkuasa, Yang Mengatur, Yang Mengendalikan, Yang Memiliki, Yang Berkehendak, dst
  • Mengajarkan tata cara penyembahan dan pemujaan kepada Tuhan
  • Mengajarkan tata cara yang benar dalam interaksi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

Himpunan dari berbagai macam ajaran-ajaran para nabi di belakang hari disimpulkan dalam satu kata yang disebut “agama” dimana keyakinan dan kepercayaan akan adanya Tuhan sudah termasuk di dalamnya. Berita-berita, atau pesan-pesan atau ajaran-ajaran Tuhan yang disampaikan oleh para nabi dan rasul memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat bergantung soal “waktu” saat mereka diutus dan “tempat atau lokasi” dimana mereka ditempatkan. Berkaitan dengan tempat atau lokasi (negara) dimana mereka diutus berhubungan erat dengan bahasa setempat yang digunakan dan penyesuaiannya dengan budaya dan norma-norma yang berlaku di wilayah itu. Tentang “waktu” diutusnya sangat bergantung dan berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan, wawasan berfikir, dan tingkat penerimaan ummat di masa itu. Umumnya para nabi membimbing ummat dengan menggunakan alat bantu visual berupa gambar, lukisan, patung, dan bentuk-bentuk lainnya.

Dalam alqur’an Tuhan berfirman:
“Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. 6:67).

Adalah sebuah ketololan dan kemiskinan budi pekerti jika ummat islam atau ummat nasrani selalu ingin membanding-bandingkan agama yang dianutnya dengan agama orang lain. Seseorang dapat saja dikatakan sebagai orang Yahudi manakala orang itu merasa diri lebih benar dan lebih mulia atau lebih utama dibanding dengan orang lain dalam konteks “di hadapan ilahi.”

Tidak ada nabi (rasul) yang membawa ajaran-ajaran atau pesan-pesan Tuhan yang tidak merasakan penderitaan berat dan menghadapi berbagai rintangan, halangan dan tantangan. Zarathustra menyebutnya sebagai periode dimana Ahura Mazda (Tuhan) dan Angra Mainyu / Ahriman beradu kekuatan dan berusaha untuk saling kalah-mengalahkan.

Dalam alqur’an Tuhan berfirman:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagaian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS . 6:112).

Dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, Tuhan selalu ingin menunjukkan atau mengajarkan jalan yang benar kepada manusia agar mereka menjadi orang “baik,” akan tetapi Lamekh (syaitan dan jin) berusaha sekuat-kuatnya membisikkan “kata-kata indah” yang bertentangan dengan “kata-kata yang disampaikan oleh para nabi” untuk tujuan menipu dan menyesatkan mereka agar mereka menjadi orang “jahat” sebagaimana dengan dirinya. Para nabi dan Lamekh terus beradu kekuatan. Mereka terus berusaha untuk saling mengalahkan. Zarathustra memberi analogi sebagai terjadinya terang dan gelap (siang dan malam).

Nabi dalam pemahaman Yahudi dan Kristen berbeda dengan “nabi” dalam sudut pandang agama islam, meskipun ketiganya disebut sebagai agama samawi (langit). Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, nabi adalah pemimpin ummat yang dipanggil Allah untuk memperingati manusia agar mereka tidak menyimpang dari perintah-perintah Allah. Para teolog sepakat bahwa tradisi kenabian dimulai sejak masa Yosua yang muncul dan memimpin bangsa Israil memasuki Kanaan. Kemudian Samuel, Hakim terakhir memimpin Israil sebelum munculnya sistem Monarkhi. Selain Yoshua dan Samuel, ada pula nabi Natan, Elia, dan Elisa. Mereka dikelompokkan sebagai nabi-nabi awal.

Yang termasuk kelompok nabi-nabi besar adalah Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel, sedangkan yang masuk kelompok nabi-nabi kecil adalah: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagal, Zakarhia, dan Maleakhi.

Kristen umumnya mengikuti pemahaman Yahudi mengenai nabi-nabi. Sebagian aliran kristen memahami “nabi” sebagai orang yang meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang jauh ke depan.

Rasul adalah laki-laki yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada kaumnya pada zamannya. Rasul berasal dari kata “risala” yang artinya “penyampaian.” Sebelum seorang rasul menyampaikan pesan Tuhan, ia lebih dulu diangkat sebagai nabi.
Dalam alqur’an Tuhan berfirman:

“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. 21:7).

Islam mengenal 25 nabi dan rasul, yaitu: Nabi Adam, Nabi Idris (Henokh) di wilayah Babil Irak, Nabi Nuh di wilayah Selatan Irak modern, Nabi Hud, di Timur Hadramaut Yaman, Nabi Saleh di wilayah Hijaz dan Syam, Nabi Ibrahim di Irak, Nabi Ismail di Qabilah Yaman, Mekkah, Nabi Luth di Sadum, Syam dan Palestina, Nabi Ishak di Al Khalib Palestina, Nabi Yakub, Bani Israil di Syam, Nabi Yusuf di Mesir, Nabi Syu’aib di Madyan, Nabi Ayyub di Haran-Syam, Nabi Zulkifli di Damaskus, Nabi Musa di Yordania Modern, Nabi Harun di Mesir, Nabi Daud di Israil, Nabi Sulaiman di Baitul Maqdis-Palestina, Nabi Ilyas (Elia) di Israil-Syam, Nabi Ilyasa’ (Elisa) di Israil-Syam, Nabi Yunus, Nabi Zakariyah, Nabi Yahya (Yohannes), dan Nabi Isa (Yesus Kristus) di Israil-Palestina, Nabi Muhammad di wilayah Arab.

Dari Abi zar Radiallahu Anhu bahwa nabi Muhammad bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, “Jumlah para nabi itu adalah seratus dua puluh empat ribu nabi,” lalu berapa jumlah rasul di antara mereka? Beliau menjawab, “tiga ratus dua belas.” (Hadits Riwayat At-Turmuzy).

Jika jumlah nabi 124.000 nabi dimana 312 di antaranya adalah rasul, apakah kita sebagai ummat islam dan ummat kristen yang hidup di akhir zaman ini akan menyombongkan diri dengan mengingkari kebenaran mereka? Tuhan berfirman:

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. 40:51).

Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) memilih langsung 12 orang terpilih sebagai murid-murid pertama saat memulai dakwahnya atau pelayanannya. Mereka disebut rasul-rasul. Keduabelas rasul tersebut adalah; Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohannes, Filipus, Bartolomeus, Tomas, Matius, Yakobus bin Alfeus, Tadeus, Simon Orang Zelot, dan Yudas Iskariot. Oleh karena Yudas Iskariot berkhianat sebelum penyaliban dan dia menebus penyesalannya dengan kematian (bunuh diri) maka kedudukannya tergantikan oleh Matias yang terpilih berdasarkan undian.

Dua belas rasul-rasul di atas termasuk di dalam tiga ratus dua belas rasul yang disabdakan oleh nabi Muhammad. Tuhan mengakui rasul-rasul-Nya sebagaimana firman-Nya:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” (QS. Ghafir 40:78).

Kita; sebagai ummat islam yang masih dangkal pengetahuannya, apakah masih ingin menyombongkan diri dengan menolak mentah-mentah 124.000 nabi dan 312 rasul yang dikatakan oleh junjungan kita nabi Muhammad SAW dan dibenarkan oleh alqur’an? Fikirkan dan renungkanlah oleh karena 12 rasul yang diimani ummat nasrani dan ummat yang beragama lain sudah termasuk di antara 312 rasul yang disabdakan oleh nabi Muhammad.

Kita; sebagai ummat nasrani (katolik dan kristen) yang selalu mengklaim sepihak dirinya sebagai ummat Yang Dikasihi Tuhan, apakah masih ingin menolak kebenaran dan keagungan Muhammad? Sungguh; betapa sombong dan dangkalnya pengetahuan kita jika tidak memahami akan arti semua ini. Sungguh betapa celakanya kita, bersama istri-istri kita dan anak-anak kita jika mengatakan; alqur’an hanyalah dongengan Muhammad! Fikirkan dan renungkanlah selagi masih ada waktu….

Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dan kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Nasrani, Yahudi, atau Majusi.” (HR. Bukhari).

Fitrah dalam hal ini berarti bahwa setiap orang dilahirkan dalam keadaan suci, tidak memiliki dosa apapun karena bayi tidak tahu dari mana, kenapa, dan untuk apa dia lahir. Orang tuanyalah yang berperan untuk memberi pendidikan dan ajaran-ajaran moral pada tataran lebih tinggi yang berhubungan dengan ketuhanan, tata cara penyembahan, dan pemujaan sesuai dengan agama yang dianut oleh orang tuanya, apakah islam, nasrani, yahudi, atau majusi.

Cakra Ningrat berpendapat; sebutan “Majusi” pada hadits nabi Muhammad dan terdapatnya kata “Majusi” dalam alqur’an (22:17) dan dalam alkitab (Injil Matius 2:1) adalah pengakuan Tuhan terhadap eksistensi dan kebenaran agama-agama selain agama Yahudi, Nasrani, dan Islam (Samawi).

Yang termasuk dalam sebutan “Majusi” sebagaimana firman Tuhan dalam alqur’an (2:62 dan 22:17) adalah agama-agama yang muncul antara abad 6 SM (masa Zarathustra) sampai abad 6 M (masa kemunculan nabi Muhammad) meliputi agama Buddha dan Kong Hu Chu dan faham-faham religi atau aliran kepercayaan atau bisa juga disebut agama-agama tradisional.

Adapun yang termasuk dalam sebutan “Shabi’in” sebagaimana firman Tuhan dalam alqur’an (2:62 dan 22:17) adalah agama-agama yang muncul setelah “banjir semesta” (masa nabi Nuh) sampai dengan abad 6 SM (masa Zarathustra). Agama-agama ini meliputi agama Hindu, Shinto, agama Yunani, agama Tiongkok, dan agama-agama tradisional / faham-faham religi.

Dugaan ini didasari oleh pemikiran bahwa dalam haditsnya nabi Muhammad mengatakan bahwa Tuhan pernah mengutus 124.000 nabi dan 312 rasul membawa ajaran-ajaran-Nya. Setelah nabi Muhammad diutus oleh Tuhan, maka tidak ada lagi nabi dan tidak ada lagi rasul yang diutus. Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir. Oleh karena itu, siapa pun yang mengaku-ngaku nabi atau rasul setelah abad 6 M harus dianggap sebagai nabi palsu. Termasuk Mirza Ghulam Ahmad pelopor agama baru Ahmadiyah yang muncul di abad 19. Disebut agama baru oleh karena Ahmadiyah tidak mengakui Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.

Selain Ahmadiyah, agama lain yang muncul di abad 19 adalah agama Baha’i. Pada tahun 1844 Sayyid Ali Muhammad dari Shirat, Iran, yang lebih dikenal dengan gelar Sang Bab (dalam bahasa Arab “Bab” artinya “pintu”) mengumumkan bahwa dia adalah pembawa amanat baru dari Tuhan. Dia juga mengatakan bahwa dia datang untuk membuka jalan bagi wahyu yang lebih besar lagi, yang disebutnya “Dia yang akan Tuhan wujudkan.” Sang Bab memiliki pengaruh luas dan cepat berkembang di masyarakat, namun mendapat pertentangan keras dari pemerintah dan dari pemimpin-pemimpin agama. Tahun 1850, Sang Bab dihukum mati dan dieksekusi di kota Tabriz. Jenazahnya diambil oleh pengikutnya secara diam-diam dan dibawa dari Iran ke bukit Karmel (Palestina), sekarang masuk dalam wilayah Israil, atas perintah Mirza Husayn Ali, seorang bangsawan Iran pendukung fanatik Sang Bab.

Pada tahun 1852, Mirza Husayn Ali ditahan di penjara bawah tanah Siyah Cal (lubang hitam) di kota Teheran. Di dalam penjara itu dia mengaku mendapat wahyu lewat mimpi. Mirza Husayn Ali mengatakan “suatu malam dalam mimpi, firman-firman yang luhur ini terdengar dari segenap penjuru: “Sesungguhnya, kami akan memenangkanmu melalui dirimu serta penamu. Janganlah engkau bersedih hati atas apa yang menimpamu dan janganlah takut pula, sebab engkau ada dalam keadaan selamat. Tak lama lagi Tuhan akan membangkitkan harta-harta bumi, orang-orang yang akan membantumu melalui dirimu dan melalui namamu, dengan nama Tuhan telah menghidupkan kembali hati mereka yang mengenal Dia.”

Mirza Husayn Ali memilih gelar sebagai Bahaullah (dalam bahasa Arab artinya “Kemuliaan Tuhan”). Bahaullah mengakui dirinya sebagai “Dia Yang akan Tuhan Wujudkan” sebagaimana yang pernah diramalkan oleh Sang Bab (Sayyid Ali Muhammad). Bahaullah adalah pendiri agama Baha’i. Dalam ajaran Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi ummat manusia melalui para utusan Tuhan yang disebut “Para Perwujudan Tuhan.” (Maksud Bahaullah; para nabi-nabi dan rasul-rasul). Bahaullah menganggap dirinya sebagai “Perwujudan Tuhan” yang terbaru. Dia mengaku dirinya sebagai pendidik ilahi yang telah dijanjikan bagi semua ummat manusia yang dinubuatkan dalam agama Kristen, Islam, Buddha, dan agama-agama lainnya. Dia mengatakan bahwa misinya adalah untuk meletakkan pondasi bagi persatuan seluruh dunia, serta memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan yang dipercaya ummat Baha’i pasti akan datang.

Dengan bahasa yang lebih halus tersirat pesan dari Bahaullah bahwa dia mengakui dirinya sebagai “Wujud Tuhan” yang ditunggu ummat islam (Imam Mahdi), ummat Kristen (Isa Almasih / Yesus Kristus), Buddha (Buddha Matteya) dan agama lainnya. Bahaullah wafat tahun 1892 di Bahji dekat Akka’ (Palestina-Israil). Akka’ menjadi kiblat agama Baha’i. Sesuai dengan wasiatnya setelah Bahaullah meninggal, kedudukannya digantikan putranya Abdul Baha’ yang wafat tahun 1921. Sesuai dengan wasitnya, Abdul Baha’ digantikan oleh cucunya bernama Soghi Effendi yang ditunjuk sebagai “Wali Agama Tuhan.” Soghi Effendi meninggal dunia tahun 1957. Pengikut agama Baha’i saat ini sekitar 6,7 juta tersebar di seluruh dunia dan mendapat pengakuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Cakra Ningrat berpendapat; Bahaullah (Mirza Husayn Ali) yang mengakui dirinya sebagai “Wujud Tuhan yang terakhir “yang ditunggu-tunggu oleh ummat Islam, Kristen, Buddha, dan agama lainnya adalah NABI PALSU atau MESIAS PALSU. Dengan demikian seluruh ajaran-ajarannya yang terhimpun dalam ajaran agama Baha’i adalah ajaran sesat yang menyesatkan. Sama dan sedemikian rupa dengan Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) yang lahir di Punjab yang mengakui dirinya sebagai Kedatangan Yesus Kristus / Isa Almasih yang kedua kalinya, Mesias yang dijanjikan dan Imam Mahdi adalah NABI PALSU atau MESIAS PALSU. Segala macam ajaran-ajarannya yang terhimpun dalam gerakan “Ahmadiyah” adalah ajaran sesat dan menyesatkan.

Mirza Husayn Ali atau Bahaullah dan Mirza Ghulam Ahmad hanya sebuah PENGGENAPAN dari “wujud Ad Dajjal” di abad 19. Para pengikut Ad- Dajjal (Mirza Husayn Ali dan Mirza Ghulam Ahmad) adalah Almasih Ad-Dajjal. Mereka berhimpun dalam satu agama dan satu pergerakan sebagai sekumpulan orang-orang yang membaktikan hidupnya untuk menebar fitnah-fitnah yang keji dengan maksud menolak dan mengotori kesucian ajaran-ajaran Tuhan yang diajarkan dalam agama islam, kristen, buddha, dan agama tradisional / faham-faham religi lainnya.

Cakra Ningrat berpendapat; Kedatangan Yesus Kristus / Isa Almasih yang kedua kalinya menandakan kemunculan Imam Mahdi; Buddha Mateyya dan Dewa Kalki. Dia hanya satu sosok namun memiliki banyak nama dan gelar. Dia tidak membawa ajaran, tapi membenarkan dan meluruskan ajaran-ajaran Tuhan yang pernah dibawa oleh 124.000 nabi-nabi-Nya dan 312 rasul-rasul-Nya. Dia tidak membawa agama tapi membenarkan semua agama yang muncul sebelum agama islam untuk kemudian menghapus seluruh agama tersebut. Manusia tidak akan mungkin dapat mengetahui nama dan mengenal sosoknya oleh karena nama dan sosok itu sangat dilindungi Tuhan. Nama dan sosok itu sangat terjaga rahasianya, meski dia telah berada di samping kita atau menyapa kita, tidak akan mungkin kita dapat mengetahuinya. Dia tidak akan menyebut dirinya karena dia tidak memiliki kepentingan apapun terhadap kita. Dia ada dan bekerja untuk dan atas nama serta demi semata-mata untuk kepentingan Tuhan.

Kembali kepada ajaran-ajaran Zarathustra, meskipun Zarathustra mengajarkan monotheisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah, namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa tersebut adalah:

  • Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api
  • Vohu Monah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan, ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik.
  • Kesmatra Vairya yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam
  • Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah
  • Haurratat dan Ameratat yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan.

Para penganut zoroastrianisme beribadah di dalam kuil yang disebut dengan kuil api. Disebut demikian karena di dalam kuil, api dibiarkan menyala terus-menerus sebagai lambang kehadiran dewa. Api bukan saja menyimbolkan kehadiran Tuhan tetapi juga sebagai simbol kesucian. Karena itu, orang Majusi atau pemeluk agama Zoroaster sering juga disebut sebagai orang-orang yang memuja api.

Dengan adanya lima dewa dalam ajaran Zarathustra dianggap cukup mengakomodir dewa-dewa yang diakui dalam ajaran Buddha dan Kong Hu Chu, demikian pula terdapat api yang dibiarkan menyala terus-menerus di dalam kuil dianggap mewakili unsur-unsur api yang ada di dalam ajaran Buddha dan Kong Hu Chu. Segala bentuk-bentuk “pedupaan” yang dikenal dalam ajaran-ajaran hindu, buddha, kong hu chu, shinto dan faham-faham tradisional lainnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur api.

3. Periode 3.000 tahun ketiga yaitu masa ketika nabi Zarathustra lahir dan menerima penglihatan dari Ahura Mazda. Selanjutnya penglihatan ini kemudian disebarkannya kepada ummat manusia.

Nabi Zarathustra diperkirakan lahir dan hidup pada abad 6 SM, beliau satu masa dengan nabi Yeheskiel, nabi Kong Hu Chu dan Shidarta Gautama. Dipastikan mereka ini diberi penglihatan, diberi pengetahuan, dan diberi pemahaman oleh Tuhan Semesta Alam.

4. Periode 3.000 tahun terakhir yaitu masa munculnya seorang Saoshyant setiap seribu tahun, yang diyakini sebagai penyelamat yang akan memerintah dan memelihara bumi. Ketiga Saoshyant yang akan datang itu adalah keturunan Zarathustra yang pada akhirnya akan memimpin manusia untuk melawan Ahriman (jahat atau batil) serta para pengikutnya. Barulah setelah itu perdamaian dunia akan terwujud.

Saoshyant (bahasa zendi) bermakna “Yang Terpuji.” Keturunan Zarathustra tidak dimaksudkan sebagai keturunan biologis, akan tetapi “orang-orang terpuji” yang telah diberi penglihatan gaib dan pengetahuan oleh Ahura Mazda (Tuhan).

Cakra Ningrat berpendapat; tiga Saoshyant sebagaimana yang dimaksudkan oleh Zarathustra adalah: Yesus Kristus (nabi Isa Alaihissalam), nabi Muhammad SAW, dan Imam Mahdi.

Saoshyant yang pertama (Yesus Kristus)
Nubuat Zarathustra dalam vendidad, bagian pertama dari zend Avesta dan di Yasht, bagian kedua dari buku yang sama dinubuatkan:

“Seorang perempuan akan mandi di danau Kashva dan akan mengandung. Dia akan melahirkan seorang nabi (Isa Ibnu Maryam) yang dijanjikan Astvat-ereta atau Saoshyant (Yang Terpuji) yang akan membunuh setan, menghapuskan penyembahan berhala dan membersihkan agama majusi dari kekotorannya.”

Cakra Ningrat menafsirkan;
Perempuan yang mandi di danau Kashva adalah Maria (Maryam). Menurut keyakinan zoroasterianisme (pengikut Zarathustra), sumber air danau Kashva dari “air kehidupan.” Raja Parsi Xerxes telah menghilang ketika mandi di danau itu. Xerxes dan Khwaja Khidir (nabi Hidir) diyakini masih hidup di sana mengajarkan kebijaksanaan kepada ummat dan membimbing mereka yang tersesat jalannya. Diduga danau Kashva hanya sebuah penamaan atau peristilahan di alam gaib.

Dikisahkan dalam injil Matius 8:28 saat Yesus Kristus berjalan di daerah orang Gadara, ada dua orang kerasukan setan lalu Yesus Kristus memindahkan setan dari tubuh dua orang itu kepada babi-babi yang ada di dekatnya lalu kawanan babi itu berlari dan melompat masuk ke dalam jurang dan mati bersama setan.

Oleh karena Maria (Maryam) disebut oleh Zarathustra mandi di danau Kashva maka bayi yang akan dilahirkannya tidak akan pernah mati. Dalam iman kristiani, Yesus Kristus disebut “bangkit dari yang mati” di hari ketiga (paskah) kemudian naik ke langit dan akan datang kembali sebelum kiamat. Dalam iman islam diyakini “dia tidak mati, melainkan diangkat ke langit” dan akan turun kembali sebelum kiamat. Dalam keyakinan zoroaster dia tidak mati karena telah diberi minum “air kehidupan” saat ibunya mandi di danau Kashva. Yesus Kristus / Isa Almasih tetap hidup sebagaimana Xerxes dan Khwaja Khidir (nabi Hidir) dan akan datang kembali.

  • Pujian Zarathustra kepada Yesus Kristus dan Maria (Maryam): 

“Kami menyembah Farvashi (Yesus Kristus) dari perawan suci yang disebut Vispataur-Vairi (yang menghancurkan semuanya) karena dia (Maria) akan melahirkan beliau yang akan menghancurkan kejahatan dari daivas dan manusia, menghadapi keburukan yang dilakukan oleh gahi (setan).”

Cakra Ningrat menafsirkan:

“Menghancurkan kejahatan dari daivas dan manusia” ditafsirkan sebagai menghancurkan kejahatan rahib Yahudi dan orang-orang Yahudi di masa itu. “Menghadapi keburukan yang dilakukan oleh gahi (setan)” ditafsirkan sebagai persekongkolan buruk orang-orang Yahudi yang menyebabkan Yesus Kristus disalibkan.

Nubuat Zarathustra tentang kedatangan Yesus Kristus yang kedua atau turunnya Isa Almasih:

“Ini akan memisahkan antara Saoshyant yang jaya (Yesus Kristus) dan para penolong (sahabatnya) di saat dia membaharui dunia ini, yang (sejak itu) tidak pernah bertambah tua dan tak pernah mati, tak pernah merosot atau melapuk, senantiasa hidup dan senantiasa meningkat dan menjadi tuan dari kehendaknya. Di saat orang yang mati ruhaninya akan bangkit, di saat kehidupan dan keabadian akan datang dan dunia akan memperbaharui keinginannya. Di waktu penciptaan menjadi lestari, ciptaan yang makmur dari jiwa yang baik dan obat akan lenyap, meskipun dia boleh menyerbu dari segala arah untuk membunuh beliau yang suci, dia dan ratusan barisan keturunannya akan binasa, seperti itulah kehendak Tuhan. Ketika Astvat-Ereta (Yesus Kristus) akan bangkit dari danau Kashva (ini berarti suci dari dosa) seorang sahabat dari Ahura Mazda, putera dari (Vispataur Vairi) yang mengetahui ilmu kejayaan.” (zamyad Yast 89-90)

Cakra Ningrat menafsirkan:

  • Saoshyant yang jaya (Yesus Kristus) nanti akan datang sendiri. Dia tidak datang bersama sahabatnya. Di masa lalu di saat Yesus Kristus memberi pelayanan, dia sering berjalan dengan ditemani oleh sahabat-sahabatnya (murid-muridnya).
  • Yesus Kristus tidak pernah bertambah tua, tak pernah mati, tak pernah merosot atau melapuk. Yesus Kristus senantiasa hidup dan senantiasa meningkat dan menjadi tuan dari kehendaknya. Maksudnya memiliki kuasa keilahian.
  • Yesus Kristus akan datang “di saat orang yang mati ruhaninya akan bangkit.” Bangkit maksudnya, manusia sudah mulai mencari-cari dan bertanya-tanya dalam batinnya (seperti yang kita lakukan sekarang ini). “Di saat kehidupan dan keabadian akan datang dan dunia akan memperbaharui keinginannya” maksudnya mungkin terjadinya gejolak alam dan gempa-gempa pertanda dunia akan memperbaharui keinginannya.
  • “Di waktu penciptaan menjadi lestari” dimaksudkan sebagai penciptaan Tuhan yang kedua. “Ciptaan yang makmur dari jiwa yang baik dan obat akan lenyap” mungkin maksudnya kehidupan syurga dimana segala kesusahan akan lenyap.
  • “Meskipun dia boleh menyerbu dari segala arah untuk membunuh beliau yang suci” maksudnya mungkin Yesus Kristus dalam kedatangannya yang kedua ini, manusia-manusia (kristen dan islam) ingin membunuhnya sebagaimana yang dulu dilakukan oleh orang-orang Yahudi, akan tetapi “dia dan ratusan keturunannya akan binasa” maksudnya “mungkin” orang-orang islam dan kristen tidak akan dapat mencapai keinginannya oleh karena mereka tidak tahu Yesus Kristus berada di mana dan dalam wujud siapa, “seperti itulah kehendak Tuhan.”
  • “Ketika Astvat-ereta (Yesus Kristus) bangkit dari danau Kashva (ini berarti suci dari dosa)” mungkin maksudnya “hidup kembali” sebagai anak manusia yang suci dari dosa. Dia akan menjadi seorang sahabat dari Ahura Mazda, mungkin maksudnya dia menjadi representasi atau manifestasi Tuhan. “Putera dari Vispataur Vairi (yang menghancurkan segalanya)” maksudnya “mungkin” Kalki Avatar (sang penghancur) putera / titisan Dewa Wisnu “yang mengetahui ilmu kejayaan.”

Oleh karena Yesus Kristus / Isa Ibnu Maryam sudah dinubuatkan oleh Zarathustra, maka logis dan masuk akal bila orang-orang Majusi datang ke Betlehem saat Yesus Kristus baru saja dilahirkan oleh Maria, mereka memberi persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur. Mur adalah getah dari torehan batang dan cabang dari satu pohon yang rendah yang disebut Commiphora myrrha. Pohon ini tumbuh di Arabia Selatan dan bagian Afrika. Mur digunakan untuk minyak urapan kudus. Harum baunya. Biasa digunakan oleh perempuan sebagai wangi-wangian.

Saoshyant yang ke dua (nabi Muhammad SAW)
Dalam Bundahish 32:8 dan Bahwan Yasht 3:62:

“Saoshyant (Muhammad) yang terakhir dari para rasul di masa depan, di masanyalah alam semesta akan diganti dan hari kebangkitan akan terjadi.”

Cakra Ningrat menafsirkan:
Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang terakhir. Tidak ada lagi nabi dan rasul setelah Muhammad. Kita yang masih hidup di saat ini dianggap hidup di masa Muhammad yang dimaksudkan sebagai alam semesta akan diganti dan hari kebangkitan akan terjadi.

  • Nubuat Zarathustra tentang kemunculan Muhammad (Saoshyant).

“Kemudian lelaki yang ideal akan muncul yang rencana-rencana cerdasnya akan bergerak, sehingga mengusir skema yang tercemar dari para pendeta palsu dan para tiran.” (Yashna 48:10).

Cakra Ningrat menafsirkan:

  • “Kemudian lelaki ideal akan muncul yang rencana-rencana cerdasnya akan bergerak” maksudnya lelaki ideal itu adalah nabi Muhammad SAW yang akan membawa ajaran-ajaran yang baru. “sehingga mengusir skema yang tercemar” maksudnya ajaran-ajaran Tuhan (Yahudi, nasrani, dan zoroaster) dianggap sudah tercemar “dari para pendeta palsu.”
  • “dan tiran” maksudnya para penguasa yang berbuat semena-mena termasuk oleh orang-orang Arab Quraisy di masa jahiliyah.

Dalam surat Sasan I Kitab Dasatir:

“Ketika mereka sangat terlena, akan bangkit seorang laki-laki dari Tewarjis (Tazis yaitu bangsa Arab). Oleh para pengikutnya, mahkota, singgasana, pemerintahan, dan agama akan digulingkan dan bukannya kuil berhala atau kuil api, di rumah Abad justru akan terlihat sebuah tempat yang ke arahnya sembahyang akan dihadapkan, namun terlucuti dari berhala-berhalanya. Dan di sekitarnya terdapat perairan payau. Dan setelah itu mereka akan menaklukkan kuil api di Madain beserta apapun di dalamnya, Yenfud dan Newak (Tus dan Balkh), serta tempat-tempat agung lainnya. Dan rasul mereka adalah orang-orang fasih lagi mendalam kata-katanya.”

Cakra Ningrat menafsirkan:

  • “Ketika mereka sangat terlena, akan bangkit seorang laki-laki dari Tewarjis” maksudnya ketika manusia bergelimang kemaksiatan, kesenangan nafsu, pemujaan-pemujaan terhadap berhala. “akan bangkit seorang laki-laki dari Tewarjis” maksudnya nabi Muhammad akan bangkit dan berseru “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah.”
  • “oleh para pengikutnya, mahkota, singgasana, pemerintahan dan agama akan digulingkan” maksudnya bukan hanya agama-agama yang diganti, akan tetapi para pengikutnya akan membentuk pemerintahan atau kekhalifaan (Daulah Islamiyah).
  • “dan bukannya kuil berhala atau kuil api” maksudnya agama islam tidak menyembah berhala dan juga tidak memuja api.
  • “di rumah Abad justru akan terlihat sebuah tempat yang ke arahnya sembahyang akan dihadapkan” maksudnya rumah Abad yaitu rumah yang dibangun oleh Abad (Ibrahim) adalah Ka’bah sebagai kiblat agama ummat islam bersembahyang.
  • “namun terlucuti dari berhala-berhalanya” maksudnya mungkin dulunya Ka’bah dipenuhi berhala, akan tetapi setelah agama islam bangkit, semua berhala yang ada di dalam Ka’bah dilucuti.
  • “dan di sekitarnya terdapat perairan payau” maksudnya di dekat Ka’bah terdapat air zam-zam yang perairannya tidak pernah kering.
  • “Dan setelah itu mereka akan menaklukkan kuil api di Madain beserta apapun di dalamnya, Yenfud dan Newak (Tus da Balleh) serta tempat-tempat agung lainnya” maksudnya perang dikobarkan (jihad fi sabilillah) mulai dari Jazirah Arab, Persia, hingga ke Eropa
  • “Dan rasul mereka adalah orang-orang fasih lagi mendalam kata-katanya” maksudnya Muhammad rasul Allah mendapatkan wahyu dan mukjizat dari Allah yaitu alqur’an.
  • Harapan Zarathustra kepada Tuhan atas kemunculan Muhammad.

“Engkau (wahai Tuhan) di dalam (kekuasaan)-Mu kuserahkan kesusahan dan keraguanku. Biarkanlah kemudian nabi yang Engkau simpan, menemukan dan memperoleh haknya (demi) kebahagiaanku. Fikiran baik-Mu dengan anugerah yang bekerja dengan ajaib, wahai biarlah Saoshyant-Mu melihat betapa karunia dan ganjaran itu akan menjadi miliknya. Kapankah wahai Mazda, orang dengan fikiran sempurna ini akan datang? Dan kapan mereka akan mengusir dari sini, dari tanah ini (yang tercemar) oleh kesenangan para pemabuk.” (Yashna 48:9).

Cakra Ningrat menafsirkan:

Nabi Zarathustra berserah diri kepada Tuhan atas rencana Tuhan mengutus nabi Muhammad sebagai rasul yang ajaran-ajarannya akan menyempurnakan, menata dan menstrukturisasi ajaran-ajaran yang dibawa oleh Zarathustra.

  • Zarathustra bertanya kepada Tuhan kapan munculnya Muhammad

1. “Kapan datang pemberi yang agung! Mereka yang pada terangnya hari memegang teguh tatanan dunia yang benar, dan maju terus menekan? Kapankah skema Saoshyant penyelamat dengan wahyunya yang luhur (muncul)? Kepada siapa pertolongan dia (yakni pemimpin mereka) mendekat, dia yang mempunyai fikiran yang baik?” (Yashna 46:3).

2. “Ini kutanyakan pada-Mu wahai Ahura (Tuhan) katakan sebenarnya, kapan pujian diberikan, bagaimana (saya harus melengkapi) doa dari dia yang seperti-Mu wahai Mazda?” “Biarlah seorang seperti-Mu mendeklarasikannya dengan sungguh-sungguh kepada kawan yang seperti aku, jadi melalui ketulusan-Mu memberikan pertolongan yang bersahabat kepada kita, sehingga dengan demikian seorang seperti-Mu bisa menarik kita ke dekat-Mu melalui fikiran baik-Mu.” (Yashna 44:1).

  • Puji-pujian Zarathustra kepada Muhammad (lebih seribu tahun sebelum kemunculannya)
  1. “Kita memuja Saoshyant, dengan pedang, dengan kejayaan.” (gatha Yashna 59:28)
  2. “Saya berhasrat mendekati orang yang membaca doa; doaku, yang karenanya memelihara fikiran, fikiran yang baik, dan kata-kata yang diucapkan dengan baik, dan perbuatan yang dilakukan dengan baik, dan kesalehan yang dermawan, bahkan dia menjaga Mathra dari Saoshyant dengan amalnya dan kedudukannya akan selalu maju dalam tatanan yang benar.” (Visparad 2:5).
  3. “Anda yang beriman keagamaan yang setiap Saoshyant (Saoshyant dan para sahabatnya) yang akan menyelamatkan (kita), seorang suci yang beramal dengan penuh makna yang nyata.” (Yashna 12:7).
  4. “Dengan lagu ini (yang sepenuhnya) dinyanyikan dan demi Saoshyant yang suci, dermawan, dan abadi.” (Yashna 46:3).
  5. “Kami mengundang Saoshyant yang dermawan abadi serta salih. Dia yang terpuji (Muhammad) dan para sahabatnya untuk menolong kami, yang paling tepat serta benar dalam bicaranya; yang paling berahlak, yang paling mulia dalam pemikirannya, yang paling agung dan perkasa.” (Visparad, 4:5).

Nabi Zarathustra pengikut Muhammad

“Saya datang kepadamu, wahai yang abadi dan dermawan, sebagai seorang pendeta yang terpuji, dan pelindung, sebagai pengikat, mengalunkan (doamu) dan sebagai pendendang atas pengorbanan dan kehormatanmu, kemauan baikmu. Wahai engkau Saoshyant yang suci, dan demi doamu yang tepat waktu untuk rahmat (maksudnya; shalat lima waktu) dan demi penyucianmu, dan demi kejayaan kita dalam menghantam musuh-musuh kita yang manfaat bagi jiwa kita (Saoshyant bersamamu) dan kesucian… Wahai yang abadi penuh kedermawanan, yang memerintah dengan benar dan membukakan (bagi semuanya) yang benar: (Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini semua rahmat kehidupanku juga.” (Visparad 5:21, 11:1, 11-20).

Cakra Ningrat menafsirkan:

Nabi Zarathustra dapat dikatakan sebagai pengikut Muhammad, yang mengakui kerasulan Muhammad dan seluruh risalah yang dibawakannya. Perkataan Zarathustra “(Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini, semua rahmat kehidupanku juga” dapat ditafsirkan bahwa di hadapan Tuhan, Zarathustra adalah seorang muslim meskipun beliau tidak mengucapkan dua kalimat syahadat, mengingat Zarathustra dan Muhammad terpisah oleh jarak waktu seribu tahun lamanya. Kadar kemusliman Zarathustra sendiri melebihi kadar kemusliman sahabat-sahabat Muhammad mengingat sahabat mengakui nabi Muhammad sebagai rasul Allah setelah adanya bukti-bukti nyata, sementara Zarathustra sudah mengakui Muhammad sebagai rasul terakhir sejak seribu tahun sebelum kelahirannya atau ketika Tuhan mewahyukan kepadanya.

Ummat islam berpandangan 25 nabi dan rasul yang disebut namanya dalam alqur’an seluruhnya beragama islam (muslim), akan tetapi faktanya pandangan itu diragukan kebenarannya oleh karena bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Dari penelitian sejarah dan anthropologi dengan didukung bukti-bukti arkeologis ditemukan fakta bahwa sejak nabi Adam sampai nabi Isa (Yesus Kristus) ternyata mereka bukan muslim. Mereka tidak dapat dikatakan menganut agama islam mengingat agama islam belum ada. Apakah alqur’an yang salah dan ilmu pengetahuan yang benar, ataukah ilmu pengetahuan yang salah dan alqur’an yang benar?

Cakra Ningrat berpendapat; alqur’an “benar” dan ilmu pengetahuan “benar.” Kebenaran ilmu pengetahuan didukung oleh bukti-bukti yang nyata, sementara kebenaran alqur’an didukung oleh bukti-bukti yang gaib bagi manusia. Bukti “gaib” ini dapat saja menjadi bukti nyata bilamana kita mau melakukan analisis dan kajian kritis dengan kekuatan logika. Perkataan Zarathustra “(Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini, semua rahmat kehidupanku juga “ dianggap telah mewakili seluruh nabi dan rasul yang nama-namanya tercantum dalam alqur’an mengingat Tuhan yang telah mengutus Zarathustra, itu pula Tuhan yang telah mengangkat dan mengutus para nabi dan para rasul tersebut.

Umat islam dan ummat nasrani berbeda pendapat, bahkan mereka cenderung saling mengejek, saling menyalahkan dan saling mengerdilkan disebabkan oleh ayat alqur’an berikut ini:

“Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: ‘Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka, dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (QS. 61:6)

Seorang muslim yang lahir di Punjab-India bernama Ghulam Ahmad, merasa tersanjung dan ke-ge-er-an dalam memahami ayat tersebut karena nama “Ahmad” disebut dalam ayat itu. Dia pun mengklaim dirinya sebagai “Ahmad” yang dimaksudkan dalam surah Assaff (61:6). Dia juga mengakui dirinya sebagai Imam Mahdi, Yesus Kristus yang datang untuk kedua kalinya dan Avatar (Jelmaan Dewa) agar orang-orang Hindu-India mau menerimanya. Ghulam Ahmad adalah nabi palsu dan Mesias palsu. Dia adalah perwujudan Ad Dajjal dan para pengikutnya (Ahmadiyah) disebut Almasih Ad Dajjal (Antikristus).

Cakra Ningrat berpendapat; Nabi Isa (Yesus Kristus) secara oral tidak pernah mengucapkan kata-kata “memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya “Ahmad.” Bila “benar” nabi Isa (Yesus Kristus) pernah mengucapkan kalimat tersebut maka dipastikan kalimat itu akan tertulis dalam injil. Seluruh perkataan beliau dan seluruh jejak dan langkahnya senantiasa terekam dan tertulis di dalam injil. Ummat islam tidak perlu bertegang leher dan berteriak-teriak bahwa injil yang diimani oleh ummat nasrani adalah injil palsu, apalagi sampai menuduh mereka sengaja menyembunyikan injil yang asli (barnabas). Cakra Ningrat menampik kebenaran adanya injil barnabas.

Ummat islam “salah dan keliru” jika menyalahkan ummat nasrani yang menolak kebenaran perkataan Yesus Kristus (nabi Isa) sebagaimana ayat 61:6, karena memang Yesus Kristus (nabi Isa) tidak pernah mengucapkan perkataan tersebut. Akan tetapi ummat nasrani “salah dan keliru” jika menolak kebenaran alqur’an. Penolakan terhadap alqur’an, dengan demikian dan selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam golongan sebagai “antikristus.”

Cakra Ningrat berpendapat: Firman Tuhan dalam alqur’an (61:6) adalah ucapan Zarathustra yang diadopsi Tuhan seakan-akan nabi Isa (Yesus Kristus) yang mengucapkan kalimat itu. Tuhan ingin agar kita mengkaji dan menganalisis secara mendalam keterkaitan dan keterikatan antara Zarathustra, Yesus Kristus (nabi Isa) dan nabi Muhammad.

Dalam ajarannya, Zarathustra menyebut periode 3.000 tahun terakhir adalah masa munculnya Saoshyant setiap seribu tahun sebagai penyelamat yang akan memerintah dan memelihara bumi. Ketiga Saoshyant tersebut adalah keturunan Zarathustra. Saoshyant berasal dari kata Zendi, Persia yang artinya “Terpuji.” Ketiga Saoshyant yang dimaksud oleh Zarathustra adalah:

1. Yesus Kristus atau nabi Isa alaihissalam telah memberi petunjuk pada kita bahwa perkataan Zarathustra “benar” adalah wahyu Tuhan (Ahura Mazda). Hal ini dibuktikan dalam sejarah dengan kedatangan orang-orang Magus (Majusi) dari Timur (Persia) dimana mereka adalah para pengikut Zarathustra yang datang saat Yesus Kristus (nabi Isa) baru saja dilahirkan oleh Maria (Maryam). Pada waktu kelahirannya orang-orang Yahudi belum mengetahui bila “Emanuel” telah lahir di Betlehem. Sejarah mencatat justru para pengikut Zarathustralah yang pertama-tama mengetahui kelahiran beliau. Mereka datang menyambut kelahirannya dan memberi persembahan emas, kemenyan, dan mur. Kedatangan mereka “bukan” untuk beriman dan menjadi pengikut Yesus Kristus (nabi Isa alaihissalam) sebab para pengikut Zarathustra (orang Majusi) meyakini masih ada Saoshyant yang kedua yang dinubuatkan akan muncul.

2. Ahmad, dalam bahasa Arab artinya “Terpuji” memiliki makna yang sama dengan kata “Saoshyant” yang dalam bahasa Zendi, Parsi juga bermakna “Terpuji.” Meski tidak secara langsung diucapkan sendiri oleh Yesus Kristus (nabi Isa), akan tetapi dengan terdapatnya kata “Ahmad” dalam alqur’an (61:6) yang bermakna “terpuji” (Saoshyant) maka secara implisit alqur’an mengakui kebenaran wahyu Tuhan yang pernah diturunkan kepada Zarathustra.

Sejarah mencatat dan ilmu pengetahuan membenarkan seluruh pengikut Zarathustra beriman kepada Saoshyant kedua (nabi Muhammad) setelah nabi Muhammad meletakkan dasar-dasar agama islam. Yang mendasari pengikut Zarathustra memeluk agama islam adalah perkataan Zarathustra “(Ya) saya menyerahkan kepadamu daging dan jasadku ini, semua rahmat kehidupanku juga.” Tidak dapat dipungkiri bahwa pengikut Zarathustra masih ada yang bertahan dengan agamanya, hal ini disebabkan karena mereka menantikan kelahiran Saoshyant yang ketiga (terakhir).

Disebutkannya kata “Ahmad” dalam alqur’an oleh karena alqur’an menggunakan bahasa Arab, sebagaimana bahasa yang digunakan oleh nabi Muhammad. “Terpuji” dalam bahasa Yahudi disebut Himdath, bahasa Ibrani disebut Hamida, bahasa Yunani Parakletos dan bahasa Zendi, Parsi disebut Saoshyant.

Hikmah dari penyebutan “Ahmad” dalam alqur’an (61:6) adalah untuk menjebak Ghulam Ahmad yang merupakan personifikasi dan perwujudan dari Ad-Dajjal untuk menggenapkan Lamekh. Oleh karena itu para pengikut Ghulam Ahmad dapat disebut sebagai Almasih Ad Dajjal atau Antikristus.

3. Tuhan terkesan sangat menjaga kerahasiaan wahyu-Nya yang pernah Dia turunkan kepada Zarathustra tentang kemunculan tiga Saoshyant yang dijanjikan. Ini disebabkan karena Zarathustra berpandangan pada periode 3.000 tahun kedua, Ahura Mazda (Tuhan) dan Angra Mainyu (Ahriman) beradu kekuatan, keduanya berusaha saling kalah-mengalahkan. Dalam menghadapi Ahriman (Ad Dajjal), Ahura Mazda (Tuhan) senantiasa diwakili oleh Saoshyant, sehingga wajar dan sangat beralasan jika Saoshyant sangat dijaga kerahasiaannya oleh Ahura Mazda (Tuhan).

Tuhan memakai pengikut Zarathustra untuk menyambut kelahiran dan memberi persembahan berupa emas, kemenyan, dan mur kepada Saoshyant yang pertama (Yesus Kristus / nabi Isa). Kemudian Tuhan memakai dan mengatasnamakan Yesus Kristus / nabi Isa (Saoshyant yang pertama) untuk menyampaikan pesan akan “datangnya” seorang rasul yang namanya Ahmad (Saoshyant). Ahmad adalah Muhammad rasul Allah. Muhammad adalah Saoshyant (Ahmad) yang kedua. Adapun Ahmad (Saoshyant) yang pertama adalah Yesus Kristus / nabi Isa alaihissalam. Ummat islam keliru bila berasumsi bahwa Ahmad adalah nama kecil Muhammad. Ahmad bukan nama seseorang, tapi Saoshyant (Terpuji) yang dalam bahasa Arabnya disebut Ahmad (Terpuji).

Masih dalam mata rantai Saoshyant, selanjutnya Tuhan memakai nabi Muhammad (Ahmad yang kedua atau Saoshyant yang kedua) untuk menyampaikan pesan kepada ummat manusia melalui hadits-haditsnya bahwa Saoshyant yang ketiga (terakhir) akan muncul menjelang akhir dunia ini . nabi Muhammad menamakan Saoshyant terakhir sebagai Imam Mahdi.

Dalam bahasa Arab; “Imam Mahdi” bermakna Pemimpin Yang Diberi Petunjuk. Imam Mahdi tidak dapat disebut Ahmad (terpuji) oleh karena manusia tidak dikehendaki Tuhan untuk mengetahui sosoknya dan di mana keberadaannya. Ahmad (Terpuji) yang pertama adalah Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam). Beliau telah digenapkan oleh Ahmad (Terpuji) yang kedua yaitu nabi Muhammad. Karena “Ahmad” telah digenapkan maka Imam Mahdi tidak memiliki hak untuk disebut Ahmad (Terpuji). Dalam nubuatnya (ramalannya) leluhur kita Jayabaya mengatakan: “Dia tidak ingin dipuji oleh orang setanah Jawa (Indonesia dan dunia) tapi dia hanya memilih beberapa orang saja.”

Sampai kapanpun Tuhan tetap merahasiakan keberadaan Imam Mahdi. Imam Mahdi bertugas menghancurkan Ahriman (ad Dajjal) dan seluruh pengikut-pengikutnya agar YANG MAHA TERPUJI (TUHAN SEMESTA ALAM) dapat muncul dan mempersaksikan diri-Nya sebagai satu-satunya TUHAN YANG MAHA ESA. Kemunculan Tuhan disebut sebagai Hari Berbangkit atau Hari Penghakiman.

Dan marilah kita cermati bagaimana wahyu Tuhan kepada Zarathustra tentang Imam Mahdi (Saoshyant terakhir) dan wahyu Tuhan yang berhubungan dengan hari berbangkit / penghakiman.

Saoshyant yang ke tiga (terakhir)
Saoshyant yang ke tiga atau Saoshyant yang terakhir adalah Imam Mahdi. Imam Mahdi menggenapkan Muhammad sekaligus menggenapkan Yesus Kristus Yang datang Kedua atau dalam iman islam disebut Turunnya Isa Almasih. Penggenapan-penggenapan ini di luar konteks sebagai “Yang Terpuji” (Ahmad). Orang-orang zoroasterianisme mengenal Imam Mahdi dalam sebutan Bahramsyah (Bahramshah).

Keadaan ummat manusia sebelum Imam Mahdi muncul.

1. “Yang paling berkuasa di antara Farvarshis dari kaum beriman, wahai spitma! Adalah orang dari hukum yang primitif, atau mereka yang pada saat Saoshyant belum dilahirkan, siapakah yang memperbaiki dunia?” (Fravadin Yasht 13:17). Dalam sarosh yasht mereka disebut kawan dari Saoshyant (Sarosh yasht 4:17).

2. “Jalan ini telah diwahyukan oleh Ahura (Tuhan) sebagai fikiran Tuhan sendiri, dibuat dari perintah yang diwahyukan dari Saoshyant, kebijakan yang tertinggi. Seperti juga dari kata-kata dari perbuatan tulus dari Saoshyant tidak hanya diumumkan dan dibuat, melainkan jalan itu dijadikan hukum.” (Gatha Yashna 34:13).

Ditafsirkan sebagai hukum-hukum agama seperti pelaksanaan syariah, ibadah dan muamalah yang dijalankan oleh ummat sejak dulu sampai sekarang ini. Kawan dari Saoshyant ditafsirkan sebagai pemuka-pemuka agama, kristen maupun islam, (paus, pastor, pendeta, ulama, ustads, kiyai, dsb.).

Nubuat Zarathustra akan kelahiran Imam Mahdi.

“Saoshyant dilahirkan di Khavniras, yang membuat jiwa yang jahat tak berdaya dan menyebabkan kebangkitan (eksistensi spiritual dan masa depan).” (Bundahish 11:5)

Wahyu Tuhan tentang sosok Imam Mahdi (Saoshyant ke tiga).

“Kita memuja semua Farvashis yang baik, heroik, dermawan dari para wali dari Gaya Meretan (yang diciptakan pertama) sampai Saoshyant yang jaya.” Tanya: “Mazda (Tuhan) membuat proklamasi; kepada siapa itu diumumkan? Jawab: Seseorang yang suci, dan orang bumi yang berhubungan dengan langit. Tanya: Bagaimana sifatnya, Dia yang membuat emansipasi suci ini? Jawab: Dia yang terbaik dari seluruh penguasa. Tanya: Karakter yang bagaimana? (apakah dia memproklamasikan dirinya sebagai dia yang akan datang ?) Jawab: Sebagai yang suci dan terbaik, seorang penguasa, yang menjalankan kekuasaannya tanpa kekerasan dan tanpa kediktatoran.” (Yashna 19:20).

Cakra Ningrat menafsirkan:
Imam Mahdi adalah seorang yang suci dan orang bumi. Dia lahir, tumbuh, dan berkembang seperti manusia biasa yang ada di bumi. Dia berhubungan dengan langit. Maksudnya dia pernah naik ke langit. Mengetahui rahasia langit. Segala perkataan dan perbuatannya senantiasa berhubungan dengan langit. Sifatnya; Dia yang terbaik dari seluruh penguasa. Sebagai yang suci dan terbaik, seorang penguasa yang menjalankan kekuasaannya tanpa kekerasan dan kediktatoran. Dia tidak akan memproklamasikan dirinya sebagai “dia yang dinantikan.” Dia selalu menyembunyikan dirinya (piningit). Meskipun dia sebagai yang suci dan terbaik, akan tetapi dia tidak ingin dipuji. Dia bukan yang terpuji. Agar manusia tidak memujinya, maka dia terus menerus menyembunyikan dirinya. Baginya; Tuhan adalah pemilik segala kesucian yang terjaga dan pemilik segala puji-pujian yang terbaik.

   Kekuasaan Imam Mahdi (alam gaib dan alam nyata).

Saoshyant yang akan menurunkan, dengan sepenuh perintah dari dunia, dengan pengagungan dari mahkluk-mahkluk gaib, dan dengan kepuasan dari malaikat dalam kemurtadan dan kekolotan dari segala macam yang tidak terampuni, dan penggenap dari perbaikan melalui kesinambungan agama yang murni. Dan melalui karya persaudaraan yang mulia tanpa cela, penguasa semacam itu bila dilihat di atas matahari dengan kudanya yang sangat cepat, cahaya dari zaman dahulu, dan yang menyingkirkan semua kegelapan, kemajuan pencahayaan yang memperagakan siang dan malam dari dunia, berkaitan dengan kelengkapan yang sama dari renovasi alam semesta, dikatakan bahwa dalam wahyu Mazda (Tuhan) memuji, bahwa cahaya yang besar ini pakaian ketulusan yang disukai” (Dadistan I Dinik Bab 2:13-15).

Ditafsirkan: Imam Mahdi, penguasa dua alam yaitu alam gaib dan alam nyata. Di alam gaib dia diagungkan oleh mahkluk-mahkluk gaib. Malaikat merasa puas karena dia menghapus dosa yang tidak terampuni yaitu “kemusyrikan” (kemurtadan dan kekolotan). Dia adalah seorang “penggenap” dari semua keyakinan agama yang murni. Dia menciptakan dan membangun suasana “persaudaraan” tanpa cela, tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya. Dia melakukan semua itu dengan segenap “ketulusan” tanpa berharap diberi imbalan. Dia menyingkirkan semua kegelapan dunia, berkaitan dengan kelengkapan (penyempurnaan) renovasi alam semesta.

    Imam Mahdi memimpin perang.

“Kita menyampaikan pujian kepada Farvarshis yang baik, perkasa, dari kaum beriman yang berjuang di tangan kanan pangeran yang memerintah. Mereka datang beterbangan kepadanya, seolah mereka burung-burung yang bersayap baik. Mereka datang sebagai senjata dan perisai, menjaga di belakang dan di hadapannya, dari musuh yang tak terlihat, dari perempuan Varenya yang ditemuinya, dari pembuat kejahatan, cenderung kepada kerusakan dan dari musuh yang sungguh mematikan, Angra-Mainyu. Ini seolah ada seribu orang yang memusatkan perhatian kepada seorang, namun demikian tak ada pedang yang terhujam, atau penggada yang memukulnya, atau panah yang mengenainya, atau busur yang ditusukkan atau batu yang terlempar dari tangan yang bisa menghancurkannya” (Farfadin Yasht 63:70-72).

Cakra Ningrat menafsirkan:
Imam Mahdi berperang dan memimpin peperangan di dunia gaib, Imam Mahdi dikepung di semua arah. Di hadapan dan di belakangnya. Di samping kiri dan kanannya. Meski peperangan itu berlangsung di dunia gaib, akan tetapi nyawa Imam Mahdi menjadi taruhan sebab yang dia hadapi adalah musuh yang sungguh dapat mematikannya yaitu Angra-Mainyu. (Iblis laknatullah atau Ad Dajjal) namun Imam Mahdi selamat dan tetap jaya.

Pengharapan Zarathustra atas kemunculan Imam Mahdi.

“Saoshyant yang jaya, semoga Fravarshis dari kaum beriman datang secepatnya kepada kita: “Semoga dia datang membantu kita.” (Farvardin Yasht 29:145).

Pengikut Imam Mahdi menurut Zarathustra.

“Dan kawan-kawannya akan maju ke depan, sahabat dari Astvat-ereta (Saoshyant) yang menebas iblis, berfikir baik, berbicara baik, berbuat baik, mengikuti syariat yang baik, dan yang lidahnya tak pernah mengucapkan kata palsu sepatah pun.” (Zamyad yasht).

Hari Berbangkit (Hari Penghakiman)

“Dalam tahun ke 57 dari Saoshyant mereka mempersiapkan semua yang mati dan semua manusia berdiri; siapa pun yang tulus maupun siapa pun yang jahat, setiap makhluk manusia, mereka bangkit dari titik dimana hidup berpisah. Setelah itu ketika semua makhluk hidup memakai lagi jasad dan bentuk mereka. Kemudian mereka mengelompokkan (Bara yeha bund) menjadi satu kelas tunggal.” (Bunda hish Bab 30:6-27).

KESIMPULAN
Sesungguhnya Saoshyant ke tiga yang dinanti oleh ummat zoroasterianisme bukan hanya untuk mereka, akan tetapi untuk seluruh ummat manusia. Bahramsyah (Bahramshah) juga bukan untuk orang-orang Majusi saja, Imam Mahdi tidak diperuntukkan hanya untuk ummat islam tapi untuk seluruh ummat manusia. Ummat nasrani keliru jika beranggapan Kedatangan Yesus Kristus yang kedua hanya untuk mereka saja. Kedatangan Yesus Kristus yang kedua atau turunnya Isa Almasih untuk menyelamatkan ummat manusia tanpa memandang agama apa yang mereka anut. Demikian pula terhadap munculnya Buddha Matteya, kemunculannya bukan hanya untuk tujuan mencerahkan dan mengajarkan “dhamma” kepada ummat Buddha, akan tetapi dhamma akan dibabarkan kepada seluruh ummat manusia.

Turunnya Awatara Wisnu yaitu Kalki Awatara tidak dimaksudkan hanya untuk ummat hindu saja, akan tetapi Kalki Awatara akan turun untuk menyelamatkan ummat manusia yang melaksanakan Dharma Kebenaran.

Tuhan Semesta Alam bersifat universal dari sisi mana pun kita memandangnya, oleh karena itu sosok yang akan muncul ini yang merupakan representasi atau manifestasi Tuhan harus bersifat universal, dari sisi mana pun kita memandangnya.

Begitu banyak artikel-artikel tentang Imam Mahdi yang beredar di internet atau buku-buku edisi lux yang telah diterbitkan, akan tetapi semua itu masih bersifat sektarian semata. Satu di antaranya buku yang berjudul IMAM MAHDI MUNCUL 2015 yang ditulis oleh Djabber Bolushi dan diterbitkan oleh Papyrus Publishing 2007. Seluruh materi yang terdapat dalam artikel ini merupakan tanggapan kritis penulis terhadap Djabber Bolushi yang telah banyak meresahkan ummat terutama ummat islam (sunni).

Artikel sederhana ini hanya sebuah pengantar untuk menuntun kita kepada pintu untuk berfikir yang benar dalam memahami keberadaan “sosok” yang dijanjikan Tuhan kepada kita. Sosok misteri yang oleh leluhur kita menyebutnya sebagai SATRIO PININGIT. Nabi Zarathustra mengatakan Saoshyant ke tiga (Satrio Piningit) tidak akan memproklamasikan dirinya bahwa “dialah yang dijanjikan Tuhan.”

Tentu saja kita tidak dapat menafikan bahwa ada segelintir orang yang mungkin saja hitungannya hanya berbilang jari yang telah mengetahui sosok yang selalu “menyembunyikan dirinya.” Dalam hadits nabi Muhammad SAW; segelintir orang tersebut adalah pengikut Imam Mahdi yang telah dibai’at. Berharap kepada mereka, sungguh mustahil bila mereka mau membantu kita menunjukkan siapa sesungguhnya pemimpin (imam) mereka. Dalam injil, mereka itu menggenapi murid-murid Yesus Kristus atau dalam alqur’an mereka disebut sebagai penggenapan kaum Khawariyyun. Dalam Zamyed Yast, nabi Zarathustra menyebut mereka sebagai kawan-kawan atau sahabat-sahabat Saoshyant.” Dan kawan-kawannya akan maju ke depan, sahabat dari Astvat-ereta (Saoshyant) yang menebas iblis, berfikir baik, berbicara baik, berbuat baik, mengikuti syariat yang baik dan yang lidahnya tak pernah mengucapkan kata palsu sepatah pun.”

Iblis yang selalu menyesatkan manusia di jalan yang benar akan tertebas dengan sendirinya bilamana kita berfikir baik, berbicara baik, dan berbuat baik. Mengikuti syariat yang baik tidak dimaksudkan sebagai melaksanakan shalat lima waktu atau rajin ke gereja setiap Minggu, tapi syariat yang baik adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan kita yang positif dan membawa manfaat yang baik buat diri sendiri dan keluarga kita. Dan janganlah mengucapkan kata-kata palsu. Kata-kata palsu diartikan sebagai perkataan dusta atau pun fitnah. Orang yang suka berkata dusta, suka bergosip, suka bergunjing, dan senang menebar fitnah dapat dimasukkan ke dalam golongan sebagai orang yang disukai atau disenangi oleh Ad Dajjal.

PENUTUP
Cakra Ningrat dan keluarga menyampaikan salam dan takzim kepada segelintir orang yang ditakdirkan Allah sebagai pengikut Imam Mahdi. Kalianlah yang menggenapkan murid-murid Yesus Kristus. Kalian adalah saksi yang menyaksikan segala mu’jizat keilahian dari seseorang yang suci, orang bumi yang berhubungan dengan langit, yang terbaik dari seluruh penguasa yang menjalankan kekuasaannya tanpa kekerasan dan kediktatoran. (Yashna 19:20).

Dalam alqur’an (5:82) Tuhan berfirman:

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya, terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya, kamu dapati yang paling dekat persahabatannya, dengan orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Yang demikian itu, disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani), terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (QS.5:82)

Cakra Ningrat menafsirkan:

Yang paling keras permusuhannya terhadap orang yang beriman (islam) ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Musyrik menurut syariat islam adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan apa pun. Dalam arti yang lebih luas, sikap berlebih-lebihan terhadap kehidupan dunia, terlalu mencintai seseorang atau sangat taat atau sangat takut kepada seseorang atau kekuatan lain, dapat digolongkan sebagai musyrik. Sifat-sifat orang musyrik sama dengan sifat orang-orang Yahudi yang bersikap berlebih-lebih terhadap golongannya dan entitas suku bangsanya dalam kehidupan dunia. Orang Yahudi memiliki kesamaan sifat dengan orang-orang musyrik yang tidak meyakini adanya kehidupan Akhirat.

Dan sesungguhnya, kamu dapati yang paling dekat persahabatannya, dengan orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Orang nasrani meyakini adanya TUHAN Allah, adanya kekuasaan Allah dan adanya kehidupan akhirat yaitu kerajaan Tuhan di syurga.

Yang demikian itu, disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani), terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Bahwa persahabatan yang paling dekat antara orang-orang Nasrani dan orang islam disebabkan karena adanya pendeta-pendeta dan rahib-rahib (juga) yang tidak menyombongkan diri.

Cakra Ningrat berpendapat:

  1. “Persahabatan yang paling dekat” dapat diartikan sebagai sebuah ikatan yang terbina, terjalin, dan terjaga dalam sebuah hubungan persahabatan dalam nuansa keilahian. Persahabatan yang paling dekat ini dapat dianalogikan sebagaimana seperti “sekeping mata uang.”
  2. Alqur’an mengakomodir, menerima, dan mengakui peran aktif seluruh Bapa-Bapa Pendeta dan rahib-rahib Nasrani yang selama ini membimbing ummatnya sebagaimana prinsip ajaran Nasrani, secara implisit (tersirat) dan secara intrinsik (hakiki), alqur’an membenarkan ajaran-ajaran dan agama Nasrani. Hukum membenarkan ajaran-ajaran Nasrani adalah ajaran Tuhan dan agama Nasrani adalah agama Tuhan.
  3. Apabila ummat Nasrani berfikir atau melakukan perbuatan yang “bermusuhan” terhadap ummat islam seperti memperolok-olok nabi Muhammad dan atau merendahkan dan mengotori ayat-ayat suci alqur’an, maka yang salah bukan ummat Nasrani, akan tetapi para pendeta dan rahib Nasrani. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban para pendeta dan para rahib Nasrani atas pelanggaran perbuatan mereka yang telah menyombongkan diri.
  4. Apabila ummat islam mengingkari “persahabatan yang paling dekat” dengan ummat nasrani dengan cara memperolok-olokkan Yesus Kristus (Isa Ibnu Maryam) dan tidak mengakui kebenaran Alkitab (Taurat, Zabur / Mazmur dan Injil / Perjanjian Baru) maka yang salah bukan ummat islam, akan tetapi para ulama yang telah berbuat melampaui batas-batas kepatutan.
  5. Guna membuktikan kebenaran alqur’an dan mengakhiri permusuhan antara ummat islam dan ummat nasrani sebagai akibat dari perbuatan Bapa Pendeta yang telah menyombongkan diri dan para ulama yang terbatas pengetahuannya tentang alqur’an, maka Tuhan mendambakan kemunculan seorang sosok yang bergelar Imam Mahdi / Yesus Kristus untuk mempersatukan mereka ke dalam tangan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Demikianlah artikel sederhana ini kami tuliskan, semoga membawa manfaat dan dapat menyadarkan serta mencerahkan logika dan akal fikiran kita. Amin.

Senin, 31-3-2014

(Hari Raya Nyepi)